PEN GORGAN ISASIAN UN IT
NURSING MANAGER
Aris Cahyo Purnomo
27-28 Agustus 2022
DASAR PEMAHAMAN
Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menunjang asuhan tersebut. (Hoffart & Woods, 1996 dalam Huber, 2010)
PENGERTIAN
MPKP adalah salah satu metode pelayanan keperawatan dari sistem, struktur, proses dan nilai-nilai profesional, yang
memfasilitasi perawat profesional yang mempunyai
kemampuan dan tanggung jawab dalam mengatasi masalah keperawatan dan telah menghasilkan berbagai jenjang
produk keperawatan untuk pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan tempat asuhan keperawatan tersebut
diberikan (sitorus & Yulia, 2005).
TUJUAN PENERAPAN MPKP
START
Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
2
Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
1
5
Menciptakan kemandirian dalam 4
memberikan asuhan keperawatan
3
TUJUAN UTAMA ADALAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
MODEL PENUGASAN MPKP/ MAKP
METODE FUNGSION
AL
MODIFIKAS I PRIMER (MODULER METODE
KASUS
METODE TIM
METODE PRIMER
1 2 3 4 5
1. METODE KASUS
1.
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali digunakan. Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak digunakan
2.
Pada metode ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas
Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar pemanfaatan tenaga yang bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang diharapkan dari perawat sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran,
kemudian dikembangkan metode fungsional. (Sitorus, 2006).
3.
Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.
(Sitorus, 2006).
1. METODE KASUS
KELEBIHAN
Kebutuhan pasien terpenuhi.
Pasien merasa puas.
Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
Kepuasan tugas secara
keseluruhan dapat dicapai.
KEKURANGAN
Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
Membutuhkan banyak tenaga.
Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
Pendelegasian perawatan klien hanya
sebagian selama perawat penaggung
jawab klien bertugas.
2. METODE FUNGSIONAL
1.
Pada metode fungsional,
pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu ruangan
2.
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu ruangan.
Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien
3.
Metode fungsional mungkin efisien dalam
menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya.
(Sitorus, 2006
2. METODE FUNGSIONAL
KELEBIHAN
Sederhana
Efisien.
Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurangberpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
KEKURANGAN
Proritas utama yang dikerjakan adalah
kebutuhan fisik dan kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistik.
Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan keperawatan terfragmentasi.
Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu klien secara
komprehensif, kecuali mungkin kepala ruangan.
Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan.
Klien kurang merasakan adanya hubungan
saling percaya dengan perawat
3. METODE TIM
1.
Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.
Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan
2. Tanggung jawab ketua tim adalah :
• Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
• Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
• Membagi tugas yang harus
dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi
• Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
3.
Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama melalui renpra tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan
evaluasi.
Anggota tim harus menghargai
kepemimpinan ketua tim.
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi
4.
Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akanberhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu kepala ruang diharapkan telah :
Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan
Menjadi narasumber bagi ketua
timMendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
3.METODE TIM
KELEBIHAN
Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
Pasien dilayani secara komfrehesif
Terciptanya kaderisasi kepemimpinan.
Tercipta kerja sama yang baik .
Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.
KEKURANGAN
Tim yang satu tidak mengetahui
mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.
Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
Akuntabilitas dalam tim kabur.
4.METODE PERAWAT PRIMER
Pengertian
“Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggungjawab dalam perencanaan, pemberian, dan koordinasi asuha keperawatan klien, selama klien dirawat.”
Metode dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan
komitmen
Setiap PP biasanya
merawat 4 sampai 6 klien dan bertanggungjawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat.
PP bertanggungjawab terhadap asuhan keperawatan klien dan menginformasikan keadaan klien kepada kepala ruangan, dokter, dan staff keperawatan.
