PENGENDALIAN BIAYA PROYEK
Presentasi
Oleh : Kelompok A
UNIVERSITAS MEDAN AREA
ANGGOTA KELOMPOK
AHMAD FADHIL POHAN (KETUA) FATHUR ALFHARIZA (MODERATOR) ZAIFI NURDIANSYAH (SEKRETARIS) SHAFA ANGGITA AMANDA NST
WITANTRI KHAIRUNISA
NAURA DHIA AQILA AKBAR
ALYA CHANTIKA SIREGAR 218140007
218140010 218140031 218140023 218140024
218140008
218140034
PENDAHULUAN
Pengendalian biaya proyek adalah proses memastikan bahwa pelaksanaan proyek tetap
sesuai dengan anggaran yang telah direncanakan. Proses ini mencakup kegiatan
pemantauan, evaluasi, dan pengambilan tindakan korektif untuk mengelola setiap
penyimpangan yang terjadi. Pengendalian biaya memiliki peran penting dalam
menjaga efisiensi penggunaan sumber daya dan mengurangi risiko pembengkakan
anggaran yang dapat memengaruhi keberhasilan proyek secara keseluruhan. Tanpa
pengendalian yang tepat, proyek berpotensi menghadapi kendala seperti keterlambatan,
biaya tak terduga, hingga hilangnya kepercayaan dari para pemangku kepentingan. Oleh
karena itu, pengendalian biaya merupakan bagian integral dalam manajemen proyek
untuk memastikan proyek berjalan sesuai rencana dengan hasil yang optimal.
TUJUAN PENGENDALIAN BIAYA PROYEK
1.Menjaga Anggaran Tetap Sesuai:
Memastikan bahwa pengeluaran aktual proyek tidak melebihi anggaran yang telah ditentukan.
2.Mengidentifikasi Penyimpangan:
Memberikan informasi dini tentang potensi deviasi antara rencana anggaran dan realisasi biaya.
3.Mendukung Efisiensi Sumber Daya:
Mengoptimalkan alokasi dana, tenaga kerja, dan material agar sesuai dengan kebutuhan proyek.
4.Mengurangi Risiko Keuangan:
Menghindari pembengkakan biaya yang dapat memengaruhi profitabilitas atau kelangsungan proyek.
5.Meningkatkan Transparansi:
Memberikan laporan biaya yang jelas kepada pemangku kepentingan untuk memastikan akuntabilitas.
1. Biaya langsung ( Direct cost)
KOMPONEN BIAYA PROYEK
Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi di lapangan. Biaya langsung sendiri bisa dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu
• Biaya Material, yaitu semua biaya untuk pembelian bahan dan material yang dihitung dengan analisis harga satuan. Dalam perhitungan biaya material ini harus diperhatikan beberapa hal seperti bahan sisa, harga terbaik, harga loco atau franco, serta cara pembayaran kepada supplier.
• Biaya Upah Buruh, yaitu biaya untuk membayar upah atas pekerja yang diperhitungkan terhadap satuan item mata pembayaran tertentu dan biasanya sudah memiliki standar harga satuannya. Untuk perhitungan biaya upah buruh ini harus pula diperhatikan beberapa hal seperti perbedaan antara upah harian atau borongan, kapasitas kerja, asal dari mana buruh didatangkan, serta juga mempertimbangkan undang- undang perburuhan yang berlaku.
• Biaya Peralatan atau Equipments, yaitu biaya terhadap peralatan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Dalam perhitungan biaya ini pula perlu diperhatikan beberapa hal seperti ongkos keluar masuk gudang, ongkos buruh pengopersi, dan biaya operasi jika peralatan merupakan barang sewaan serta investasi, depresiasi, reparasi, pemeliharaan, dan ongkos mobilisasi jika peralatan merupakan barang tidak disewa.
Komponen biaya langsung (direct cost) dipengaruhi oleh :
1.Lokasi pekerjaan. Contoh, harga di Bandung berbeda dengan Jakarta
2.Ketersediaan bahan, peralatan, atau pekerja. Contoh, ketika semen langka di pasaran, harga yang normalnya Rp. 60.000/sak menjadi Rp.
