BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apa Arti Beton
Sesuai SNI 03-2834-2002, pasir, kerikil pecah, air, dan semen hidrolik, seperti semen portland, adalah bahan penyusun beton. Menambahkan lebih banyak campuran untuk menciptakan massa yang padat adalah opsional.
Komponen-komponen beton dicampur secara hati-hati dengan komposisi yang tepat untuk menghasilkan bubur homogen yang dapat dituangkan sampai diperoleh bentuk yang tepat dalam cetakan. Jika ramuannya tetap begitu saja, semen dan air akan bereaksi secara kimiawi seiring berjalannya waktu, mengeraskan campuran dan membuat beton menjadi lebih keras dari waktu ke waktu.
Beton dibuat dengan mencampurkan semen, air, dan agregat halus dan kasar. Campuran ini berfungsi sebagai pengikat dan pengisi antara agregat.
Kadang-kadang, campuran tambahan dan bahan tambahan ditambahkan sesuai kebutuhan. (Tjokrodimuljo, 1996) menyatakan bahwa semen, air, dan agregat dicampur untuk membuat beton. Kadang-kadang, bahan limbah non-kimia, serat, dan bahan tambahan kimia dalam rasio tertentu ditambahkan. Kualitas bahan, pengerjaan, dan perawatan secara umum mempengaruhi sifat-sifat beton.
2.1.1Manfaat dan Kelemahan Beton
Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan kekurangan beton, menurut Mulyono (2003) :
1) Beton memiliki banyak keunggulan, seperti daya dukungnya yang besar, daya tahan terhadap suhu tinggi, kemudahan dalam pencetakan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan konstruksi tertentu, dan sedikit biaya pemeliharaan.
2) Salah satu kelemahan beton adalah beratnya, pantulan suara yang cukup besar, dan sulit untuk dimodifikasi setelah diproduksi. Saat melakukan pekerjaan, ketelitian yang tinggi juga diperlukan.
2.1.2 Jenis-jenis Beton
Sesuai dengan Tjokrodimuljo (1996), berikut ini adalah deskripsi dari beberapa jenis beton :
1) Beton tipikal
Dengan massa 2400 kg/m³, kekuatan tekan 15-40 MPa, dan kapasitas untuk mentransfer panas, beton ini cukup besar.
2) Beton ringan
Berat beton ini kurang dari 1800 kg per meter kubik. Tidak hanya tidak menghantarkan panas sebaik beton pada umumnya, tetapi nilai kuat tekannya lebih rendah.
3) Beton massa
Penuangan beton berskala besar, atau beton dengan rasio volume terhadap luas permukaan yang tinggi. Jika dimensinya melebihi 60 cm, biasanya diklasifikasikan sebagai beton curah.
4) Ferosemen
Material komposit yang dibuat dengan cara menenun tulangan ke dalam adukan semen. Beton bertulang adalah salah satu definisi dari ferosemen.
5) Beton Serat
Beton biasa dan komponen tambahan dalam bentuk serat digabungkan untuk membuat beton komposit. Bahan serat meliputi asbes, plastik (polipropilena), serat tanaman (rami, bambu, dan kelapa sawit), dan fragmen kawat logam.
6) Beton Non Pasir
Sejenis beton ringan yang dibuat selama produksi dengan menghilangkan partikel halus dari agregat. Vakum pada beton bisa mencapai 20-25%.
7) Beton Siklop
Satu-satunya perbedaan antara beton ini dan beton biasa adalah penggunaan partikel berukuran besar. Ukuran maksimumnya adalah 20 cm. Meskipun demikian, tidak lebih dari 20%
agregat harus berukuran lebih besar.
8) Beton Hampa
Beton ini dibuat dengan cara yang sama seperti beton biasa, tetapi teknik vakum digunakan untuk menghilangkan sisa air setelah beton mengeras. Air yang bercampur dengan semen untuk menciptakan beton yang sangat tahan lama adalah yang tersisa.
