• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Membaca Permulaan

N/A
N/A
Habib Saputro

Academic year: 2023

Membagikan "Pengertian Membaca Permulaan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Membaca

a. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca adalah salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh seseorang karena membaca berkaitan dengan seluruh proses kehidupan. Membaca merupakan suatu

keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk memproses hal-hal baru seperti ilmu pengetahuan, informasi, berita dan lain-lain.

Menurut Anderson (1972:209-210) dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan

pembacaan sandi (a recording and recording prosess), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyanding (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna Bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Nur Irwansyah, dalam Mas Roro 2020:80-81).

Membaca merupakan sebuah proses yang berkelanjutan.

Pembaca membutuhkan waktu untuk memiliki keterampilan membaca yang baik. Seorang anak dapat dikatakan berkembang kemampuan membacanya pada saat anak mampu berkomunikasi

(2)

dua arah yang baik dengan lawan bicaranya, serta mampu melafalkan bunyi dari huruf, kata, maupun kalimat yang dibaca.

Menurut Crawley dan Mountain membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan (Herlinyanto, dalam Mas Roro 2020:82).

Membaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa selain menulis dan berhitung.

Keterampilan membaca menjadi dasar utama dalam belajar, dengan membaca siswa akan memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial dan emosionalnya. Ada empat profil pembelajaran membaca di sekolah dasar yaitu:

1) Menyimak sambil membaca, dijelaskan isinya, menjawab soal, dan meceritakan isinya.

2) Membaca judul, mencari isi paragraph, menjawab pertanyaan dan bergantian membacakan teks.

3) Membaca keras bersama-sama, dijelaskan isinya, permainan kata, mencari pokok pikiran, mengerjakan Latihan dan mengarang berdasarkan gambar.

(3)

4) Membaca dalam hati, berlatih bercerita, bercerita di depan kelas dan menuliskan kembali isi cerita (Basuki, 2011).

Dalam pengertian sempit, membaca adalah kegiatan

memahami makna yang terdapat dalam tulisan. Sementara dalam pengertian luas, membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi dan dampak bacaan itu (Nurhadi, dalam Mas Roro 2020:82).

Sedangkan membaca permulaan menurut Akhaidah merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Tujuaannya adalah agar siswa memiliki

kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Apri Damai dkk, dalam Mas Roro 2020:83). Membaca permulaan juga

bertujuan supaya siswa lebih mengenal huruf-huruf abjad seperti huruf vokal dan huruf konsonan serta dapat membaca kata dan kalimat yang terdiri dari rangkai huruf dengan lancar dan tepat.

Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah memahami dan memaknai pola-pola dan tulisan yang melibatkan aktivitas visual dan berpikir agar pembaca dapat memiliki penilaian terhadap

(4)

keadaan, fungsi dan dampak dari bacaan itu, sehingga dapat diimplementasikan di dalam proses kehidupan.

b. Proses Membaca Permulaan

Kemampuan membaca permulaan seharusnya sudah diajarkan sejak dini. Pada usia 5-7 tahun, mendengar merupakan salah satu proses dalam membaca permulaan. Di usia ini, anak masih senang bermain dan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah disbanding di sekolah, oleh karena itu pihak orang tua mempunyai peran penting untuk mengajarkan membaca kepada anaknya. Hal pertama yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan memulai dari mengenalkan bentuk-bentuk huruf dan bunyi dari huruf-huruf tersebut melalui permainan ataupun benda yang ada disekitar.

Menurut Kemendikbud (2013:103) pembelajaran membaca permulaan pada kurikulum 2013 dilaksanakan di kelas 1 SD

meliputi pengenalan huruf, belajar melafalkan huruf dalam kata dan dapat membaca kata-kata dengan lafal yang tepat.