(Sitorus, 2006) Perawat yang
bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse) disingkat dengan PP
Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan, tetapi juga mempunyai kewengangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontrak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lain lain. Dengan diberikannya kewenangan, dituntut akuntabilitas perawat yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Metode keperawatan primer memberikan beberapa keuntungan terhadap klien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989)
Perawat akan melakukan wawancara mengkaji secara komprehensif, dan merencanakan asuhan keperawatan. Perawat yang paling mengetahui keadaaan klien. Jika PP tidak sedang bertugas, kelanjutan asuhan akan di delegasikan kepada perawat lain (associated nurse)
4.METODE PRIMER
KELEBIHAN
Mendorong kemandirian perawat.
Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
Berkomunikasi langsung dengan Dokter
Perawatan adalah perawatan komfrehensif
Model praktek keperawatan
profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
KEKURANGAN
Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
Biaya relatif lebih tinggi
dibandingkan metode lain.
5. METODE MODULER
01 02
03 04
Perawat profesional dan vokasional bekerjasama utk merawat sekelompok klien dari mulai masuk ruang rawat hingga pulang (tanggung jawab total)
Metode ini juga memerlukan perawat yg berpengetahuan luas dan trampil, kemampuan kepemimpinan baik
2-3 perawat utk 8-12 klien
Keuntungan & Kerugian= gabungan tim dan primer, namun biaya lebih rendah daripada
primer
5.METODE MODULER
KELEBIHAN
Kebutuhan pasien terpenuhi.
Pasien merasa puas.
Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
Kepuasan tugas secara
keseluruhan dapat dicapai.
KEKURANGAN
Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
Membutuhkan banyak tenaga.
Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
Pendelegasian perawatan klien hanya
sebagian selama perawat penaggung
jawab klien bertugas.
TINGKATAN MPKP
M odel Praktek Keperawatan Profesional III
M odel Praktek Keperawatan Profesional I
M odel Praktek Keperawatan Profesional II
M odel Praktek Keperawatan
Pemula
Kriteria Pemenuhan kebutuhan tenaga keperawatan:
A. Kriteria struktur
1. Kebijakan RS tentang tenaga keperawatan 2. Tenaga perawat teregistrasi
3. Pola ketenagaan
4. Mekanisme rekruitmen dan seleksi tenaga 5. SPO tentang ketenagaan
6. Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
7. Tersedianya data dan informasi BOR dan tata ruang
Kebutuhan Tenaga Perawat
(Direktorat Keperawatan Ditjen Yanmed Depkes, 2005)
BEBAN KERJA PERAWAT
BEBAN KERJA Masalah
Komunitas
Perkembanagn IPTEK
DISASTER
Hukum &
Peraturan
TINGKAT PENDDKN KONSUMEN
SARANA
FASILITAS PENGARUH MUSIM/
CUACA
TKT PENDDK PERAWAT
EKONOMI
POLITIK
Faktor – Faktor yg Mempengaruhi
Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Faktor Pasien
Tingkat Kompleksitas pasien
Jenis Penyakit , Usia
Jumlah pasien dan Fluktuasi ( turun-naiknya)
Harapan pasien dan keluarga
Faktor Tenaga
Jumlah dan komposisi tenaga Kep.
Kebijakan pengaturan dinas
Peran,fungsi, tanggung jawab perawat
Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
Keterbatasan tenaga perawat profesional dan spesialis.
