• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Metode Hypnoteaching dalam Pembelajaran Bahasa Arab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Penggunaan Metode Hypnoteaching dalam Pembelajaran Bahasa Arab"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN METODE HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Bahasa Arab

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

DIFA ASKA KARIMA NIM: 20200116076

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Difa Aska Karima

NIM : 20200116076

Tempat/Tanggal Lahir : Tulehu, 01 Maret 1998

Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Jl. Hayam Wuruk Kec. Batupoaro Kota Baubau Judul : Penggunaan Metode Hypnoteaching dalam

Pembelajaran Bahasa Arab

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya saya sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang saya peroleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 29 Agustus 2023 Penyusun

Difa Aska Karima NIM: 20200116076

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat, hidayah dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam kepada Nabi besar Muhammad saw. Nabi yang senantiasa mengantarkan umatnya dari zaman gelap gulita menuju zaman terang menderang seperti yang telah kita nikmati hingga saat ini.

Karya ilmiah ini membahas tentang “Penggunaan Metode Hypnoteaching dalam Pembelajaran Bahasa Arab” Sepenuhnya penulis menyadari bahwa pada proses penulisan karya ilmiah ini, dari awal sampai akhir, tidak luput dari kekurangan penulis sendiri dan kendala yang bersifat eksternal.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Dengan penuh kesadaran dan dari lubuk hati nurani penulis menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda tercinta Buba Hasan yang biasa saya sebut bapak yang berhasil membuat saya bangkit dan tidak menyerah serta ibunda tercinta Munisa yang telah merawat, mendidik, dan membiayai pendidikan penulis juga doa dan sujudnya telah menembus langit sehingga penulis berada ditahap ini, serta penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhanis, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., selaku Wakil Rektor I, Dr. Andi Aderus Lc. M. Ag., selaku Wakil Rektor II, Prof. Muhammad Khalifa Mustami, M. Pd., selaku Wakil Rektor III, dan Prof. Muhammad

(5)

v

Amry Lc. M. Ag., selaku Wakil Rektor IV, yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar sebagai tempat penulis menuntut ilmu.

2. Dr. Andi Achruh, M. Pd. I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Dr. Muh. Rapi, M. Pd., selaku Wakil Dekan I. Dr. Muh. Rusdi Tahir, M. Ag., selaku Wakil Dekan II. Dr.

Ridwan Idris, S. Ag., M. Pd selaku Wakil Dekan III yang telah membina penulis selama proses penyelesaian studi.

3. Dr. Rappe., M.Pd.I dan Ahmad Munawwir., Lc, M.Pd.I. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa Arab UIN Alauddin Makassar sekaligus sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II penulis yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian studi.

4. Dr. Azizul Hakim, M. Pd. I dan H. Abdul Rahim, Lc.,, M. Pd. I. selaku Dewan Penguji I dan II, yang telah memberikan banyak masukan, saran dan kritikan untuk perbaikan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajarkan kami ilmu yang bermanfaat sekaligus menjadi orangtua kami selama kuliah di UIN Alauddin Makassar yang senantiasa membimbing dan memberikan arahan yang membangun dalam perkuliahan.

6. Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta segenap staf yang telah menyiapkan berbagai literature dan memberikan kemudahan untuk memanfaatkan perpustakaan secara maksimal demi penyelesaian skripsi ini.

7. Rekan-rekan seperjuangan di Program studi Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2016 tanpa terkecuali, khusus kepada teman-teman mahasiswa/I

(6)

vi

Pendidikan Bahasa Arab yang telah banyak membantu dan memberikan pengalaman serta kenangan yang tidak dapat terlupakan kepada penulis selama mengemban Pendidikan di UIN Alauddin Makassar.

8. Keluarga besar penulis, saudara penulis yaitu tante Mulyati, om Asrul, tante, om yang lain, serta sepupu semuanya yang tak bisa penulis menulis namanya satu persatu dan tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, dan bantuan finansial yang sangat berharga untuk penulis.

9. Untuk adik-adik saya tercinta Hairun Muzakir, Efa Nurfalah, Ilmi Hidayati, dan Bilqis Khumairoh Hasan terima kasih yang tak henti- hentinya karena telah mendoakan dan memberi dukungan serta menghibur penulis dalam menyusun penelitian ini.

10. Untuk salah satu alumni Universitas Islam Makassar, pemilik NIM 16023014052 terima kasih telah hadir dan menjadi bagian dari perjalanan hidup penulis. Terima kasih telah banyak berkontribusi dalam penulisan karya ini, baik tenaga, waktu, maupun materi kepada penulis. Telah menjadi rumah, pendamping dalam segala hal yang menemani, mendukung, ataupun menghibur dalam kesedihan, mendengar keluh kesah, dan memberi semangat. Semoga Allah swt selalu memberi keberkahan dalam segala hal yang dilalui.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, peneliti sangat mengharapkan kritikan dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan, semoga amal kebaikan dari bantuan yang telah diberikan baik berupa materi maupun non materi mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah swt dan penulis berharap semoga skripsi ini

(7)

vii dapat bermanfaat bagi semuanya.

.

Samata-Gowa, 2023

Penulis,

DIFA ASKA KARIMA

NIM: 20200116076

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Kajian Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 12

BAB II METODE HYPNOTEACHING ... 15

A. Pengertian Hypnoteaching ... 15

B. Gelombang Otak pada Hypnoteaching ... 19

C. Kerangka Dasar Hipnosis... 21

D. Unsur-unsur Hypnoteaching ... 25

E. Kesadaran dalam Hipnosis ... 26

F. Fungsi Metode Hypnoteaching ... 28

G. Manfaat Hypnoteaching ... 28

H. Langkah-langkah dalam Hypnoteaching... 30

BAB III PEMBELAJARAN BAHASA ARAB ... 33

A. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab ... 33

B. Karakteristik Bahasa Arab ... 35

C. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab ... 36

D. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab ... 37

E. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab ... 42

BAB IV PENGGUNAAN HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB ... 47

A. Pembelajaran Bahasa Arab dengan Hypnoteaching ... 47

B. Kelebihan dan Kekurangan Hypnoteaching ... 52

BAB V PENUTUP ... 55

(9)

ix

A. Kesimpulan ... 55 B. Implikasi ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... 58

(10)

x

ABSTRAK

Nama : Difa Aska Karima

Nim : 20200116076

Judul : Penggunaan Metode Hypnoteeaching dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1) untuk mengetahui metode hypnoteaching diterapkan dalam pembelajaran bahasa Arab, 2) untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode hypnoteaching dalam pembelajaran bahasa Arab. Penelitian ini menggunakan penelitian studi pustaka dengan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi yang terbagi menjadi dua macam, yaitu dokumen cetak yang diperoleh dari buku-buku serta dokumen non cetak berupa data yang diperoleh dari data-data online atau situs-situs resmi.

Langkah-langkah yang digunakan dalam hypnoteaching diantaranya adalah adanya motivasi diri, pacing, leading, modelling, dan memberikan pujian.

Kemudian kelebihan hypnoteaching meningkatnya minat belajar siswa, meningkatnya fokus siswa terhadap guru, menjadikan pribadi siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya, meningkatnya rasa percaya diri dan motivasi dalam diri siswa, dan menganggap belajar bahasa Arab adalah pelajaran yang menyenangkan dan mudah. Kekurangan metode hypnoteaching itu antara lain, banyaknya peserta didik didalam kelas sehingga guru harus dapat memberi perhatian secara adil dan merata, guru harus banyak belajar dan berlatih dalam penggunaan hypnoteaching termasuk belajar NLP.

Implikasi penelitian ini adalah peneliti berharap guru mempelajari lebih dalam mengenai hypnoteaching sehingga dapat menerapkannya dalam pembelajaran terutama pembelajaran bahasa Arab.

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di abad ke-20 metode pembelajaran bahasa Arab terus berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat terhadap bahasa Arab. Ditambah dengan bukti perkembangan metode bahasa yakni berdirinya beberapa lembaga modern yang menggunakan metode langsung (thariiqah mubasyar), seperti yang digunakan oleh Ustadz Abdullah Ahmad dalam Madrasah Adabiyah, juga Ustadz Mahmud Yunus lalu kemudian dikembangkan oleh KH Imam Zarkasyi di Kulliyatul Mua’llimin Al-Islamiyyah Gontor Ponorogo.1

Pendidikan bahasa Arab di Indonesia sudah diajarkan di berbagai tingkatan. Beberapa potret penyelenggaraan Bahasa Arab di beberapa lembaga pendidikan Islam setidaknya menunjukkan upaya serius untuk memajukan sistem dan mutunya.2 Pembagian tingkatan dalam pembelajaran bahasa Arab ada tiga yaitu tingkatan pemula (mustawa ibtida’i), tingkatan menengah (mustawa mutawassit), dan tingkat lanjutan (mustawa mutaqoddim). 3

Dunia pendidikan membutuhkan berbagai macam sugesti terlebih lagi sugesti positif yang dapat memengaruhi kelancaran dalam dunia pendidikan termasuk pendidikan formal. Diantara sugesti itu, salah satunya yaitu penggunaan kata atau kalimat positif pada metode pembelajaran yang dilakukan guru terhadap

1Ahmad Fuad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab¸edisi 2009 (Malang:

Misykat), h. 31.

2Acep Hermawan, Metodogi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 18

3Ahmad Ubaedi Fathudin, ”Model Pembelajaran Bahasa Arab di Le,baga Pendidikan”, UIN K.H Abdurrahman Wahid: Pekalongan, 2017.

(12)

peserta didik. Hal tersebut berarti pemilihan penggunaan metode pembelajaran yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu proses pembelajaran.4

Penggunaan sugesti dan kalimat atau kata-kata bersifat positif ini diharap mampu membantu peserta didik dalam proses pembelajaran yang lebih baik serta lebih paham akan isi materi pembelajaran yang akan diberikan, hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT Q.S. Al-Isra‟ ayat 53:

ْ لُقَو يِداَبِعِل اوُلوُقَ ي ِْتَّلا َْيِه ُْنَس حَأ ۚ َّْنِإ َْناَط يَّشلا ُْغَز نَ ي ْ مُهَ ن يَ ب ۚ َّْنِإ

َْناَط يَّشلا َْناَك ِْناَس نِ لِْل اًّوُدَع اًنيِبُم

Artinya : “dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh setan itu(selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia”.5

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan Rasulullah ﷺ agar mengatakan kepada semua hamba-Nya supaya mengucapkan perkataan yang lebih baik pada saat berbicara atau berdebat dengan orang-orang musyrik ataupun yang lainnya. Hal ini selaras dengan guru yang harus memberikan sugesti atau afirmasi yang bersifat positif atau baik kepada peserta didiknya.

Guru yang mengajar dengan semangat serta antusias dapat berpengaruh pada para peserta didiknya. Guru juga harus memperhatikan emosi psikologi

4Munir, Penerapan Metode Pembelajaran Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, Jurnal Penerapan Pembelajaran. Vol.2, h.4.

5Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Syamil Qur‟an 2010), h. 287.

(13)

peserta didik, sehingga suasana belajar bisa menyenangkan.6 Dengan begitu kehadiran guru dapat memberikan rasa nyaman serta bahagia ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru juga perlu membuat suasana kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan lebih mudah menerima materi yang akan disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, guru harus memilih metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu metode yang menarik dan mampu membuat peserta didik antusias adalah metode Hypnoteaching.

Metode Hypnoteaching merupakan suatu metode pembelajaran yang dalam menyampaikan materi, guru memakai bahasa-bahasa bawah sadar yang bisa menumbuhkan ketertarikan tersendiri kepada siswa.7 Hajar dalam Catur mengemukakan bahwa Hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas.8 Hypnoteaching merupakan perpaduan pembelajaran yang melibatkan pikiran sadar dan bawah sadar. Hypnoteaching ini merupakan pembelajaran yang kreatif, unik, sekaligus imajinatif.9

6Ibnu Hajar, Hypnoteaching: Memaksimalkan Hasil Proses Belajar Mengajar dengan Hipnoterapi, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), h. 77

7Haves Darindo, Penerapan Strategi Pembelajaran Resiprokal disertai dengan Metode Hypnoteaching pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMPN 7 Padang, Jurnal Pendidikan Universitas Bung Hatta, 2013, h. 2.

8Catur Yudi Setiawan, Pengaruh Metode Hypnoteaching dalam Pembelajaran Matematika terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Gugus Hasanuddin Kecamatan Kradenan Kecamatan Grobogan, Jurnal Pendidikan, 2013, h. 3

9Putu Diantari, Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD, Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, (2014), h. 4.

(14)

Hypnoteaching itu perpaduan dari konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu hipnosis. Belajar akan terasa lebih menyenangkan apabila guru dapat mengaplikasikan konsep pendekatan hipnosis yang kaya akan makna sugestif dalam dunia pendidikan dan pengajaran di kelas, tanpa harus mengurangi tujuan dari kurikulum.10 Metode ini juga dapat di aplikasikan dalam pembelajaran Bahasa Arab, agar para peserta didik merasa senang dan semangat ketika pembelajaran termasuk Bahasa Arab.

Tujuan pembelajaran bahasa arab yakni untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab. Kemampuan berbahasa arab sangat penting untuk membantu memahami sumber ajaran islam yaitu Al-Qur‟an dan Hadits, serta kitab-kitab bahasa Arab yang berkenaan dengan islam bagi peserta didik.

Untuk memahami dan menguasai bahasa Arab tentunya tidak mudah. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam membantu siswa untuk mudah memahami dan menguasai bahasa Arab. Selain harus memperhatikan perencanaan pembelajaran, guru juga harus memperhatikan penggunaan metode pembelajaran karena setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam penggunaan metode pembelajaran guru harus mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

10Mohammad Noer, Hypnoteaching For Succes Learning, (Yogyakarta: Pendagogia, 2010), h. 9

(15)

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang hypnoteaching dengan judul “PENGGUNAAN METODE HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penggunaan metode hypnoteaching dalam pembelajaran Bahasa Arab?

2. Apa kekurangan dan kelebihan metode hypnoteaching dalam pembelajaran bahasa Arab?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui metode hypnoteaching digunakan di pembelajaran Bahasa Arab

b. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode hypnoteaching dalam pembelajaran bahasa Arab.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas ilmu pendidikan serta dapat menjadi masukan atau referensi oleh peneliti lainnya tentang metode hypnoteaching.

(16)

b. Manfaat Praktis

1) Bagi pendidik : dapat memberikan informasi, menambah wawasan serta pengalaman dalam menyiapkan metode hypnoteaching, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Arab.

2) Bagi peserta didik : dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran Bahasa Arab.

3) Bagi peneliti : dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang metode hypnoteaching serta dapat menjadikannya bahan untuk mengembangkan penerapan dan metode pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan.

D. Kajian Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini, peneliti melakukan tinjauan hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan judul penelitian yang diangkat peneliti, antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Marisa Julianti tahun 2018 dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Di Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung” berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa peserta didik pada kelas eksperimen yang menggunakan metode hypnoteaching lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan metode hypnoteaching. Hal ini dapat dilihat dari hasil posttest kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol

(17)

(114,38>80,47 atau 84,23> 106,23). Maka dapat disimpulkan bahwa metode hypnoteaching dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar PAI peserta didik.11 Hubungan dengan penelitian, penulis ingin menggambarkan penerapan hypnoteaching dalam pembelajaran bahasa Arab dimana dalam penelitian terdahulu ini membahas materi pembelajran PAI. Penelitian ini sama-sama mengkaji tentang hypnoteaching, bedanya itu pada Marisa dia menitikberatkan pada motivasi belajar PAI. Sedangkan penelitian ini menjelaskan tentang hypnoteaching pada pembelajaran bahasa Arab.

2. Hadi Kasmaja pada sebuah jurnal yang berjudul “Efektivitas Implementasi Metode Hypnoteaching untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP Negeri 41 Bulukumba” menyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VII SMP 41 Bulukumba mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil belajar siswa kelas VII SMP 41 Bulukumba sebelum diterapkan metode hypnoteaching mencapai skor rata-rata 40,867 dan berada pada kategori tidak tuntas. Sedangkan setelah diajar dengan metode hypnoteaching mencapai skor rata-rata(mean) 77,067 dengan sekitar 75% siswa memahami kriteria ketuntasan minimal (KKM) sehingga mencapai ketuntasan klasikal dan berada pada kategori sedang.12 Oleh

11Marisa Julianti, ”Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung”, Skripsi (Lampung:

Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, 2018), h. 104.

12Hadi Kasmaja, Efektivitas Implementasi Metode Hypnoteaching untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP Negeri 41 Bulukumba, (Journal of EST 2, no. 1, 2016), h.45.

(18)

karena itu, metode hypnoteaching cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Negeri 41 Bulukumba. Persamaan penelitian ini sama-sama membahas hypnoteaching, sedangkan perbedaannya terletak di jenis penelitiannya. Pada penelitian Hadi, menggunakan jenis penelitian pre- eksperimen sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian pustaka.

3. Umi Rokhmah dalam skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Metode Hypnoteaching terhadap Sikap Belajar Biologi pada Materi Organisasi Kehidupan Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 24 Bandar Lampung”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa hasil uji hipotesis dari lembar observasi sikap belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil Thitung adalah 3,25 sedangkan t-tabel adalah 1,672. Menurut kriteria uji H0 ditolak apabila thitung > ttabel dalam hal ini H1 diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H1 diterima pada taraf signifikan 95% hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode hypnoteaching terhadap sikap belajar peserta didik kelas VII pada materi organisasi kehidupan di SMP Negeri 24 Bandar Lampung.13 Persamaan penelitian ini membahas objek penelitian yang sama yaitu hypnoteaching dan perbedaannya ada pada sikap belajar biologi dan juga jenis penelitiannya yaitu penelitian eksperiman semu.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Alit Arta Wiguna dengan judul “Efektivitas Penerapan Metode Hypnoteaching dalam

13Umi Rokhmah, ”Pengaruh Metode Hypnoteaching terhadap Sikap Belajar Biologi pada Materi Organisasi Kehidupan Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 24 Bandar Lampung”, Skripsi (Lampung: Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, 2017), h. iii

(19)

Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi model sequential exploratory metode penelitian kombinasi yang menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif secara berurutan dimana pada tahap pertama penelitian menggunakan metode kualitatif dan pada tahap ke dua metode kuantitatif. Metode kualitatif berfungsi untuk mendukung hipotesis pada kasus tertentu atau sampel terbatas dan metode kuantitatif berfungsi untuk mendukung hipotesis pada populasi lebih luas.

Penerapan metode hypnoteaching yang diberikan oleh guru di kelas X sangat efektif menjadikan suasana kelas yang pasif menjadi tenang dan aktif apabila diberikan stimulus metode hypnoteaching. Suasana pembelajaran di kelas yang menyenangkan akan menyebabkan siswa menjadi betah saat belajar di dalam kelas. Dari hasil perhitungan nilai rata-rata dan daya serap siswa diatas diperoleh hasil untuk rata-rata dari keseluruhan hasil belajar siswa di kelas X Mipa 6 adalah 88 dan daya serap diperoleh dari skor rata-rata siswa adalah 88%. Hasil tersebut menunjukan bahwa rata-rata skor atau nilai siswa berada pada rentang 61-100 dengan kategori Efektif dan Sangat Efektif. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus ini untuk melihat efektif tidaknya metode hypnoteaching ini, sedangkan penelitian ini tentang penerapan dalam pembelajaran bahasa Arabnya tetapi sama-sama menjurus ke metode hypnoteaching.

(20)

5. Penelitian oleh Fathul Rahma “Hypnoteaching Learning Theory Analysis in the Learning Process”. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode dekskriptif kualitatif yang termasuk jenis penelitian studi pustaka, yang hasil kesimpulannya yakni hypnoteaching secara tidak langsung sudah dipraktekkan oleh sebagian guru. Konsep hypnoteaching sesungguhnya ialah metode guru berpersepsi dalam mengatur pikirannya dan pikiran peserta didiknya dalam proses pendidikan dan pembelajaran dikelas. Agar bisa mempraktikkan hypnoteaching dalam pendidikan, seorang guru sebaiknya memiliki keyakinan yang kokoh dan kuat kalau ia sanggup dalam mentransfer pengetahuan kepada seluruh peserta didiknya.14 Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama studi pustaka dan membahas hypnoteaching tetapi penelitian peneliti lebih spesifik ke pembelajaran bahasa Arab.

6. Muhammad Imron yang pernah melakukan penelitian dengan judul

“Metode Hypnosis Learning dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Santri: Studi Kasus di TPA Sabilillah Kerintang Surabaya.” Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan metode hypnosis learning di TPA Sabilillah telah mengatasi kesulitan-kesulitan belajar para santri.

Metode ini juga dapat meningkatkan sikap, perilaku, dan sifat positif

14 Fathul Rahma, Hypnoteaching Learning Theory Analysis in the Learning Process, Journal

CES 2 no. 1 (2021), h. 12.

(21)

pada santri.15 Penelitian ini sama-sama membahas masalah hypnosis tapi dari sudut yang berbeda. Pada Imron, dia membahas hypnosis learning sedangkan penelitian ini membahas hypnoteaching.

7. Muhammad Zuhri Dj dan Sukarnianti di dalam "Using Hypnoteaching Strategy to Improve Students Writing Ability”. Hasil eksperimennya adalah, “Penerapan hipnoterapi sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa karena ada prestasi menulis siswa yang signifikan setelah pengobatan dilakukan" Artinya, penerapan hypnoteaching sangat membantu dan meningkatkan kemampuan menulis siswa, sehingga hasil dan prestasi menulis mereka sangat signifikan setelah dilakukan metode ini.16 Penelitian yang dilakukan Muhammad Zuhri dan Sukarnianti ini membahas penggunaan hypnoteaching dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa sedangkan penelitian penulis membahas penggunaan hypnoteaching dalam pembelajaran bahasa Arab.

8. Selanjutnya jurnal yang ditulis oleh M. Husni Arsyad dalam judul

“Metode-metode Pembelajaran Bahasa Arab Berdasarkan Pendekatan Komunikatif untuk Meningkatkan Kecakapan Berbahasa”. Disini penulis berpendapat bahwa metode-metode pengajaran berdasarkan kounikatif, yakni metode langsung(direct method), metode percakapan (conversation method), metode diam (silent way), dan metode alamiah

15 Muhammad Imron, “Metode Hypnosis Learning dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Santri:

Studi Kasus di TPA Sabilillah Kerintang Surabaya” Journal of IslamicEducation Studies 5 no. 1 (2017), h. 135.

16Muhammd Zuhri Dj dan Sukarnianti, "Using Hypnoteaching Strategy to Improve Students Writing Ability”, Dinamika Ilmu 15 no. 2 (2015), h. 196

(22)

(natural method) sangat efektif diterapkan didalam pembelajaran bahasa Arab. Olehnya karenanya, setiap guru atau pengajar bahasa Arab di setiap jenjang pendidikan diharapkan menguasai metode- metode ini untuk dapat diterapkan kepada anak didik secara optimal.17 Hasil penelitian ini menjadi pijakan bagi peneliti dalam menggunakan hypnoteaching dalam metode mengajar bahasa Arab. Penelitian yang dilakukan M. Husni Arsyad daan penelitian peneliti sama-sama membahas tentang pembelajaran bahasa Arab tetapi dengan bidang berbeda. Pada penelitian Husni memakai pendekatan komunikatif untuk meningkatkan kecakapan bahasa, sedangkan peneliti menggunakan metode hypnoteaching.

Jadi dapat disimpulkan dengan adanya metode hypnoteaching, peserta didik dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran sehingga terdapat peningkatan motivasi belajar, hasil belajar, dan rasa nyaman ketika pembelajaran.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literature(kepustakaan), baik berupa buku,

17M. Husni Arsyad, Metode-metode Pembelajaran Bahasa Arab Berdasarkan Pendekatan Komunikatif untuk Meningkatkan Kecakapan Berbahasa, (Journal of Shaut Al-„Arabiyah, 7 no. 1, 2019), h. 29.

(23)

catatan, maupun hasil laporan hasil penelitian terdahulu.18 Dalam buku

“Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian”

karya Andi Prastowo dijelaskan bahwa metode kepustakaan merupakan metode penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan melalui tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian yaitu perpustakaan.19

Sedangkan untuk pendekatannya peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengumpulan data yang bersifat kualitatif dan memakai analisis kualitatif dalam pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan keputusan.20

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yangberkaitan dengan masalah yang diteliti dibutuhkan metode pengumpulan data. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.

Dokumentasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam, yakni dokumen cetak (hard copy) yang diperoleh dari buku-buku yang terkait dan dokumen non cetak (soft file) yang diperoleh melalui cara mengunduh (download atau copy) data-data online dari situs-situs resmi yang terkait.

3. Teknik Analisis Data

18Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 5

19Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, (Yogyakarta:AR-RUZZ MEDIA, 2011) h. 190

20Sembodo Ardi et.al.pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Jurusan PBA Fakultas Tarbiyah¸(Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2006) h. 16-17

(24)

Teknik analisis yang akan digunakan peneliti dalam mengolah data adalah analisis tidak berbentuk angka (Non Statistic) karena data yang akan di analisis bersifat kualitatif. Analisis data yang akan digunakan peneliti adalah analisis deskriptif, yaitu teknik analisis data dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.21

21Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rak Sarasin 1992)

(25)

15 BAB II

METODE HYPNOTEACHING

A. Pengertian Hypnoteaching

Kata hypnoteaching berasal dari kata hypnosis dan teaching. Hypnosis yakni adanya fenomena trans akibat adanya tidur saraf yang muncul karena perhatian terfokus pada sebuah objek tertentu. Sedangkan teaching berarti pembelajaran. Jadi hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan menghipnosis peserta didik dengan memberikan sugesti-sugesti serta dalam situasi tertentu, sehingga bisa memberikan pengaruh kepada mereka yang mendengarkannya sesuai dengan maksud dan tujuan sugesti tersebut.22

Menurut Ali Akbar Navis, hipnosis adalah kemampuan membawa seseorang ke dalam kondisi hypnosis stage, pada kondisi ini sesorang dapat mudah menerima berbagai saran dan sugesti. Karena guru mengajarkan materi secara komprehensif, maka materi tersebut akan mudah di kuasai oleh siswa sehingga mereka termotivasi dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan.23

Menurut Ibnu Hajar, hipnosis adalah suatu kondisi menyerupai tidur yang bisa secara sengaja dilakukan terhadap seseorang, dimana seseorang tersebut yang

22Muhammad Anwar, Mengajar dengan Teknik Hipnotis (Teori dan Praktek), Samata:

Gunadarma Ilmu, 2014), h. 79.

23Ali Akbar Navis, Hypnoteaching: Revolusi Gaya Mengajar untuk Melejitkan Prestasi Siswa, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 128

(26)

dihipnosis dapat menjawab pertanyaan yang diajukan serta menerima sugesti tanpa adanya perlawanan. Ibnu Hajar juga mengemukakan bahwa hypnoteaching merupakan gabungan dari metode accelerate learning, power teaching, neuro linguistic programming, dan hipnosis.24

Sedangkan menurut Andri Hakim, hipnosis adalah kondisi ketika seseorang mudah menerima saran, informasi dan sugesti tertentu yang mampu mengubah seseorang dari hal yang kurang baik menjadi lebih baik.25

Hipnosis juga diartikan sebagai penembusan faktor kritis pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya suatu sugesti atau ide sehingga menyebabkan perubahan perilaku pada tatanan mental dan emosional.26

Sebagian masyarakat kita, terutama masyarakat awam memandang negatif terhadap hipnosis. Ketika mendengar kata hipnosis, mereka langsung mengaitkan dengan gendam, kejahatan, pelet, dan beberapa hal yang dianggap mistis maupun magis lainnya. Hal tersebut merupakan kesalahan besar karena mereka belum mengetahui apa sebenarnya hipnosis ini. Hipnosis tidak selalu berkonotasi negatif.

Hipnosis adalah sesuatu yang bisa dibuktikan secara ilmiah bahkan secara logis.

24Ibnu Hajar, Hypnoteaching: Memaksimalkan Hasil Proses Belajar Mengajar dengan Hipnoterapi, Jogjakarta: Diva Press, 2012), h. 36.

25Andri Hakim, Hypno is Teaching: Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar, (Jakarta:

Visimedia, 2010), h.12

26Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning untuk Guru dan Orang Tua, (Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2010), h. 72.

(27)

Hipnosis mempunyai manfaat besar dalam kehidupan ini, baik bagi kesehatan fisik, psikologis, dan hal-hal yang menyangkut patologi sosial.27

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hipnosis adalah suatu keadaan atau proses yang terjadi pada pikiran bawah sadar. Atau dapat juga dikatakan sebagai suatu mekanisme persuasif yang dilakukan untuk memudahkan subjek memasuki kondisi trance (kondisi mirip tidur), supaya subjek dapat menerima sugesti atau afirmasi positif ke dalam pikiran bawah sadar sehingga dapat merasakan dan bertindak sesuai sugesti yang diperoleh.

Berdasarkan definisi tersebut, maka hypnoteaching dapat diartikan sebagai perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran sadar (Consciuous Mind) dan pikiran bawah sadar (Subconsciuous Mind).28 Secara sederhana, hypnoteaching berarti menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa alam bawah sadar.29 Dalam sumber yang lain, hypnoteaching diartikan sebagai salah satu strategi mengajar yang dapat meningkatkan motivasi dan kualitas belajar siswa.30

Kunci dari hypnoteaching ini sesungguhnya terletak pada kemampuan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman baik secara psikis maupun

27Wendy-Louise Walker, Guidelines for the Use of Hypnosis: When to Use Hypnosis and When not to Use, (Australian Journal of Clinical and Experimental Hypnosis 41, No. 1, 2016), h 41–53.

28Novian Triwidia Jaya, Hypnoteaching “Bukan Sekedar Mengajar, (Bekasi, D-Brain, 2010), h. 4

29Hasbullah dan Rahmawati, Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Indarprasta PGRI, (Jurnal Formatif 5 (1) : 83-90, ISSN : 2088 351X, 2015), h. 84.

30Salami, Hypnoteaching dan Hypnotic Teacher, (Jurnal Pendidikan Vol. 3 No 1. Januari- Juni 2017), h. 36.

(28)

fisik. Sebab, kenyamanan akan membuat peserta didik senang dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketika peserta didik merasa senang, maka materi yang diberikan oleh guru akan lebih mudah diserap oleh peserta didik.31 Dapat merasakan kenyamanan dan kesenangan tersebut bisa terjadi melalui sebuah komunikasi antara peserta didik dan guru yang kemudian akan membawa peserta didik ke dalam kondisi alam bawah sadar.

Menurut Noer, menghipnosis peserta didik pada proses belajar mengajar sejatinya guru bukanlah menidurkan peserta didik, tetapi guru hanya memosisikan peserta didik pada keadaan sadar dan pengaktifan pikiran bawah sadar peserta didik. Pada situasi tersebut, maka sugesti akan dapat mudah diterima, materi akan dapat dicerna dan dipahami karena peserta didik antusias. Selain itu terdapat beberapa definisi hypnoteaching lainnya diantaranya:

a. Pemfokusan pikiran peserta didik terhadap materi guru serta pemaksimalan kemampuan panca indera.

b. Pemberian sugesti positif oleh guru kepada peserta didik guna memudahkan peserta didik dalam penerimaan materi ajar.32

Penekanan hypnoteaching terhadap situasi light hypnosis adalah hipnosis tidak langsung. Dalam hal ini merujuk kepada menghipnosis peserta didik pada situasi mereka tidak sadar bahwa mereka sedang dihipnosis.

31Ratnawati, Aplikasi Quantum Learning, Jurnal Pendidikan Islam, (Vol. XIV, No. 1, Mei/2005), h. 61.

32Muhammad Noer, Hypnoteaching for Kids, Purwokerto: Pustaka Insan Pembelajar, 2012.

(29)

B. Gelombang Otak pada Hypnoteaching

Hipnosis bisa diartikan menurunkan gelombang otak manusia, dari Beta ke Alpha dan diharapkan untuk bisa masuk ke Theta dan menjaga agar jangan sampai masuk ke Delta. Karena pada kondisi gelombang otak di Alpha dan Theta, RAS(Reticular Activating System) atau gerbang pikiran bawah sadar itu terbuka sehingga informasi dapat dengan mudah masuk ke Sub-Conscius.

Gelombang otak diukur dengan alat yang dinamakan Electro Encephalo Graph (EEG), EEG ditemukan pada tahun 1929 oleh Psikiater Jerman, Hans Berger. Sampai saat ini, EEG adalah alat yang sering diandalkan oleh para peneliti yang ingin mengetahui aktivitas pikiran seseorang.

Gambar 2. Gelombang Otak

Sumber:https://agfi.staff.ugm.ac.id/blog/wp-content/uploads/brainwave.gif

(30)

Untuk dapat menurunkan gelombang otak seseorang, sebaiknya kita mengetahui pembagian gelombang otak. Berikut merupakan pembagian gelombang otak:

a. Beta, frekuensi 12-25 Hz

Dominan pada saat tubuh kita terjaga, menjalani aktivitas sehari-hari yang menuntut logika atau analisa tinggi, misalnya mengerjakan fisika, matematika, olahraga, dan memikirkan hal-hal yang rumit. Gelombang beta memungkinkan seseorang memikirkan sampai 9 objek secara bersamaan.

b. Alpha, frekuensi 8-12Hz

Dominan pada saat tubuh dan pikiran rileks dan tetap waspada. Misalnya ketika kita sedang membaca, menulis, berdoa, dan ketika kita fokus pada suatu objek. Gelombang alpha berfungsi sebagai penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Alpha juga menandakan bahwa seseorang dalam kondisi light trance atau kondisi hypnosis yang ringan.

c. Theta, frekuensi 4-8 Hz

Dominan saat kita dalam kondisi hipnosis, meditasi dalam, hampir tidur, atau tidur disertai mimpi. Frekuensi ini menandakan aktivitas pikiran bawah sadar.

(31)

d. Delta, frekuensi 0,1-4 Hz

Dominan saat tidur lelap tanpa mimpi.33

C. Kerangka Dasar Hipnosis

Ada beberapa kerangka dasar dari hypnosis, yaitu:

1. Pre-Induction

Pre-Induction merupakan suatu proses untuk mempersiapkan kondisi yang bersifat kondusif antara seorang hypnotist(orang yang melakukan hipnosis) dengan Suyet(orang yang akan dihipnosis. Hypnotist harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis Suyet seperti hal yang diminati, riwayat kesehatan, pemicu keluhan, dsb. Pre-Induction dapat berupa percakapan yang ringan yang menanamkan kepercayaan kepada Suyet, saling berkenalan, serta hal-hal lain yang bersifat mendekatkan seorang Hypnotist secara mental terhadap Suyet. Pre- induction merupakan tahapan besifat kritis. Seringkali kegagalan proses hypnosis diawali dari proses pre-induction yang tidak tepat.

2. Induction

Induction merupakan suatu cara membawa seseorang kedalam keadaan hipnosis, dimana subjek dibimbing melalui sugesti untuk menjadi relaks, berkonsentrasi dan perhatiannya menjadi fokus pada suatu hal tertentu. Induksi berguna untuk menaikkan tingkat kesadaran.

33Indra Majid, Pemahaman Dasar Hypnosis, h. 21-22.

(32)

3. Deepening

Deepening bertujuan untuk mendalamkan keadaan hipnosis. Metode yang digunakan seperti Stair Case Method yaitu teknik mengubah realitas dimana membayangkan diri menaiki tanggan secara perlahan.

4. Deepth Level Test

Deepth Level Test merupakan tes untuk melihat seberapa jauh kesadaran seseorang sudah berpindah dari alam sadar ke alam bawah sadar.

5. Hypnotic Suggestion

Hypnotic Suggestion merupakan sugesti yang menjadi “nilai baru” bagi seorang suyet walaupun telah sadar dari “tidur hipnosis” . HS tidak akan bertahan lama bila tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai dasar dari suyet. Seorang hipnotist harus dibekali pengetahuan mengenai kejiwaan dan psikosomatis untuk dapawt membeikan hypnotic suggestion yang benar.

6. Termination

Termination adalah suatu tahapan untuk mengakhiri proses hipnosis.

Konsep dasar termination adalah memberikan sugesti atau perintah agar suyet tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun dari “tidur hipnosis”.

Standar dari proses ini adalahmembangun sugesti positif yang akan membuat

(33)

tubuh seorang suyet lebih segar dan relaks, kemudian diikuti dengan regresi beberapa detik untuk membawa suyet ke keadaan normal.34

D. Unsur-unsur Hypnoteaching

Unsur-unsur dalam hypnoteaching itu meliputi berikut:

1. Penampilan Guru

Langkah awal melakukan hypnoteaching yaitu guru harus memperhatikan penampilannya. Guru harus mengenakan pakaiannya secara rapi. Penampilannya yang baik dapat memberikan rasa percaya diri sehingga dapat menarik minat belajar siswa.

2. Rasa Simpati

Seharusnya guru memiliki rasa simpati terhadap siswanya. Guru yang memperlakukan siswanya dengan baik, maka siswanya juga akan bersikap baik.

Walaupun siswa tersebut bandel, siswa tersebut akan tetap hormat terhadap guru yang menghargai dirinya.

3. Sikap Empati

Guru harus memiliki sikap empati. Jika ada siswa yang bermasalah, guru harus mempunyai rasa empati dengan tidak menyematkan gelar “siswa nakal”

pada diri siswa. Justru, guru harus melakukan penyelidikian terhadap penyebab

34Anhar Foundation, Certified Hypnotist Workshop, 2016, h. 16-18

(34)

tindakan siswa melalui pengumpulan informasi serta membantu siswa untuk bertindak baik.

4. Penggunaan Bahasa

Dalam berbicara guru seharusnya memakai bahasa yang baik untuk didengar panca indra yang aktif. Guru dapat menahan emosi dan amarah, menghargai karya dan potensi siswanya, tidak merendahkan serta memojokkan siswa dengan perkataan yang tidak baik.

5. Peraga

Peraga merupakan hal yang penting, peraga yang dimaksud disini adalah dengan menerangkan materi pelajaran menggunakan gaya bahasa tubuh agar terkesan menarik, terlebih lagi jika guru tersebut dapat menguasai materi sehingga siswa tidak merasa bosan.

6. Motivasi

Motivasi dapat dilakukan guru pada hypnoteaching untuk kegiatan pembelajaran bisa dengan menceritakan kisah yang terkait dengan pelajaran agar dapat memberi motivasi positif bagi siswa agar siswa fokus dan termotivasi untuk belajar. Dengan begitu, guru dapat menasehati peserta didik tanpa terkesan mengguruinya.

(35)

7. Penguasaan Hati Siswa

Pada pembelajaran, guru seharusnya dapat menguasai hati siswanya dahulu maka secara otomatis dapat menguasai pikiran siswanya. Menerapkan hypnoteaching menjadi daya tarik siswa. Apabila guru berkeinginan agar kelas tenang pada saat pembelajaran maka guru harus bersikap tenang terlebih dahulu.

Pada hypnoteaching, apabila guru berkeinginan terhadap sesuatu maka guru harus menjadi apa yang diinginkannya dari siswa

Berdasarkan uraian diatas, metode hypnoteaching menuntut guru untuk sadar akan tanggung jawab yang dapat digugu dan ditiru, digugu berupa ucapannya baik berkaitan dengan pembelajaran maupun bentuk atau kalimat perintah untuk tindakan baik, serta ditiru apa yang guru lakukan dan Pembelajaran itu mempunyai dua peristiwa yaitu belajar dan mengajar. Keduanya itu saling berkaitan bahkan menunjang satu sama lain. Oemar Hamalik menyatakan bahwa

“belajar adalah suatu proses, suatu usaha, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan yang bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.35 Sedangkan mengajar menurut Maswan dan Khoirul Muslimin adalah memberi pelajaran kepada seseorang termasuk peserta didik dengan cara melatih dan memberi petunjuk agar mereka memperoleh sejumlah pengalaman.36 Oleh sebab itu, dalam setiap penampilan serta tindakannya dikarenakan sudah hukum alam apabila keinginan orang lain menjadi seperti yang kita perintahkan, maka harus dapat bertindak dan melakukan hal yang sama terhadap orang lain.

35Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, 2014, h. 36.

36Maswan dan Khoirul Muslimin, Teknologi Pendidikan: Penerapan Pembelajaran yang Sistematis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017) h. 219.

(36)

E. Kesadaran dalam Hipnosis

Menurut Adi W. Gunawan mengatakan bahwa pikiran ditinjau dari sisi kesadaran dalam konteks hipnosis yang dibagi menjadi dua jenis yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar (conscious and subconscious). Kedua pikiran ini saling berkomunikasi dan bekerja dalam waktu bersamaan secara parallel.37 Pikiran sadar memiliki 4 fungsi utama, yakni mengidentifikasi informasi dan data, membandingkan, menganalisis, dan memutuskan sesuatu. Sedangkan pikiran bawah sadar mempunyai fungsi menyimpan, kebiasaan, emosi, memori jangka panjang, kepribadian, intuisi, kreativitas, persepsi, keyakinan, dan nilai.38

Alam bawah sadar jauh lebih cerdas, bijaksana, dan cepat daripada pikiran sadar. Pikiran bawah sadar dapat menangani 2.300.000 bit informasi dalam satu waktu, sementara pikiran sadar hanya mampu menangani 7-9 bit informasi dalam suatu saat.39

37Adi W. Gunawan, Hypnotherapy for Children, (Jakarta: Gramedia Pres. 2010), h. 27.

38Muhammad Sya‟fie, Kekuatan Berpikir Positip, (Jakarta: PT. Wahyu Media, 2010), h. 9.

39Abdul Khafi Syatra, Misteri Alam Bawah Sadar Manusia (Yogyakarta: Diva Press, 2010), h. 34.

Gambar 1. Pikiran Sadar dan Bawah Sadar

(37)

Besarnya pengaruh pikiran sadar terhadap seluruh aspek kehidupan seseorang, misalnya sikap, kepribadian, perilaku, kebiasaan, cara pikir, dan kondisi mental seseorang hanya 12%. Sedangkan besarnya pengaruh pikiran bawah sadar 88%.

Pikiran sadar mempunyai fungsi mengidentifikasi informasi yang masuk, membandingkan dengan data yang sudah ada dalam memori kita, menganalisa data yang baru masuk tersebut dan memutuskan data baru akan disimpan, dibuang, atau diabaikan sementara.

Sementara itu pikiran bawah sadar kapasitasnya jauh lebih besar dari pikiran sadar mempunyai fungsi yang jauh lebih komplek. Semua fungsi organ tubuh kita diatur cara kerjanya dari pikiran bawah sadar. Selain itu nilai-nilai yang kita pegang, sistem kepercayaan dan keyakinan terhadap segala sesuatu juga disimpan di sini.

Diantara pikiran sadar dan bawah sadar terdapat Critical Factor, yang dalam keadaan Beta filter ini tertutup sangat rapat sehingga pikiran bawah sadar sulit diakses. Pada kondisi Alpha atau Teta, Critical Factor ini agak terbuka sehingga memungkinkan sugesti masuk ke pikiran bawah sadar meskipun dalam kondisi tidak tertidur (dalam keadaan sadar). Sedangkan pada kondisi Delta, Critical Factor terbuka lebar yang berarti kondisi ini merupakan kondisi dalam pikiran bawah sadar sepenuhnya.40 Menurut Milton Eriction tentang pikiran bawah sadar:

1. Kemampuan pikiran bawah sadar terpisah dengan pikiran sadar 2. Pikiran bawah sadar adalah gudangnya penyimpanan informasi 3. Pikiran bawah sadar sangatlah cerdas

40Aribowo S.A dan Marlan Mardianto, CODE, (Jakarta: PT. Gramedia, 2009), h. 44-45.

(38)

4. Pikiran bawah sadar adalah potensi yang belum digunakan 5. Pikiran bawah sadar bersifat sangat sadar

6. Pikiran bawah sadar merupakan sumber emosi 7. Pikiran bawah sadar bersifat universal.41 F. Fungsi Metode Hypnoteaching

Hypnoteaching memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu pembelajaran diantaranya:

1. Menghapus mental blok peserta didik dimana mental blok adalah bentuk ketidakyakinan dalam diri yang berasal dari pikiran bawah sadar yang akan di transfer ke pikiran sadar

2. Memotivasi peserta didik agar senang dalam belajar

3. Memperlancar pembelajaran sehingga tercapainya tujuan pembelajaran 4. Peserta didik memiliki rasa percaya diri

5. Meningkatnya prestasi peserta didik.42 G. Manfaat Hypnoteaching

Pada era sekarang, pendidikan selalu mengutamakan kecerdasan, keterampilan, serta kepribadian. Untuk ranah kecerdasan dan keterampilan lebih dipentingkan di pendidikan, sedangkan ranah kepribadian kurang mendapat perhatian. Padahal, IQ yang tinggi tanpa disertai EQ dan SQ yang memadai dapat membuat seseorang bertindak berbahaya dengan melakukan kejahatan

41Muhammad Anwar HM, Self Affirmation Hypnosis, (Gowa: Gunadarma Ilmu, 2019), h.

14.

42Ega Rima Wati dan Shinta Kusuma, Menjadi Guru Hebat dengan Hypnoteaching, (Yogyakarta: Kata Pena, 2016), h. 23.

(39)

professional. Contohnya KKN, yang disebabkan karena manusia lebih mementingkan kecerdasan matematika dibanding sosialnya.43 Oleh karenanya, pendidikan membutuhkan adanya kebutuhan fisik serta psikis yang memang menjadi kebutuhan siswa yang belum terpenuhi.

Metode hypnoteaching merupakan upaya bagi siswa apabila mengalami adanya permasalahan dalam menyerap pelajaran. Menurut Deni Mahardika, terdapat manfaat penggunaan metode hypnoteaching yaitu:

1. Mengatasi rasa malas belajar 2. Peningkatan minat belajar

3. Menjadi siswa tenang dalam belajar 4. Pengatasan permasalahan belajar siswa 5. Penyembuhan kenakalan remaja

6. Meningkatnya rasa percaya diri dalam belajar 7. Penumbuhan motivasi44

Selain itu, menurut Andri Hakim ada beberapa manfaat hypnosis adalah:

a. Pemberian nasehat dan motivasi peserta didik supaya semangat dalam pembelajaran,

b. Siswa merasa lebih tenang dalam kelas, c. Merubah kebiasaan buruk siswa45

43 John P. Miller, Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,

2002)

44Deni Mahardika, Menerapkan Hypnostudying, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), h. 13- 14.

(40)

H. Langkah-langkah dalam Hypnoteaching

Langkah-langkah dasar yang perlu dilakukan dalam menerapkan metode hypnoteaching menurut Ibnu Hajar yaitu:

1. Membangkit niat dan motivasi

Hal yang perlu diperhatikan pertama oleh guru dalam menerapkan hypnoteaching yaitu harus dapat menanamkan niat yang kuat pada diri peserta didik. Niat tersebut akan memunculkan dorongan yang tinggi dan komitmen yang kuat pada diri peserta didik dalam pembelajaran.

2. Pacing

Pacing ialah penyamaan posisi, gerak, bahasan dan gelombang otak dengan orang lain dalam hal ini adalah peserta didik, dengan cara:

a. membayangkan usia guru setara dengan peserta didik

b. menggunakan bahasa yang sering digunakan oleh peserta didik c. melakukan gerakan dan mimik wajah sesuai dengan tema atau

pokok bahasan

d. mengaitkan pokok bahasan dengan tema yang sedang trend dikalnagan para peserta didik

e. selalu update pengentahuan yang berkaitan dengan tema atau pokok pembahasan.

45Andri Hakim, Hypnosis in Teaching (Cara Dahsyat Mendidik & Mengajar), Visimedia, Jakarta Selatan, 2010, h. 143.

(41)

3. Leading

Leading berarti memimpin atau mengarahkan. Setelah pacing, proses berikutnya yaitu leading. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus dapat mengkombinasikan antara pacing dan leading, dimana kedua teknik tersebut bisa menciptakan suasa belajar yang kondusif dan efektif.

4. Kata Positif

Langkah pendukung berikutnya yaitu metode hypnoteaching menggunakan bahasa atau kata-kata yang bersifat positif. Kata-kata positif sangat sesuai dengan sistem kerja pikiran alam bawah sadar yang tidak menerima sugesti negatif. Misalnya kondisi kelas ramai dan gaduh, guru jangan mengatakan “Jangan ribut” tetapi diganti dengan kalimat “mohon tenang.

5. Memberi Pujian

Memberi pujian itu salah satu cara membentuk konsep diri seseorang.

Pujian merupakan reward yang penting untuk meningkatnya harga diri seseorang. Guru memberikan pujian pada peserta didik khususnya ketika ia berhasil dalam melakukan sesuatu atau mencapai prestasi tertentu sekecil apapun prestasinya, termasuk ketika ia berhasil melakukan perubahan positif pada dirinya sendiri. Dengan pujian tersebut, seseorang akan terdorong melakukan hal yang lebih dari sebelumnya.

6. Modelling

(42)

Modelling adalah memberi keteladanan baik melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal tersebut sangat penting dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching setelah peserta didik. 46

7. Menguasai Materi

Menguasai materi penting bagi guru, dikarenakan menguasai materi guru merasa nyaman serta mudah menerapkan hypnoteaching.47

Menurut Iman seorang pakar Hipnoterapi dari Indonesia Board of Hypnoteraphy(IBH), komponen-komponen yang harus ada dalam metode hypnoteaching yaitu: (Wati & Kusuma, 2016)

a. Hello Effect (Sapaan di awal)

b. Sell Talk (Menyampaikan kata-kata positif atau pujian) c. Pacing (Menyamakan posisi dengan peserta didik)

d. Leading (Memberikan perintah atau arahan kepada peserta didik)

e. Anchoring (Jangkar emosi yang dapat digunakan sebagai penghubung dalam mengingat pengalaman tertentu)

46Ibnu Hajar, Hypnoteaching Memaksimalkan Hasil Proses Belajar Mengajar dengan Hipnoterapi, h. 100-104

47N. Yustisia, Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Peserta Didik, h. 87.

(43)

33 BAB III

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

A. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran menurut Depdiknas adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar baik lingkungan pendidikan formal maupun non-formal.48 Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yakni dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.49 Sehingga bisa dipahami bahwa pembelajaran merupakan upaya pendidik terhadap peserta didik dalam interaksi belajar agar mempelajari sesuatu dengan efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Miarso mengemukakan bahwa pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu.50

Pembelajaran itu mempunyai dua peristiwa yaitu belajar dan mengajar.

Keduanya saling berkaitan bahkan menunjang satu sama lain. Oemar hamalik menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses, usaha, kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan yang bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami dan hasilnya bukan suatu penguasaaan hasil latihan melainkan

48Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta. Balai Pustaka, 2008), h 21.

49Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Cet : 4, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 12.

50Miarso, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2010), h. 4.

(44)

perubahan kelakuan” Sedangkan mengajar menurut pandangan William H.Burton, dkk: “mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”. Terkait dengan mengajar Sardiman juga mengemukakan dalam bukunya “mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”.51

Menurut Syaikh Mustafa al-Gulayayni bahasa Arab merupakan kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud/tujuan mereka.52

Bahasa Arab menjadi salah satu bahasa dunia yang sudah mengalami perkembangan sosial masyarakat dan ilmu pengetahuan. Bahasa Arab dalam kajian sejarah termasuk bahasa Semit yaitu rumpun-rumpun bahasa yang digunakan bangsa-bangsa yang hidup di lingkungan sungai Tigris dan Furat, dataran Syria dan Jazirah Arab.53

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Arab adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru untuk mengajarkan Bahasa Arab kepada peserta didik demi mencapai tujuan pembelajaran.

51Noor Amiruddin, Problematika Pembelajaran Bahasa Arab, TAMADDUN: 2017, h.

3.

52Syaiful Mustafa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN Malik Press, 0211), h. 06.

53Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 12.

(45)

B. Karakteristik Bahasa Arab

Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas bahasa Arab yang merupakan kelebihan yang tidak ada pada bahasa lainnya, di antaranya adalah:

1. Jumlah abjad sebanyak 28 huruf dengan tempat keluarnya huruf (makharijul huruf) yang berbeda dengan bahasa lainnya.

2. I’rab, sesuatu yang mewajibkan keberadaan akhir kata pada keadaan tertentu, baik rofa’, nashab, jazm dan jar yang terdapat pada isim (kata benda) dan juga fi’il (kata kerja)

3. Notasi syair (ilmu ‘arudl) yang mana dengan ilmu ini menjadikan syair berkembang dengan perkembangan yang sempurna

4. Bahasa ammiyah dan fush-ha, „Ammiyah digunakan dalam interaksi jual beli atau komunikasi dalam situasi tidak formal sedangkan fush-ha adalah bahasa sastra dan pembelajaran, bahasa resmi yang digunakan dalam buku keislaman dan buku pengetahuan

5. Adanya huruf dhod yang tidak ada pada makhroj bahasa lain

6. Kata kerja dan gramatikal yang digunakan selalu berubah sesuai dengan subyek yang berhubungan dengan kata kerja tersebut

7. Tidak adanya kata yang bersyakal dengan syakal yang sulit dibaca, seperti

fi-u-la

8. Tidak adanya kata yang mempertemukan dua huruf mati secara langsung 9. Sedikit sekali kata-kata yang terdiri dari dua huruf, kebannyakan tiga

huruf kemudian ketambahan satu, dua, tiga, sampai empat huruf

(46)

10. Tidak adanya 4 huruf yang berharakat secara terus menerus, di samping aspek-aspek lain yang termasuk dalam ranah deep structure baik dari segi metafora, fonologi, dan kamus

11. Bahasa Arab sangat elastis, menganut sistem analogi dan kaya dengan derivasi(isytiqoq) dan perbendaharaaan kata (mufrodat)54

Aspek-aspek yang menjadi nilai lebih bahasa Arab di atas dalam waktu yang sama kemungkinan menjadi kendala bagi pembelajarnya, dikarenakan taraf kerumitan yang mendorong munculnya kesulitan-kesulitan dalam proses belajar dan pembelajaran.

C. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab

Mahmud Yunus dalam bukunya Metode Khusus Bahasa Arab menyatakan bahwa tujuan mempelajari bahasa Arab adalah agar memahami dan mengerti apa- apa yang dibaca dalam salat, mengerti membaca al-Qur‟an agar dapat mengambil petunjuk dan pelajaran dari padanya, kemudian dapat mempelajari ilmu-ilmu agama Islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab, serta bisa berbicara bahasa Arab untuk tujuan berhubungan dan berkomunikasi secara langsung dengan kaum muslimin di luar negeri karena bahasa Arab itu bahasa masa sekarang yang sudah menjadi bahasa ilmiah.55

Berdasarkan corak diatas, dapat disimpulkan dan dipahami bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa Arab baik peserta didik maupun

54Abd. Wahab R dan Mamlu‟atul N., Memahami Komsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Maliki PRESS, 2011), h. 4-6

55Mahmud Yunus, Metode Khusus Bahasa Arab, (Cet : 1, Bandung : Hidyakarya), h. 11.

(47)

umat Islam adalah agar peserta didik dan umat Islam bisa memiliki pengetahuan dan keterampilan bahasa Arab yang memungkinkan mereka mampu mengerti dan memahami Al-Quran dan Hadis Rasulullah SAW serta kitab-kita lainnya yang berbahasa Arab. Pada intinya, pembelajaran bahasa Arab diarahkan pada pencapaian tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan khusus itu penjabaran dari tujuan umum yang dicapai secara spesifik.

1. Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab

a. Agar peserta didik dapat memahami al-Qur‟an dan hadis, dimana keduanya merupakan sumber pokok ajaran agama Islam yang harus diamalkan.

b. Agar peserta didik dapat memahami buku-buku agama dan kebudayaan Islam yang ditulis dalam bahasa Arab.

c. Agar peserta didik dapat memahami bacaan-bacaan shalat dan doa- doa yang berbahasa Arab, sehingga lebih khusyu‟ dalam beribadah kepada Allah SWT.

d. Agar dapat menghasilkan ahli bahasa Arab yang profesional.

2. Tujuan khusus pembelajaran bahasa Arab

a. Agar peserta didik dapat membaca materi yang berbahasa Arab b. Agar peserta didik dapat berbicara menggunakan bahasa Arab c. Agar peserta didik dapat menulis bahasa Arab

d. Agar peserta didik dapat menyimak dalam bahasa Arab

D. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab

Berkaitan dengan pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengajarannya, antara lain:

(48)

1. Prinsip ujaran sebelum tulisan.

Pengajaran bahasa hendaknya dimulai dengan melatih pendengaran, percakapan kemudian dilanjutkan dengan bacaan dan tulisan.

2. Prinsip kalimat- kalimat dasar.

Pengajaran dengan memberikan latihan kepada peserta didik untuk menghafalkan kalimat- kalimat dialog dasar secermat mungkin.

3. Prinsip Pola Sebagai Kebiasaan.

Pembelajaran bahasa Arab diberikan dengan menanamkan kepada peserta didik pola- pola sebagai kebiasaan melalui praktek pola.

Mengetahui katakata, kalimat- kalimat terpisah, atau aturan- aturan tata bahasa bukanlah mengetahui bahasa. Berbincang mengenai bahasa bukanlah berarti mengetahuinya. Mengetahui bahasa adalah memakai pola- pola dengan vokabulari yang sesuai dengan kecakapan yang sedang untuk komunikasi.

4. Prinsip Sistem Bunyi untuk digunakan.

Pembelajaran bahasa Arab diberikan denganmengajarkan struktur sistem bunyi untuk digunakan dengan cara demonstrasi, tiruan, bantuan, kontras dan drill.

5. Prinsip- Prinsip Kontrol Vokabulari.

Pembelajaran bahasa Arab yang mengajarkan vokabulari, perlu dikontrol pemberiannya kepada siswa. Tahanlah pada permulaan beban

Gambar

Gambar 2. Gelombang Otak
Gambar 1. Pikiran Sadar dan Bawah Sadar

Referensi

Dokumen terkait

Surakarta sedangkan manfaat bagi guru yaitu dapat meningkatkan ketrampilan dalam penggunaan metode yang tepat dalam proses pembelajaran dan guru dapat meningkatkan

Surakarta sedangkan manfaat bagi guru yaitu dapat meningkatkan ketrampilan dalam penggunaan metode yang tepat dalam proses pembelajaran dan guru dapat meningkatkan

Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan penerapan penggunaan antara metode pembelajaran Hypnoteaching dengan model pembelajarann Contextual Teaching Learning

Simpulan penelitian adalah penerapan Metode Hypnoteaching dengan Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan kognitif siswa pada Materi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) langkah- langkah penggunaan metode hypnoteaching untuk meningkatkan pembelajaran

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran hypnoteaching merupakan model pembelajaran yang unik dan kreatif, karena siswa dikondisikan untuk

(1) Guru mengajak siswa berdoa dengan arahan guru agar siswa berdoa dengan khusuk, karena doa yang khusuk akan dikabulkan oleh Allah, maka dari itu berdoalah yang

Peneliti lain yang akan melakukan penelitian terhadap penerapan metode hypnoteaching pada anak usia dini diharapkan dapat menerapkan dengan model pembelajaran lain