2.1.3 Beton Normal
SNI 03-2834-2002 menyatakan bahwa beton biasa dengan pasir memiliki berat isi 2200-2500 kg/m3 dan kekuatan tekan sekitar 15-40 MPa. Cetakan uji silinder standar berukuran tinggi tiga puluh centi meter dan berdiameter lima belas centi meter.
2.2 Bahan-bahan Penyusun Beton
Secara umum, beton terdiri dari tiga (3) bahan: air, agregat, dan semen.
Pecahan batu dan pasir bergabung membentuk agregat. Masing-masing bahan tersebut harus memenuhi kriteria tertentu agar dapat digunakan dalam campuran beton. Ketiga komponen bahan tersebut dijelaskan di bawah ini.
2.2.1 Semen
Semen, menurut Mulyono (2003), adalah bahan komposit yang bereaksi secara kimiawi dengan air. Semen berperan penting sebagai bahan pengikat dalam bidang konstruksi sipil dan sering digunakan untuk pembangunan fisik. Ketika air ditambahkan, semen menjadi pasta semen. Pasta semen menjadi mortar jika ditambahkan pasir.
Selain itu, mortar diubah menjadi campuran beton segar yang ketika dikeringkan akan menghasilkan beton keras. SNI 15-2049:2004 menyatakan bahwa terak semen portland digunakan untuk membuat semen portland, yang merupakan semen hidrolis yang sebagian besar terdiri dari silikat kalsium hidrolis. Satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat digiling dengan terak bersama dengan bahan
tambahan lainnya. Tabel 2.1 berikut mencantumkan komponen utama semen portland :
Tabel 2.1 Bagian Esensial Semen Portland
Bagian Esensial Lambang Kimia Konfigurasi (%)
Alumina Al2O3 7-12
Kapur CaO 60-65
Oksida besi Fe2O3 7-12
Silika SiO2 20-25
Sumber : Mulyono, 2003.
Ketika air dimasukkan ke dalam semen Portland, komponen- komponen penyusunnya bereaksi menghasilkan zat kimia yang memadatkan dan mengikat. (4) komponen kimia utama semen Portland adalah sebagai berikut :
1) C3S adalah bentuk singkat dari Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2).
2) C2S adalah bentuk singkat dari Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2).
3) C3A adalah bentuk singkat dari Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3).
4) C4AF adalah bentuk singkat dari Tertrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3).
2.2.2 Split
Batu split, seperti yang didefinisikan oleh SNI 03-2834-2000, adalah kerikil alami dengan ukuran butir antara 5 hingga 40 mm yang tercipta ketika batu pecah dari aktivitas pemecahan batu hancur.
Tabel 2.1 Gradien Split Lobang Ayakan
(mm)
Ukuran butiran melewati saringan Ukuran maksimum butir (mm)
40 20 10
40 95-100 100 100
20 30-70 95-100 100
12,5 - - 90-100
10 10-35 25-55 40-85
4,8 0-5 0-10 0-10
Sumber : SNI 03-2834-2000.
2.2.3 Pasir
Menurut SNI 03-2834-2000, pasir adalah material yang terbentuk secara alamiah dengan ukuran butiran maksimum 5 mm yang dihasilkan dari proses pelapukan batuan atau pecahan batuan secara alamiah. Bahan organik, tanah liat, partikel yang lebih kecil dari ayakan no. 100 (0,15), dan bahan lain yang dapat merusak campuran beton tidak boleh ada dalam pasir yang baik. Jenis-jenis pasir adalah sebagai berikut :
1) Pasir yang telah digali dan diambil langsung dari permukaan tanah. Biasanya bersudut, tajam, berpori, dan tidak mengandung garam, pasir jenis ini sering kali perlu dicuci untuk menghilangkan kotoran tanah.
2) Karena gesekan, pasir sungai sering kali berbentuk bulat dan berbutir halus saat keluar dari sungai. Daya rekat pada butiran agregat menjadi lebih sedikit akibat butiran yang lebih bulat.