PENGHITUNGAN KETENAGAAN
METODE
DOUGLASS METODE
LOKAKARYA PPNI
METODE SWANSBURG
Metode Worklo ad Indicator
Staff Need (WISN)
METODE GILLIES
1. METODE DOUGLASS
Jml klien
KLASIFIKASI KLIEN
Minimal Parsial Total
pagi sore malam pagi sore malam pagi sore malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst
menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi klien dimana masing masing kategori mempunyai nilai
standar per shift nya
1. METODE DOUGLASS
Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Partial total Jumlah
Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang
2. METODE GILLIES
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1) waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesfiikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2) Waktu keperawatan tidak langsung
menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari 3) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
2. METODE GILLIES
Jumlah jam keperawatan Yang dibutuhkan klien/hari
rata rata
x klien/hari x
jumlah hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jumlah jam kerja Masing masing
Perawat
tiap perawat
3. METODE SWANSBURG
Contoh :
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari . Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
1) total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam
jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari 2) Total jam kerja /minggu = 40 jam
jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang
(jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7
jam/shift)
3. METODE SWANSBURG
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),
merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari → pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang - Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
- Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
- Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
4. METODE LOKAKARYA PPNI
FORMULA LOKAKARYA PENYUSUNAN PEDOMAN
PELAYANAN
KEPERAWATAN DI RS (PPNI ‘83)
125%
TP A
41 Mg
= Tenaga perawat
= Jumlah jam perawatan / 24 jam
= 365 - 52 (Hr Ming.) - 12 hr libur - 12 hr cuti
= 289 / 7
TP x 125 % Produktivitas Perawat = 75%
TP = A x 52 (Mg) x 7 hr (TT x BOR) +
41 (Mg) x 40 Jam / Mg
4. METODE LOKAKARYA PPNI
RS dengan tempat tidur 100, BOR 70%
•
•
Waktu perawatan 6 jam/hari Jam kerja 6 jam/hari
Hitung: Tenaga perawat menurut PPNI
formula
CONTOH
4. METODE LOKAKARYA PPNI
CONTOH KASUS (FORMULA PPNI)
TP = A x 52 mg x 7 hr (TT x BOR) x 125 % 41 mg x 40
= 6 x 52 mg x 7 hr (100 41 mg x 40
= 117 Orang
mg
x 0,7) x 125 %
mg
5. WISN
METODE WISN (Work Load Indikator Staff Need/
Kebutuhan SDM kesehatan Berdasarkan Indikator Beban
Kerja)
PENGHITUNGAN BEBAN KERJA
merupakan suatu teknik hitung beban kerja yang digunakan untuk menghitung besarnya beban kerja
yang didapatkan dalam suatu unit, bidang atau instalasi tertentu. Dengan menghitung menggunakan
work sampling, didapatkan gambaran kegiatan seperti berikut:Jenis aktivitas yang dilakukan selama
jam kerja ; Kaitan aktivitas tenaga kesehatan berkaitan dengan fungsi dan tugasnya dalam waktu
jam kerja; Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk melakukan kegiatan produktif dan tidak produktif ; Pola beban kerja personel dikaitkan
dengan waktu dan schedule jam kerja
WORK SAMPLING
teknik perhitungan beban kerja dengan memperhatikan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh sampel.
Kelebihan teknik ini adalah kita mampu sekaligus menilai kualitas kinerja dari sampel sambil menghitung
beban kerjanya (Ilyas, 2011)merupakan tehnik untuk mengumpulkan informasi aktifitas kerja dimana pengamatan dilakukan secara terus menerus terhadap
setiap jenis kegiatan perawat dan dicatat secara terperinci serta dihitung lamanya waktu untuk melakukan suatu tugas tertentu. Idealnya satu pengamat mengamati satu subjek. Itu sebabnya penelitian ini tak bisa untuk subjek yang besar/banyak
jumlahnya (Finkler, S, 2000).
TIME AND MOTION STUDY
merupakan bentuk dari work sampling yang lebih sederhana, karena memberikan kesempatan kepada sampel
untuk menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang dihabiskan dalam melakukan pekerjaannya. Teknik ini sangat bergantung kepada kejujuran sampel. Sebagai tahapan, peneliti membuat terlebih dahulu pedoman dan
formulir isian untuk para sampel. Penjelasan dasar mengenai cara pengisisan formulir harus dilakukan oleh peneliti terlebih dahulu sebelum sampel dibolehkan untuk
mulai mengisinya sendiri. Yang diutamakan dalam penelitian ini adalah kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan
(Ilyas, 2011). Data yang telah didapatkan dari para sampel kemudian diolah untuk menghasilkan analisa mengenai
beban kerja tertinggi dan jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu terbanyak
DAILY LOG
Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats terlibat dalam suatu program atau dalam organisasi.
H al ini melibatkan penentuan tujuan organisasi atau program dan
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang baik dan menguntungkan untuk mencapai tujuan itu.
Analisis ini berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara
bersamaan dapat meminimalkan
kekurangan dan ancaman.
TUJUAN
Untuk mengenali/mengetahui tingkat
kapasitas suatu Organisasi/Badan melalui pengkajian atas faktor-faktor Internal
(Kekuatan dan Kelemahan) serta faktor-faktor
Eksternal (Peluang dan Ancaman/Tantangan)
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan Organisasi/Badan tersebut
SWOT
STRENGHTS (KEKUATAN)
adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. Strenght ini bersifat internal dari organisasi atau sebuah program.
WEAKNESSES (KELEMAHAN)
adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada.
OPPORTUNITY (KESEMPATAN)
adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya. Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa juga berupa respon masyarakat atau isu yang sedang diangkat.
THREAT (ANCAMAN)
adalah factor negative dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program.
Ancaman ini adalah hal yang terkadang selalu
terlewat dikarenakan banyak yang ingin mencoba
untuk kontroversi atau out of stream (melawan arus)
namun pada kenyataannya organisasi tersebut lebih
banyak layu sebelum berkembang.x
Hubungan antara S, W, O dan T
Pengaruh eksternal
Pengaruh internal Kekuatan
pendorong Kekuatan
penghambat
O T
S W
Strengths (faktor kekuatan)
Kekuatan internal organisasi menyangkut situasi dan kondisi, yaitu potensi yang dimiliki, seperti:
Cita-cita, kebijakan
Tugas pokok, fungsi dan sasaran
Filosofi dan tata nilai
Jumlah personel, keterampilan dan pengalaman
Tingkat kesetiakawanan personel
Teknologi yang dimiliki
WEAKNESSES (FAKTOR KELEMAHAN)
Berbagai kondisi internal yang melemahkan atau kurang
kondusifnya upaya mengejar visi/misi organisasi, seperti:
Buruknya birokrasi organisasi
Lemahnya disiplin pegawai
Adanya jabatan rangkap
Rendahnya kesejahteraan pegawai
Lemahnya etos kerja
Lemahnya infrastruktur
OPPORTUNITIES (FAKTOR PELUANG)
Merupakan faktor eksternal yaitu tersedia pada lingkungan yang harus dimanfaatkan oleh organisasi, seperti
Ketersediaan sumber tenaga kerja
Kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum
Kesadaran politik masyarakat
Jaminan keamanan
THREATS (FAKTOR ANCAMAN)
Berupa ancaman eksternal yang mungkin membahayakan kelancaran aktifitas organisasi, seperti:
Kenaikan harga bahan baku
Kelangkaan pemasok material dan peralatan
Bencana alam
Tingginya tingkat inflasi
Kekuatan pesaing
Tumpang tindihnya kewenangan antar instansi
TEKNIK ANALISIS SWOT
1. Penentuan Faktor Kritis Lingkungan IN TERN AL dan Lingkungan EKSTERN AL kemudian
memasukkan ke dalam tabel
2. Penentuan Bobot (Weight/W) untuk masing-masing SWOT
3. Penentuan Peringkat (Rating/R) untuk masing- masing SWOT
4. Penentuan Skor ( W x R ) untuk masing-masing SWOT
5. Berdasarkan Skor SWOT, menghitung :
STREN GTH POSTURE (SP) = S + W
COM PETITIVE POSTURE (CP) = O + T
6. M enentukan Posisi pada M atriks SWOT
Prinsip Pembobotan (W) dan Peringkat (R)
Pembobotan menggambarkan tingkat kepentingan setiap Faktor Kunci SWOT
Beri bobot masing-masing mulai 4 (sangat penting) sampai 1 (sedikit penting), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi organisasi.
Pemberian Peringkat, menggambarkan penilaian terhadap Faktor Kunci SWOT:
S & O selalu Positif (semakin baik diberi nilai positif lebih besar)
W & T selalu Negatif (semakin jelek diberi nilai negatif paling kecil)
Lakukan penentuan peringkat berdasarkan faktor tersebut. Data peringkat didptkan berdasarkan hasil pengukuran baik secara observasi, wawancara dan pengukuran
langsung.
Penentuan Bobot (Weight)
Kekuatan (S):
1 : Sedikit kuat 2 : Agak kuat 3 : Kuat
4 : Sangat kuat Kelemahan (W):
-1 : Sedikit lemah
-2 : Agak lemah -3 : Lemah
-4 : Sangat lemah
Peluang (O):
1 : Sedikit berpeluang
2 : Agak berpeluang 3 : Berpeluang
4 : Sangat berpeluang Ancaman (T):
-1 : Sedikit terancam
-2 : Agak terancam -3 : Terancam
-4 : Sangat
Terancam
Penentuan Bobot (Weight)
Aspek S-W
Orang ke-
∑
BOBOT1 2 3 4 5 6
S-1 2 3 3 3 4 3 18
= 0.1518/124S-2 3 4 2 2 3 4 18 0.15
S-3 2 2 3 3 3 3 16 0.13
S-4 3 3 4 2 2 4 18 0.15
W-1 4 4 4 3 2 3 20 0.16
W-2 1 4 3 2 3 4 17 0.13
W-3 2 2 3 3 4 3 17 0.13
124 1,00
Aspek O-T
Orang ke-
∑
BOBOT1 2 3 4 5 6
O-1 2 3 3 3 4 3 18 18/131= 0,14
O-2 4 4 3 2 3 4 20 0,15
O-3 4 2 3 3 3 3 18 0,14
T-1 3 3 4 4 2 4 20 0,15
T-2 4 4 2 3 4 3 20 0,15
T-3 2 4 3 2 3 4 18 0,14
T-4 2 2 3 3 4 3 17 0,13
131 1,00
Penentuan Peringkat
Kekuatan (S):
1 : Sedikit kuat 2 : Agak kuat 3 : Kuat
4 : Sangat kuat Kelemahan (W):
-1 : Sedikit lemah
-2 : Agak lemah -3 : Lemah
-4 : Sangat lemah
Peluang (O):
1 : Sedikit berpeluang
2 : Agak berpeluang 3 : Berpeluang
4 : Sangat berpeluang Ancaman (T):
-1 : Sedikit terancam
-2 : Agak terancam -3 : Terancam
-4 : Sangat
Terancam
Penentuan Peringkat
Aspek S-W
Orang ke-
R
1 2 3 4 5 6
S-1 1 2 3 1 2 1 10 10/6 =
1,67
S-2 1 3 2 1 3 1 11 1,83
S-3 2 2 3 3 2 3 15 2,50
S-4 3 4 2 4 4 4 21 3,50
W-1 -4 -3 -2 -2 -3 -2 -16 -2,67 W-2 -4 -3 -3 -3 -3 -3 -19 -3,17 W-3 -2 -3 -1 -2 -3 -2 -13 -2,17
Aspek O-T
Orang ke-
R
1 2 3 4 5 6
O-1 1 2 3 1 2 1 10 10/6=
1,67
O-2 1 3 2 1 3 1 11 1,83
O-3 2 2 3 3 2 3 15 2,50
T-1 -3 -4 -2 -4 -4 -4 -21 -3,50
T-2 -4 -3 -2 -2 -3 -2 -16 -2,67
T-3 -4 -3 -3 -3 -3 -3 -19 -3,17
T-4 -2 -3 -1 -2 -3 -2 -13 -2,17
IFAS / IFE MATRIX
KIF Weight Rating W x R S-1 0.15 1.67 0.25 S-2 0.12 1.83 0.22
S-3 0.13 2.5 0.33
S-4 0.15 3.5 0.53
Total S 1.32 W-1 0.16 -2.67 -0.43 W-2 0.16 -3.17 -0.51 W-3 0.13 -2.17 -0.28
1 Total W -1.22
STRENGTH POSTURE 0.10
EFAS / EFE MATRIX
KEF Weight Rating W x R O-1 0.14 1.67 0.23 O-2 0.15 1.83 0.27
O-3 0.14 2.5 0.35
Total
O 0.86 T-1 0.15 -3.5 -0.53 T-2 0.15 -2.67 -0.40 T-3 0.14 -3.17 -0.44 T-4 0.13 -2.17 -0.28
1 Total
T -1.37
COMPETITIVE
POSTURE -0.51
SWOT Matrix
Mendukung strategi turn-
around
Mendukung strategi agresif
Mendukung strategi defensif
Mendukung strategi kompetitif
Ancaman (Threats)
Kelemahan (Weaknesses)
Peluang (Opportunities)
Kekuatan (Strengths)
(0,10 ; - 0,51)
SWOT Matrix / TOWS Matrix
• SO Strategis
Jenis strategi apa yang tepat untuk meraih peluang dengan kekuatan yang dimiliki
• WO Strategis