Dalam proses pembelajaran membaca permulaan, terdapat beberapa tahapan yang menilai bahwa anak sudah layak untuk diajarkan membaca, salah satunya yaitu anak sudah mampu

berkomunikasi dua arah yang baik dengan lawan bicaranya. Belajar membaca seharusnya diajarkan tidak hanya di sekolah, peran

(5)

orang tua juga sangat penting untuk menciptakan keterampilan membaca pada anak. Menurut J. Adler & Charles dalam

perkembangan pembelajaran membaca pada anak memiliki 4 tahap berbeda, di antaranya:

1) Tahap pertama, disebut “kesiapan membaca” tahap ini dimulai sejak lahir dan biasanya berlanjut sampai sekitar usia 6 dan 7 tahun. Kesiapan membaca meliputi berbagai kesiapan belajar, kesiapan fisik termasuk penglihatan dan pendengaran yang baik. Kesiapan intelektual termasuk persepsi visual minimum anak bisa menyerap dan mengingat kata-kata dan huruf-huruf pembentuk kata tersebut. Kesiapan bahasa meliputi kemampuan berbicara dengan jelas menggunakan kalimat dalam urutan yang tepat, kesiapan kepribadian meliputi kemampuan bekerja sama dengan anak lain, berkonsentrasi, mengikuti arahan dan sebagainya.

2) Tahap kedua, anak belajar membaca materi yang sangat sederhana, ia biasanya memulai dengan mempelajari beberapa kata dan pada umumnya ia akan berhasil menguasai 300 atau 400 kata pada akhir tahun pertama.

Keterampilan membaca dasar diperkenalkan pada tahap ini, seperti penggunaan konteks atau tanda-tanda makna, pada

(6)

akhir periode ini anak-anak diharapkan sudah bisa membaca buku sederhana secara mandiri dan antusias.

3) Tahap ketiga, dicirikan bertambahnya kosa kata secara cepat dan meningkatnya keterampilan “menyikap” arti kata- kata yang kurang dikenal dengan bantuan konteks. Pada tahap ini juga anak belajar membaca untuk bermacam- macam tujuan dan dalam berbagai bidang seperti sains, ilmu social dan tata bahasa. Ia tahu bahwa membaca, selain merupakan kegiatan di sekolah, bisa dilakukan atas kemauan sendiri sebagai hiburan untuk memuaskan rasa ingin tahu, bahkan menambah wawasan.

4) Tahap keempat, ditandai dengan peningkatan semua

keterampilan yang telah diperoleh. Lebih dari itu, siswa mulai bisa mengasimilasi berbagai pengalaman membacanya.

Pada proses membaca permulaan ada juga siswa yang mengalami kesulitan membaca. Kesulitan membaca permulaan adalah kondisi di mana siswa mengalami hambatan dalam membaca yang disebabkan dari beberapa faktor sehingga siswa merasa sulit dan tidak bisa untuk menulis, mengeja dan lambat dalam membaca suku kata, serta mempunyai kemampuan di bawah rata-rata. Hambatan ini bisa terjadi karena adanya beberapa faktor meliputi faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar diri siswa) yaitu lingkungan.

(7)

Untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam proses membaca dan agar tujuan pembelajarannya tercapai, guru perlu melakukan perencanaan yang baik mengenai materi, metode, maupun media yang akan digunakan. Pada membaca permulaan, fokus utama pembelajarannya adalah siswa mampu melek huruf.

Artinya, siswa harus mampu mengenal huruf, mengidentifikasi, mengkasifikasikan huruf, mampu merangkai huruf menjadi suku kata, kata serta kalimat (Yuliana, 2017).

Ritawati (1996:51) menyebutkan ada lima langkah dalam membaca permulaan yaitu mengenal unsur kalimat, mengenal unsur kata, mengenal unsur huruf, merangkai huruf menjadi suku kata menjadi kata. Pada pembelajaran membaca permulaan, siswa juga diajarkan sikap yang benar dalam kegiatan membaca. Sikap tersebut meliputi cara duduk yang benar, cara membuka buku yang benar, cara memegang buku dan juga cara melihat buku. Sikap- sikap tersebut harus diajarkan kepada siswa agar proses membaca dapat lebih efektif dan juga tidak mengganggu kesehatan siswa.

