Penguatan Kelembagaan KPH dalam Mendukung Implementasi
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030
Rapat Kerja KPH Dalam Rangka Implementasi
Dr. Ir. Agus Justianto, M.Sc.
Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari
Karhutla,
degradasi dan deforestasi, Hutan smakin menyusut
Transportasi berbahan bakar fosil
Listrik dari bahan bakar fosil Industri berbahan
bakar fosil
Gedung, perubahan, pertokoan Pengguna bahan bakar fosil
Emisi GRK
• Kenaikan suhu, perubahan pola curah hujan
• Anomali Iklim (peningakatan El-Nino dan atau La- Nina),Iklim Ekstrim
• Peningkatan tinggi
permukaan air laut
• Masalah produktifitas tanaman pangan
• Tidak
mendukung kehidupan
• Masalah bencana alam (kekeringan, banjir, angin)
• Ancaman kehidupan
• Hilangnya daratan
• Kelangakan Water, Energy dan Food (WEF)
• Penurunan
keanekaragaman hayati
• Kerusakan infrastruktur
• Resiko terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan dan lingkungan bagi masyarakat.
NEGARA MENUJU VISI KEMERDEKAAN INDONESIA EMAS A n c a m a n K e h id u p a n
P E R M A S A L A H A N P E R U B A H A N I K L I M
Semua pihak, lintas generasi, lintas disiplin maupun lintas sektor, untuk secara kolektif ikut memikirkan inovasi dan solusi di seluruh bidang kehidupan
L ATA R B E L A K A N G
PERLUNYA PONDASI YANG KUAT
TERKAIT PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN IKLIM
• Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement melalui UU Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
• Pada UNFCCC COP-26 Glasgow Indonesia meningkatkan target ambisius dengan dukungan kerjasama teknis internasional. Komitmen Indonesia tercantum di dalam dokumen Updated Nationally Determined Contribution (NDC) dan Long-Term Strategies for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) 2050.
• Target sektor : FoLU (Forest and Other Land Use) serta Agriculture (pertanian) untuk urusan sektor lahan, dan Energi, Limbah serta Industri (untuk sektor non-lahan).
• Target FoLU Net Sink pada Tahun 2030 (tingkat serapan pada sektor FOLU sudah berimbang atau lebih tinggi dari pada tingkat emisinya)
• Target keseluruhan sektor netral karbon/net-zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.
• Keputusan MenteriLHK Nomor 168/2022, 24 Februari 2022 tentang Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FoLU) Net Sink 2030 untuk Pengendalian Perubahan Iklim.
KOMITMEN INDONESIA
RUANG LINGKUP INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030
Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Mineral
1
Rehabilitasi mangrove dan aforestasi pada kawasan bekas tambang
10
KonservasiKeanekaragaman Hayati
11
Pembangunan Hutan Tanaman
5
Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Gambut dan Mangrove
4
Pengelolaan Hutan Lestari
6
Rehabilitasi NonRotasi Rehabilitasi
8
Dengan Rotasi
7
Restorasi Gambut dan Perbaikan Tata Air Gambut
9
Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Gambut dan Mangrove
2
Pengurangan LajuDegradasi Hutan Lahan Mineral
3
Pengembangan dan Konsolidasi Hutan Adat
Pengawasan dan law
enforcement dalam mendukung perlindungan dan pengamanan kawasan hutan
Introduksi Replikasi
15
Ekosistem, Ruang Terbuka Hijau dan Ekoriparian
13
Perhutanan Sosial
12
14
Planned Deforestation Unplanned deforestation Planned degradation Unplanned Degradation Timber plantation ENR
RIL
Rehabilitation without rotation Rehabilitation with rotation Peat water management Peat restoration HCVF
HASIL INTEGRASI SPASIAL UNTUK PENENTUAN SEBARAN LOKASI PRIORITAS UNTUK PELAKSANAAN KEGIATAN MITIGASI INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030
LOKUS PADA UMUMNYA BERADA DI 3 PULAU BESAR
ORGANISASI PENGELOLAAN KEGIATAN FOLU NET SINK
LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR : 168/Menlhk/PKTL/PLA.1/2/2022
Pengembangan kebijakan fiskal untuk sektor FOLU
Kegiatan penegakan hukum atau law enforcement Mempertahankan hutan
alam yang masih tersisa
Kegiatan prakondisi kawasan hutan
Mendorong terjadinya regenerasi hutan alam terdegradasi
Akselerasi kegiatan penyerapan karbon Efisiensi penggunaan lahan dan
optimasi lahan tidak produktif
Kegiatan penguatan basis data sektor FOLU
1. KEBIJAKAN UMUM SEKTOR FOLU MENUJU NET SINK
KEBIJAKAN DAN INSTRUMEN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
1. Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Mineral 1. Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Mineral
2. Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Gambut 2. Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Gambut
3. Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Mineral
3. Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Mineral
4. Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Gambut
4. Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Gambut
5. Pembangunan Hutan Tanaman 5. Pembangunan Hutan Tanaman
6. Sustainable Forest Management 6. Sustainable Forest Management
7. Rehabilitasi Dengan Rotasi 7. Rehabilitasi Dengan Rotasi
8. Rehabilitasi Non Rotasi 8. Rehabilitasi Non Rotasi
9. Restorasi Gambut 9. Restorasi Gambut
10. Perbaikan Tata Air Gambut 10. Perbaikan Tata Air Gambut
11. Konservasi Keanekaragaman Hayati 11. Konservasi Keanekaragaman Hayati
OPERASIONALISASI 11 AKSI MITIGASI SEKTOR FOLU
CAPAIAN FOLU NET SINK BY 2030 DITENTUKAN OLEH:
1. Pengurangan emisi dari DEFORESTASI dan LAHAN GAMBUT (dekomposisi gambut dan kebakaran gambut);
2. Peningkatan kapasitas hutan alam dalam penyerapan karbon (melalui pengurangan DEGRADASI dan meningkatkan REGENERASI);
3. RESTORASI dan PERBAIKAN TATA AIR GAMBUT;
4. RESTORASI dan REHABILITASI HUTAN (pengayaan tanaman/peningkatan serapan karbon);
5. PENGELOLAAN HUTAN LESTARI;
6. OPTIMASI LAHAN TIDAK PRODUKTIF untuk pembangunan Hutan Tanaman dan Tanaman Perkebunan.
CAPAIAN FOLU NET SINK BY 2030 DITENTUKAN OLEH:
1. Pengurangan emisi dari DEFORESTASI dan LAHAN GAMBUT (dekomposisi gambut dan kebakaran gambut);
2. Peningkatan kapasitas hutan alam dalam penyerapan karbon (melalui pengurangan DEGRADASI dan meningkatkan REGENERASI);
3. RESTORASI dan PERBAIKAN TATA AIR GAMBUT;
4. RESTORASI dan REHABILITASI HUTAN (pengayaan tanaman/peningkatan serapan karbon);
5. PENGELOLAAN HUTAN LESTARI;
6. OPTIMASI LAHAN TIDAK PRODUKTIF untuk pembangunan Hutan Tanaman dan Tanaman Perkebunan.
P E N C A PA I A N I N D O N E S I A’ S FO LU N E T S I N K 2 0 3 0
WILAYAH KERJA
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
HUTAN PRODUKSI (HPT, HP, HPK)
(67,61 JT HA)
HUTAN PRODUKSI (HPT, HP, HPK)
(67,61 JT HA)
HUTAN LINDUNG
(29,77 JT HA)
HUTAN LINDUNG
(29,77 JT HA)
TOTAL
(97,44 JT HA)
TOTAL
(97,44 JT HA)
Lebih dari
80%
Kawasan Hutan Indonesia
“Bersama-sama dengan Pemerintah
Daerah/KPH, PBPH, Masyarakat, Akademisi, dan para pihak lainnya akan menjadi penentu suksesnya implementasi Indonesia’s FOLU Net
Sink 2030”
KELOLA
SOSIAL KELOLA EKONOMI
Pengelolaan Landscape /SFM
PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL DAN PERIZINAN BERUSAHA
PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL DAN PERIZINAN BERUSAHA
Persetujuan Lingkungan PENGUATAN AKSES
LEGAL MASYARAKAT MULTIUSAHA
KEHUTANAN HUTAN SEBAGAI SATU KESATUAN
EKOSISTEM
(Landscape Management)
Ecologically Sustainable, Socially Acceptable, Economically Feasible
HUTAN SEBAGAI SATU KESATUAN EKOSISTEM
(Landscape Management)
Ecologically Sustainable, Socially Acceptable, Economically Feasible
KELOLA LINGKUNGAN
REKONFIGURASI PENGELOLAAN HUTAN
Pasca Berlaku UU
No. 11 Tahun 2020
KPH SEBAGAI VEKTOR PEMBANGUNAN KEHUTANAN DI TINGKAT TAPAK
(PERAN STAKEHOLDER INTERNAL & EKSTERNAL UNTUK PENGUATAN PENGELOLAAN HUTAN DI KPH)
1.Koordinasi dengan Eselon 1 dan UPT KLHK terkait untuk Fasilitasi dana Pembangunan dan Pengembangan pada KPH
2.Koordinasi dengan Kemendagri, Bappenas dan stakeholder lainnya terkait penguatan peran pengelolaan hutan di KPH 3.Transfer knowledge/NSPK pengelolaan hutan di KPH untuk
persamaan persepsi terkait RPHJP/RPHJPd dan implementasinya
4.Koordinasi terkait integrasi RKUPH di PBPH, RKPS di PPS dengan RPHJP/RPHJPd
5.RPHJP dipastikan memuat kegiatan perlindungan dan pencegahan dan penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan
6.Pembangunan dan operasionalisasi Resor-Resor KPH berdasar Resort Based Management yang menjadi solusi perlindungan sumber deforestasi unplaaned terutama dari kebakaran
7.Kewajiban dan pembagian kewenangan Pusat-Daerah-KPH- Pemegang Perizinan Berusaha-Pemegang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan-Pemegang Hutan Hak dan
Pemegang Persetujuan Perhutanan Sosial dalam perlindungan hutan dan pencegahan kebakaran hutan
8.Optimalisasi outcome KPH efektif terkait peningkatan tutupan hutan dan lahan, menurunnya gangguan kawasan dll dalam kerangka capaian FOLU Net Sink 2030 dan capaian SDG’s
KEMENDAGRI
KEMENDAGRI
BAPPENAS
BAPPENAS
KELEMBAGAAN KPH
348 UPTD
KPH
(29 PROVINSI)
RENSTRA KLHK 2010-2014
(120 KPH Model)
RENSTRA KLHK 2015-2019
(347 KPHP & 182 KPHL)
DITETAPKA N
PERGUB
REVISI SK PENETAPAN WILAYAH KPH PASCA UU NO.23/2014, SEBANYAK 30
PROVINSI
Revisi PERGUB KPH terbaru 2018-2024, sebanyak 12 Provinsi : yaitu Aceh (2024), Lampung (2021), Sumatera Utara (2023), Kalbar (2020), kalsel (2018) kalitim (2019), kaltara (2018), Sulsel
(2021), Sulteng (2018), Bali (2019), NTB (2019) Ragam Nomenklatur UPT/UPTD KPH di Provinsi,
1)UPT/UPTD KPH (16 PROV ) (NAD, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTT, Kalbar, Kalsel, Kaltara, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Sultra, Maluku, Malut)
2)UPT/UPTD KPHP-KPHL (10 PROV) ((Kepri, Sumbar, Jambi, Babel, Bengkulu, Kalteng, Kaltim, Sulut, Papua dan Papua Barat) 3)UPT/UPTD Balai KPH (2 PROV) (DIY, NTB)
4)UPT/UPTD Pengelolaan Hutan (1 PROV) (SUMUT)
349 UNIT KPHP 183 UNIT KPHL
532 UNIT
348
UPTD KPH
Unit KPH ditetapkan melalui SK MENLHK
UPTD KPH ditetapkan dengan PerGub
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
69 87 133
209 303
352 371 392 410 414
Progres Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPJHP)
TO TA L U N IT
PROGRES RPHJP - KPH
77.82%
22.18%
Terdapat 414 unit FMU (dari 532 unit KPH) yang telah menyusun RPHJP (78%).
