• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan ibu tentang pap smear

N/A
N/A
Dewi Iskandar

Academic year: 2024

Membagikan " Pengetahuan ibu tentang pap smear "

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi pada wanita saat ini sangat memprihatinkan.

Semakin banyaknya wanita yang terkena berbagai macan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi menjadikan status kesehatan wanita semakin memburuk terutama di Negara miskin dan berkembang. Rendahnya status kesehatan wanita di beberapa Negara disebabkan karena akses kesehatan reproduksi yang minim dan sulit diperoleh oleh sebagian wanita. Masalah kesehatan reproduksi wanita termasuk angka kematian wanita usia subur dan angka kematian ibu dapat dijadikan sebagai acuan dalam menilai status kesehatan sebuah Negara oleh sebab itu harus benar-benar diperhatikan. Menyikapi permasalah di atas maka beberapa negar di dunia mengadakan sebuah konferensi yang salah satu isinya adalah peningkatan kesehatan wanita (Maryam, 2012).

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada September 2000 mendeklarasikan kesepakatan global yang disebut Deklarasi Milenium. Kesepakatan yang berisi delapan sasaran pembangunan millennium tersebut dikenal dengan nama Millennium Development Goals (MDG’s). MDG’s merupakan upaya pemenuhan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara anggota PBB dalam melaksanakan delapan sasaran atau tujuan pembangunan. Salah satu sasaran

1

(2)

pembangunan MDG’s adalah meningkatkan kesehatan ibu yang mana salah satu targetnya adalah mencapai dan menyiapkan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada tahun 2015 yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (Maryam, 2012).

Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang paling membahayakan kesehatan seluruh wanita di dunia saat ini adalah kanker serviks. Secara global, kejadian kanker leher Rahim ini menduduki urutan nomor dua setelah kanker payudara. Menurut WHO di dunia sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia di diagnose menderita kanker serviks dan rata-rata 288.000 orang meninggal setiap tahunnya. Hampir 90% kejadian kanker serviks terjadi di Negara sedang berkembang. Angka kejadian kanker serviks tertinggi terjadi di Negara Afrika yaitu lebih dari 45/100.000 orang pertahun, disusul Asia Tenggara 30- 44,9/100.000 perempuan tiap tahun. Di Asia Tenggara, kanker leher Rahim merupakan penyakit pembunuh pertama di antara penderita kanker pada wanita termasuk di Indonesia (Kemenkes, 2008).

Jika di dunia kanker serviks masih menjadi pembunuh nomor dua pada wanita, di Indonesia kanker serviks sudah menempati urutan pertama penyebab kematian pada wanita. Diperkirakan 52 juta perempuan Indonesia beresiko terkena kanker serviks, sementara 36% perempuan dari seluruh penderita kanker adalah pasien kanker serviks. Ada 15.000 kasus baru kanker serviks setiap tahunnya dengan angka kematian 7.500 kasus per tahun. Angka ini menunjukkan bahwa 1 wanita meninggal setiap 1 jam akibat kanker serviks. Tingginya angka kejadian kanker serviks di Indonesia merupakan beban kesehatan, ekonomi dan sosial bagi perempuan di manapun (Kemenkes, 2008).

(3)

Menurut para ahli kanker, kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker. Jika kanker serviks dapat diketahui dan diobati lebih awal maka angka harapan hidup lebih lama lima tahun pada stadium 1 adalah 70-75%, pada stadium 2 adalah 60%, pada stadium 3 tinggal 25% dan pada stadium 4 penderita sulit diharapkan bertahan. Jika penyakit ditemukan saat masih lesi prakanker, penderita bisa diobati secara sempurna.

besarnya harapan sembuh dan harapan hidup penderita kanker serviks seharusnya dapat menurunkan angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks.

Masalahnya saat ini lebih dari 70% wanita datang terlambat memeriksakan diri ke dokter. Padahal keterlambatan pemeriksaan dapat berpengaruh pada harapan hidup selain biaya yang dibutuhkan lebih mahal jika terkena kanker maka pencegahan dengan melakukan tes atau skrinning jauh lebih murah dan aman (Rahmawati, 2008).

Deteksi dini untuk mengetahui dan mencegah kanker serviks yang paling sering dan paling akurat saat ini adalah Pap Smear. Pap smear merupakan pemeriksaan usapan mulut Rahim untuk melihat sel-sel mulut Rahim (serviks) di bawah mikroskop. Pap smear adalah tes skrining untuk mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas dalam serviks sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker. Metode ini juga disebut Pap Test atau Papinicolaou Smear sesuai nama penemunya George Papanicolaou. Di Negara maju deteksi dini dengan menggunakan pap smear terbukti dapat menurunkan insiden kanker serviks (Evennet, 2004).

Pap smear sering sekali belum menjadi prioritas dalam hidup seorang wanita, padahal Departemen Kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-60 tahun untuk melakukan pap smear setiap lima tahun. The British

(4)

Medical Assosiation Family Health Encyclopedia menganjurkan bahwa seorang wanita harus melakukan pap smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual, dengan pap smear kedua 6-12 bulan setelah pap smear pertama. Hal ini karena suatu perubahan kecil dapat menghilangkan suatu abnormalitas dalam suatu pap smear dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu 3 tahunan selama hidupnya. Para ahli di Merie Stopes International menganjurkan agar seorang wanita melakukan pap smear setiap tahun meskipun sulit untuk dilakukan (Evennet, 2004).