80.000/sak
3.Waktu. Contoh, pekerjaan galian yang normalnya dilaksanakan dalam 2 hari biayanya Rp. 75.000,-per m3, bila harus dipercepat menjadi 1 hari, biayanya meningkat menjadi Rp. 100.000,-.
KOMPONEN BIAYA PROYEK
2. Biaya tidak langsung ( Indirect cost)
Biaya tidak langsung (Indirect Cost) adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di , tetapi harus ada dan tidak bisa dilepaskan dari proyek yang tengah berjalan.
Biaya tidak langsung terdiri dari:
1.Biaya Overhead
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendukung terwujudnya proyek yang bersangkutan, yang tidak terkait langsung dengan kuantitas konstruksi yang dihasilkan yang dihitung berdasarkan persentase dari biaya langsung yang besarnya tergantung dari lamanya waktu pelaksanaanpekerjaan, besarnya tingkat bunga yang berlaku, dll. Contoh, ketika bagian logistik memesan semen dilakukan dengan menggunakan telepon genggam (HP). Biaya pulsa telepon tersebut tidak dapat ditambahkan pada harga semen yang dipesan. Contoh lain biaya operasional kantor proyek di lapangan(site office)seperti listrik, air, telepon, gaji tenaga administrasi, dst. tidak dapat dimasukkan ke biaya pekerjaan pondasi beton.
–Overhead Kantor Pusat
Sewa kantor pusat, utilitas, peralatan komunikasi (telephone danmesinfax), periklanan, gaji pegawai kantor pusat (misaleksekutif,estimator, dan staf pendukung), donasi, biaya administrasi hukum, dan pengeluaran pembukuan.
-Overhead Lapangan
Pengeluaran untuk toilet, telephone, pengawas, transportasi,pemanas sementara, pengujian, listrik air, pembersihan. Juga termasuk biaya jaminan dan asuransi yang berkaitan dengan proyek.
Biaya yang termasuk overhead : Gaji dan upah staf ahli, Gaji dan upah surveyor, Gaji staf administrasi kantor, Gaji pegawai rutin, Biaya akomodasi lapangan, Biaya fasilitas lain, Asuransi dan pajak.
2. Biaya Contigency/ TakTerduga
Merupakan biaya tambahan yang dialokasikan untuk pekerjaan tambahan yang mungkin terjadi(meskipun belum pasti terjadi)
Biaya tak terduga dapat diperhitungkan melalui analisis statistik dari proyek-proyek terdahulu atau dengan menggunakan pengalaman terhadap proyek serupa
KOMPONEN BIAYA PROYEK
2. Biaya tidak langsung ( Indirect cost)
Contoh: untuk pekerjaan pondasi beton diperlukan pemompaan lubang galian yang sebelumnya tidak diduga akan tergenang air hujan, Pengamanan Proyek dll
3.Pajak:
PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan PPh Badan (Pajak Penghasilan Badan) Diisikan sebesar:
–10% dari nilai penawaran sebelum PPN, atau –100/110 x nilai kontrak sesudah PPN.
•Untuk proyek-proyek yang dibiayai dengan loan(pinjaman dari Luar Negeri), biasanya dibebaskan dari PPN.
•Dalam hal seperti itu, maka, PPN hanya dikenakan pada porsi dana dalam negeri saja.
Berdasarkan Undang-Undang RI No.7 Th.1983, pajak penghasilan dihitung atas laba yang dihasilkan oleh perusahaan (kalau rugi, tidak dikenakan PPh).
•Namun, karena laba/rugi usaha perusahaan baru dapat ditentukan pada setiap akhir tahun, maka untuk budgeting dicadangkan sementara uang muka, PPh sebesar 1,5% dari nilai pendapatan proyek.