Kemampuan membaca permulaan harus menjadi perhatian lebih bagi para guru. Kemampuan membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca selanjutnya, karena kemampuan membaca permulaan merupakan suatu hal yang mendasari siswa untuk dapat memproses pelajaran-pelajaran yang didapatkan. Jika siswa tidak memiliki kemampuan membaca

(8)

yang baik, maka akan sulit untuk memproses bermacam mata pelajaran di sekolah. Kemampuan membaca sangat diperlukan untuk setiap orang yang ingin memperluas pengetahuan dan pengalaman, mempertinggi daya pikir, mempertajam penalaran untuk mencapai kemajuan dan peningkatan diri (Syafie 1999).

Dalam proses pengajaran membaca permulaan pada siswa kelas awal, ada prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh guru agar siswa tidak mengalami kesulitan saat belajar membaca di sekolah ataupun di rumah. Menurut Burns (1982) mengemukakan ada dua belas prinsip yang didasarkan penelitian yang bermanfaat untuk membimbing guru dalam pembuatan perencanaan pengajaran membaca. Kedua belas prinsip tersebut diuraikan sebagai berikut:

1) Membaca adalah sebuah kegiatan yang kompleks yang melibatkan banyak faktor. Guru hendaknya memahami kondisi siswa dalam proses membaca.

2) Membaca adalah pemahaman makna terhadap simbol- simbol tertulis. Siswa selain dapat mengucapkan dengan baik kata juga harus bisa memahami makna bacaan yang dibacanya.

3) Tidak ada satu cara pun yang dapat dinyatakan paling tepat untuk mengajarkan membaca karena anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Guru hendaknya

memperhatikan kondisi siswa dalam menentukan metode

(9)

pembelajaran, sehingga metode yang diterapkan sesuai dengan karakteristik siswa.

4) Belajar membaca adalah sebuah proses yang berkelanjutan.

Siswa akan mendapatkan kemampuan membaca yang baik seiring berjalannya waktu.

5) Siswa harus diajarkan tentang kemampuan pengenalan kata yang akan memberikan kesempatan mereka untuk

membuka kunci pengucapan dan pemahaman dari kata-kata yang tidak dikenal. Jika anak tidak dapat mengingat kata- kata yang mereka temui pada bacaan, maka mereka perlu belajar teknik-teknik mengenal kata.

6) Guru harus mendiagnosis kemampuan membaca siswa dan menggunakan diagnosis tersebut untuk merencanakan pengajaran. Guru harus memberikan perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran, karena karakteristik siswa yang berbeda-beda.

7) Keterampilan membaca terkait dengan berbagai

keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara dan menulis. Kemampuan menyimak menunjang kegiatan belajar membaca karena memberikan asosiasi langsung yang berupa bunyi dan makna.

(10)

8) Membaca adalah satu bagian integral dari semua isi pengajaran dalam program pendidikan. Guru harus mengaitkan membaca dengan mata pelajaran yang lain.

9) Siswa harus diberi kesadaran bahwa membaca itu penting.

Guru perlu menunjukkan betapa pentingnya kemampuan membaca. Dengan mengetahui pentingnya membaca siswa akan termotivasi untuk belajar membaca.

10)Penikmatan membaca haruslah mendapat prioritas utama.

Guru haruslah menyediakan bacaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan berbahasa siswa. Dengan membaca siswa dapat menikmati berbagai informasi menarik.

11)Keterbacaan suatu bahan bacaan haruslah dipertimbangkan dari berbagai aspek pendidikan.