3) Pasir dari tepi pantai terkumpul. Karena gesekan, butirannya berbentuk bulat dan halus. Pasir ini buruk karena kandungan garamnya. Garam-garam ini memperluas volume pasir ketika digunakan dalam bangunan dengan menyerap kelembaban dari udara, menjaga pasir tetap lembab. Selain itu, konstruksi beton dapat dirusak oleh garam.
Gradien pasir diklasifikasikan menjadi 4 (empat) zona berdasarkan SNI 03-2834-2000 dan kekasaran pasir ASTM C-33.
Berikut ini adalah zonanya :
1) Zona I, yang terdiri dari pasir kasar
2) Zona II, pasir sedang dikelompokkan ke dalam zona II 3) Zona III, pasir agak halus dikelompokkan ke dalam zona III 4) Zona IV, pasir halus dikelompokkan ke dalam zona IV
Tabel 2. 1. Gradasi Pasir Ukuran
Saringan (Ayakan)
Prosentase Melewati Ayakan
SNI 03-2834-2000 ASTM
m m
SN I
AST
M Inch
Agrega t Halus Kasar
Agrega t Halus Sedang
Agrega t Halus Agak Halus
Agrega t Halus
Fine Aggrega
te 9,5
0 9,9 ¼ in 0,375 0
100- 100
100- 100
100- 100
100-
100 100-100 4,7
5 4,8 No. 4 0,187
0 90-100 90-100 90-100 95-100 95-100 2,3
6 2,4 No. 8 0,093
7 60-95 75-100 85-100 95-100 80-100 1,1
8 1,2 No. 16 0,046
9 30-70 55-90 70-100 90-100 50-85 0,6 0,6 No. 30 0,023 15-34 35-59 60-79 80-100 25-60
0 4 0,3
0 0,3 No. 50 0,011
7 5-20 8-30 12-40 15-50 5-30
0,1 5
0,1 5
No.10 0
0,005
9 0-10 0-10 0-10 0-15 0-10
Sumber : ASTM C-33 dan SNI 03-2834-2000
2.2.4 Air
Salah satu komponen yang paling penting dalam pembuatan campuran beton yang digunakan dalam konstruksi bangunan adalah air.
Di antara cara-cara penggunaan air dalam konstruksi bangunan adalah : 1) Mixer untuk beton
2) Pengawetan beton dan tugas tambahan lebih lanjut
Air juga melumasi butiran agregat dalam beton, membuatnya mudah dikerjakan dan dipadatkan, serta bertindak sebagai media untuk reaksi kimia yang menghasilkan proses pengikatan dan pengerasan.
Meskipun hanya 25% dari berat semen yang membutuhkan air untuk bereaksi, namun pada praktiknya kurang dari 45% faktor air semen digunakan. Penggunaan air untuk membuat mortar harus memenuhi spesifikasi yang tercantum di bawah ini, sesuai dengan SNI 03-2847- 2002 :
1) Agar air dapat digunakan, air harus murni dan bebas dari kontaminan yang dapat mempengaruhi beton atau tulangan, seperti minyak, asam, alkali, garam, atau bahan organik.
2) Ion klorida yang sangat tinggi tidak dapat ditemukan dalam air bebas yang terdapat pada agregat yang digunakan pada beton prategang atau beton dengan logam aluminium yang tertanam.
3) Tanpa terkecuali, air yang tidak dapat diminum tidak dapat digunakan untuk membuat beton. Kubus uji mortar yang dibuat dari campuran yang mengandung air yang tidak dapat diminum harus, setelah pengujian pada usia tujuh dan dua puluh delapan hari, memiliki kekuatan setidaknya 90% dari kubus yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Proporsi campuran beton harus dipilih berdasarkan campuran beton yang dibuat dengan air dari sumber yang sama. Kecuali untuk campuran air yang telah dibuat dan dinilai sesuai dengan ASTM C-09 "Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolik (menggunakan benda uji kubus dengan ukuran sisi 50 mm)", campuran yang serupa akan digunakan untuk membandingkan hasil uji kekuatan ini.