Wanita terutama dinegara miskin dan berkembang masih belum terbiasa dengan pap smear. Pengetahuan yang kurang serta masih minimnya fasilitas kesehatan ditambah kondisi ekonomi yang rendah membuat wanita enggan bahkan tidak peduli dengan pap smear. Pap smear sangat penting terutama bagi wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Fakta mencatat bahwa 85% wanita yang terkena kanker serviks tidak pernah melakukan pap smear.

Meskipun pap smear tidak secara otomatis mencegah kanker namun pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang bersifat prakanker. Apabila kelainan ini dideteksi lebih awal dan diobati lebih lanjut maka biasanya kanker tidak berkembang dan dapat disembuhkan (Evennett, 2004).

Rendahnya jumlah wanita yang melakukan pap smear dipengaruhi karena kurangnya pengetahuan wanita tentang pap smear dan kanker serviks terutama yang tinggal di daerah pedesaan. Selain pengetahuan, terbatasnya fasilitas rumah sakit yang memiliki layanan pemeriksaan papa smear seta mahalnya biaya pemeriksaan juga menjadi penyebab banyaknya wanita yng tidak melakukan pap smear. Saat ini belum semua rumah sakit yang ada di Indonesia terutama di daerah-daerah yang memiliki layanan pemerikaan pap smear serta laboratorium

(5)

yang dapat mendeteksi hasil pemeriksaan. Sumber daya manusia yang menguasai tentang pap smear juga masih sangat terbatas sehingga layanan pap smear masih sangat minim (Suwiyoga, 2002).

Data yang didapat dari RSUD Arifin Achmad menunjukan bahwa jumlah angka kejadian kanker serviks terus meningkat setiap tahunnya. Tahun 2009 jumlah pasien positif kanker serviks sebanyak 69 orang, meningkat menjadi 86 orang tahun 2010 dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 97 orang. Pada tahun 2009 angka kematian berjumlah 13 orang, tahun 2010 sebanyak 21 dan tahun 2011 meningkat menjadi 35 orang.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti dengan melihat data dari poli kebidanan didapat hasil bahwa pada tahun 2011, jumlah kunjungan ke poli kebidanan selain kehamilan berjumlah 1.312 orang. Dari jumlah tersebut 812 diantaranya disarankan melakukan pap smear dan hanya 113 pasien yang melakukan pap smear. Pada saat survey awal peneliti juga mewawancarai 10 ibu yang berkunjung ke poli kebidanan didapat hasil bahwa 8 diantaranya tidak mengetahui tentang pap smear dan belum pernah melakukan pap smear.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengambil judul penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pap Smear Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012”.

B. Rumusan Masalah

Kanker serviks menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia dan penyebab kematian utama bagi wanita di Indonesia. Kanker serviks adalah salah satu kanker yang bisa dicegah dan disembuhkan. Masalahnya wanita umumnya datang terlambat dimana kanker sudah memasuki stadium lanjut. Kanker serviks

(6)

dapat dideteksi dan dicegah lebih dini dengan melakukan pap smear. Pap smear dapat mendeteksi dini berbagai perubahan abnormal pada mulut Rahim dan sel prakanker sehingga dapat disembuhkan. Pap smear sangat dianjurkan pada wanita usia 20-60 tahun minimal 5 tahun sekali. Namun saat ini karena berbagai alasan sangat sedikit wanita yng mau melakukan pap smear. Berdasarkan masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pap Smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pap smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pengertian pap smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.

b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang tujuan pemeriksaan pap smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012

c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang manfaat pemeriksaan pap smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012

d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang waktu pemeriksaan pap smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012

e. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang syarat melakukan pemeriksaan pap smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012.

(7)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden

Sebagai tambahan informasi agar responden dapat mengetahui tentang pap smear dan dapat melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks.

2. Bagi RSUD Arifin Achmad

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan dan penyuluhan kepada ibu-ibu yang berkunjung agar segera melakukan pap smear untuk mencegah kanker serviks yang lebih berbahaya bagi ibu.

3. Bagi Program D III STiKes Maharatu

Sebagai tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih baik lagi tentang pap smear dan kesehatan reproduksi lainnya.

4. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan terutama tentang pap smear untuk mencegah kanker serviks agar bisa memberikan asuhan kebidanan yang professional dan dapat menerapkan ilmu di masyarakat.

(8)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Pap Smear a. Pengertian Pap Smear

Pap smear adalah pemeriksaan yang aman, murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan sel-sel dimulut rahim (Andreas, 2008). Pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut Rahim kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubag menuju kanker atau telah berubah menjadi sel kanker. Metode ini juga disebut dengan Pap Test atau Papanicolaou Smear (Lestadi, 2009).

b. Tujuan Pap Smear

1) Menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV.

2) Untuk mendeteksi adanya pra-kanker, ini sangat penting ditemukan sebelum seseorang menderita kanker.

3) Mendeteksi kelainan–kelainan yang terjadi pada sel-sel leher Rahim.

4) Mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan servik uteri.

(Ramli, 2003).

(9)

c. Manfaat Pap Smear

1) Untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan sel mulut rahim yang dapat mengarah ke kanker mulut rahim beberapa tahun kemudian.