12)Membaca haruslah dilakukan motivasi agar siswa untuk merasa sukses. Bacaan siswa disesuaikan dengan

kemampuan siswa (Zubaidah, dalam Mas Roro 2020:84-87) Prinsip-prinsip pengajaran membaca diatas dapat dijadikan pedoman untuk pengajaran membaca agar tujuannya dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.Media Pembelajaran 2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

(11)

Bicara mengenai proses pembelajaran, tidak lepas dari penggunaan media. Hal ini dikarenakan penggunaan media dalam pembelajaran terbukti mampu untuk membantu guru dalam proses pembelajaran dan juga mempermudah siswa untuk menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Kata media berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, dalam Muhammad, dkk 2021:27). Menurut Naz dan Akbar (2008) dalam Muhammad, dkk (2021:27) dalam perspektif belajar mengajar, media adalah pengantar informasi dari guru kepada siswa untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Musfiqon dalam Muhammad, dkk (2021:27-28) mengungkapkan bahwa media pembelajaran dapat digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar efektif dan efisien.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Pada dasarnya media pembelajaran memiliki manfaat dapat mempermudah guru dalam mengajar, seperti dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, serta dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.

(12)

Secara umum, manfaat media dalam proses belajar dan pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional mengidentifikasi delapan manfaat media dalam penyelenggaraan proses belajar dan pembelajaran, yaitu:

1) Penyampaian materi Pelajaran dapat diseragamkan

Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada peserta didik secara seragam. Setiap peserta didik yang melihat atau mendengar uraian suatu materi Pelajaran melalu media yang sama, akan menerima informasi yang persis sama seperti yang diterima oleh peserta didik yang lainnya.

2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, serta menarik minat peserta didik. Dengan media, materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan peserta didik dan merangsang peserta didik bereaksi baik secara fisik maupun emosional.

3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

(13)

Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan peserta didik dalam melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran.

4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga

Dengan media, guru tidak harus menjelaskan materi

pelajaran secara berulang-ulang, sebab hanya dengan sekali saja menggunakan media, peserta didik akan lebih mudah memahami materi belajar dan pembelajaran.

5) Meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik

Penggunaan media bukan hanya membuat proses belajar dan pembelajaran lebih efisien, tetapi jyga membantu peserta didik menyerap materi pembelajaran lebih mendalam dan utuh.

6) Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja

Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran secara lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru.

7) Media dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik terhadap materi serta proses belajar dan pembelajaran

(14)

Dengan media, proses belajar dan pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

8) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif

Dengan memanfaatkan media pembelajaran secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi belajar dan pembelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media.

c. Media Kartu Kata Bergambar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang. Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.

Sedangkan gambar adalah tiruan barang (orang, Binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil, alat tulis dll pada kertas atau sejenisnya. Jadi kartu kata bergambar adalah kertas tebal yang tertulis unsur bahasa yang mempunyai gambar sesuai dengan unsur bahasa tersebut. Sejalan dengan Mohammad (Jaruki (2008: 15) bahwa kartu kata bergambar adalah

(15)

kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar. Kartu kata bergambar yang dimaksud disini adalah kartu tebal yang bergambar benda-benda yang sering dijumpai anak seperti binatang, tumbuhan, buah maupun peralatan sekolah yang mempunyai variasi warna dan tertulis kata pada setiap kartunya.

Keuntungan media kartu kata bergambar adalah

mempermudah bagi peserta didik untuk memahami pembelajaran yang berlangsung, karena dengan kartu kata bergambar tersebut materi akan mudah diulangi sehingga pemahaman anak akan optimal. Desain gambar yang menarik akan membuat anak lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Kelebihan media kartu bergambar sebagai media gambar menurut Arif S. Sadiman dkk (1986: 29) mengemukakan sebagai berikut:

1) Sifatnya konkrit gambar atau foto lebih realistis

menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

3) Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan tidak selalu bisa dibawa (diperlihatkan) ke obyek peristiwa tersebut.

4) Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.

(16)

5) Dapat memperjelas suatu masalah dibidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membentuk pemahaman.

6) Murah harganya, mudah untuk didapat dan digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

2. Tujuan Membaca

Suatu kegiatan yang akan dilakukan hendaknya disertai dengan adanya tujuan. Begitu pula dengan kegiatan membaca, hendaknya pembaca memiliki tujuan sebelum melakukannya. Tujuan membaca akan menentukan arah dan hasil yang akan diperoleh oleh pembaca.

Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda-beda. Penentuan tujuan tersebut didasarkan pada kebutuhan individu masing-masing.