2.3 Biji Karet
Di Indonesia, ada banyak sekali penggunaan biji karet yang mendorong perekonomian negara. Berikut adalah beberapa di antaranya dalam urutan penampilan :
1) Pakan Ternak
Sumber Protein Biji karet memiliki komposisi nutrisi yang terdiri dari 27% protein, 32.3% lemak, 15.9% karbohidrat, 9.1% air, dan 3.96% abu. Kandungan protein kasar yang tinggi tersebut membuat biji tanaman ini banyak diolah menjadi tepung.Tepung ini selanjutnya diolah dan dimanfaatkan sebagai konsentrat pada pakan ternak sumber protein. Selain untuk unggas seperti ayam kampung dan ayam broiler, tepung tersebut juga diolah menjadi pakan pellet ikan dan pakan ruminansia seperti kambing.
2) Pupuk Organik
Pemanfaatan sebagai pupuk organik adalah hal yang lain. Hal ini didasari oleh adanya MOL probiotik, atau mikroorganisme lokal yang berfungsi sebagai fermentor dalam reaksi fermentasi pupuk organik. MOL merupakan cairan yang telah mengalami fermentasi dan mengandung mikroorganisme yang berasal dari unsur alami yang terdapat di lingkungan sekitar. Biasanya, MOL diproduksi dengan menggunakan ragi dan difermentasi selama 14 hari. MOL sangat membantu dalam mempercepat penguraian bahan organik dan menyediakan sumber nutrisi tambahan bagi tanaman.
3) Biodiesel
Bahan bakar mesin diesel yang seluruhnya atau sebagian besar terbuat dari komponen organik disebut biodiesel. Mengingat bahwa biji karet berlimpah di Indonesia dan memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, menggunakan biji karet untuk membuat biodiesel merupakan ide yang bagus untuk penelitian di masa depan.
Biodiesel dari minyak kelapa sawit dapat mengurangi impor solar hingga ratusan triliun. Sebuah prosedur yang mudah akan digunakan untuk mengubah biji karet menjadi biodiesel tanpa katalis. Untuk membuat minyak karet, biji karet segar akan dikupas terlebih dahulu dan kemudian dipres dengan mesin. Konsentrasi asam lemak bebas yang tinggi dalam minyak biji memungkinkan untuk diproses secara langsung tanpa memerlukan katalis.
4) Makanan Ringan
Biji karet dapat digunakan untuk membuat makanan ringan bagi manusia selain dijadikan pakan ternak. Biji karet dapat diolah menjadi keripik dan tempe yang lezat jika kandungan sianidanya dikurangi. Sebagai catatan, asam sianida dapat dihilangkan dengan merebusnya selama 90 menit setelah direndam selama 24 jam.
Karena asam sianida mudah menguap dan berbentuk cair, prosedur ini dianggap efektif karena asamnya akan terbuang dan menguap bersama air.
5) Biobriket
Karena biji karet memiliki struktur kaku yang terbuat dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin, biji karet juga dapat digunakan sebagai biobriket. Biobriket adalah bahan bakar alternatif yang lebih padat seperti arang.
Sumber : Dokumentasi Penelitian, 2024.
Gambar 2.1 Biji Karet
2.4 Faktor Air Semen
SNI 03-2834-2000 menyatakan bahwa berat air bebas dibagi dengan berat semen dalam beton dikenal sebagai faktor air semen atau water cement ratio. Kekuatan beton akan menurun seiring dengan meningkatnya nilai FAS, namun nilai FAS yang lebih rendah tidak selalu berarti kekuatan yang lebih besar. Memadatkan beton dengan FAS yang lebih rendah akan lebih menantang.
Ada nilai FAS yang optimal untuk beton agar mencapai kekuatan tekan terbaik.
Nilai FAS yang sering digunakan dalam praktek pembuatan beton adalah antara 0.4 dan 0.65, menurut Tjokrodimulyo (2007). Dengan demikian, kuat tekan beton menurun dengan meningkatnya faktor air semen. Nilai FAS yang rendah, bagaimanapun juga, dapat menyulitkan pemadatan dan mengurangi kepadatan beton, yang akan mengurangi kekuatannya.