Jenis strategi apa yang tepat dengan menggunakan peluang untuk memperbaiki kelemahan yang ada
• ST Strategis
Jenis strategi apa yang tepat digunakan untuk menghindari atau mengantisipasi ancaman dengan kekuatan yang dimiliki
• WT Strategis
Jenis strategi apa yang tepat digunakan untuk meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Matriks Strategi Utama Berdasarkan Posisi Organisasi (Hasil Analisis SWOT)
Internal Fix-it Quadrant (WO) 1. Retrenchment
2. Enhancement
3. Market Development 4. Product Development 5. Vertical Integration 6. Related Diversification
Future Quadrant (SO)
1. Related Diversification 2. Vertical Integration 3. Market Development 4. Product Development 5. Penetration
Survival Quadrant (WT)
1. Unrelated Diversification 2. Divestiture
3. Liquidation 4. Harvesting 5. Retrenchment
External Fix-it Quadrant (ST)
1. Related Diversification 2. Unrelated Diversification 3. Market Development 4. Product Development 5. Enhancement
6. Status Quo
O p p o rt u n it ie s T h re a ts
Weakness Strength
Memperbaiki kelemahan internal
organisasi dalam memanfaatkan peluang eksternal
Mendukung Strategi Turn Around:
Mengangkat SDM yang berkompetensi tinggi (Retenchment)
Penguatan internal organisasi (Enhancement)
Upaya memperkenalkan produk atau jasa yang ada ke wilayah geografis baru/segmentasi pasar yang baru (Market Development)
Meningkatkan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada (Product Development)
Kemitraan (Aliansi) dengan organisasi yang lebih kuat (Vertical Integration)
Menambah produk atau jasa baru, namun masih
terkait dengan usahanya (Related Diversification)
Matriks Strategi Utama Berdasarkan Posisi Organisasi (Hasil Analisis SWOT)
Internal Fix-it Quadrant (WO) 1. Retrenchment
2. Enhancement
3. Market Development 4. Product Development 5. Vertical Integration 6. Related Diversification
Future Quadrant (SO)
1. Related Diversification 2. Vertical Integration 3. Market Development 4. Product Development 5. Penetration
Survival Quadrant (WT)
1. Unrelated Diversification 2. Divestiture
3. Liquidation 4. Harvesting 5. Retrenchment
External Fix-it Quadrant (ST)
1. Related Diversification 2. Unrelated Diversification 3. Market Development 4. Product Development 5. Enhancement
6. Status Quo
O p p o rt u n it ie s T h re a ts
Weakness Strength
Merupakan situasi yang paling tidak menguntungkan
Mendukung kebijakan untuk bertahan
Bila tidak bisa bertahan, maka dilakukan penciutan atau likuidasi
Mendukung Strategi Defensif :
Difersifikasi usaha yang sama sekali berbeda dari usaha awal (Unrelated Diversification)
Mengundang Investor untuk menawarkan atau menjual beberapa divisi yang ada (Diverstiture)
Penutupan usaha atau RS dijual pada pihak ketiga/swasta (Liquidation)
Optimalisasi unit kerja yang memiliki tingkat produktifitas yang tinggi (Harvesting)
Mengangkat SDM yang berkompetensi tinggi
(Retenchment)