2) Penanganan secara dini dapat dilakukan terhindar dari kanker mulut rahim.

(Evennett, 2004)

d. Waktu Melakukan Pap Smear

Pap smear dilakukan untuk memeriksa penyakit-penyakit serviks pada wanita yang belum pernah mengalami penyakit-penyakit ini, seperti kanker mulut rahim. Ada beberapa pedoman yang digunakan dokter ketika melakukan Pap smear. Pap smear pertama biasanya dilakukan sekitar tiga tahun setelah hubungan seks pertama. Pedoman lain menyarankan untuk melakukan Pap smear setiap 2 atau 3 tahun, sementara yang lain menyarankan pemeriksaan Pap smear setiap tahun sampai berusia 30 tahun bagi wanita yang aktif berhubungan seks (Lestadi, 2009).

Pada umumnya seorang wanita disarankan untuk melakukan pap smear untuk pertama kali kira-kira 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual yang pertama kali. American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) merekomendasikan pap smear dilakukan setiap tahun bagi wanita yang berumur 21-29 tahun, dan setiap 2-3 tahun sekali bagi wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dengan catatan hasil pap testnya negatif 3 kali berturut-turut. Namun apabila seorang wanita mempunyai faktor resiko terkena kanker leher rahim (misalnya : hasil pap smear menunjukkan prekanker,terkena infeksi HIV, atau pada saat hamil ibu mengkonsumsi diethylstilbestrol (DES)) maka pap smear dilakukan setiap

(10)

tahun tanpa memandang umur. Batasan seorang wanita untuk berhenti melakukan pap smear menurut American Cancer Society (ACS) adalah apabila sudah berumur 70 tahun dan hasil pap smear negatif 3 kali berturut- turut selama 10 tahun (Solomon, 2002).

Banyak pendapat ahli tentang kapan waktu yang melakukan pap smear, diantaranya:

1) Departemen Kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-60 tahun untuk melakukan pap smear setiap lima tahun.

2) The British Medical Assosiation Family Health Encyclopedia menganjurkan bahwa seorang wanita harus melakukan pap smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual, dengan pap smear kedua 6-12 bulan setelah pap smear pertama. Hal ini karena suatu perubahan kecil dapat menghilangkan suatu abnormalitas dalam suatu pap smear dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu 3 tahunan selama hidupnya.

3) Ahli-ahli di Merie Stopes International menganjurkan agar seorang wanita melakukan pap smear setiap tahun meskipun sulit untuk dilakukan.

(Evennett, 2004)

e. Syarat Melakukan Pap Smear

1) Tidak boleh sedang haid atau ada perdarahan, minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.

2) Tidak boleh berhubungan seksual walaupun menggunakan kondom sekalipun, minimal tiga hari terhitung 3x24 jam..

(11)

3) Tidak boleh memakai cairan pembersih vagina, sabun sirih atau antiseptik sejenisnya yang dimasukkan ke dalam vagina (bila sekadar untuk membersihkan daerah bagian luar vagina atau untuk cebok diperbolehkan).

4) Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum pemeriksaan.

5) Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel.

6) Tidak sedang hamil. Jika hendak pap smear sebaiknya dilakukan dua atau tiga bulan setelah melahirkan. Pada masa ini, umumnya darah nifas atau cairan pada masa nifas sudah tidak ada. Ibu juga lebih siap untuk melakukan pemeriksaan dalam.

(Solomon, 2002).

2. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Anwar, 2002).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Namun sebagian besar pengetahuan ini akan berpengaruh pada perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).

(12)

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan menurut Notoatmodjo (2007) yaitu :

1) Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat kembali terhadap sesuatu dari seluruh bahan yang sudah dipelajari, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehention)

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, mengamalkan dan sebagainya.

3) Aplikasi (Aplication)

Mampu menggunakan atau melaksanakan tentang apa yang telah dipelajari pada suatu kondisi yang realita.

4) Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk mendapatkan suatu kebenaran dimana untuk mendapatkan kebenaran ini merupakan suatu proses terakhir dalam rentetan tugas penelitian.

5) Sintesis (Synthesis)

Merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk memberikan sesuatu penilaian terhadap materi yang berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

(13)

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Cara Tradisional

Merupakan cara yang lama yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan yang terdiri dari beberapa periode diantaranya adalah cara coba-salah, cara kekuasaan, berdasarkan pengalaman pribadi dan melalui jalan pikiran.

3. Cara Modern

Untuk memperoleh pengetahuan dalam cara modern lebih sistematis dan logis. Ada tiga hal pokok dalam cara ini yaitu segala sesuatu yang positif, segala sesuatu yang negatif dan gejala yang muncul bervariasi.

4. Metode Ilmiah

Langkah dalam pemecahan masalah metode ilmiah diantaranya yaitu merasakan adanya masalah, membatasi masalah, meganjurkan masalah, merumuskan alasannya dan menguji hipotesis yang diajukan.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Suhartono (2005), pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor:

1. Faktor internal

Yakni faktor yang berasal dari dalam diri sendiri yang meliputi:

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih

(14)

dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

b) Persepsi

Persepsi adalah mengenal objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil.

c) Motivasi

Motivasi adalah dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat.

2. Faktor eksternal a) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberi pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.

b) Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

(15)

e. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden, kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui dapat dilihat sesuai dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan.

Pengukuran secara umum dapat dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu:

1) Pertanyaan subjektif berupa jenis pertanyaan essay. Pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai dibanding dengan yang lain dari suatu waktu ke waktu yang lain.

2) Pertanyaan objektif berupa pertanyaan ganda, salah betul dan menjabarkan. Pertanyaan ini dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektif dari penilai.

Dari kedua pertanyaan tersebut, penilaian objektif khususnya pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai (Arikunto, 2010)

Menurut Arikunto (2010) kriteria pengetahuan dapat dikelompokan menjadi:

1) Pengetahuan dikatakan baik jika persentase jawaban benar antara 76 %- 100%

2) Pengetahuan dikatakan cukup jika persentase jawaban benar antara 60%- 75%

3) Pengetahuan dikatakan kurang jika persentase jawaban benar < 60 % (Arikunto, 2010)

(16)

B. Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Suwiyoga (2002) tentang Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pap Smear di RSUD Pringadi Medan tahun 2002. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

Jumlah sampel sebanyak 58 orang yang diambil dengan menggunakan teknik accydental sampling. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa 38 orang memiliki pengetahuan kurang tentang pap smear.

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah rancangan konsep-konsep atau variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang dilakukan (Arikunto, 2006). Kerangka konsep penelitian ini adalah:

Skema 2.1 Kerangka Konsep

Variabel Subvariabel

Pengetahuan ibu tentang:

1. Pengertian pap smear 2. Tujuan pap smear 3. Manfaat pap smear

4. Waktu melakukan pap smear 5. Syarat melakukan pap smear Pemeriksaan Pap Smear

Kategori:

1. Baik 2. Cukup 3. Kurang

(17)

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan mengumpulkan data sesaat atau data diperoleh pada saat itu juga yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang tentang pap smear.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Poli kebidanan dan Kandungan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sering dan banyak menerima pasien yang bermasalah dengan kesehatan reproduksi selain kehamilan dan banyak menerima rujukan dari berbagai rumah sakit di Riau.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 Juli sampai 28 Juli 2012.

(18)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memeriksakan diri ke poli kebidanan dan kandungan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan jumlah rata-rata kunjungan 63 orang setiap bulannya.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi karakteristik penelitian. Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan teknik accydental sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan ada dan tersedia pada saat penelitian (Nursalam, 2011). Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Nursalam, 2011).

63 n =

1 + 63 (0.1)2

n = 63

1 + 63 (0,01)

n = 63

1 + 0.63 n = 63

1.63 n = 38.7 n = 39 orang

Keterangan N n =

1 + N (d)2

(19)

N : besar populasi n : besar sampel

d : tingkat kesalahan yang masih diterima (10%) Kriteria Inklusi:

a. Ibu yang bersedia menjadi responden

b. Ibu yang memeriksakan diri ke poli kebidanan RSUD Arifin Achmad c. Ibu yang tidak sedang hamil

d. Ibu yang tidak positif kanker serviks

e. Sudah menikah dan tidak berstatus janda lebih dari 1 tahun Kriteria eksklusi:

a. Ibu tidak bersedia menjadi responden b. Ibu yang memeriksakan kehamilan

c. Ibu yang sudah pernah melakukan pap smear

d. Belum menikah atau sudah berstatus janda lebih dari 1 tahun

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan yang dibuat oleh Program D III Kebidanan Stikes Maharatu, surat dikirim ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Pekanbaru dan surat tersebut dilanjutkan lagi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru untuk diajukan ke Direktur Rumah Sakit agar mendapat izin melakukan penelitian. Dalam melakukan penelitian terdapat etika yang harus dilakukan peneliti yaitu:

1. Lembaran informed consent diberikan kepada responden tujuannya apakah responden bersedia atau tidak dijadikan sebagai subjek penelitian.

(20)

2. Anonimity (Tanpa nama), untuk menjaga rahasia indentitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (Kuesioner) yang diisi oleh subjek, lembar tersebut hanya diberi kode nomor tertentu.

3. Confidentialy, kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti hanya kelompok data saja yang akan disajikan atau dilaporkan.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 20 pertanyaan. Pertanyaan dibuat oleh peneliti sesuai dengan teori dan dikembangkan yang mengacu pada tujuan penelitian.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Mekanisme pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti mulai dari persiapan sampai dengan pengumpulan data.

1. Setelah proposal diuji dan disetujui maka peneliti akan meminta izin kepada Direktur RSUD Arifin Achmad agar mendapat izin penelitian di Poli Kebidanan dengan membawa surat pengantar dari STiKes Maharatu.

2. Peneliti mengadakan pertemuan dengan perawat dan dokter di poli kebidanan untuk menjelaskan tujuan mengumpulkan data serta rencana cara mengumpulkan responden dan pengisian kuesioner.

3. Sebelumnya peneliti telah menentukan jumlah sampel yang akan dijadikan responden pada penelitian ini.

4. Peneliti menemui responden untuk menjelaskan kepada responden tentang tujuan penelitian, jika bersedia menjadi responden maka diberikan informed consent untuk ditanda tangani dan meminta responden untuk mengisi uesioner.

(21)

G. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional N

o

Variabel Dependen

Defenisi Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur 1 Pengetahua

n Ibu Tentang Pap Smear

Segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pengertian, tujuan, manfaat, waktu melakukan pemeriksaan dan syarat melakukan pemeriksaan pap smear

Kuesione

r Dengan

menjumlahka n nilai benar pada

kuesioner

Ordina

l 1.Baik 76-100%

2.Cukup 60-75%

3.Kurang <60%

H. Analisa Data

1 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan satu rangkaian kegiatan setelah kegiatan pengumpulan data agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar.

Tahapan dalam pengolahan data yaitu:

1. Editing (Pemeriksaan data)

Setelah instrumen dikembalikan oleh responden maka setiap instrument diperiksa apakah diisi dengan benar dan sudah dijawab oleh responden.

Apabila ada data yang belum lengkap diserahkan kembali kepada responden pada saat penelitian masih berlangsung.

b. Coding (Pengkodean)

Melakukan pemeriksaan kode pada setiap data yang telah dikumpulkan dengan pemberian kode 0 pada jawaban yang salah dan pemberian kode 1

(22)

untuk jawaban yang benar, kemudian mengklasifikasikan jawaban dari responden ke dalam kategori.

c. Tabulating (Tabulasi)

Setelah dilakukan coding data, data diteliti untuk mendapatkan jumlah dan frekuensi untuk melakukan analisa data untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk data.

d. Entry Data (Memasukkan Data)

Memasukkan data secara manual melalui pengolahan dengan bantuan piranti lunak komputer.

e. Cleaning (Membersihkan)

Pembersihan data/cek data untuk memastikan apakah data benar sesuai dengan variabel

2. Analisa Data

Analisa data berguna untuk menyederhanakan sehingga mudah ditafsirkan dalam penelitian ini analisa data dilakukan secara univariat artinya hanya memaparkan saja dengan melihat persentase data yang terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan dipresentasikan dari tiap variabel.

Rumus yang digunakan adalah:

P= F

N x100%

Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi jumlah jawaban benar N = Jumlah pertanyaan

(Arikunto, 2010)

(23)

Kuesioner dalam penelitian ini berisi 20 pertanyaan. Skor minimal yang diperoleh responden adalah 0 dan skor maksimal yang diperoleh adalah 20 Untuk mengkategorikan tingkat pengetahuan responden adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan dikatakan baik jika responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 16-20 pertanyaan (76%-100%).

b. Pengetahuan dikatakan cukup jika responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 12-15 pertanyaan (60%-75%).

c. Pengetahuan dikatakan kurang jika responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 0-11 pertanyaan (<60%).

I. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Kuesioner yang dibagikan kepada responden terlebih dahulu telah dilakukan uji validitas kepada responden yang berbeda di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di poli kebidann dan kandungan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Kriteria responden yang diambil untuk uji validitas sama dengan ktriteria responden yang akan diambil untuk penelitian. Responden yang sudah dipergunakan untuk uji validitas tidak di ambil lagi untuk penelitrian. Untuk memperoleh hasil pengukuran mendekati normal maka jumlah responden untuk uji validitas paling sedikit sebanyak 15 orang. Dalam penelitian ini jumlah responden yang digunakan untuk melakukan uji validitas berjumlah 20 responden (Notoatmodjo, 2005).

Validitas yaitu ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data.

Pertanyaan valid jika skor variable berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya, maka valid jika nilai pertanyaan memenuhi taraf signifikan atau diatas

(24)

taraf signifikan (Hidayat, 2011). Teknik yang digunakan adalah Person Product Moment. Pada penelitian ini untuk uji validitas digunakan sebannyak 20 responnden yaitu membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung dengan taraf signifikan atau p= 5%. Dalam pengujian validitas untuk 15 responden apabila didapatkan nilai corrected item-total correlation > r tabel (0.444) maka kuesioner dinyatakan valid. Dari uji validitas yang dilakukan terhadap 20 responden dengan 20 pertanyaan didapat seluruh nilai corrected item-total correlation > r tabel (0.444) sehingga semua pertanyaan dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan dengan menggunakan alat yang sama. Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan dengan menggunakan program SPSS di dapat nilai alpha (0.892) > r tabel maka kuesioner dinyatakan reliable.

(25)

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 24 sampai 28 Juli 2012 untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pap smear dengan jumlah sampel sebanyak 39 orang ibu.

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

A. Data Umum

Tebel berikut ini akan dijelaskan hasil penelitian tentang karakteristik responden tentang umur dan pendidikan.

1. Umur

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pap Smear Berdasarkan Umur di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Tahun 2012

No Umur Jumlah Persentase (%)

1 < 20 tahun 0 0

2 20-35 tahun 20 51,3

3 > 35 tahun 19 48,7

Jumlah 39 100

Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berumur 20-35 tahun sebanyak 20 orang (51.3%) dan minoritas responden berumur > 35 tahun sebanyak 19 orang (48,7%).

(26)

2. Pendidikan Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pap Smear Berdasarkan Pendidikan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Tahun 2012

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 9 23,1

2 SMP 17 43,6

3 SMA 9 23,1

4 S1 4 10,2

Jumlah 39 100

Berdasarkan data dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berpendidikan SMP sebanyak 17 orang (43,6%) dan minoritas berpendidikan S1 sebanyak 4 orang (10,2%).

B. Data Khusus

Berikut ini akan dijelaskan tentang pengetahuan ibu tentang pengertian, tujuan, manfaat, waktu melakukan dan syarat melakukan pap smear yang dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Pengertian Pap Smear

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Pap Smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 20 51,3

2 Cukup 0 0

3 Kurang 19 48,7

Jumlah 39 100

Berdasarkan data dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan baik tentang pengertian pap smear sebanyak 20 orang (51,3%) dan minoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 19 orang (48,7%).

(27)

2. Tujuan Pap Smear

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Pap Smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 5 12,8

2 Cukup 0 0

3 Kurang 34 87,2

Jumlah 39 100

Berdasarkan data dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang tujuan pap smear sebanyak 34 orang (87,2%) dan minoritas memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 5 orang (12,8%).

3. Manfaat Pap Smear

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Pap Smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Tahun 2012

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 1 2,6

2 Cukup 0 0

3 Kurang 38 97,4

Jumlah 39 100

Berdasarkan data dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang manfaat pap smear sebanyak 38 orang (97.4%) dan minoritas memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 1 orang (2,6%).

(28)

4. Waktu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Waktu Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Tahun 2012

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 0 0

2 Cukup 2 5,1

3 Kurang 37 94,9

Jumlah 39 100

Berdasarkan data dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang waktu melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak 37 orang (94,9%) dan minoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 2 orang (5,1%).

5. Syarat Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Syarat Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Tahun 2012

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 0 0

2 Cukup 5 12,8

3 Kurang 34 87,2

Jumlah 39 100

Berdasarkan data dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang syarat melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak 34 orang (87,2%) dan minoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 5 orang (12,8%).

(29)

6. Pengetahuan Responden Tentang Pap Smear Secara Keseluruhan Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Secara Keseluruhan Tentang Pap Smear di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Tahun 2012

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 0 0

2 Cukup 1 2,6

3 Kurang 38 97,4

Jumlah 39 100

Berdasarkan data dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang pap smear sebanyak 38 orang (97,4%) dan minoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 1 orang (2,6%).

(30)

PEMBAHASAN

A. Interpretasi dan Hasil Diskusi

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden berumur 20-35 tahun sebanyak 20 orang (51.3%) dan minoritas responden berumur > 35 tahun sebanyak 19 orang (48,7%).

Seluruh responden berumur antara 20 sampai 35 tahun dan ada juga yang lebih dari umur 35 tahun. Seluruh responden yang ditemui pada saat penelitian sudah menikah dengan arti seluruhnya telah melakukan hubungan seksual.

Pada usia tersebut semua responden sebaiknya sudah pernah melakukan pap smear untuk mendeteksi kanker serviks sedini mungkin karena pap smear sangat dianjurkan bagi wanita yang berusia 20-60 tahun atau yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Kenyataan yang ditemui peneliti dilapangan pada saat penelitian, belum ada responden yang melakukan pap smear.

Departemen Kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-60 tahun atau yang sudah pernah melakukan hubungan seksual untuk melakukan pap smear setiap lima tahun. The British Medical Assosiation Family Health Encyclopedia menganjurkan bahwa seorang wanita harus melakukan pap smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan

31

(31)

seksual, dengan pap smear kedua 6-12 bulan setelah pap smear pertama. Hal ini karena suatu perubahan kecil dapat menghilangkan suatu abnormalitas dalam suatu pap smear dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu 3 tahunan selama hidupnya (Evennett, 2004).

2. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 39 responden mayoritas responden berpendidikan SMP sebanyak 17 orang (43,6%). Tingkat pendidikan responden yang masih rendah menyebabkan ibu-ibu kurang mengetahui tentang pap smear dan kegunaannya karena kurang informasi tentang pap smear. Responden juga ada yang hanya tamatan SD bahkan ada responden yang belum terlalu lancar baca tulis.

Pendidikan responden yang rendah menjadikan mayoritas responden memiliki pengetahuan dan pemahaman yang kurang tentang pap smear. Ada sebagian ibu yang tidak mengetahui sama sekali tentang pap smear terutama ibu-ibu yang berasal dari daerah selain Pekanbaru. Ada juga yang hanya sekedar mengetahui tentang pengertian pap smear namun tidak mengetahui tentang tujuan, manfaat waktu dan syarat melakukan pap smear. Pemahaman yang kurang tentang pap smear inilah yang menjadikan ibu belum ada yang melakukan pap smear.

Menurut Notoatmodjo (2003), lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan pengetahuan seseorang juga akan semain baik yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidupnya. Seorang wanita yang memiliki pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan yang baik

(32)

dan kepedulian yang tinggi terhadap kesehatan baik bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Pernyataan ini didukung oleh teori menurut Amiruddin (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin banyak informasi yang diserap sehingga meningkatkan pengetahuan individu tersebut.

3. Pengetahuan

a. Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Pap Smear

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan baik tentang pengertian pap smear sebanyak 20 orang (51,3%) dan minoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 19 orang (48,7%).

Menurut peneliti mayoritas responden sudah mengetahui tentang pengertian pap smear. Responden mengetahui bahwa pap smear adalah pemeriksaan untuk mengetahui apakah dirinya terkena kanker serviks atau tidak. Responden mengetahui tentang pap smear karena sering mendengar dari petgas kesehatan yang ada di poli kebidanan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Lestadi (2009) bahwa pap smear adalah suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut Rahim kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubag menuju kanker atau telah berubah menjadi sel kanker.

(33)

b. Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Pap Smear

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang tujuan pap smear sebanyak 34 orang (87,2%).

Menurut penelitian banyak responden yang salah mengerti dengan tujuan dilakukannya pemeriksaan pap smear. Banyak responden yang beranggapan bahwa pemeriksaan pap smear bertujuan untuk menyembuhkan penyakit kanker serviks sehingga responden banyak yang belum melakukan pemeriksaan pap smear. Pap smear seharusnya dilakukan sebelum seorang wanita dinyatakan positif terkena kanker serviks karena tujuan pap smear adalah untuk mendeteksi kanker serviks sejak dini namun responden tidak mengetahui bahwa tujuan pap smear adalah untuk mengetahui berbagai kelainan dan perkembangan sel-sel ganas pada leher Rahim sehingga dapat diketahui apakah ada sel-sel ganas yang berkembang menjadi kanker serviks.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Ramli (2003) bahwa pap smear bertujuan untuk menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV, untuk mendeteksi adanya pra-kanker, mendeteksi kelainan–kelainan yang terjadi pada sel-sel leher Rahim serta untuk mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan servik uteri.

c. Pengetahuan responden Tentang Manfaat Pap Smear

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang manfaat pap smear sebanyak 38 orang (97.4%).

(34)

Menurut peneliti pengetahuan responden yang kurang tentang manfaat pap smear disebabkan karena responden tidak mengetahui tentang tujuan pap smear sehingga responden juga tidak mengetahui manfaat melakukan pap smear. Responden tidak mengetahui bahwa pap smear sangat bermanfaat untuk mengetahui apakah seorang wanita positif kanker serviks atau tidak. Responden juga tidak mengetahui bahwa dengan melakukan pap smear maka kita dapat terhindar dari kanker serviks karena jika ada sel-sel ganas yang berkembang di dalam Rahim maka dapat diobati dengan cepat dan tidak akan berkembang menjadi lebih ganas lagi.

Menurut Evennett (2004), pap smear bermanfaat untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan sel mulut rahim yang dapat mengarah ke kanker mulut rahim beberapa tahun kemudian dan penanganan secara dini agar terhindar dari kanker mulut rahim.

d. Pengetahuan Responden Tentang Waktu Pemeriksaan Pap Smear Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang waktu melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak 37 orang (94,9%).

Menurut peneliti responden tidak mengetahui kapan waktu yang sangat dianjurkan bagi seorang wanita untuk melakukan pap smear karena hanya mengetahui bahwa pemeriksaan pap smear dilakukan jika sudah menikah, sudah positif kanker serviks bahkan ada responden yang menyatakan bahwa pap smear hanya dilakukan jika sudah berumur lebih dari 50 tahun.

Departemen Kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang berusia 20-60 tahun untuk melakukan pap smear setiap lima tahun. The

(35)

British Medical Assosiation Family Health Encyclopedia menganjurkan bahwa seorang wanita harus melakukan pap smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual, dengan pap smear kedua 6-12 bulan setelah pap smear pertama. Hal ini karena suatu perubahan kecil dapat menghilangkan suatu abnormalitas dalam suatu pap smear dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu 3 tahunan selama hidupnya.

Ahli-ahli di Merie Stopes International menganjurkan agar seorang wanita melakukan pap smear setiap tahun meskipun sulit untuk dilakukan.

e. Pengetahuan Responden Tentang Syarat Melakukan Pap Smear Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang syarat melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak 34 orang (87,2%).

Menurut peneliti responden tidak mengetahui tentang syarat melakukan pap smear karena menyatakan bahwa pap smear boleh dilakukan oleh setiap wanita kapanpun wanita tersebut ingin melakukan pemeriksaan.

Responden juga menyatakan bahwa ibu hamil boleh melakukan pemeriksaan pap smear.

Menurut Solomon (2002), wanita yang ingin melakukan pap smear harus memenuhi syarat-syarat antara lain tidak boleh sedang haid, tidak boleh berhubungan seksual walaupun menggunakan kondom sekalipun, minimal tiga hari terhitung 3x24 jam, tidak boleh memakai cairan pembersih vagina, sabun sirih atau antiseptik sejenisnya yang dimasukkan ke dalam serta tidak sedang hamil. Jika hendak pap smear sebaiknya dilakukan dua atau tiga bulan setelah melahirkan. Pada masa ini, umumnya

(36)

darah nifas atau cairan pada masa nifas sudah tidak ada. Ibu juga lebih siap untuk melakukan pemeriksaan dalam.

f. Pengetahuan Responden Tentang Pap Smear

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 39 orang ibu-ibu didapat hasil bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang tentang pap smear sebanyak 38 orang (97,4%).

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan responden tentang pap smear sangat kurang karena ibu hanya mendapatkan informasi dari teman yang pernah terkena kanker serviks atau hanya mendapatkan informasi dari media massa seperti Koran dan majalah atau dari media elektronik seperti televisi dan radio. Responden tidak ada yang mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan yang lebih memahami tentang pap smear, hal ini terlihat dari hasil penelitian responden hanya mengetahui tentang pengertian pap smear tetapi tidak mengetahui tentang tujuan, manfaat, waktu dan syarat melakukan pap smear.

Menurut peneliti, pengetahuan responden yang kurang tentang pap smear dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang rendah dimana responden mayoritas hanya tamatan SMP. Selama melakukan penelitian banyak responden yang menyatakan bahwa mereka takut melakukan pap smear karena takut untuk mengetahui tentang hasil pemeriksaan terhadap dirinya sehingga banyak sekali ibu-ibu yang beranggapan bahwa pap smear dilakukan jika nanti sudah positif terkena kanker serviks.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Anwar (2002) bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Suhartono

(37)

(2005), pengetahuan seorang individu dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu eksternal dan internal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi antara lain tingkat pendidikan dan informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin banyak pula informasi yang didapat sehingga akan memperluas wawasan seseorang tentang suatu hal. Pengetahuan seorang individu tentang kesehatan akan mempengaruhi cara orang tersebut dalam menjaga kesehatan dalam kehidupannya sehari-hari dan akan lebih peduli dengan kesehatan. Pengetahuan ibu yang kurang tentang pap smear menjadikan ibu-ibu belum ada melakukan pemeriksaan pap smear meskipun jika dilihat dari usia dan status ibu yang seluruhnya telah menikah sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan pap smear.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suwiyoga (2002) tentang “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pap Smear di RSUD Pringadi Medan tahun 2002”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 58 orang yang diambil dengan menggunakan teknik accydental sampling. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa 38 orang memiliki pengetahuan kurang tentang pap smear. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden adalah tamatan SMP dan tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi pengetahuan responden tentang pap smear.

(38)

B. Keterbatasan Penelitian

1. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang hanya menghitung distribusi frekuensi pengetahuan responden tanpa melakukan wawancara yang lebih mendalam kepada responden dimana hasil penelitian hanya berpatokan pada hasil kuesioner yang diisi oleh responden.

2. Instrumen penelitian yang disusun sendiri oleh peneliti sehingga harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.

(39)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang gambaran pengetahuan ibu tentang pap smear dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mayoritas pengetahuan ibu tentang pengertian pap smear adalah baik sebanyak 20 orang (51,3%).

2. Mayoritas pengetahuan ibu tentang tujuan pap smear adalah kurang sebanyak 34 orang (87,2%).

3. Mayoritas pengetahuan ibu tentang manfaat pap smear adalah kurang sebanyak 38 orang (97,4%).

4. Mayoritas pengetahuan ibu tentang waktu melakukan pemeriksaan pap smear adalah kurang sebanyak 37 orang (94,9%).

5. Mayoritas pengetahuan ibu tentang syarat melakukan pemeriksaan pap smear adalah kurang sebanyak 34 orang (87,2%).

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan kepada responden agar segera melakukan pencegahan kanker serviks sedini mungkin melalui pap smear minimal 1 kali setahun.

(40)

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih sering lagi mengajak dan menganjurkan kepada pasien terutama yang belum terkena kanker serviks dengan cara memberikan konseling dan penyuluhan kepada pasien agar melakukan deteksi dini kanker serviks dengan cara pemeriksaan pap smear.

3. Bagi Stikes Maharatu

Diharapkan dapat menambah berbagai bahan bacaan khususnya tentang pap smear agar dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat melakukan penelitian tentang pap smear dengan metode dan variabel yang berbeda.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Andreas. (2008). Deteksi Dini Kanker Serviks. Jakarta: Rineka Cipta

Anwar. (2002). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Pustaka Media.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik edisi Revisi 2010.

Jakarta: Rineka Cipta

Evennett. (2004). Pap Smear Apa Yang Perlu Anda Ketahui. Jakarta: Arcan

Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medika

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Arcan

Kepmenkes. (2008). 4 Kanker Ganas Perempuan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia

Lestadi. (2009). Sitologi Pap Smear. Jakarta:EGC

Maryam. (2012). Peran Bidan Yang Kompeten Terhadap Suksesnya MDG’S.

Yogyakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Rahmawati. (2008). Dasar-Dasar Kebidanan. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya Ramli. (2003). 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika Setiawan, A. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Suwiyoga. (2002). Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pap Smear di RSUD Pringadi

Medan. Diakses pada 2012 dari http://digilib.unimus.ac.id/files

Solomon. (2002). Kanker Serviks dan Pencegahannya. Yogyakarta: Nuha medika Suhartono. (2005). Ilmu Pengetahuan dan Penerapannya. Jakarta: Rineka Cipta Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:

Nuha Medika

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional N

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tes Pap atau Pap Smear merupakan skrining yang paling lazim dilakukan pada wanita yang berada pada kelompok usia berisiko untuk dilakukan secara berkala yaitu ½ hingga

Data dan informasi dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Pap smear di Kelurahan

Berdasarkan Tabel 4 hubungan pengetahuan bidan dengan pelaksanaan pemeriksaan pap smear di Ruang PONEK RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau menunjukkan bahwa dari 12

Utara Lampung Timur tidak melakukan pemeriksaan pap smear dilihat. dari

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan wanita usia subur dengan motivasi melakukan pemeriksaan pap smear di Desa Jetis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat melakukan pemeriksaan pap smear sesuai yang diharapkan, yaitu responden mengalami peningkatan minat yang lebih baik, dengan demikian

Berdasarkan distribusi silang tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan perilaku pemeriksaan pap smear di Puskesmas Umbulharjo II Kota Yogyakarta Tahun 2013,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat melakukan pemeriksaan pap smear sesuai yang diharapkan, yaitu responden mengalami peningkatan minat yang lebih baik, dengan demikian