• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian dan Siklus Menstruasi Wanita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengertian dan Siklus Menstruasi Wanita"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

Dismenore adalah nyeri pada saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari seorang wanita dan mendorong pasien untuk menjalani pemeriksaan atau berkonsultasi ke dokter, puskesmas atau menemui bidan (Manuaba et al, 2010). Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan pada perut bagian bawah yang terjadi sebelum atau segera setelah menstruasi dimulai. Nyeri tersebut terjadi sebelum atau bersamaan dengan menstruasi dan berlangsung selama beberapa hari (Judha dkk, 2012).

Nyeri yang timbul disebabkan oleh kelainan panggul misalnya endometriosis, mioma uteri (tumor jinak rahim), stenosis serviks dan malposisi uterus, juga disebabkan oleh fibroid, penyakit radang panggul, IUD, tumor pada saluran tuba, usus atau kandung kemih, polip rahim, penyakit radang usus. Nyeri hebat dapat menjalar dari panggul ke punggung dan paha, seringkali disertai rasa mual pada beberapa wanita (Judha dkk, 2012). Dismenore primer adalah nyeri yang terjadi saat menstruasi dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi.

Jadi semakin lama kontraksi otot rahim berlangsung, maka efek vasokonstriksinya semakin besar, sehingga aliran darah ke otot rahim berkurang, yang kemudian akan menyebabkan iskemia pada otot rahim dan akhirnya menimbulkan nyeri.

Tanda dan Gejala Dismenorea Primer

Skala Pengukuran Nyeri Dismenorea Primer

0 : Tidak ada keluhan nyeri haid/kram pada perut bagian bawah 1-3 : Rasa kram pada perut bagian bawah, masih tertahankan, masih dapat beraktivitas, masih dapat konsentrasi belajar 4-6 : Rasa kram pada bagian bawah perut perut bagian bawah, nyeri menjalar ke .

Upaya Penanganan Dismenorea Primer

Latihan dismenorea merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat menghasilkan hormon β-endorfin, hormon ini diproduksi oleh otak dan sumsum tulang belakang. Senam dismenore dilakukan secara rutin dengan memperhatikan kontinuitas, frekuensinya sebaiknya dilakukan 3-4 kali seminggu atau 5-7 hari sebelum menstruasi, durasinya 30-45 menit setiap kali melakukan senam. Selain itu senam dismenore juga dilakukan pada waktu yang tepat yaitu setiap sore hari, karena konsentrasi endorfin terendah terdapat pada malam hari dan tertinggi pada pagi hari (Wirakusumah, 2004).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marlinda (2013) tentang pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore pada remaja putri di Desa Sidoharjo Kabupaten Pati, diperoleh hasil bahwa tingkat nyeri dismenore sebelum dilakukan senam dismenore pada kelompok perlakuan yang dilakukan adalah rata-rata mencuci. . sebesar 2,31, sedangkan rerata kejadian dismenore setelah latihan dismenore sebesar 1,07. Berikut tata cara atau langkah senam dismenore yang dapat diajarkan kepada klien (Harga I a) Tarik napas dalam-dalam melalui hidung, hingga perut membuncit dan tangan kiri terangkat. Kompres hangat merupakan suatu metode penggunaan suhu hangat setempat yang dapat menimbulkan efek fisiologis.

Kompres hangat dilakukan dengan menggunakan tiupan panas secara konduksi, dimana panas dari tiupan dipindahkan ke tubuh sehingga menyebabkan jaringan fibrosa melunak, otot-otot tubuh menjadi rileks, melancarkan aliran darah dan memberikan ketenangan pada seseorang sehingga dapat mengurangi rasa sakit. Pemberian kompres hangat pada suatu area tubuh akan mengirimkan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Kompres hangat mempunyai beberapa efek antara lain melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi pada area dalam jaringan.Pada otot, panas mempunyai efek menurunkan ketegangan otot yang akan meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan total sel darah putih dan fenomena tersebut. dari reaksi inflamasi. serta pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah, peredaran darah dan peningkatan tekanan kapiler.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dahlan (2017) tentang pengaruh terapi kompres hangat terhadap nyeri haid (dismenore) pada siswi SMK Perbankan Simpang Haru Padang, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor nyeri wanita. . siswa sebelum diberikan terapi kompres hangat sebesar 6,50 dan setelah diberikan terapi kompres hangat mengalami penurunan sebesar 2,62. Melakukan posisi lutut di dada artinya membungkukkan badan pada tempat yang rata, lutut ditekuk dan dekat dengan dada atau seperti posisi berbaring. Posisi dada lutut dapat menggerakkan otot, sehingga otot secara alami menjadi lebih kuat dan elastis, sehingga dapat melenturkan otot-otot pada panggul dan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aliah (2013) tentang efektivitas posisi knee-chest dalam menurunkan intensitas nyeri haid pada siswi SMA Negeri 1 Makasar, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan posisi knee-chest, 10 orang wanita siswa mengalami cahaya. nyeri, 30 siswi mengalami nyeri sedang dan kontrol nyeri berat sebanyak 5 siswi. Setelah diberikan posisi knee-chest, terdapat 2 orang siswi yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat terkontrol menjadi nyeri sedang, sedangkan terdapat 3 siswi dengan nyeri berat terkontrol menjadi nyeri ringan. Sedangkan 25 siswi yang mengalami nyeri sedang hingga nyeri ringan diberikan posisi lutut dada selama 10-20 menit, 5 siswi yang mengalami nyeri sedang menjadi tidak nyeri.

Dari hasil penelitian tersebut peneliti menemukan bahwa posisi lutut-dada terbukti dapat mengurangi nyeri haid (Aliah, 2013).

Konsep Remaja .1 Definisi Remaja

Karakteristik Remaja

Masa remaja merupakan bagian dari rangkaian kehidupan dan bukan merupakan masa perkembangan yang tidak berkaitan dengan masa-masa lainnya (Dieny, 2014).

Perubahan Masa Remaja (Sumiati, 2009)

Pola emosionalnya meliputi kemarahan, ketakutan, kecemburuan, rasa ingin tahu, iri hati, kegembiraan, kesedihan dan kasih sayang. Remaja pada umumnya mempunyai kondisi emosi yang tidak stabil, mengalami emosi yang ekstrim dan selalu merasa tertekan (Hurlock, 1999 dalam Sumiati, 2009). Perubahan fisik dan emosional pada masa remaja juga mengakibatkan perubahan dan perkembangan remaja (Monks dkk, 1999 dalam Sumiati, 2009), dengan menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja, yaitu memisahkan diri dari orang tua dan berpindah ke arah teman sebaya.

Konsep Nyeri .1 Definisi Nyeri

  • Tanda dan Gejala Nyeri
  • Klasifikasi Nyeri
  • Fisiologi Nyeri (Hidayat, 2012)
  • Pathway Nyeri (Prasetyo, 2010)
  • Teori Nyeri (Hidayat, 2012)
  • Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
  • Pengukuran Skala Nyeri
  • Pengkajian Terhadap Nyeri (Judha dkk, 2012)

Nyeri merupakan suatu keadaan berupa perasaan tidak menyenangkan yang bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri pada setiap orang berbeda-beda baik skala maupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau menilai nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2012). Nyeri somatik yang dalam mengacu pada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamen, tulang, sendi, dan vena. Hal ini menimbulkan reaksi yang merangsang bagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebral, dan kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau garukan, gangguan, keyakinan yang kuat,. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain rasa lelah, marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, nyeri, dan lain sebagainya. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti makna nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman sebelumnya, nilai budaya, ekspektasi sosial, kesehatan fisik dan mental, ketakutan, kecemasan, usia, dll.

Skala Deskriptor Verbal (VDS) adalah alat yang lebih obyektif untuk mengukur tingkat keparahan. Skala Analog Visual (VAS) berbentuk garis lurus, mewakili intensitas nyeri yang berkesinambungan dan mempunyai alat deskripsi verbal pada setiap sisinya. Skala ini memberikan kebebasan penuh kepada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri yang dirasakannya.

Skala analog visual merupakan ukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik dalam rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau angka (McGuire, 1984 dalam Prasetyo, 2010). Terdiri dari daftar kata-kata yang dapat digunakan untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan dan dapat digunakan pada anak usia 8-17 tahun (Prasetyo, 2010). Skala Nyeri Oucher terdiri dari dua skala terpisah, skala nilai 0-100 di sisi kiri untuk anak yang lebih besar dan skala fotografi enam gambar di sisi kanan untuk anak yang lebih kecil.

Misalnya tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri hebat atau sangat nyeri, atau dengan membuat skala nyeri yang sebelumnya bersifat kualitatif, kuantitatif dengan menggunakan skala 0 – 10, artinya 0 = tidak nyeri dan 10 = sakit yang sangat parah. P : Provokator, petugas kesehatan harus menyelidiki penyebab nyeri pada orang sakit, dalam hal ini perlu diperhatikan bagian tubuh mana saja yang mengalami cedera, termasuk menghubungkan nyeri tersebut dengan faktor psikologis, karena biasanya nyeri hebat terjadi karena faktor psikologis. bukan cederanya.. Untuk melokalisasi lebih spesifik, profesional kesehatan harus meminta pasien untuk menunjukkan area dengan nyeri minimal hingga area dengan nyeri ekstrem.