Matriks Strategi Utama Berdasarkan Posisi Organisasi (Hasil Analisis SWOT)
Internal Fix-it Quadrant (WO) 1. Retrenchment
2. Enhancement
3. Market Development 4. Product Development 5. Vertical Integration 6. Related Diversification
Future Quadrant (SO)
1. Related Diversification 2. Vertical Integration 3. Market Development 4. Product Development 5. Penetration
Survival Quadrant (WT)
1. Unrelated Diversification 2. Divestiture
3. Liquidation 4. Harvesting 5. Retrenchment
External Fix-it Quadrant (ST)
1. Related Diversification 2. Unrelated Diversification 3. Market Development 4. Product Development 5. Enhancement
6. Status Quo
O p p o rt u n it ie s T h re a ts
Weakness Strength o Menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal
o Mendukung Strategi Agresif :
o Menambah produk atau jasa baru, namun masih
terkait usahanya (Related Diversification) Menambah pelayanan
o Kemitraan (Aliansi) dengan organisasi yang lebih kuat (Vertical Integration)
o Upaya memperkenalkan produk atau jasa yang ada ke wilayah geografis baru/segmentasi pasar yang baru (Market Development) Berusaha menarik pelanggan tingkat eknonomi menengah ke atas
o Meningkatkan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada
(Product Development) Membangun ruang tunggu yang eksklusif bagi kelas VIP
o Meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar melalui usaha pemasaran yang gencar (Market Penetration) Membangun klinik
satelit rumah sakit, gencar beriklan atau berpromosi
Matriks Strategi Utama Berdasarkan Posisi Organisasi (Hasil Analisis SWOT)
Internal Fix-it Quadrant (WO) 1. Retrenchment
2. Enhancement
3. Market Development 4. Product Development 5. Vertical Integration 6. Related Diversification
Future Quadrant (SO)
1. Related Diversification 2. Vertical Integration 3. Market Development 4. Product Development 5. Penetration
Survival Quadrant (WT)
1. Unrelated Diversification 2. Divestiture
3. Liquidation 4. Harvesting 5. Retrenchment
External Fix-it Quadrant (ST)
1. Related Diversification 2. Unrelated Diversification 3. Market Development 4. Product Development 5. Enhancement
6. Status Quo
O p p o rt u n it ie s T h re a ts
Weakness Strength
o Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dan mengatasi ancaman o Mendukung Strategi Kompetitif :
o
Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait dengan usahanya (Related Diversification)
o
Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait dengan usaha lama, untuk para pelanggan baru
(Unrelated Diversification)
Membangun Kafe atauToko Retail di Lobi RS
o
Upaya memperkenalkan produk atau jasa yang ada ke wilayah geografis baru/segmentasi pasar yang baru
(Market Development)o
Meningkatkan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada (Product
Development)o
Penguatan internal organisasi dalam rangka mengatasi ancaman dari luar (Enhancement)
o
Mempertahankan kondisi organisasi yang ada atau
bertahan (Status Quo)