2.5 Pengertian Test kekentalan
Sesuai SNI 03-1972-1990, Slump adalah satuan ukuran yang digunakan untuk menyatakan kekentalan campuran beton, diukur dalam satuan milimeter
dengan menggunakan kerucut Abram. Uji slump adalah teknik untuk mengevaluasi kekakuan atau konsistensi beton yang baru dicampur untuk memastikan kemampuan kerjanya. Jumlah air dalam campuran beton ditunjukkan oleh kekakuannya.
Oleh karena itu, uji slump menunjukkan apakah campuran beton mengandung air dalam jumlah yang sesuai, terlalu sedikit, atau tidak mengandung air sama sekali. Tingkat kelembapan dalam campuran beton sangat penting karena menentukan seberapa baik campuran tersebut dapat dikerjakan.
Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan waktu pengeringan yang lama dan beton di bawah standar. Di sisi lain, campuran beton yang terlalu kering akan menggumpal dan sulit dibentuk.
2.6 Kuat Tekan Beton
Menurut SNI 03-1974-1990, kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang apabila diterapkan dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh alat tekan akan meruntuhkan benda uji beton. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji kuat tekan adalah silinder dengan Ø 15 cm x 30 cm, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Sumber : Penelitian Penulis, 2024.
Gambar 2.2 Sampel Uji Kekuatan Tekan Beban Beton
Beberapa elemen yang mempengaruhi kekuatan beton adalah sebagai berikut :
1) Jika beton cukup dapat dikerjakan dan memiliki faktor air-semen yang rendah, maka beton dapat dipadatkan secara keseluruhan tanpa memerlukan gaya pemadatan yang berlebihan. Ini adalah kualitas beton yang ideal.
2) Usia beton pada akhirnya akan menyebabkan kekuatan tekannya bertambah.
3) Tergantung dari cara penggunaannya, jenis semen yang dipilih akan berdampak pada kekuatan tekan beban beton.
4) Tjokrodimuljo (1996) menjelaskan bagaimana jumlah semen yang digunakan menentukan kekuatan tekan beton.
5) Ketika batu split digunakan sebagai pengganti agregat dari kerikil alami, kekuatan tekan akan lebih tinggi karena butiran batu yang dihancurkan menghasilkan perekat yang kuat. Kekuatan beton meningkat dengan daya rekat yang kuat.
2.7 Macam Jenis Perawatan Beton
Ada dua cara untuk mengeringkan beton: pembasahan, penguapan (uap), dan aplikasi membran. Kesederhanaan pengerjaan atau biaya yang terkait adalah satu- satunya faktor yang diperhitungkan saat memilih metode.
2.7.1Perawatan Dengan Menggunakan Pembasahan
Perlakuan pembasahan diterapkan di lapangan atau di laboratorium. Ada berbagai metode untuk melakukan pekerjaan perawatan dengan pembasahan, antara lain (Tri Mulyono, 2003) :
1) Meletakkannya di ruangan yang lembab;
2) Menempatkannya di dalam air yang tergenang;
3) Memasukkannya ke dalam air;
4) Membasahi permukaan beton;
5) Menggunakan kantong lembab untuk menutupi permukaan beton;
6) Menyiram permukaan beton secara teratur;
7) Menggunakan compound untuk melapisi permukaan beton dengan air.
Sampel uji ditangani dengan metode 1, 2, dan 3. Beton dengan permukaan horizontal di lapangan ditangani dengan metode 4, 5, dan permukaan vertikal ditangani dengan metode 6 dan 7.
Dengan menggunakan prosedur perendaman, spesimen direndam dalam air pada suhu 23 ± 2 ° C sejak dikeluarkan dari cetakan hingga pengujian dilakukan. Khususnya pada 48 jam pertama setelah spesimen dimasukkan, area penyimpanan harus terlindung dari getaran (SNI. 03- 2493-1991). Tidak ada variabel yang berhubungan dengan suhu dalam penelitian ini. Benda uji dimasukkan ke dalam bak perendaman di laboratorium.
2.7.2Pemeliharaan Menggunakan Lapisan Membran
Penguapan air dicegah oleh penghalang fisik yang diciptakan oleh membran bahan pengawet. Setelah waktu pengerasan akhir, harus mengering dalam empat jam, menghasilkan lapisan yang homogen, melekat dengan baik tanpa pencampuran, dan aman untuk beton. Lebih lanjut, menurut Tri Mulyono (2003), pelapis harus tidak beracun, tidak licin, bebas dari pori-pori kecil, dan tidak merusak beton.
Anda bisa menggunakan lembaran plastik atau bahan terpal kedap air lainnya. Untuk merawat perkerasan yang kaku, perawatan membran sangat membantu. Segera setelah beton mengering, perawatan ini harus diselesaikan. Jenis perawatan ini juga dapat diberikan dengan diskusi sebelum atau sesudah perawatan (Tri Mulyono, 2003: 232). Lembar bahan perawatan beton terdiri dari beberapa jenis, sesuai dengan SNI.
4817:2008 :
1. Kertas putih polos;
2. Lembaran tipis polietilena, berwarna putih dan tidak tembus cahaya
3. Lembaran goni yang berlapis dengan polietilen bening.
Ada empat jenis pendekatan terapi membran ini, yaitu sebagai berikut:
1. Membran cair
Setelah seluruh permukaan beton kering, perawatan membran diterapkan dengan menyiramkan cairan perawatan ke permukaan.
Cetakan dibuka dan finishing dilakukan sebelumnya. Sebelum lapisan membran cukup kering, penghalang pelindung perlu dibuat;
sebagai alternatif, Jika ada kerusakan pada membran, lapisan baru harus diterapkan.
2. Penutup Anti Air
Untuk menghentikan kelembaban agar tidak keluar dari permukaan beton, metode ini mengharuskan untuk menutup permukaan dengan bahan lembaran kedap air. Saat memasang terpal, beton harus dalam keadaan lembab. Terpal ini aman dari terbang atau bergeser karena angin, dan setiap robekan atau sobekan harus segera diperbaiki saat terpal sedang dirawat.
3. Form-In-Place
Selama waktu yang dibutuhkan beton untuk mengeras, cetakan dipertahankan di tempatnya sebagai dinding penahan..
4. Membran Plastik
Penghalang fisik yang disebut membran digunakan selama proses pengawetan beton untuk menghentikan penguapan air. Zat ini harus membentuk lapisan yang melekat, tidak beracun, tidak licin, tidak memiliki lubang-lubang kecil, dan tidak merusak beton. Selain itu, bahan harus mengering dalam waktu empat jam (berdasarkan waktu pengerasan akhir). Hal ini memungkinkan untuk menggunakan lembaran plastik kedap air dengan cukup baik.
Untuk merawat perkerasan yang kaku, perawatan membran sangat membantu. Segera setelah beton mengering, perawatan ini harus diselesaikan. Dengan diskusi, perawatan ini juga dapat diberikan sebelum atau sesudah perawatan lainnya.
2.7.3Waktu Pemeliharaan
Setelah beton benar-benar mengeras, yang seharusnya terjadi setelah setidaknya tujuh hari, fase pengawetan kritis dimulai (pengawetan awal). Hal ini dikarenakan komponen-komponen penyusun beton secara aktif terhidrasi selama fase pengawetan awal ini. Untuk ketahanan yang optimal terhadap disintegrasi, beton harus dijaga agar tidak mengering selama minimal lima hingga tujuh hari.
2.8 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Peneliti membutuhkan penelitian, atau penelitian yang telah dilakukan, untuk melakukan penelitian. Jenis penelitian yang telah dilakukan tidak hanya berfungsi sebagai referensi, tetapi juga sebagai sarana untuk membandingkan penelitian yang akan dilakukan harus berhubungan dengan penelitian sebelumnya.
Pilihan judul atau subjek yang dipilih peneliti harus berhubungan dengan penelitian sebelumnya.
Tabel 2.3 Referensi Penelitian Sebelumnya
No Penulis
Judul Penelitian
Metode
Penelitian Hasil 1. Elia Anggarini,
Irwandy Muzaidi
Pengaruh Penambah Cangkang Biji Karet Sebagai Pengganti Agregat Kasar
Metode Eksperimen di laboratorium
Beton yang menggunakan cangkang biji karet sebagai pengganti split menunjukkan kekuatan tekan yang
Pada Beton Mutu Normal
lebih rendah dibandingkan beton yang tidak
menggunakan bahan pengganti tersebut, berdasarkan hasil uji kuat tekan.
Sumiati, Mahmuda, Fadhilla Firdausa
Pemanfaatan Biji Karet Sebagai Agregat Kasar Terhadap Workability dan Kuat Tekan Beton Ringan
Metode Eksperimen di laboratorium
Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengganti sebagian beton split dengan biji karet untuk meningkatkan kemampuan kerja beton segar, yang seharusnya menghasilkan kekuatan tekan terbaik. Delapan puluh empat sampel beton, masing- masing dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, diperiksa. Rasio penggantian agregat
kasar terhadap biji karet berkisar antara 0% hingga 30%.
Setelah itu, sampel- sampel tersebut diawetkan selama 7, 14, 21, dan 28 hari, dan kemudian dievaluasi kuat tekannya. Biji karet ternyata dapat menggantikan hingga 10% dari agregat kasar, sehingga beton yang dihasilkan diklasifikasikan sebagai beton ringan non-struktural berdasarkan SNI 03- 3449-2002.
3. Fadhila Firdausa, Raja Marpaung, Sri Rezki Artini, Annadiyah Farah Diba,
Analisis Pengaruh Biji Karet Terhadap Kuat Tekan Beton
Metode Eksperimen di laboratorium
Belum ada upaya untuk membuat beton dengan menggunakan biji karet sebagai
pengganti split. Oleh
Vicky Wisma Ria, Arista Widya Iryani
karena itu, penelitian ini menyelidiki penggunaan biji karet Sembawa sebagai pengganti split yang baru.
Sementara itu, split dan semen portland halus terus menjadi bahan utama yang digunakan di
Tanjung Raja. Dalam percobaan ini, biji karet digantikan dengan split pada beton yang berumur 7, 14, dan 28 hari dengan jumlah 5%, 10%, 15%, dan 20%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan
maksimum sebesar 19,33 MPa diperoleh dengan substitusi 5%
biji karet, dan secara
umum, kuat tekan beton menurun seiring dengan peningkatan penggunaan biji karet.
4. Fadhila Firdausa, Raja Marpaung, Sri Rezki Artini
Simulasi Metode Back Propagation Dalam Analisis Hasil Pengaruh Biji Karet Substitusi Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan Beton
Metode Eksperimen di laboratorium
Belum ada upaya untuk membuat beton dengan menggunakan biji karet sebagai
pengganti split. Oleh karena itu, penelitian ini menyelidiki penggunaan biji karet Sembawa sebagai pengganti split yang baru.
Sementara itu, split dan semen portland halus terus menjadi bahan utama yang digunakan di
Tanjung Raja. Dalam percobaan ini, biji karet digantikan
dengan split pada beton yang berumur 7, 14, dan 28 hari dengan jumlah 5%, 10%, 15%, dan 20%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan
maksimum sebesar 19,33 MPa diperoleh dengan substitusi 5%
biji karet, dan secara umum, kuat tekan beton menurun seiring dengan peningkatan penggunaan biji karet.
5. Muthma Innah, Prima Yane Putri
Pengaruh Penggunaan Biji Karet (Hevea Brasiliensis- Muell.Arg) Sebagai Agregat Kasar Pada Beton Ringan
Metode Eksperimen di laboratorium
Pendekatan eksperimental digunakan dalam investigasi ini, dengan jumlah biji karet yang berbeda yang digunakan - 5%, 10%, 15%, dan
20%. Temuan menunjukkan bahwa ketika jumlah biji karet meningkat, berat beton menurun.
Penggantian biji karet dengan agregat kasar pada campuran beton ringan tidak disarankan karena dapat menurunkan nilai kuat tarik belah dan kuat tekan beton.