Kaji kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan oleh nyeri seperti beban ekonomi, aktivitas sehari-hari, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan harga diri.

Tabel 2.2 Perbedaan Stimulasi Simpatis dan Stimulasi Parasimpatis  Stimulasi Simpatis  Stimulasi Parasimpatis  1
Tabel 2.2 Perbedaan Stimulasi Simpatis dan Stimulasi Parasimpatis Stimulasi Simpatis Stimulasi Parasimpatis 1

Konsep Pendidikan Kesehatan .1 Definisi Pendidikan Kesehatan

  • Tujuan Pendidikan Kesehatan
  • Sasaran Pendidikan Kesehatan
  • Tahapan Pendidikan Kesehatan
  • Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
  • Metode Pendidikan Kesehatan
  • Alat Bantu Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan adalah sebagai upaya atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat meningkatkan keterampilan perilakunya untuk mencapai kesehatan yang optimal (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan WHO pada tahun 1954, tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku masyarakat atau masyarakat dari perilaku tidak sehat atau tidak sehat menjadi perilaku sehat. Misalnya ada sebagian masyarakat yang menggunakan jasa kesehatan secara berlebihan, ada juga yang sakit parah namun tetap tidak memanfaatkan jasa kesehatan.

Kelompok remaja yang terlibat penyalahgunaan narkoba 5) Kelompok masyarakat di berbagai institusi. Hasil yang diharapkan dari pendidikan kesehatan masyarakat adalah perubahan sikap dan perilaku individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat untuk mampu menetapkan prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kesehatan yang optimal. Setelah benar-benar mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan, masyarakat sebenarnya mampu mengubah perilakunya sesuai dengan anjuran kesehatan.

Misalnya setelah mendapat pendidikan kesehatan tentang menyikat gigi yang benar, masyarakat mampu melakukan aktivitas menyikat gigi pada waktu yang dianjurkan oleh kesehatan. Kegiatan ini dilakukan secara berurutan langkah demi langkah, oleh karena itu pelaksana perlu memahami ilmu komunikasi untuk tahap sensitisasi dan publisitas pendidikan atau belajar mengajar untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pada tahap pendidikan dan motivasi. Menurut Notoatmodjo (2007), luasnya pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat dilaksanakannya pendidikan kesehatan, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. .

Pendidikan kesehatan di tempat umum, antara lain terminal bus, bandara, tempat olah raga, dan lain-lain. Oleh karena itu, jelas bahwa pendidikan kesehatan tidak hanya diperlukan bagi penyandang disabilitas, tetapi juga pendidikan kesehatan bagi masyarakat. Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah kegiatan atau upaya menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.

Pendidikan kesehatan juga merupakan suatu proses dimana proses tersebut mempunyai input dan output. Dalam suatu mata kuliah pendidikan kesehatan yang mengarah pada tercapainya tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Artinya masukan tertentu (tujuan pedagogi) harus digunakan dengan cara tertentu, materi juga harus disesuaikan dengan tujuan, seperti halnya alat bantu pedagogi harus disesuaikan.

Menurut Notoatmodjo (2007), alat peraga pendidikan kesehatan adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam memberikan materi pendidikan, yang biasa disebut alat peraga, yang berfungsi untuk membantu dan mendemonstrasikan sesuatu dalam proses pendidikan, sehingga kemudian dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan dengan berbagai cara tersebut. jenis. peralatan.

Gambar

Gambar 2.1 Patofisiologi Dismenorea Primer  Sumber : Antao V, 2005
Tabel 2.1 Dosis Inhibitor Prostaglandin
Tabel 2.2 Perbedaan Stimulasi Simpatis dan Stimulasi Parasimpatis  Stimulasi Simpatis  Stimulasi Parasimpatis  1
Tabel 2.3 Perbedaan Nyeri Somatis dan Viseral (Hidayat, 2012)  Karakteristik  Nyeri Somatis
+6

Referensi

Dokumen terkait

➢ Peserta didik bekerja berkelompok (3 orang) menganalisa teks yang berbeda masing-masing kelompok berupa pengisian mid mapping untuk memberikan informasi

Berdasarkan keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi masa pensiun adalah suatu keadaan atau perasaan yang tidak menyenangkan dan bersifat

Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 33 responden di Perumahan Taman Surya Kencana RT 03 RW 06 Desa Grogol Kecamatan Tulangan Sidoarjo, sebanyak 18

adalah diperolehnya kemampuan mengingat (memorizing) berupa fakta-fakta sehingga kemampuan yang dimiliki siswa bersifat factual bukan konseptual. Kondisi demikian tidak