• Tidak ada hasil yang ditemukan

penggunaan langgam kato mandaki dalam tindak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "penggunaan langgam kato mandaki dalam tindak"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN LANGGAM KATO MANDAKI DALAM TINDAK TUTUR ASERTIF ANAK TERHADAP ORANG YANG LEBIH TUA DI

KAMPUNG RANGEH KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I)

NOFRIDA ERIANTI NPM 12080106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

(2)
(3)
(4)

PENGUNAAN LANGGAM KATO MANDAKI DALAM TINDAK TUTUR ASERTIF ANAK TERHADAP ORANG YANG LEBIH TUA DI KAMPUNG

RANGEH

KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Nofrida Erianti1, Silvia Marni,2,dan Rina Sartika,3,

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

2,3Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif Anak Terhadap Orang yang Lebih Tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan lanngam kato mandaki dalam tindak tutur asertif anak terhadap orang yang lebih tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, Mendeskrisikan penggunanaan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif anak terhadap orang yang lebih tua dalam bahasa Minangkabau. Kedua, mendeskripsikan strategi bertutur yang digunakan anak terhadap orang yang lebih tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Waktu penelitian ini di mulai dari tanggal 18-24 Juli 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Informan penelitian ini adalah dari beberapa keluarga terdiri dari keluarga berpendidikan menengah, dan keluarga berpendididkan rendah yang terdiri dari 6 informan. Data dikumpulkan menggunakan metode simak atau penyimakan. Penyimakan yang dimaksud peneliti itu sendiri adalah peneliti menyimak tuturan anak terhadap orang yang lebih tua.

Berdasarkan Hasil penelitian dapat disimpulkan dari kedua kriteria keluarga ditemukan 13 data penggunaan langgam kato mandaki, selanjutnya dalam tndak tutur asertif dari kedua kriteria keluarga yang paling dominan yaitu tindak tutur menyatakan dan tindak tutur melaporkan. Strategi bertutur yang digunakan dalam penelitian ini dari kedua kriteria keluarga yaitu strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi.

Kata Kunci: Langgam kato Mandaki tindak tutur Asertif

(5)

The use of Langgam kato Mandaki in a speech act assertive children to a person who is older in Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten the south coast

By

Nofrida Erianti1, Silvia Marni,2,Rina Sartika,3,

1 Student major indonesian deparment and indonesia literature 2,3 Lecture indonesia deparment and indonesia literature STKIP PGRI

West Sumatra ABSTRACT

This study attempts to described the use of langgam kato mandaki in a speech act assertive children to a person who is older in kampung rangeh kecamatan lengayang kabupaten the south coast. Formulation problems this research is how the use of langgam kato mandaki in a speech act assertive children to a person who is older in kampung rangeh kecamatan lengayang kabupaten the south coast. The purpose of this research is as follows . First, Described penggunanaan langgam kato mandaki in a speech act assertive child against a person who is older in language minangkabau custom . Second , described strategy like any other women used children to a person who is older in kampung rangeh kecamatan lengayang kabupaten the south coast .

Time this research begins from the date 18-24 july 2016 .The kind of research this is the qualitative study with the methods descriptive . Informants of this study is of several families of comprising the family educated middle class, Informants this research is of several family consisting of the family educated medium. Data were collected in a roll or penyimakan . Penyimakan referred to researchers are researchers his tuturan children to a person who is older .

Based on the research done can be concluded of both the criteria found 13 data the use of langgam kato mandak. iNext in a speech act assertive of both the criteria the most dominant that is a speech act stated and a speech act reported. Like any other women strategy used in this research of both the criteria that is strategy like any other women frankly unceremoniously.

Password: langgam kato mandaki in a speech act assertive

(6)

I. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan masyarakat dalam berinteraksi antarsesama. Bahasa digunakan untuk memberi dan menerima informasi berupa gagasan, perasaan hati, dan berupa emosional yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa harus memilih kata yang baik dan melihat situasi yang sesuai atau berdasarkan dengan konteks agar apa yang disampaikan mudah diterima oleh si pendengar sebagaimana yang diharapkan oleh pembicara.

Dengan adanya bahasa, manusia dapat saling berhubungan dan saling berkomunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuannya, baik secara lisan maupun tulisan. Chaer dan Agustina (2004:14) menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan. Bahasa merupakan suatu alat yang harus ada dalam kehidupan manusia sebab bahasa adalah salah satu alat yang paling utama untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat.

Selanjutnya, Chaer dan Agustina (2004:72-73) menyatakan bahwa bahasa dapat dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan, yaitu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama.

Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini adalah karena dalam berbahasa lisan atau menyampaikan informasi secara lisan, kita dibantu oleh unsur-unsur nonsegmental atau unsur nonlinguistik yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala-gejala fisik lainnya. Umpamanya, kalau kita menyuruh seseorang memindahkan sebuah kursi yang ada dihadapan kita, maka secara lisan sambil menunjuk atau mengarahkan pandangan pada kursi itu kita cukup mengatakan, “tolong pindahkan ini!”. Dalam bahasa tulis karena tiadanya unsur penunjuk atau pengarahan pandangan pada kursi itu, maka kita harus mengatakan, “tolong pindahkan kursi itu!”. Jadi, dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam berbahasa tulis kita harus lebih menaruh perhatian agar kalimat-kalimat yang kita susun bisa dipahami pembaca dengan baik.

Kesalahan atau salah arti dalam berbahasa lisan dapat segera diperbaiki atau diralat, tetapi dalam berbahasa tulis kesalahan atau kesalahpengertian baru kemudian bisa diperbaiki.

Bahasa daerah merupakan unsur bangsa Indonesia yang hidup. Bahasa daerah mendapat tempat tersendiri dalam khasanah kebudayaan bangsa Indonesia yang harus dilindungi dan dibina. Dalam masyarakat Indonesia, bahasa yang umum digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa daerah, karena bahasa daerah merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama yang dikenal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi. Berdasarkan kenyataan inilah bahasa daerah perlu mendapat perhatian, karena bahasa daerah mempunyai peranan penting dalam kehidupan bahasa Indonesia.

Kesantunan seorang anak dalam berbicara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu perkembangan teknologi seperti televisi dan internet. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya disebabkan oleh anak saja. Kurangnya perhatian dari orang tua juga mengakibatkan sopan santun seorang anak menjadi rendah ketika berbicara kepada orang yang lebih tua, keadaan di lingkungan sekolah dan sekitar tempat tinggal berpengaruh terhadap kesantunan anak dalam berbahasa. Bahasa Minangkabau sebagai mother tongue di Daerah Sumatra Barat digunakan dan dipakai dalam komunikasi sehari- hari. Sekalipun orang Minangkabau memiliki kebiasaan atau tradisi lama, yaitu marantau (bisa disebut sebagai gejala migrasi), mereka tetap setia dengan kampung halamannya dan bahasa ibunya.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di dalam keseharian, masyarakat di Kampung Rangeh berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Minangkabau yang sering diartikan kasar oleh orang yang baru mendengarkannya, tetapi hal itu bergantung

(7)

kepada penutur yang menuturkannya. Jika dilihat dari kehidupan masyarakatnya baik dari segi ekonomi, mata pencarian, dan tingkat pendidikannya. Mereka ada yang berasal dari keluarga berpendidikan tinggi, keluarga berpendidikan menengah, dan keluarga berpendidikan rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penting dilakukan penelitian tentang penggunaan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif anak terhadap orang yang lebih tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

II. METODE PENELITIAN

Menurut Moleong (2010:6), bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah. Selanjutnya, menurut Sugiyono (2014:10) penelitian kualitatif yang memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil kontruksi pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan.

Metode merupakan cara atau langkah-langkah sistematis untuk mengkaji suatu ilmu secara objektif, sistematis, rasional, dan empiris. Pada penelitian ini metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Ratna (2004:53) menjelaskan bahwa metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis. Metode deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai penggunaan langgam kato mandaki anak terhadap orang terhadap orang yang lebih tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Menurut Meleong (2010-330) menyatakan bahwa teknik triagulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Pada penelitan ini teknik triagulasi yang digunakan adalah teknik triagulasi dalam bentuk penyidik. Tenik triagulasi dalam bentuk penyidik merupakan teknik pengabsahan data dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekkan kembali derajat kepercyaan data.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini, akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan mengenai penggunaan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif dan strategi bertutur yang digunakan anak terhadap orang yang lebih tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Selanjutnya, pembahasan dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan berdasarkan teori yang digunakan. Berdasarkan dari dua kriteria keluarga data yang terkumpul selama penelitian, ditemukan sebanyak 13 data langgam kato mandaki dan tindak tutur asertif.

1. Bentuk Langgam Kato Mandaki dalam Tindak Tutur Asertif Anak terhadap Orang yang Lebih Tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan

a. Langgam kato Mandaki dalam Tindak Tutur Asertif

Langgam Kato Mandaki adalah bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang lebih dewasa atau orang yang dihormati, seperti orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, murid kepada guru, dan bawahan kepada atasan. Pemakaian tatabahasanya yang lebih rapi, ungkapannya jelas, dan penggunaan kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga bersifat khusus, ambo tuan, etek, amai, atau uni serta berliau untuk orang ketiga.

Sedangkan tindak tutur asertif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada

(8)

kebenaran atas apa yang dikatakannya. Misalnya, menyatakan, melaporkan, menuntut, mengakui, dan menunjukan.

A. Data Keluarga Berpendidikan Menengah

Tindak tutur asertif yang di temukan dalam penelitian ini adalah menyatakan, melaporkan, menuntut dan menunjukkan. Berikut ini hasil pengamatan yang penulis lakukan terhadap keluarga berpendidikan menengah. Dalam penelitian ini ditemukan 4 tindak tutur asertif yaitu, tindak tutur menyatakan, tindak tutur melaporkan, tindak tutur menuntut, dan tindak tutur menunjukkan. Secara lengkap akan dijelaskan di bawah ini:

a. Tindak Tutur Menyatakan

Tindak tutur menyatakan, yaitu tindak tutur yang hanya boleh digunakan dituturkan oleh orang yang berwewenang. Berdasarkan data penelitian ini ditemukan 3 data yang mengungkapkan tindak tutur representatif dengan maksud menyatakan seperti tuturan di bawah ini:

Data 1

Bentuk Tuturan

Adik : “Baliin kue pinukuik, etek siapo namo tu? Etek Beti ndak mak?”

(Belikan kue pinukuik, ibuk siapa namanya tu? Ibuk Beti kan Bu?) Ibu :“Ndak ado Beti tu bajaga kinilai!”

(Tidak ada Beti tu jualan sekarang!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada hal tersebut merupakan langgam kato mandaki dan tindak tutur asertif menyatakan.

Data 2

Bentuk Tuturan

Adik :“Alah sate ciek eme”

(Sudahlah sate satu sajalah) Ibu :“Putu indakde!”

(Putu tidakkan!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada hal tersebut merupakan langgam kato mandaki dan tindak tutur asertif menyatakan.

Data 3

Bentuk tuturan

Adik : “Iiihh, ala gaekpai malala jo lai”

(Iihh, sudah tua kerjanya pergi main juga) Kakak : “Tu buapu te, mancaghi angin malam!”

(Terus kenapa pula, mau mencari angin malam)

Kutipan transkripsi dialog antara adik dan kakaknya pada data tersebut merupakan langgam kato mandaki dan tindak tutur aserif menyatakan..

b. Tindak Tutur Melaporkan

Tindak tutur melaporkan, yaitu tindak tutur yang berhubungan dengan diri pelapor. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data ditemukan 2 data yang mengungkapkan tindak tutur representatif dengan maksud melaporkan dapat dilihat pada tuturan dibawah ini:

Data 4

Bentuk tuturan

Adik :“Bajulah Pi gosokme”

(Baju sudah Pi setrika) Ibu :“Baju apo yangbagosok?”

(Baju apa yang disetrika?)

(9)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada data tersebut merupakan langgam kato mandaki dan tindak tutur asertif melaporkan.

Data 5

Bentuk Tuturan

Adik :“Lah malam unang ko pai malala maka”

(Sudah malam kakak ini pergi main juga Bu)

Ibu :Ughang co itu ti ndak bisa di tahan ti de, nyo malala kiajo me!”

(Orang seperti itu tidak bisa ditahan, dia kerjanya cuma pergi main saja) Kutipan transkripsi dialog antara seorang anak dengan ibunya merupakan langgam kato mandaki dan tindak tutur asertif melaporkan.

c. Tindak Tutur Menuntut

Tindak tutur menuntut, yaitu yang dituturkan oleh pihak yang dirugikan kepada pihak yang merugikan. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data ditemukan 1 data tindak tutur menuntut. Dapat dilihat pada kutipan di bawa ini:

Data 7

Bentuk Tuturan

Adik :“Yo sumbaghang jo lah lai, pokok balin kue besuakme”

(Ya terserahlah, pokoknya belikan kue besok ya) Ibu :“Yo, balilah besuak, tu apo lai ka dibali!”

(Ya, belilah besok, terus apalagi yang mau dibeli!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya merupakan langgam kato mandaki dan tindak tutur asertif dalam tindak melaporkan.

d. Tindak Tutur Menunjukkan

Tindak tutur menunjukkan, yaitu tindak tutur yang tuturannya dipertanggung jawabkan oleh penutur. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data tulis ditemukan 1 data yang mengungkapkan tindak tutur repfentatif dengan menunjukkan seperti tuturan di bawah ini.

Data 8

Bentuk Tuturan

Adik : “Yolah, baju tu jan lupo mak! Di ateh lamari yang warna ijau tu, ado

jilbab gaime”

(Yalah, baju jangan lupa Bu!di atas lemari yang warna hijau, ada jilbab juga tu)

Ibu :“Yo”

(Ya)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya merupakan langgam kato mandaki dan tindak tutur asertif dalam tindak menujukkan.

B. Keluarga Berpendidikan Rendah

Berikut ini hasil pengamatan yang penulis lakukan terhadap keluarga berpendidikan rendah. Dalam penelitian ini di temukan 5 data langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif, yaitu tindak tutur menyatakan, tindak tutur melaporkan tindak tutur menuntut, tindak tutur mengakui, dan tindak tutur menunjukkan. Secara lengkap akan di jelaskan di bawah ini.

a. Tindak Tutur menyatakan

Tindak tutur menyatakan, yaitu tndak tutur yang hanya boleh dituturkan oleh orang yang berwewenang. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data representatif dengan maksud menyatkan seperti tuturan di bawah ini.

Data 9

Bentuk Tuturan

(10)

Anak : “Tu buapo caro lai Ma, Yah? jua e lah ayam tu lai Ma a, nyak Iya

tukang jua besuak Maa”

(Bagaimana caranya lagi Ma, Yah? jual sajalah ayam itu lagi Ma, biar Iya yang tukang jualnya besok Ma)

Ibu : “Ayam ndak buapo iku de! jo apo le ayam ka buanak mangambang lai!”

(Ayam tidak berapa ekor lagi! Sama apa lagi ayam itu mau beranak, berkembang lagi!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada data tersebut merupakan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif menyatakan.

b. Tindak Tutur Melaporkan

Tindak tutur melaporkan, yaitu tindak tutur yang berhubungan dengan diri pelapor. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data ditemukan data yang mengungkapkan tindak tutur representatif dengan maksud melaporkan seperti contoh di bawah ini.

Data 10

Bentuk Tuturan

Anak : “Yah, agia piti Yah, besuak siang Yah, bali Al-qur’an Yah”

(Yah, kasih uang Yah, besok siang Yah, beli Al-qur’an Yah) Ayah :“Alun ado ayah bapitilai!”

(Belum ada Ayah punyauang lagi!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ayahnya pada data tersebut merupakan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif melaporkan

Data 11

Bentuk Tuturan

Anak : “Bayia dando yah a, bulan puaso patang den ndak ado masuak sakolah de, tu buapo caro ti, kecek ibuk ti kalau ndak bayia dando

ndak buliah ujian de”

(Bayar denda yah, bulan puasa kemaren saya tidak masuk sekolah, terus bagaimana caranya tu, kata ibuk kalau tidak bayar denda tidak boleh ikut ujian)

Ayah :”Tu kamano ka dicaghi piti ke, namua ayam ti ka dijua agak duo iku

nye ti a”

(Terus kemana mau dicari uang tu, ayam itu saja dijual sekitar dua ekor sajalah)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ayahnya pada data tersebut merupakan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif dalam melaporkan.

Data 12

Bentuk Tuturan

Anak : ee.. besuak siang terakhir Ma a! Senin ujian..

(ee..besok siang terakhir bayarnya Ma! Senin sudah ujian) Ibu : salangkan piti ughang dulu, di ayah kau ti a! a da?

(pinjam saja uang orang dulu sama ayah kamu itu! Gimana Bg?)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada data tersebut merupakan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif dalam melaporkan.

c. Tindak Tutur Mengakui Data 13

Bentuk Tuturan

Anak : “Yo lah besuak ughang indak ka cabut-cabut lai de, ala sakali kini cabut me, ala sakali kini ndak mangumpuan buku apo lai ma,

(11)

besuak indaklai”

(Ya sudahlah besok saya tidak akan cabut-cabut lagi, sudah sekali ini saja saya cabutnya, sekali ini saja tidak mengumpulkan buku apa lagi Ma, besok tidak lagi)

Ibu : “Cubolah salang lu da ka ughang lu, ndak ndak dapek lo ujian anak ke!”

(Cobalah pinjam dulu sama orang Bang, tidak bisa pula anak kita nanti ujiannya!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada data tersebut merupakan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif mengakui.

d. Tindak Tutur Menunjukkan

Tindak tutur menunjukkan, yaitu tindak tutur yang tuturannya dipertanggung jawabkan oleh penutur. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data tulis ditemukan data yang mengungkapkan tindak tutur repfentatif dengan menunjukkan seperti tuturan di bawah ini.

Data 14

Bentuk tuturan

Anak : tu buapo caro lai Ma, Yah? Jua e lah ayam tu lai Ma a nyak Iya tukang jua besuak Ma a..

(terus bagaimana lagi Ma, Yah? jual saja ayam itu lagi Ma, biar Iya yang pergi menjualnya besok Ma)

Ibu : ayam ndak buapo iku de! Jo apo le ayam ka buanak mangambang lai!

(ayam tidak berapa ekor lagi! Sama apa lagi ayam itu mau Beranak dan berkembang lagi!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada data tersebut merupakan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif menunjukkan.

2. Strategi Bertutur Langgam Kato Mandaki dalam Tindak Tutur Aserif yang Digunakan Anak terhadap Orang yang Lebih Tua

Strategi bertutur merupakan cara yang dipilih seseorang dalam menyampaikan tuturnnya, penutur tidak hanya menyampaikan informasi atau pesan kepada pendengar tetapi juga membina hubungan sosial dengan pendengar. Strategi yang digunakan anak pada orang yang lebih tua sesuai dengan teori yang dikemukakan Brown dan Levinson.

Strategi bertutur yang di maksud adalah strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi, strategi bertutur tetus-terang dengan basa basi kesantuna positif, strategi bertutur dengan menggunakan kesantunan negatif, strategi bertutur samar-samar, dan strategi bertutur dalam hati (diam saja) atau tidak melakukan ujaran sama sekali.

a. Keluarga Berpendidikan menengah

1) Strategi Bertutur Terus Terang tanpa Basa-basi

Strategi ini digunakan untuk melindungi citra diri penutur dan penuturnya.

Strategi ini dapat dilihat pada tuturan di bawah ini.

Data 4

Bentuk tuturan

Adik :“Bajulah Pi gosokme”

(Baju sudah Pi setrika) Ibu :“Baju apo yangbagosok?”

(Baju apa yang disetrika?)

Penutur melaporkan kepada penutur untuk memulai pembicaraannya. Strategi bertutur yang digunakan penutur dalam tuturan di atas, yaitu strategi bertutur berterus terang tanpa basa-basi di tandai dengan tuturan “Bajulah Pi gosok me”Yah. Kalimat

(12)

tersebut membuktikan bahwa penutur menuturkan maksud dari pembicaraannya secara langsung tanpa basa-basi. Tuturan pada data 4, 5, yaitu sama-sama melaporkan untuk memulai pembicaraan.

b. Keluarga berpendidika rendah

1. Strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi

Strategi ini digunakan untuk melindungi citra diri penutur dan penuturnya.

Strategi ini direalisasikan dalam bentuk imperatif. Staretgi ini dapat dilihat pada tuturan di bawah ini.

Bentuk Tuturan

Anak : “Yah, agia piti Yah, besuak siang Yah, bali Al-qur’an Yah”

(Yah, kasih uang Yah, besok siang Yah, beli Al-qur’an Yah) Ayah :“Alun ado ayah bapitilai!”

(Belum ada Ayah punyauang lagi!)

Penutur melaporkan kepada penutur untuk memulai pembicaraannya. Strategi bertutur yang digunakan penutur dalam tuturan di atas, yait stategi bertutur berterus terang tanpa basa-basi di tandai dengan tuturan Yah, agia piti Yah, besuak siang Yah, bali Al-qur’an Yah”.Kalimat tersebut membuktikan bahwa penutur menuturkan maksud dari pembicaraannya secara langsung tanpa basa-basi. Tuturan pada data 10, 11 dan 12 yaitu sama-sama melaporkan untuk memulai pembicaraan.

B. Pembahasan

Hasil penelitian yang di bahas di bagian ini ada dua. Pertama , bentuk langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif yang digunakan yang di gunakan anak terhadap orang yang lebih tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Kedua, strategi yang digunakan dalam tindak tutur asertif.

1. Bentuk Langgam Kato Mandaki dalam Tindak Tutur Asertif Yang Digunakan Anak Terhadap Orang yang Lebih Tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Dari penelitian ini, dari kriteria keluarga berpendidikan menengah dalam tindak tutur asertif ditemukan 4 dari 5 tindak tutur. Bentuk tindak tutur yaitu menyatakan, menunjukkan, menuntut, melaporkan,

Dari penggunaan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif yang digunakan anak terhadap orang yang lebih tua di kampung Rangeh Kecamtan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan yang dianalisis ditemukan 13 data.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur asertif menyatakan yang lebih dominan digunakan oleh anak terhadap orang yang lebih tua karena dianggap lebih setara, yaitu kekuasaan penutur dan petutur sama dan solidaritas antara penutur dan petutur akrab. Saat kekuasaan sama dan solidaritas akrab tidak mungkin penutur dan petutur menggunakan tuturan yang berbelit-belit sehingga maksud dari tuturan sulit untuk di ketahui.

A. Keluarga Berpendidikan Menengah

a. Langgam Kato Mandaki dalam Tindak Tutur Asertif 1) Tindak Tutur Menyatakan

Tindak tutur menyatakan, yaitu tndak tutur yang hanya boleh dituturkan oleh orang yang berwewenang. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data representatif dengan maksud menyatakan seperti tuturan di bawah ini.

Data 1

Bentuk Tuturan

Adik :“Baliin kue pinukuik, etek siapo namo tu? Etek Beti ndakmak?”

(Belikan kue pinukuik, ibuk siapa namanya tu? Ibuk Beti kan Bu?)

(13)

Ibu :“Ndak ado Beti tu bajaga kinilai!”

(Tidak ada Beti tu jualan sekarang!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada hal tersebut merupakan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif menyatakan. Tuturan menyatakan di atas , dituturkan oleh penutur (anak) kapada penutur (ibu) seperti pada tuturan “baliin kue pinukuik, etek siapo namo tu?Etek Beti ndak mak? (belikan kue pinukuik, ibuk siapa namanya tu? Ibuk Beti kan Bu?)”. Kalimat tuturan ini lebih sesuai dengan konsep kato mandaki (kata mendaki) yaitu berbicara dengan lemah lembut dan santun serta menghargai lawan bicara dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

Data 2

Bentuk Tuturan

Adik :“Alah sate ciek eme”

(Sudahlah sate satu sajalah) Ibu :“Putu indakde!”

(Putu tidakkan!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada hal tersebut merupakan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif menyatakan. Tuturan menyatakan di atas dituturkan oleh penutur (adik) kepada petutur (ibu) yang menyatakan seperti pada tuturan “alah sate ciek e me ( sate satu sajalah)”.Kalimat tersebut digunakan penutur untuk menyatakan maksud bahwa anak ingin sate saja. Kalimat tuturan ini lenih sesuia dengan konsep kato mandaki yaitu berbicara dengan lemah lembut dan santun serta menghargai lawan bicara dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

Data 3

Bentuk tuturan

Adik : “Iiihh, ala gaek pai malala jo lai”

(Iihh, sudah tua kerjanya pergi main juga) Kakak : “Tu buapu te, mancaghi angin malam!”

(Terus kenapa pula, mau mencari angin malam)

Kutipan transkripsi dialog antara adik dan kakaknya pada data tersebut merupakan tindak tutur aserif menyatakan. Tuturan menyatakan di atas dituturkan penutur (adik) kepada penutur (kakak). Seperti pada tuturan“iiihh..ala gaek pai malala jo lai (iihh, sudah tua kerjanya pergi main juga”. Kalimat tuturan tersebut digunakan penutur untuk menyatakan bahwa maksud adik inggin melarang kakaknya pergi keluar rumah. Kalimat tuturan ini lebih sesuai dengan konsep langgam kato mandaki, yaitu berbicara dengan lemah lembut dan sopan, serta menghargai lawan bicara, dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

2) Tindak Tutur Melaporkan

Tindak tutur melaporkan, yaitu tindak tutur yang berhubungan dengan diri pelapor. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data ditemukan data yang mengungkapkan tindak tutur representatif dengan maksud melaporkan seperti contoh di bawah ini.

Data 4

Bentuk tuturan

Adik :“Bajulah Pi gosokme”

(Baju sudah Pi setrika) Ibu :“Baju apo yangbagosok?”

(Baju apa yang disetrika?)

(14)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada data tersebut merupakan tindak tutur asertif melaporkan. Penutur (adik) melaporkan kepada petutur (ibu) bahwa ada yang akan dibicarakan. Tuturan melaporkan terbukti seperti pada tuturan “bajulah Pi gosok me,,,(baju sudah Pi setrika)”. Kalimat tersebut digunakan penutur anak untuk mepaorkan bahwa baju ibunya sudah di setrikakan. Kalimat tuturan ini lebih sesuai dengan konsep langgam kato mandaki (kata mendaki) yaitu dengan berbicara dengan lemah lembut dan santun serta menghargai lawan bicara dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang menjadi lawan bicara.

Data 5

Bentuk Tuturan

Adik :“Lah malam unang ko pai malala maka”

(Sudah malam kakak ini pergi main juga Bu)

Ibu :Ughang co itu ti ndak bisa di tahan ti de, nyo malala kiajome!”

(Orang seperti itu tidak bisa ditahan, dia kerjanya cuma pergi main saja) Kutipan transkripsi dialog antara seorang anak dengan ibunya merupakan tindak tutur asertif melaporkan. Penutur (adik) melaporkan kepada penutur (ibu) bahwa ada yang ingin dia bicarakan. Tuturan melaporkan terbukti pada tuturan “lah malam unang ko pai malala mak a (sudah malam kakak ini pergi main juga Bu)”. Kalimat tersebut digunakan penutur (adik) untuk melaporkan bahawa kepada ibunya bahwa hari sudah malam kakaknya masih pergi keluar. Kalimat tturan ini lebih sesuai dengan konsep langgam kato mandaki (kata mendaki) yaitu dengan berbicara dengan lemah lembut dan santun serta menghargai lawan bicara dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang menjadi lawan bicara.

3) Tindak Tutur Menuntut

Tindak tutur menuntut, yaitu yang dituturkan oleh pihak yang dirugikan kepada pihak yang merugikan. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan ditemukan 1 data dalam bentuk tindak tutur menuntut. Dapat dilihat pada tuturan di bawah ini.

Data 6

Bentuk Tuturan

Adik :“Yo sumbaghang jo lah lai, pokok balin kue besuakme”

(Ya terserahlah, pokoknya belikan kue besok ya) Ibu :“Yo, balilah besuak, tu apo lai ka dibali!”

(Ya, belilah besok, terus apalagi yang mau dibeli!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya merupakan tindak tutur asertif dalam tindak melaporkan..tuturan tersebut disampaikan oleh penutur (adik) untuk menuntut agar penutur (ibu) membuktikan perkataannya. Seperti pada tuturan “yo sumbaghang jo lah lai, pokok balin kue besuak me(ya terserahlah, pokoknya belikan kue besok ya)”. Tuturan di atas dikatakan sebagai tuturan menuntut karena penutur menuntut untuk dibelikan kue kepada ibunya. Karena menggunakan langgam kato mandaki yaitu anak bertutur anak kepada orang yang lebih tua. Kalimat tuturan ini lebih sesuai dengan konsep langgam kato kata mandaki, yaitu berbicara dengan lemah lembut dan santun, serta menghargai lawan bicara, dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

4) Tindak Tutur Menunjukkan

Tindak tutur menunjukkan, yaitu tindak tutur yang tuturannya dipertanggung jawabkan oleh penutur. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data tulis ditemukan 1 data yang menngungkapkan tindak tutur repfentatif dengan menunjukkan seperti tuturan di bawah ini.

Data 7

Bentuk Tuturan

(15)

Adik : “Yolah, baju tu jan lupo mak! Di ateh lamari yang warna ijau tu, ado

jilbab gaime”

(Yalah, baju jangan lupa Bu!di atas lemari yang warna hijau, ada jilbab juga tu)

Ibu :“Yo”

(Ya)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya merupakan tindak tutur asertif dalam tindak menujukkan. Penutur (adik) menunjukan dengan cara menjelaskan kepada petutur (ibu)bahwa baju sudah ada di atas lemari. Seperti pada tuturan “yolah, baju tu jan lupo mak! Di ateh lamari yang warna ijau tu, ado jilbab gai me (yalah, baju jangan lupa Bu!di atas lemari yang warna hijau, ada jilbab juga tu)”.Kalimat tuturan ini lebih sesuai dengan konsep langgam kato mandaki, yaitu berbicara dengan lemah lembut dan santun, serta menghargai lawan bicara, dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

B. Analisis Keluarga Berpendidikan Rendah

Berikut ini hasil pengamatan yang penulis lakukan terhadap keluarga berpendidikan rendah. Dalam penelitian ini di temukan 5 data tindak tutur asertif, yaitu tindak tutur mengatakan, tindak tutur melaporkan tindak tutur menuntut, tindak tutur mengakui, dan tindak tutur menunjukkan. Secara lengkap akan di jelaskan di bawah ini.

e. Tindak Tutur menyatakan

Tindak tutur menyatakan, yaitu tndak tutur yang hanya boleh dituturkan oleh orang yang berwewenang. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data ditemukan 1 data representatif dengan maksud menyatakan seperti pada tuturan di bawah ini.

Data 8

Bentuk Tuturan

Anak : “Tu buapo caro lai Ma, Yah? jua e lah ayam tu lai Ma a, nyak Iya

tukang jua besuak Maa”

(Bagaimana caranya lagi Ma, Yah? jual sajalah ayam itu lagi Ma, biar Iya yang tukang jualnya besok Ma)

Ibu : “Ayam ndak buapo iku de! jo apo le ayam ka buanak mangambang lai!”

(Ayam tidak berapa ekor lagi! Sama apa lagi ayam itu mau beranak, berkembang lagi!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada data tersebut merupakan tindak tutur asertif dalam tindak menyatakan. Tuturan menyatakan di atas dituturkan oleh penutur (anak) kepada petutur (ibu) yang menyatakan , Seperti pada tuturan “tu buapo caro lai Ma, Yah? jua e lah ayam tu lai Ma a, nyak Iya tukang jua besuak Ma a (bagaimana caranya lagi Ma, Yah? jual sajalah ayam itu lagi Ma, biar Iya yang tukang jualnya besok Ma)”. Kalimat tersebut digunakan penutur untuk menyatakan maksud bahwa anak mau pergi menjual ayam. Kalimat tuturan ini lebih sesuai dengan konsep kata mandaki, yaitu berbicara dengan lemah lembut dan santun, serta menghargai lawan bicara, dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

2) Tindak Tutur Melaporkan

Tindak tutur melaporkan, yaitu tindak tutur yang berhubungan dengan diri pelapor. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data ditemukan 3 data yang mengungkapkan tindak tutur representatif dengan maksud melaporkan seperti contoh di bawah ini.

Data 9

Bentuk Tuturan

(16)

Anak : “Yah, agia piti Yah, besuak siang Yah, bali Al-qur’an Yah”

(Yah, kasih uang Yah, besok siang Yah, beli Al-qur’an Yah) Ayah :“Alun ado ayah bapitilai!”

(Belum ada Ayah punyauang lagi!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ayahnya pada data tersebut merupakan tindak tutur asertif melaporkan hal tersebut terjadi dalam situasi serius. Penutur (anak) melaporkan kepada petutur (ayah) bahwa ada yang ingin dia bicarakan. Tuturan melaporkan itu terbukti pada tuturan “Yah, agia piti yah, besuak siang Yah bali Al- qur’an Yah (Yah, kasih uang Yah, besok siang Yah beli Al-qur’an Yah)”. Kalimat tersebut digunakan penutur (anak) untuk melaporkan bahwa dia ingin meminta uang untuk beli Al-quran. Kalimat tuturan ini lebih sesuai dengan konsep langgam kato mandaki, yaitu berbicara dengan lemah lembut dan santun, serta menghargai lawan bicara, dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

Data 10

Anak : “Bayia dando yah a, bulan puaso patang den ndak ado masuak sakolah de, tu buapo caro ti, kecek ibuk ti kalau ndak bayia dando

ndak buliah ujian de”

(Bayar denda yah, bulan puasa kemaren saya tidak masuk sekolah, terus bagaimana caranya tu, kata ibuk kalau tidak bayar denda tidak boleh ikut ujian)

Ayah :”Tu kamano ka dicaghi piti ke, namua ayam ti ka dijua agak duo iku

nye ti a”

(Terus kemana mau dicari uang tu, ayam itu saja dijual sekitar dua ekor sajalah)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ayahnya pada data tersebut merupakan tindak tutur asertif dalam tindak melaporkan. Penutur (anak) melaporkan kepada petutur (Ayah) bahwa ada yang akan dia bicarakan. Tuturan melaporkan tersebut terbukti pada tuturan “bayia dando Yah a, bulan puaso patang den ndak ado masuak sakolah de, tu buapo caro ti, kecek ibuk ti kalau ndak bayia dando ndak buliah ujian de (bayar denda Yah, bulan puasa kemaren saya tidak masuk sekolah, terus bagaimana caranya tu, kata ibuk kalau tidak bayar denda tidak boleh ikut ujian)”. Kalimat tersebut digunakanpenutur (anak) untuk melaporkan bahwa penutur akan membayar denda karena tidak masuk sekolah. Karena menggunakan konsep langgam kato mandaki yaitu berbicara dengan lemah lembut dan santun, serta menghargai lawan bicara, dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

Data 11

Bentuk Tuturan

Anak : ee.. besuak siang terakhir Ma a! Senin ujian..

(ee..besok siang terakhir bayarnya Ma! Senin sudah ujian) Ibu : salangkan piti ughang dulu, di ayah kau ti a! a da?

(pinjam saja uang orang dulu sama ayah kamu itu! Gimana Bg?)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada data tersebut merupakan tindak tutur asertif dalam tindak melaporkan. Penutur (anak) melaporkan kepada petutur (Ibu) bahwa ada yang akan dia bicarakan. Tuturan melaporkan tersebut terbukti pada tuturan Seperti pada tuturan‘’ee besuak siang terakhir bayia Ma a! Senin ujian..(ee hari besok terakhir bayarnya Ma a! Senin udah mulai ujian)’’. Kalimat tersebut digunakan penutur (anak) untuk melaporkan bahwa dia ingin meminta uang untuk bayar ujian dan besok hari terakhirnya. Kalimat tuturan ini lebih sesuai dengan konsep langgam kato mandaki yaitu berbicara dengan lemah lembut dan santun, serta menghargai lawan bicara, dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

(17)

3) Tindak Tutur Mengakui

Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data ditemukan 1 data yang mengungkapkan tindak tutur representatif dengan maksud mengakui. Dapat dilihat pada tutran di bawah ini.

Data 12

Bentuk Tuturan

Anak : “Yo lah besuak ughang indak ka cabut-cabut lai de, ala sakali kini cabut me, ala sakali kini ndak mangumpuan buku apo lai ma,

besuak indak lai”

(Ya sudahlah besok saya tidak akan cabut-cabut lagi, sudah sekali ini saja saya cabutnya, sekali ini saja tidak mengumpulkan buku apa lagi Ma, besok tidak lagi)

Ibu : “Cubolah salang lu da ka ughang lu, ndak ndak dapek lo ujian anak ke!”

(Cobalah pinjam dulu sama orang Bang, tidak bisa pula anak kita nanti ujiannya!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada data tersebut merupakn tindak tutur asertif dalam tindak mengakui. Seperti pada tuturan “yo lah besuak ughang indak ka cabut-cabut lai de, ala sakali kini cabut me, ala sakali kini ndak mangumpuan buku apo lai Ma, besuak indak lai(ya sudahlah besok saya tidak akan cabut-cabut lagi Ma, sudah sekali ini saja saya cabutnya, sekali ini saja tidak mengumpulkan buku apa lagi Ma, besok tidak lagi)”. Kalimat tersebut digunakan penutur (anak) untuk mengakui bahwa dia tidak akan bolos lagi sekolah. Kalimat tuturan ini lebih sesuai dengan konsep langgam kato mandaki yaitu berbicara dengan lemah lembut dan santun, serta menghargai lawan bicara, dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

4) Tindak Tutur Menunjukkan

Tindak tutur menunjukkan, yaitu tindak tutur yang tuturannya dipertanggung jawabkan oleh penutur. Berdasarkan data rekaman yang telah dideskripsikan dalam bentuk data tulis ditemukan 1 data yang mengungkapkan tindak tutur repfentatif dengan menunjukkan seperti tuturan di bawah ini.

Data 13

Bentuk tuturan

Anak : tu buapo caro lai Ma, Yah? Jua e lah ayam tu lai Ma a nyak Iya tukang jua besuak Ma a..

(terus bagaimana lagi Ma, Yah? jual saja ayam itu lagi Ma, biar Iya yang pergi menjualnya besok Ma)

Ibu : ayam ndak buapo iku de! Jo apo le ayam ka buanak mangambang lai!

(ayam tidak berapa ekor lagi! Sama apa lagi ayam itu mau Beranak dan berkembang lagi!)

Kutipan transkripsi dialog antara anak dan ibunya pada data tersebut merupakan tindak tutur asertif dalam menunjukkan. Penutur (anak) menunjukkan dengan cara menjelaskan kepada petutur (Ibu) bahwa dia mau pergi menjual ayam. Seperti pada tuturan ‘’tu buapo caro lai Ma, Yah? Jua e lah ayam tu lai Ma a nyak Iya tukang jua besuak Ma a. kalimat tersebut digunakan penutur (anak) untuk menunjukkan bahwa dia mau pergi untuk menjual ayam. Kalimat tuturan ini sesuai dengan konsep langgam kato mandaki yaitu yaitu berbicara dengan lemah lembut dan santun, serta menghargai lawan bicara, dan dalam bertutur disebutkan sapaan orang yang menjadi lawan bicara.

(18)

2. Strategi bertutur anak terhadap orang yang lebih tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan

Dari temuan penelitian, diperoleh isyarat bahwa dari kelima strategi bertutur yang digunakan dalam penggunaan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif terhadap orang yang lebih tua di Kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan hanya ditemukan bertutur terus terang tanpa basa-basi.

Banyaknya strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi digunakan dalam tindak tutur asertif anak terhadap orang yang lebih tua tersebut. Karena strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi merupakan stategi yang sering digunakan dalam berkomunikasi untuk menyatakan sesuatu lebih jelas. Karena dalam penggunaan langgam kato mandaki dalam tindak tutur anak tersebut keadaan penutur dengan petutur sudah akrab dan sudah terjalin hubungan kekerabatan di antara mereka. Penutur dan petutur menggunakan kata sapaan untuk mengakrapkan diri dengan petutur.

Dari data yang telah dianalisis tidak ditemukan strategi bertutur strategi bertutur terus treng dengan basa-basi kesantunan positif, strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif dan berutur samar-samar, karena dalam penggunaan langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif anak tehadap orang yang lebih tua tindak tutur secara langsung di ucapkan, tidak ada yang menggunakan isyarat dan diam.

Karena tuturan asertif yang digunakan anak terhadap orang yang lebih tua merupakan dialog antara anak dengan ibu, anak dengan ayah dan adik dengan kakak untuk menyampaikan maksud dan tujuan secara hormat.

IV. PENUTUP

Pertama, bentuk langgam kato mandaki dalam tindak tutur asertif anak terhadap orang yang lebih tua di kampung Rangeh Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan dari dua kriteria keluarga ditemukan ada 13 data. Dari keluarga berpendidikan menengah tindak tutur asertif yang paling dominan yaitu tindak tutur menyatakan dan melaporkan, sedangkan dalam kriteria keluarga keluarga berpendidikan rendah yang paling banyak ditemukan yaitu tindak ttur melaporkan.

Kedua strategi bertutur yang digunakan dalam kriteria keluarga berpendidikan menengah dan keluarga berpendidikan rendah sering digunakan anak yaitu strategi bertutur terus terang tanpa basa basi, karena penutur menuturkan maksud dari pembicaraannya secara langsung tanpa basa-basi.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat disampaikan saran- saran sebagai berikut. Pertama, anak selaku generasi muda penerus bangsa yang terdidik hendaknya dapat menerapkan bahasa yang sopan dan santun dalam bertutur serta berbahasa Minangkabau yang tepat sesuai dengan konsep kato nan ampek (kata yang empat). Dalam berkomunikasi dengan orang yang lebih tua hendaknya mengutamakan penggunaan langgam kato mandaki. Kedua, sebagai orang tua yang menjadi contoh bagi anak hendaknya menjadi suri tauladan dalam bersikap dan bertindak tutur, serta orang tua lebih meluangkan waktunya dalam mengarahkan, membimbing, menasehati, dan memberi contoh kepada anaknya dalam bertindak tutur yang baik dan sopan kepada siapapun. Ketiga, sebagai guru, dapat mengarahkan dan mengajarkan berbahasa yang sopan dan santun dan sesuai dengan kato nan ampek (langgam kato) kepada anak didiknya dan bertutur yang baik dengan sesama makhluk lain.

Keempat, sebagai masyarakat, dapat memberikan pengarahan terhadap generasi penerus dalam bertutur dengan orang yang lebih tua dari kita dan memberikan contoh yang baik bagi generasi penerus berikutnya. Kelima, peneliti lain yang tertarik meneliti langgam kato mandaki, disarankan dapat melakukan penelitian pada aspek yang berbeda dalam langgam kato, bisa saja langgam kato mandata, manurun dan malereang hal itu terjadi antara suami dengan istri, dan antara mertua dengan menantu.

(19)

V.KEPUSTAKAAN

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, J Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Imperatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

TRANS 7 (episode 1-4) memiliki tiga jenis tindak tutur yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur direktif, praanggapan yang

Hasil penelitian ini ialah jenis nilai tindak tutur pragmantik yang ditemukan dalam acara Pakkio Bunting yaitu nilai tindak tutur ilokusi terdapat 5 data, nilai tindak tutur lokusi