4. Keuntungan (profit)
Merupakan jasa bagi kontraktor untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kontrak. Jumlah keuntungan yang dapat dihitung sangat tergantung dari pertimbangan seperti
: –kompetisi, –pangsa pasar,
–kondisi pasar lokal, dan –ekonomi.
TAHAPAN PERHITUNGAN BIAYA
1. Identifikasi Kebutuhan Proyek
Tahap awal ini sangat krusial karena akan menjadi dasar untuk perencanaan selanjutnya. Pada tahap ini, kita akan menentukan tujuan, ruang lingkup, dan spesifikasi proyek secara jelas.
Contoh: Pembangunan rumah tinggal satu lantai.
Tujuan: Memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi keluarga.
Ruang Lingkup: Termasuk ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan garasi.
Spesifikasi: Material dinding bata merah, atap genteng, lantai keramik, dan rangka atap baja ringan.
2. Estimasi Biaya
Setelah mengetahui kebutuhan proyek, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi biaya. Tahap ini melibatkan beberapa sub-tahap:
Pengumpulan Data: Mengumpulkan data seperti denah bangunan, spesifikasi material, dan harga pasaran material di wilayah proyek.
Perhitungan Volume: Menghitung volume material yang dibutuhkan, misalnya volume beton untuk pondasi, volume besi untuk tulangan, dan sebagainya.
Analisis Harga Satuan (AHSP): Menghitung harga satuan untuk setiap jenis pekerjaan, misalnya harga satuan untuk pekerjaan beton, pekerjaan pemasangan keramik, dan sebagainya.
TAHAPAN PERHITUNGAN BIAYA
Perhitungan Biaya Langsung: Menghitung biaya langsung proyek, yaitu biaya material, upah tenaga kerja, dan biaya sewa alat.
Perhitungan Biaya Tidak Langsung: Menghitung biaya tidak langsung proyek, seperti biaya izin, biaya overhead, dan keuntungan kontraktor.
3. Penyusunan Anggaran (Budgeting)
Setelah mendapatkan hasil estimasi biaya, langkah selanjutnya adalah menyusun anggaran. Anggaran ini akan menjadi acuan dalam pelaksanaan proyek.
Penyusunan RAB: Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang rinci, memuat semua item pekerjaan dan biaya yang terkait.
Alokasi Anggaran: Membagi anggaran ke dalam pos-pos anggaran yang berbeda, misalnya anggaran untuk pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur, pekerjaan mekanikal, dan pekerjaan elektrikal.
Kontingensi: Menyisihkan sebagian anggaran sebagai dana cadangan untuk menghadapi kemungkinan adanya biaya tambahan yang tidak terduga.
TAHAPAN PERHITUNGAN BIAYA
4. Pemantauan dan Evaluasi
Tahap terakhir adalah memantau pelaksanaan proyek dan melakukan evaluasi secara berkala.
Monitoring Progres: Memantau kemajuan pekerjaan di lapangan dan membandingkannya dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Monitoring Biaya: Membandingkan biaya yang telah dikeluarkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
Analisis Penyimpangan: Menganalisis penyebab terjadinya penyimpangan antara biaya aktual dengan biaya yang dianggarkan.
Evaluasi Kinerja: Mengevaluasi kinerja kontraktor dan tim proyek.
Penyesuaian Anggaran: Melakukan penyesuaian anggaran jika terjadi perubahan yang signifikan.
Dengan melakukan perhitungan biaya secara cermat dan sistematis, kita dapat meminimalisir risiko terjadinya pembengkakan biaya dan memastikan proyek dapat diselesaikan sesuai dengan waktu dan anggaran yang telah ditetapkan.
PROYEK : PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN 3 LANTAI
CONTOH ESTIMASI PENGENDALIAN BIAYA PROYEK
Estimasi Biaya Awal (Baseline Budget) 1.
dengan menghitung semua komponen biaya berdasarkan ruang lingkup proyek.
2. Monitoring dan Pengendalian Biaya (Per Triwulan)
Dilakukan evaluasi berkala dengan metode Earned Value Management (EVM):
BCWS (Budgeted Cost of Work Scheduled): Anggaran untuk pekerjaan yang direncanakan.
BCWP (Budgeted Cost of Work Performed): Anggaran pekerjaan yang telah selesai.
ACWP (Actual Cost of Work Performed): Biaya aktual dari pekerjaan yang dilakukan.
Contoh hasil evaluasi triwulan:
Ruang Lingkup Pada Proyek:
1.Persiapan lahan
2.Konstruksi bangunan
3.Instalasi listrik, air, dan interior Durasi Proyek: 12 Bulan
Langkah Estimasi dan Pengendalian Biaya:
3. Analisis dan Tindakan Pengendalian Identifikasi Varians Biaya:
- Varians Biaya (CV) = BCWP - ACWP
- Jika CV negatif, perlu investigasi dan tindakan.
Penyesuaian Jadwal dan Biaya:
Jika biaya naik akibat kenaikan harga material, lakukan pengadaan lebih awal di tahap
berikutnya.
Contoh Hasil Akhir:
Total biaya aktual proyek menjadi 3,6 miliar, atau 3% lebih tinggi dari anggaran awal. Proyek tetap berhasil dengan langkah koreksi selama pelaksanaan.
Pengendalian biaya merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen proyek. Tujuannya adalah memastikan anggaran tetap
terkendali dan sesuai rencana hingga proyek selesai, sehingga efisiensi dan keberlanjutan proyek dapat terjamin.
KENDALA DAN RISIKO
Namun, pengendalian biaya sering menghadapi kendala seperti perubahan lingkup, estimasi yang kurang akurat, keterbatasan sumber daya, dan pengaruh eksternal yang dapat mengancam
keberhasilan proyek.
KENDALA DAN RISIKO
PENGENDALIAN BIAYA PROYEK
1.Estimasi Biaya yang Tidak Akurat :
Kendala: Estimasi yang salah bisa membuat anggaran lebih tinggi atau kekurangan dana.
Risiko: Estimasi yang terlalu rendah bisa menyebabkan pemborosan atau kekurangan dana.
2.Perubahan Lingkup Proyek (Scope Creep)
Kendala: Perubahan Pekerjaan yang tidak direncanakan bisa meningkatkan biaya.
Risiko: Penambahan pekerjaan atau fitur tanpa anggaran tambahan akan membengkakkan biaya.
3. Perubahan Harga Bahan dan Sumber Daya
Kendala: Kenaikan harga bahan baku atau tenaga kerja dapat merusak anggaran.
Risiko: Harga yang tidak stabil bisa memaksa anggaran untuk disesuaikan dan merusak rencana anggaran.
4.Kesalahan Manajemen Sumber Daya
Kendala: Penggunaan sumber daya yang tidak efisien bisa memboroskan biaya dan mengubah rencana biaya.
Risiko: Penggunaan yang berlebihan atau kurang optimal bisa meningkatkan biaya dan rencana anggaran biaya
KENDALA DAN RISIKO
PENGENDALIAN BIAYA PROYEK
5. Keterlambatan proyek
Kendala:Keterlambatan proyek bisa menambah biaya, seperti biaya tambahan untuk tenaga kerja atau peralatan dan bahan material.
Risiko: proyek yang terlambat akan menambah biaya operasional dan biaya lainnya.
6. Ketidakpastian dan Risiko Eksternal
Kendala: Faktor luar seperti bencana atau perubahan regulasi bisa mempengaruhi biaya.
Risiko: Perubahan pasar atau kondisi ekonomi bisa menambah biaya.
7.Komunikasi Yang Buruk
Kendala: Kurangnya komunikasi antar tim bisa menimbulkan kesalahan dalam perencanaan biaya.
Risiko: Miskomunikasi bisa menyebabkan pemborosan atau kekurangan dana.
8.Perubahan dalam Tim Proyek
Kendala: Pergantian anggota tim dapat mengganggu pengendalian biaya.
Risiko: Perubahan tim bisa menyebabkan masalah dalam pengelolaan anggaran