Tahun 2024, KLHK memfasilitasi
penyusunan RPHJP untuk 20 unit KPH dan sudah terealisasi sebanyak 15 unit KPH
*Sampai dengan awal Maret 2024 telah disahkan RPHJP baru untuk 4 Unit KPH
UU Nomor 23 Tahun 2014 (Pemerintahan Daerah)
•Urusan pemerintahan bidang kehutanan hanya terbagi antara pusat dan pemerintah provinsi
•KPH mempunyai peran dan posisi strategis dalam penataan Kelola dan kelembagaan bidang kehutanan pasca terbitnya UU No.
23/2014 dengan adanya perubahan kewenangan pemda kabupaten/kota kepada pemda provinsi
•Dinas Kehutanan Provinsi merupakan Perangkat Daerah yang membantu Gubernur dalam melaksanakan pelayanan urusan pemerintahan bidang kehutanan sesuai dengan kewenangannya
•KPH merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membantu pelaksanaan tugas operasional pengelolaan hutan di tingkat tapak dari dinas induknya, yaitu Dinas Kehutanan Provinsi
PP Nomor 18 Tahun 2016 (Perangkat Daerah)
•UPTD KPH merupakan bagian dari Perangkat Daerah provinsi yaitu Dinas Kehutanan Provinsi
•UPTD KPH berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang Urusan
Pemerintahan bidang kehutanan
diselenggarakan
•UPTD KPH mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional Urusan Pemerintahan bidang kehutanan yang bersifat pelaksanaan dari
Permendagri Nomor 12 Tahun 2017
(Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan UPTD)
•KPH merupakan fasilitator
•KPH tidak lagi
mempunyai kewenangan swakelola pemanfaatan atas kawasan hutan tertentu yang belum berizin
•UPTD KPH menjadi organisasi struktural fasilitator, bukan lagi entitas yang bisa
langsung memanfaatkan sumber daya hutan
•Pemanfaatan hutan dilakukan melalui perizinan berusaha dan pengelolaan perhutanan
PP Nomor 23 Tahun 2021 (Penyelenggaraan Kehutanan)
MILESTONES REGULASI KELEMBAGAAN KPH DI INDONESIA
Tugas KPH
(Pasal 123 PP 23 Tahun 2021)
1. menyusun rencana pengelolaan Hutan yang dituangkan dalam dokumen rencana pengelolaan Hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan Hutan jangka pendek;
2. melaksanakan koordinasi perencanaan pengelolaan Hutan dengan pemegang Perizinan Berusaha, pemegang persetujuan penggunaan dan Pelepasan Kawasan Hutan serta pengelola Perhutanan Sosial;
3. melaksanakan fasilitasi implementasi kebijakan di bidang lingkungan hidup dan Kehutanan yang meliputi:
inventarisasi Hutan, Pengukuhan Kawasan Hutan, Penatagunaan Kawasan Hutan dan penyusunan rencana Kehutanan;
rehabilitasi Hutan dan reklamasi;
Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan;
perlindungan dan pengamanan Hutan,
pengendalian kebakaran Hutan dan lahan, mitigasi ketahanan bencana dan perubahan iklim.
4. melaksanakan fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, dan pembinaan kelompok tani Hutan dalam mendukung kegiatan Perhutanan Sosial;
5. melaksanakan fasilitasi Penataan Kawasan Hutan dalam rangka Pengukuhan Kawasan Hutan dan Penataan Kawasan Hutan dalam rangka
Pemanfaatan Kawasan Hutan;
6. melaksanakan fasilitasi pertumbuhan investasi, pengembangan industri, dan pasar untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional;
7. melaksanakan fasilitasi kegiatan dalam rangka ketahanan pangan (food estatel dan energi;
8. melaksanakan fasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia;
9. melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan Hutan;
10. melaksanakan Pengawasan dan pengendalian atas kegiatan pengelolaan Hutan; dan
11. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di wilayah kerjanya
16
FASILITASI PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN PADA KPH TERDIRI ATAS :
BIDANG PHL
1. identifikasi Kawasan Hutan yang tidak dibebani PBPH dan persetujuan pengelolaan perhutanan sosial.
2. identifikasi kebutuhan GANISPH dan/atau tenaga profesional di bidang kehutanan
3. identifikasi dan penyelesaian konflik tenurial dalam areal KPH
4. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan Pemanfaatan Hutan PBPH
5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUHH
6. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kewajiban PNBP di wilayah KPH.
7. pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kerjasama PBPH dengan masyarakat
8. pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan jangka benah kerjasama persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan dengan PBPH di wilayah KPH 9. pemantauan dan evaluasi kegiatan
Penggunaan Kawasan Hutan 10. fasilitasi pelaksanaan pemeriksaan
lapangan dalam rangka perhitungan penggantian biaya investasi
11. pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kerja sama penggunaan jalan angkutan atau koridor.
Penyusunan rencana pengelolaan Hutan yang dituangkan dalam dokumen RPHJP dan RPHJPd
Pelaksanaan pembangunan pengelolaan berbasis resor (Resort Based
Management):
PERAN TUGAS DAN FUNGSI KPH BIDANG PHL DAN PPI
(Pasal 23 PermenLHK 8 Tahun 2021)
FASILITASI
PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN,
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PADA MITIGASI KETAHANAN BENCANA, DAN
PERUBAHAN IKLIM
PENGENDALIAN PERUBAHAN
IKLIM
1. patroli pengamanan Hutan
2. perlindungan dan pengendalian kebakaran Hutan dan lahan
3. pemulihan ekosistem gambut 4. pembinaan areal perlindungan
Hutan
5. pengadaan dan/atau
pembangunan sarana dan prasarana perlindungan dan pengendalian kebakaran Hutan.
PERAN TUGAS DAN FUNGSI KPH BIDANG PHL DAN PPI
(Pasal 23 PermenLHK 8 Tahun 2021)
Arah Pembangunan Tata Kelola di Tingkat Tapak
PELUANG
Arah Pembangunan
Kehadiran
Pengelolaan Hutan di Tingkat Tapak yang Efektif
● KPH dalam pengelolaan SDA yang berbasis landscape
● Pengelolaan efektif dan merata di tingkat tapak;
● Penyelesaian isu kehutanan yang responsif dan sesuai konteks lokal;
● Pengembangan sektor kehutanan sesuai dengan kebutuhan daerah.
● Pemanfaatan hutan pada KPH dilaksanakan oleh pihak lain yang dilaksanakan melalui mekanisme perizinan berusaha dan perhutanan sosial.
● KPH sebagai VEKTOR Pembangunan Kehutanan Di Tingkat Tapak, perlu peran dan kontribusi Stakeholder Internal KLHK & Eksternal untuk
Tata Kelola
Kehutanan yang Inklusif di Tingkat Tapak
Penguatan Kelembagaan KPH
Pemanfaatan hutan produksi dan hutan lindung kepada PBPH dan PS
Berbagi peran antar pemerintah pusat dan daerah Penguatan KPH sebagai kolaborator dalam menjalin bekerja sama (NGO,
❏Penguatan fungsi KPH melalui pemberian kewenangan dalam pengelolaan hutan;
❏Pemberian insentif dan disinsentif untuk
efektivitas KPH;
❏KPH merupakan fasilitator dalam pelayanan
pengelolaan bidang kehutanan pada unit wilayah kerjanya
❏Transformasi
kelembagaan KPH menuju
KPH yang Efektif
Res ort
Res
ort Desa
Terkul Desa Batu
Panjang Desa Tanjung
Kapal Desa Darul
Aman
Desa Sukarjo Mesim Desa Titi
Akar
Desa Dungun Baru
Desa Sri Tanjung Desa Tanjung
Medang
Desa Sei Cingam Desa Makeruh
SINERGI PERLINDUNGAN HUTAN DAN LAHAN DARI KEBAKARAN TINGKAT TAPAK SINERGI PERLINDUNGAN HUTAN DAN LAHAN
DARI KEBAKARAN TINGKAT TAPAK
A. Sinergi Personil:
1. Brigdalkarhut KPH 2. Penyuluh Kehutanan 3. Polhut KPH
4. Tenaga Teknis (GANIS-PHPL) 5. Bakti Rimbawan
6. BABINKAMTIBMAS (POLRI) 7. BABINSA (TNI)
8. Perangkat Desa
9. Masyarakat Peduli Api (MPA) B. Sinergi Kegiatan:
10.Sosialisasi pencegahan karhutla 11.Diseminasi PLTB
12.Pelatihan 13.Patroli Bersama
14.Penanggulangan Karhutla C. Pengelolaan Hutan oleh KPH
bersama Masyarakat
1. Pengembangan Agroforestry 2. Pemanfaatan HHBK dan Jasling 3. Pengembangan usaha produktif
masyarakat (antara lain: pembuatan kompos)
BRIGDALKARHUT
BABINSA (TNI)
GANIS
BABINKAMTIBMAS (POLRI) POLHUT
PENYULUH
KEPALA RESORT KPH BAKTI RIMBAWAN PERANGKAT DESA/
MPA
RESORT RESORT
RESORT
RESORT
ORGANISASI KPH YANG EFEKTIF DAN KONTRIBUSI KPH DALAM CAPAIAN FOLU NET SINK 2030, RPJMN DAN SDGS
1. Program dan Kegiatan Ditjen PHL yang berkaitan dengan Perlindungan Hutan dari Deforestasi
2. Program dan Kegiatan Ditjen PHL yang berkaitan dengan rehabilitasi non-rotasi
RPJMN
(Prioritas Nasional)
SDGs Indonesia
SDG Tujuan 15 : Ekosistem Darat Indikator 15.2.1.(a)
T A R G E T
Terdapatnya Organisasi
KPH yang berkategori Efektif dalam
mendukung
Masyarakat
Mandiri dan
Hutan Lestari
Penilaian Efektivitas Organisasi KPH Penilaian Efektivitas Organisasi KPH
2020 2021 2022 2023 2024 0
20 40 60 80 100 120 140 160
24 47
93
120
150
PROGRES PENILAIAN EFEKTIVITAS ORGANISASI KPH (Jumlah Kumulatif)
Unit
Penilaian Efektivitas Organisasi KPH merupakan salah satu bentuk evaluasi kinerja KPH dalam menjalankan tugas dan
fungsi KPH untuk mengarah pada tujuan yang memberikan
dampak atau outcome pengelolaan hutan yang
berkelanjutan demi terwujudnya masyarakat sejahtera dan hutan lestari.
Tahun 2024, target penilaian Efektivitas Organisasi KPH
sejumlah 30 unit KPH
(Jumlah kumulatif 150 unit KPH)
*)
Target 2024
STRATEGI PENGUATAN KPH dalam IMPLEMENTASI REDD+
• NSPK terkait Pembinaan KPH
• Roadmap KPH
• Sosialisasi
• Bimbingan teknis RPHJP, RPHJPd, KPH efektif
• Coaching clinic
• Pendampingan KPH ke KTH
• Pendampingan KPH terkait resolusi konflik
• Rapat Koordinasi KPH menjadi agenda tahunan
• Peningkatan Kolaborasi dan Kerjasama dengan Eselon I KLHK,
Kemendagri,
• RPHJP dan RPHJPd sebagai prasyarat Penilaian KPH efektif
• Melanjutkan proses penilaian dan
pengesahan RPHJP
• Mempercepat 118 KPH yang belum ada RPHJP yang disahkan
• Mendorong revisi RPHJP sesuai P.8/2021
• RPHJP KPH integrasi dg RKUPH dan RKPS ke PBPH, PPS dan para pihak
• Penyusunan dan
pelaporan RPHJPd sesuai NSPK
• Optimalisasi dan
Pengembangan SI-RPHJP untuk sunlaisan RPHJP, RPHJPd.
• KPH efektif menjadi instrumen Renops FOLU Net Sink 2030 dan RPJMN
• KPH efektif sebagai indikator SDG 15.2.1.(a).
• Reviu Petunjuk Teknis Penilaian KPH Efektif terutama Kriteria Indikator berikut mekanismenya
• Mendorong semua KPH melakuka penilaian mandiri KPH efektif sebagai tools evaluasi kinerja KPH
• Surveilen Penilaian KPH efektif
• Menambah menu KPH Efektif pada SI- RPHJP untuk kemudahan penilaian KPH efektif
• Optimalisasi outcome KPH efektif dalam kontribusi efektivitas pengelolaan hutan produksi dan hutan lindung
• Kolaborasi perlindungan dan pengamanan Kawasan hutan atas TSL dilindungi, pencegahan RPHJP &
RPHJPd KPH
PENINGKATAN dan
PENGUATAN KAPASITAS KPH dan
KOLABORASI
PENILAIAN DAN PENGEMBANGA N KPH EFEKTIF
Aksi Mitigasi Perubahan Iklim Yang Telah Dilaksanakan di Wilayah KPH
POLA TANAM AGROFORESTRY di KPH Pesawaran Lampung
TAJUK BAWAH Kapulaga, Jahe, Kunyit Dll Menambah nilai ekonomi,
Mengurangi erosi TAJUK TENGAH Cengkeh, Kakao, Gmelina Menambah nilai ekonomi,
Memecah butiran air hujan, pakan ternah,
menjadi naungan tanaman bawah TAJUK ATAS
Karet, Kemiri, Pala, Pulai, Bayur, Tabu, Durian
Menambah nilai ekonomi, memecah butiran air hujan, akar menjaga struktur tanah, menghalau angin kencang untuk
daerah bawahnya
Rehabilitasi Mangrove, Rehabilitasi Gambut dan Pemanfaatan HHBK
di KPH Kubu Raya Kalimantan Barat dan KPH Kapuas Kahayan
Aksi Mitigasi Perubahan Iklim Yang Telah
Dilaksanakan di Wilayah KPH
Program: Multi Usaha (RIL-C dan ENR)
Output: Peningkatan Usaha Jasa Lingkungan Hutan Produksi dan HHBK
Kegiatan : Monitoring dan Evaluasi Rencana Pengelolaan Hutan (KPH dan IUPHH) :
1. Pemeliharaan Agroforestri Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Lindung (KPH) (Rp.3.750.000.000,-)
2. Penyusunan Pedoman Standar Biaya Kegiatan Agroforestri di KPH (Rp.325.000.000)
3. Pendampingan Pelaksanaan Kegiatan Agroforestri (Rp.7.500.000.000,-)
Implementasi FOLU Net Sink 2030 melalui Dukungan Sumber Dana Kerjasama Indonesia-Norwegia (FOLU-NC1) terkait Penguatan KPH
TUJUAN : Terwujudnya penurunan laju
degradasi hutan, penurunan laju deforestasi, peningkatan penyerapan karbon, pengelolaan hutan Lestari, dan meningkatnya partisipasi dan kesejahteraan Masyarakat dalam
pengelolaan hutan untuk mendukung
pencapaian target Indonesia’s FOLU Net Sink 2030
PENERIMA MANFAAT a. KPH lokus terpilih
b. Masyarakat Pemegang Persetujuan Perhutanan Sosial
Kegiatan: Pembinaan Masyarakat Desa Hutan Pemanfaatan HHBK 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Masyarakat melalui Sistem Agroforestri di Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Lindung (KPH) Rp. 17.756.250.000,-
2. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Hutan dari Deforestasi dan Degradasi Hutan bersama Masyarakat (Rp.3.448.125.000,-)
Output : 125 KPH, dengan kriteria
a. Organisasi KPH yang efektif dalam mendukung masyarakat mandiri dan hutan Lestari
b. KPH Maju
c. KPH mempunyai RPHJP yang disahkan dan sesuai PermenLHK Nomor 8 Tahun 2021
Kegiatan menjadi reward bagi KPH sbg Upaya Pembinaan KPH, namun tidak ada alokasi anggaran di APBN
Prov. Aceh 4 unit
Prov. Sumut 6 unit
Prov. Riau 5 unit
Prov.
Sumbar 6 unit
Prov. Sumsel 6 unit
Prov.
Prov.
Prov. Kalsel 9 unit Prov. Babel
2 unit
Prov. Kalbar 5 unit
Prov. Sulteng 7 unit
Prov. Sulut 1 unit
Prov. Maluku Utara 1 unit
Prov. Maluku 2 unit
Prov. Papua 4 unit
Prov. NTT
2 unit Prov. Papua Prov. Sulsel
24 unit Prov. Gorontalo
6 unit
Prov. Kalteng 10 unit
Prov. Sulbar 1 unit Prov. Kep. Riau
1 unit
Prov. Jambi 4 unit
Penetapan 125 (Seratus Dua Puluh Lima) Lembaga Kesatuan Pengelolaan Hutan Pelaksana Kegiatan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Masyarakat melalui Sistem Agroforestri dan Perlindungan dan Pengamanan Hutan Dari Deforestasi dan Degradasi Hutan Bersama Masyarakat FOLU-NC Tahun Anggaran 2024
Lokus Proyek berdasarkan Keputusan Direktur Bina Rencana Pemanfaatan Hutan
Nomor 3 Tahun 2024
PENUTUP
1. Potensi Bencana Iklim itu nyata sehingga perlu dilakukan akselerasi pelaksanaan berbagai program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
2. Keterlibatan aktif berbagai pemangku kepentingan (stake holders) seperti Pelaku Usaha, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial, Kesatuan Pengelolaan Hutan, Organisasi Masyarakat, akademisi, dan Media Massa, sangat penting dan dibutuhkan dalam mewujudkan pembangunan rendah karbon untuk memenuhi pemenuhan target NDC Indonesia
3. Semua pihak harus berkolaborasi dengan beragam actor dalam menyusun strategi Bersama dan menjalankan program-program yang berkaitan dengan pembangunan rendah karbon
4. Perlu terus berkoordinasi dan melakukan sosialisasi kepada semua pihak dalam memberikan pemahaman yang sama terutama dalam mendukung aksi mitigasi pengendalian perubahan iklim baik skema perdagangan karbon dan pembayaran berbasis kinerja
5. Penguatan kelembagaan Pengelolaan hutan di tingkat tapak oleh KPH
▪ Penguatan kapasitas SDM pengelolaan hutan
▪ Fasilitasi dana pengembangan dan pembangunan KPH
▪ Pembangunan resor-resor di KPH pada Blok Khusus
▪ Membangun dukungan Pemda dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan yang berkualitas
6. Dukungan Dana Kerjasama antara Indonesia dengan pihak Donor bagi Penguatan KPH
sangat berperan dalam upaya Implementasi FOLU Net Sink 2030 di tingkat tapak.
28TERIMA KASIH