Berdasarkan teori Rahim (2008: 11), Adapun macam-macam tujuan membaca yaitu:

1) Kesenangan

2) Menyempurnakan membaca nyaring 3) Menggunakan strategi tertentu

4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik 5) Mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang

telah diketahuinya

6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis 7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

(17)

8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.

9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca

Menurut Pandawa, dkk (2009: 15), ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah:

1) Faktor kognitif 2) Faktor afektif 3) Faktor teks bacaan

4) Faktor penguasaan membaca

Faktor yang pertama berkaitan dengan pengetahuan,

pengalaman dan tingkat kecerdasan (kemampuan berfikir) seseorang.

Faktor kedua berkaitan dengan kondisi emosional, sikap dan situasi.

Faktor ketiga berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan dan penggunaan bahasanya. Selajutnya faktor terakhir berkaitan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur dan unsur-unsur kewacanaan.

B. Kerangka Berpikir

(18)

Pembelajaran membaca di kelas 1 sekolah dasar merupakan

pembelajaran tahap awal atau disebut dengan membaca permulaan.

Membaca permulaan ini bertujuan untuk mengenalkan huruf-huruf abjad seperti huruf vokal dan huruf konsonan serta dapat membaca kata dan kalimat yang terdiri dari rangkai huruf dengan lancar dan tepat. Membaca permulaan juga merupakan suatu kemampuan dasar siswa untuk dapat memproses atau memahami materi pelajaran sehingga siswa tidak mengalami kesulitan untuk memahami materi-materi yang diajarkan selanjutnya.

Pada kenyataannya siswa kelas 1 SDN Pesanggrahan 01 masih mengalami kesulitan dalam membaca permulaan, antara lain siswa kurang tepat dalam membedakan huruf dan melafalkan kata serta siswa kurang lancer dalam membaca kalimat sederhana. Rendahnya

kemampuan membaca permulaan siswa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kegiatan pembelajaran membaca permulaan yang dilakukan kurang bervariasi. Terlihat pada saat pembelajaran, siswa kurang siap dan kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menarik dan meningkatkan semangat belajar siswa dalam membaca permulaan adalah dengan menggunakan media kartu kata bergambar. Dengan penggunaan media tersebut siswa dapat berlatih membaca permulaan dengan bantuan gambar dan siswa akan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Kelebihan media kartu kata bergambar antara lain dapat

(19)

menarik perhatian siswa, meningkatkan minat dan semangat siswa karena disertai dengan gambar-gambar yang sering dijumpai oleh siswa di

sekitarnya, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan perbendaharaan kata peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, dapat divisualisasikan dalam sebuah bagan seperti berikut.

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat diajukan rumusan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H0: Tidak ada peningkatan kemampuan membaca permulaan sebelum dan sesudah menggunakan media kartu kata bergambar

Siklus II Siklus I Tindakan

Penggunaan media kartu kata bergambar dalam

proses pembelajaran Guru belum menggunakan media kartu kata bergambar

Keterampilan membaca siswa rendah Kondisi Awal

Dengan penggunaan media kartu kata bergambar kemampuan

membaca siswa meningkat

Kondisi Akhir

(20)

H1: Ada peningkatan kemampuan membaca permulaan sebelum dan sesudah menggunakan media kartu kata bergambar

Referensi

Dokumen terkait

Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, hipotesis penellitian, metode penelitian,

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dijabarkan di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pembelajaran IPS dengan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka pada penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah “Dengan menerapkan metode Demonstrasi memakai media Globe

Berdasarkan latar belakang perma- salahan, kajian teori dan kerangka pe- mikiran yang sudah dibahas sebelumnya, maka dapat disusun suatu hipotesis tin- dakan sebagai

Hipotesis Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian dapat diajukan sebagai berikut: H1: Terdapat hubungan Manajemen Berbasis Sekolah terhadap

Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara hasil penelitian.Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Strategi

22 3.2 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep yang telah dikembangkan, maka diajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu : H0 : Tidak terdapat hubungan antara

Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep