• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Makanan Serealia & Kacang-kacangan

N/A
N/A
Nadia Iffatul Arifah

Academic year: 2024

Membagikan "Pengenalan Makanan Serealia & Kacang-kacangan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN PANGAN

“PENGETAHUAN BAHAN PANGAN SEREALIA & KACANG-KACANGAN”

Dosen Pembimbing :

LUQMAN AGUNG WICAKSONO, S.TP., M.P.

NAMA : Nadia Iffatul Arifah

NPM : 21033010113

KELOMPOK : B3

TANGGAL PRAKTIKUM : 16 Maret 2022

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR 2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Serealia yaitu biji-bijian dari famili rumput-rumputan (gramine) yang kaya akan karbohidrat sehingga dapat menjadi makanan pokok manusia, pakan ternak, dan industri yang menggunakan karbohidrat sebagai bahan baku. Serealia merupakan sumber karbohidrat utama di dunia. Sedangkan kacang-kacangan dihasilkan dari famili Leguminosa (Muchtadi dkk., 2015)

Kacang-kacangan atau disebut juga polongan termasuk famili leguminosa. Kacang- kacangan mengandung sejumlah besar serat pangan yang jika terlarut dapat membantu menurunkan kadar kolesterol. Kacang-kacangan bersifat rendah kalori, rendah lemak, serta rendah garam natrium. Kacang-kacangan juga mengandung protein, karbohidrat kompleks, folat, dan besi. Berbagai jenis kacang-kacangan telah banyak dikenal seperti kacang merah (phaseoulus vulgaris), kacang hijau (phaseoulus radiatus), kacang tanah (arachis hypogaea) dan lain lain. Berbagai jenis kacang-kacangan dapat dibedakan berdasarkan varietas atau jenis namanya, warna, bentuk, dan karakter fisiknya. (Al Rivan, Rachmat, & Ayustin, 2020)

Pada praktikum ini akan dibahas mengenai sifat fisik komoditas serealia dan legumes meliputi bentuk, warna, ukuran, daya serap terhadap air, dan rasio pengembangan bahan pangan melalui sejumlah pengamatan.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui karakteristik komoditas bahan pangan serealia dan legumes (kacang- kacangan) terutama jagung (Zea mays L.) dan kacang tolo (Vigna unguiculata L.) 2. Mengetahui besar penyerapan air terhadap karakteristik fisik komoditas jagung (Zea

mays L.) dan kacang tolo (Vigna unguiculata L.) melalui pengamatan rasio pengembangan komoditas dan pengamatan daya serap komoditas.

3. Mengetahui perbedaan kemampuan daya serap air dan rasio pengembangan komoditas yang diamati.

(3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea Mays L.)

Tanaman jagung merupakan tanaman rumput-rumputan dan berbiji tunggal (monokotil).

(Suleman dkk., 2019) Tanaman jagung mempunyai Nama botani (Zea mays L). Tanaman ini, jika diklasifikasikan termasuk dalam keluarga rumput-rumputan. Klasifikasi dari tanaman jagung adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup) Classis : Monocotyledone (berkeping satu) Ordo : Graminae (rumput-rumputan) Famili : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L. (Indhirawati dkk., 2015)

Gambar 2.1.1 Komoditas Jagung (Zea mays L.) (sumber: https://ilmupot.com/cara- menanam-jagung-manis-agar-berbuah-besar/)

Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk kepentingan industri pakan, dan pangan. Selain untuk konsumsi manusia, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Tanaman jagung juga sebagai sumber pangan di beberapa daerah. (Yukarie dkk., 2016)

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.

(4)

Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

(Budiman, 2012) Apabila mengalami kekeringan maka sel-sel tersebut berkurang turgornya sehingga mengerut dan akibatnya daun menggulung dan penguapan menjadi berkurang. (John, 2020)

Batang jagung tidak bercabang dan kaku. Bentuk cabangnya silinder dan terdiri atas beberapa ruas serta buku ruas. Adapun tingginya tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-250 cm. (Paeru & Dewi, 2017) pada batang jagung terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga berbentuk roset, dari buku ruas muncul pelepah daun yang membungkus ruas tanaman jagung. Batang jagung tidak banyak mengandung lignin namun batang jagung cukup kokoh. (Subekti dkk., 2012)

Terdapat keragaman jumlah biji perbaris dari empat varietas jagung. Perbedaan varietas menunjukkan repon yang berbeda terhadap parameter bobot biji jagung. Berbagai bentuk dan ukuran jagung dapat menyebabkan variasi terhadap jumlah biji per baris sehingga bisa ditemukan jagung dengan panjang tongkol yang hampir sama namun jumlah biji per barisnya berbeda karena berbeda varietas (Wawointana dkk., 2017)

Sistem Perakaran tanaman jagung adalah akar serabut yang menyebar ke samping dan ke bawah dengan mencapai panjang sekitar 25 cm. Akar jagung dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Penyebaran akar serabut terjadi pada lapisan olah tanah, dengan bentuk sistem perakaran yang bervariasi. Akar tanaman jagung akan tumbuh baik dan jumlahnya banyak pada tanah yang subur dan diolah baik, sedangkan pada tanah-tanah marginal, akar yang tumbuh jumlahnya terbatas/sedikit. (John, 2020)

Komposisi kimia jagung sangat beragam tergantung dengan varietas jagung, keadaan tanah dan iklim. Umumnya komposisi kimia pada jagung adalah protein, lemak, karbohidrat dan abu. Biji jagung memiliki 8 komponen karbohidrat yang paling banyak, karbohidrat jagung terutama berupa pati. Sebagian besar jenis jagung mempunyai kandungan amilopektin 78%

dan amilosa 22%. (Lana & Lalujan, 2017)

Komponen utama jagung adalah pati, yaitu sekitar 70% dari bobot biji. Komponen karbohidrat lain adalah gula sederhana, yaitu glukosa, sukrosa dan fruktosa, 1-3% dari bobot biji. Pati terdiri atas dua jenis polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan rantai unit-unit D-glukosa yang panjang dan tidak bercabang, digabungkan oleh ikatan a(1→4), sedangkan amilopektin strukturnya bercabang. Ikatan glikosidik yang menggabungkan residu glukosa yang berdekatan dalam rantai amilopektin adalah ikatan a(1→4), tetapi titik percabangan amilopektin merupakan ikatan a(1→6). Bahan yang

(5)

mengandung amilosa tinggi, jika direbus amilosanya terekstrak oleh air panas, sehingga terlihat warna putih seperti susu. (Suarni & Widowati, 2017)

Mutu gizi jagung sebagai bahan pangan ditentukan oleh asam amino penyusun protein.

Jagung biasa mengandung lisin dan triptofan lebih rendah dibanding jagung QPM. Jagung biasa mengandung leusin yang tinggi, sebaliknya pada jagung QPM rendah. Kadar asam amino penyusun protein biji jagung varietas Srikandi Kuning, Srikandi Putih, dan lokal. (Suarni &

Widowati, 2017)

Kandungan lemak biji jagung terkendali secara genetik, berkisar antara 3-18%.

Kandungan asam lemak jenuh pada minyak jagung relatif rendah, yaitu asam palmitat 11% dan asam stearat 2%. Sebaliknya, kandungan asam lemak tidak jenuhnya cukup tinggi, terutama asam linoleat yang mencapai 24%, sedangkan asam linolenat dan arakhidonatnya sangat kecil.

(Suarni & Widowati, 2017)

Jagung mengandung serat pangan yang tinggi. Kandungan karbohidrat kompleks pada biji jagung, terutama pada perikarp dan tipkarp, juga terdapat pada dinding sel endosperma dan dalam jumlah kecil pada dinding sel lembaga. . Selain dapat membantu mencegah kanker, terutama kanker usus, serat pangan juga dapat membantu menurunkan kolesterol total dan LDL, serta kadar glukosa darah. (Suarni & Widowati, 2017)

Dalam keadaan cukup tua, biji jagung mengandung karbohidrat dalam jumlah kecil. Gula total pada jagung berkisar antara 1-3%. Sukrosa merupakan komponen utama dan terkonsentrasi pada lembaga. Monosakarida, disakarida, dan trisakarida terdapat pada konsentrasi yang cukup tinggi di dalam biji jagung yang sudah tua. (Suarni & Widowati, 2017) Kadar abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar abu berhubungan dengan kandungan mineral suatu bahan. Hasil analisis kandungan abu beras jagung (0,47%) dan sinduka (1,17%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sinduka mengandung mineral lebih banyak daripada beras jagung (grits) (Lana & Lalujan, 2017)

Biji jagung mengandung abu sekitar 1,3%, sedikit di bawah serat kasarnya.. Kadar mineral mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kandungan Fe dalam biji jagung beragam, bergantung pada warna biji. Jagung kuning-oranye mengandung Fe lebih tinggi dibanding jagung kuning, sedangkan jagung putih memiliki kandungan Fe sangat rendah.

(Lana & Lalujan, 2017)

(6)

Jagung mengandung dua vitamin larut lemak, yaitu provitamin A atau karotenoid dan vitamin E. Karotenoid umumnya terdapat pada biji jagung kuning, sedangkan jagung putih mengandung karotenoid sangat sedikit, bahkan tidak ada. Sebagian besar karotenoid terdapat dalam endosperma. Lembaga hanya mengandung sedikit karotenoid. Betakaroten sangat penting sebagai sumber vitamin A. Kandungan karotenoid pada jagung biji kuning berkisar antara 6,4-11,3 µg/g, 22%. Vitamin larut lemak lainnya, yaitu vitamin E, juga terkonsentrasi di dalam lembaga. Empat macam tokoferol merupakan sumber vitamin E, dan α-tokoferol mempunyai aktivitas biologi yang paling tinggi, sedangkan γ-tokoferol kemungkinan lebih aktif sebagai antioksidan dibanding αtokoferol (Lana & Lalujan, 2017)

Kadar air biji jagung yang yang beredar di masyarakat rata-rata masih memiliki kadar air yang tinggi sehingga tidak bisa untuk dieksport ke luar Negeri dan tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. (Arsyad, 2018)

2.2 Kacang tolo (Vigna Unguiculata L.)

Kacang tolo (Vigna unguiculata) termasuk keluarga Leguminoceae. Kacang tolo (Vigna unguiculata) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Tanaman kacang tolo biasanya tumbuh di dataran rendah.Tanaman ini tahan terhadap kekeringan, sehingga cocok dikembangkan pada lahan kering dibandingkan dengan jenis kacangkacangan lainnya.Kacang tolo termasuk dalam keluarga leguminosa.Kacang tolo berasal dari Afrika, walaupun belum dapat dipastikan dimana tanaman ini awal dibudidayakan. Umumnya kacang ini tersebar luas di seluruh wilayah tropik terutama di Afrika. Selain di Afrika, kacang tolo juga ada di Asia terutama India, Bangladesh dan Asia Tenggara, serta Oceania. (Yuwono, 2015)

Menurut (United States Departement of Agriculture, 2012)Tanaman kacang tunggak termasuk dalam famili Leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang tunggak adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Leguminoceae Subfamili : Papilionidae Genus : Vigna

Spesies : Vigna unguiculata

(7)

Gambar 2.2.1 Komoditas kacang tolo (Vigna unguiculata L.) (sumber:

https://www.merdeka.com/sehat/kacang-tunggak-si-kaya-protein-pengganti-daging-polong- polongan.html)

Sistem perakaran kacang tunggak berupa akar tunggang dengan akar-akar lateral yang berkembang baik. (Muchlisin, 2018) Batang kacang tunggak memiliki beberapa buku, dimana tiap buku tersebut menghasilkan satu tangkai daun. Pada batang utama terdapat beberapa daun yang biasanya muncul dari buku bagian bawah. (Pariana, 2017) Daunnya berwarna hijau, berbentuk oval (ovate) ataupun lanset (lanseolate) dengan panjang daun berkisar antara 6,5-16 cm dan lebar daun 4-10 cm, dengan panjang tangkai daun (ptiole) antara 5-15 cm. Bentuk daun tersebut ditentukan berdasarkan perbandingan panjang dan lebar daun berkisar antara 1,5-2 : 1 termasuk bentuk oval, dan bila perbandingannya 3-5 : 1 daunnya berbentuk lanset. Bentuk daun lanset pada kacang tunggak adalah dominan terhadap bentuk daun oval yang pewarisannya dikendalikan oleh gen dominan tunggal. (Adrian, 2014)

Bentuk polong pada tanaman kacang tunggak hitam dan kacang tunggak ungu adalah panjang melonjong. Warna polong pada tanaman kacang tunggak hitam dan kacang tunggak ungu polongnya berwarna keunguan, warna biji untuk kacang tunggak bewarna hitam dan ungu (Pariana, 2017)

Kacang tunggak merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang menjadi sumber protein nabati. Kacang ini bahkan mengandung protein tertinggi kedua setelah kacang kedelai (Ismayanti & Harijono, 2015)

Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah dikenal oleh masyarakat. Kandungan protein kacang tolo berkisar antara 18,3-25,53% yang berpotensi sebagai bahan pangan protein nabati, energi 342(kkal), lemak 1,4 g, karbohidrat 61,6 g, kalsium 77 mg, dan fosfor 449 mg. keunggulan kacang tolo adalah kadar lemaknya lebih rendah sehingga dapat meminimalisasi efek penggunaan produk pangan berlemak. Kacang tunggak juga kaya akan asam amino lisin, asam aspartat dan glutamate (Rosida dkk., 2013)

(8)

kacang tunggak mengandung banyak kandungan gizi, bahkan dalam 100 gram bahan kacang tunggak, mengandung protein 24,4 g, karbohidrat 56,6 g, lemak 1,9 g, kalsium 481 mg, fosfor 399 mg, kalsium 481 mg dan asam fitat 2,68 g. Kacang tunggak selain memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi juga memiliki keunggulan lainnya yaitu memiliki kadar lemak yang rendah, sehingga dapat meminimalisir efek negatif dari penggunaan produk pangan berlemak. (Safitri dkk., 2016)

(9)

BAB III METODELOGI 3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Kacang tolo (Vigna unguilata L.) - Jagung (Zea mays L.)

- Air 3.1.2 Bahan

- Timbangan

- Penggaris

- Mangkok

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Pengamatan struktur dan sifat fisik serealia dan kacang kacangan

Jagung dan kacang tolo

Biji jagung dan kacang tunggak Hasilnya

12gr/100 biji jagung dan 2gr/100 biji

kacang tunggak

Pengamatan warna dan bentuk

Pengukuran panjang

Pencatatan hasil pengamatan Persiapan alat dan bahan

Penimbangan bahan

(10)

3.2.2 Pengukuran daya serap dan rasio pengembangan terhadap air suhu 80°C

Jagung dan kacang tolo

Penimbangan jagung dan kacang tolo sebesar 10 gr dan dimasukkan

ke beaker glass

Beaker glass dipanaskan dengan suhu 80oC selama 20 menit

100 ml air

Penirisan jagung dan kacang tolo setelah dilakukan pemanasan

Pengukuran panjang dan berat jagung dan kacang tolo setelah

proses pemanasan

Penulisan hasil pengamatan Pengisian air pada beaker glass

(11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Komoditas

Berat (g/100

butir)

Ukuran

Warna Bentuk

Daya serap

air Rasio

Pengembangan Panjang

(cm)

Panjang (cm)

Berat awal

(g)

Berat akhir (g) Jagung 12g/100

butir

0,9 cm 1 cm Oranye Bulat 12 g 15 g 1,1 cm Kacang

tolo

10g/100 butir

0,9 cm 0,7 cm Coklat muda

Lonjong 2 g 4 g 1,28 cm

4.2 Pembahasan

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik maupun karakteristik dari komoditas serealia yaitu jagung (Zea mays L.) dan kacang-kacangan atau legumes yaitu kacang tolo atau kacang tungga (Vigna unguiculata L.) parameter pengamatan yang digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap sifat fisik komoditas serealia dan legumes ini adalah warna dan bentuk, berat, rasio pengembangan, dan daya serap terhadap air.

Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil untuk komoditas serealia dengan jenis komoditas yakni jagung dengan bobot 12g/100 butir memiliki ciri warna oranye dan bentuk bulat padat berisi dengan salah satu sisi runcing berwarna putih. Hal ini didukung dengan penelitian yang menyebutkan bahwa variasi warna pada biji jagung juga dikendalikan oleh pigmen sintesis dari kelompok antosianin dan karotenoid. Pigmen antosianin menyebabkan warna pada biji jagung menjadi ungu atau merah sedangkan pigmen karotenoid menyebabkan biji jagung berwarna kuning atau orange. Semua kombinasi faktor luar interaksi dengan gen C dan R menyebabkan aleurone tidak berwarna sehingga warna biji yang tampak berasal dari gen Y atau y, yaitu berwarna kuning atau putih. (Indzaryani dkk., 2022). Warna kernel berbeda menentukan kandungan karotenoid ataupun kandungan antosianin pada tanaman jagung.

Jagung berwarna jingga mengandung betakaroten, sedangkan jagung berwarna kuning lemon, ungu, dan biru terang tidak mengandung beta karoten. Jagung berwarna putih memiliki total flavonoid terendah dibandingkan jagung berwarna merah ataupun ungu. Jagung dengan warna kernel merah dan ungu memiliki kandungan flavonoid lebih rendah dibandingkan kuning lemon, kuning, dan jingga. (Zillic et al., 2012)

Dari hasil pengamatan sifat fisik jagung didapatkan bahwa biji kagung yang menjadi objek penelitian berbentuk bulat padat dan terdapat sisi runcing yang warnanya putih atau memudar dari sisi jagung yang melengkung. Hasil pengamatan ini diperkuat dengan

(12)

pernyataan yang menyebutkan bahwa Biji jagung berbentuk bulat padat berisi dengan salah satu sisi runcing, mengkilap, dan licin. bentuk biji jagung yang padat ini disebabkan oleh adanya banyak pati, tidak seperti jagung manis (Zea mays Saccharata) yang bijinya keriput sebab adanya mutasi pada lokus su-1(sugary-1), ini menyebabkan kandungan pati jagung manis mengalami penurunan sehingga biji dari jagung manis menjadi keriput dan daya simpannya menjadi berkurang dibandingkan jagung bijian. (Saputra, 2020)

Pada uji daya serap terhadap air didapatkan bahwa pada satu butir jagung mampu mengalami perubahan ukuran dan bobot hal ini disebabkan adanya sifat kapilaritas air yakni air mampu masuk melalui celah celah yang rapat. Perubahan ukuran dan berat biji jagung yang tertera pada table hasil pengamatan disebabkan oleh adanya air yang mneyerap kedalam biji jagung. Pada biji jagung didapatkan daya serap air sebanyak 0,25 gram dengan berat awal biji jagung 12 gram menjadi 15 gram, hal ini dipengaruhi oleh kualitas pati yang terkandung pada biji jagung terutama ukuran partikel dan tingkat gelatinitas pati. Pada pengujian terhadap rasio pengembangan didapatkan hasil perhitungan terhadap rasio pengembangan adalah sebesar 1,1 cm hal ini disebabkan oleh adanya penyerapan air yang terjadi selama proses pemasakan sehingga menyebabkan adanya perubahan ukuran pada biji jagung. (Kumalasari dkk., 2015)

Pada pengamatan terhadap biji kacang tolo atau kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) didapatkan hasil pengamatan yang menunjukkan bobot kacang/100 butir kacang ialah 10 gram/100 butir. Kacang tolo/kacang tunggak yang digunakan sebagai objek penelitian memiliki ciri warna coklat muda dengan bentuk biji lonjong menyerupai bentuk ginjal manusia dengan kisaran panjang 0,5 hingga 1 cm. warna biji kacang tunggak bervariasi mulai dari coklat muda kekuningan menyerupai kedelai hingga merah gelap. pada pengamatan terhadap bentuk biji kacang, hasil pengamatan diperkuat oleh pernyataan bahwa bentuk biji kacang tunggak berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, bahkan warna, dan memiliki hilum yang berwarna putih dikelilingi oleh cincin berwarna hitam, perbedaan warna benih diduga disebabkan karena perbedaan pigmen dalam benih. (Meksy, 2014)

Pada pengamatan terhadap daya serap air komoditas kacang tolo/kacang tunggak didapatkan adanya perubahan berat biji, yang semula 2 gram mengalami perubahan menjadi 4 gram, maka didapatkan daya serap kacang tunggak adalah sebesar 1 gram. Terjadinya perubahan ini disebabkan oleh adanya air yang terserap masuk kedalam biji kacang tolo/kacang tunggak. Penyerapan air ini juga mampu dijadikan sebagai indikator perhitungan rasio pengembangan biji kacang tolo/kacang tunggak. Yang awalnya biji kacang tunggak memiliki

(13)

panjang 0,7cm setelah dilakukannya proses pemanasan ukuran panjang biji kacang tolo/kacang tunggak berubah menjadi 0,9cm, maka didapatkan rasio pengembangan kacang tolo/kacang tunggak adalah 1,28 cm.

(14)

BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan dari pengamatan terhadap komoditas serealia dan kacang-kacangan ialah:

1. Daya serap pada komoditas kacang tolo lebih besar dibandingkan dengan daya serap komoditas jagung.

2. Rasio pengembangan pada komoditas kacang tolo lebih rendah dibandingkan dengan rasio pengembangan komoditas jagung

3. Kacang-kacangan termasuk leguminosa, komoditas ini mengandung serat pangan yang jika terlarut dapat digunakan sebagai alternatif kesehatan.

4. Serealia merupakan komoditas bahan pangan tinggi serat dan kaya karbohidrat.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, A. (2014). Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.) dengan Pemberian Beberapa Dosis Abu Janjang Kelapa Sawit. Riau: UIN Sultan Syarif Kasim.

Al Rivan, M., Rachmat, N., & Ayustin, M. (2020). Klasifikasi Jenis Kacang-kacangan Berdasarkan Tekstur Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal Komputer Terapan, 89.

Arsyad, M. (2018). Pengaruh Pengeringan terhadap Laju Penurunan Kadar Air dan Berat Jagung (Zea mays L.) untuk Varietas Bisi 2 dan NK22. Jurnal Agropolitan, 5, 46.

Budiman, H. (2012). Budidaya Jagung Organik. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Indhirawati, R., Purwantoro, A., & Basunanda, P. (2015). Karakterisasi Morfologi dan Molekuler Jagung Berondong Stroberi dan Kuning (Zea mays L. Kelompok Everta).

Vegetalika, 4(1), 102-114.

Indzaryani, A., Mustikarini, E. D., & Khodijah, N. S. (2022). Seleksi Generasi F Jagung Ungu Hasil Persilangan Bersari Bebas. Jurnal Agrotek Tropika, 10(1), 153-158.

Ismayanti, M., & Harijono. (2015). Formulasi MPASI Berbasis Tepung Kecambah Kacang Tunggak dan Tepung Jagung dengan Metode Linear Programming. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(3), 996-1005.

John, H. P. (2020). Adaptasi Varietas dan Galur Jagung pada Lahan Marginal. Agrohita Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian UM Tapanuli Selatan, 5(1), 82-93.

Kumalasari, R., Setyoningrum, F., & Ekafitri, R. (2015). Karakteristik Fisik dan Sifat Fungsional Beras Jagung Instan Akibat Penambahan Jenis Serat dan Lama Pembekuan.

Jurnal Pangan, 24(1), 37-48.

Lab. Kimia TP. 2021, 1 Maret. PRAKTIKUM PBP: SEREALIA. [Video]. YouTube.

https://youtu.be/rkzdI14o6NY

Lana, E., & Lalujan, G. S. (2017). Komposisi Kimia dan Gizi Jagung Lokal Varietas Manado Kuning sebagai Bahan Pangan Pengganti Beras. Jurnal Teknologi Pertanian, 8(1), 51- 52.

(16)

Meksy, D. (2014). Warna dan Lama Pengusangan Cepat Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kacang Panjang dan Kacang Tunggak. Jurnal Pertanian Agros, 16(1), 124-132.

Muchlisin, A. A. (2018). Analisis Hubungan Kadar Air Tanah dan Kedalaman Perakaran terhadap Produksi Biomass Cover Crop di Lahan Pertanian Tadah Hujuan, Jatikero, Malang. Malang: Universitas Brawijaya.

Muchtadi, T., Ayustaningwarno, F., & Sugiyono. (2015). Pengetahuan Bahan Pangan.

Bandung: Alfabeta.

Paeru, H. R., & Dewi, T. Q. (2017). Panduan Praktis Budidaya Jagung (Cetakan 1 ed.).

Jakarta: Penebar Swadaya.

Pariana, E. (2017). Tingkat Keberhasilan Persilangan Inter dan Intra Kacang Tunggak (Vigna unguilata L.) dan Kacang beras (Vigna Umbellata Thumb). Nusa Tenggara Barat:

Universitas Mataram.

Program Studi Teknologi Pangan. (n.d.). Petunjuk Praktikum Pengetahuan Bahan Pangan.

Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

Rosida, D. F., Hardiyanti, Q., & Murtiningsih. (2013). Kajian Dampak Substitusi Kacang Tunggak pada Kualitas Fisik dan Kimia Tahu. Jurnal Teknologi Pangan, 138-149.

Safitri, F. M., Ningsih, D. R., Ismail, E., & Waluyo. (2016). Pengembangan Getuk Kacang Tolo sebagai Makanan Selingan Alternatif Kaya Serat. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, 71-80.

Saputra, J. A. (2020). Analisis Hasil Hibridasi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata) dan Jagung Ketan (Zea mays ceeratine) Menggunakan Metode Persilangan Buatan.

Jurnal Rhizobia, 9(1), 54-60.

Suarni, & Widowati, S. (2017). Struktur Komposisi dan Nutrisi Jagung. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan: Departemen Pertanian.

Subekti, N. A., Syarifuddin, R., Effendi, & Sunarti, S. (2012). Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan jagung. Balai penelitian Tanaman Serealian, 185-204.

Suleman, R., Kandowangko, N. Y., & Abdul, A. (2019). Karakterisasi Morfologi dan Analisis Proksimat Jagung (Zea mays L.) Varietas Momala Gorontalo. Jambura Edu Biosfer Journal, 1(2), 72-81.

(17)

United States Departement of Agriculture. (2012). Cowpea (Vignia unguiculata (L.) Walp).

Natural Resourse Reservation Service.

Wawointana, Adeleida, C. H., Jantje, P., & Wenny, T. (2017). Pengaruh varietas dan jenis Pengolahan Tanah terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.).

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi, 4(2), 79-93.

Yukarie, A. W., Sularno, & Junaidi. (2016). Pengaruh Varietas dan Sistem Budidaya terhadap Pertumbuhan Produksi dan Kandungan Gizi (Zea mays L.). Jurnal Agrosains dan Teknologi, 1(1), 19-30.

Yuwono, S. (2015). Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.). Malang: Universitas Brawijaya.

ZillicS, Serpen, A., Akoglu, G., Gokmen, V., & Vancetovic, J. (2012). Phenolic Compounds, Carotenoids, Anthocyanins, Antioxidant Capacity of Colored Maize (Zea mays L.) Kernels. Journal of Agric and and Food Chem, 1224-1231.

(18)

APPENDIX

1. Perhitungan daya serap dan rasio pengembangan komoditas jagung (Zea mays L.)

Berat awal jagung (g) : 12 gram Berat setelah pemasakan (g) : 15 gram

- Daya serap

=𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑎𝑘− 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 =15−12 𝑔𝑟𝑎𝑚

12 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,25 gram - Rasio pengembangan

= 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑎𝑘

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑎𝑘 =0,9 𝑐𝑚

1 𝑐𝑚 = 1,1 cm

2. Perhitungan daya serap dan rasio pengembangan komoditas kacang tolo/kacang tunggak (Vigna unguiculata L.)

Berat awal kacang tolo (g) : 2 gram Berat setelah pemasakan (g) : 4 gram

- Daya serap

=𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑎𝑘− 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 =4−2 𝑔𝑟𝑎𝑚

2 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1 gram - Rasio pengembangan

= 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑎𝑘

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑎𝑘 = 0,9 𝑐𝑚

0,7 𝑐𝑚 = 1,28 cm

(19)

LAMPIRAN

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini membahas tentang penerapan prinsip-prinsip pengawetan pada buah, sayuran, ikan, daging, telur, susu, serealia, kacang-kacangan dan umbi-umbian,

Berbagai jenis kacang-kacangan selain kedelai diantaranya kacang tunggak, kacang komak, kacang jogo dan kacang bogor sangat potensial untuk diproses menjadi tempe namun memadai

KEANEKARAGAMAN KACANG-KACANGAN DI KABUPATEN JEMBER SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Skripsi berjudul “Pengaruh Jumlah Baris Kacang - Kacangan Terhadap Hama Tanaman Jagung dan Tanaman Kacang-Kacangan” telah diuji dan disahkan oleh Program

Pati yang didapat dari masing-masing jenis serealia dan kacang-kacangan berbeda,beras memiliki rendemen pati yang paling tinggi dibanding dengan jenis lain

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kacang hijau, beras, beras ketan, tepung terigu Segitiga Biru, tepung terigu Cakra Kembar, tepung tapioka, NaCl 1%, petroleum

Penambahan tepung kacang-kacangan pada pengolahan imbah berpengaruh terhadap kadar proksimat (karbohidrat, protein, lemak, air dan abu), tetapi kadar lemak imbah

Dengan mengonsumsi kacang- kacangan dan olahannya tanpa gula sehari-hari terkhusus kacang- kacangan yang memiliki total saponin paling tinggi yaitu kacang kedelai glycine max, kacang