• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politikos dėl miškų valdymo vienetų (KPH)

N/A
N/A
massadvertise

Academic year: 2024

Membagikan "Politikos dėl miškų valdymo vienetų (KPH)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Disampaikan pada:

Rapat Kerja KPH dalam rangka Implementasi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 Jakarta, 5 Maret 2024

Dr. Ir. BAMBANG HENDROYONO, M.Sc.

Sekretaris Jenderal

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

ARAHAN KEBIJAKAN

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH)

(2)

Integrated Landscape-Seascape Management [Ekoregion Daratan dan Laut] di Wilayah KPH

1) Wilayah Ekoregion

daratan/terrestrial (landscape) dan wilayah ekoregion laut (seascape) merupakan sistem ekologi yang memiliki interkoneksi satu sama lain;

2) KPH Bagian dari Landscape- Seascape;

3) Karena itu Pengelolaan KPH Berdasakan Transglobal Leadership harus dapat mendayagunakan berbagai INSTRUMENT LHK dalam mengendalikan berbagai

Kebijakan, Rencana, Program dan kegiatan Pembangunan di wilayah KPH berdasarkan Integrated

Landscape-Seascape

Management untuk mewujudkan KEBERLANJUTAN LANDSCAPE AND SEASCAPE.

Sumber: Deputi Sumber Daya Maritim Kemenko Marvest: MENATA RUANG

LAUT INDONESIA, 2021

KPH

EKOREGION TERESTRIAL - Landscape

EKOREGION LAUT – Seascape

(3)

Konsep Dasar Landscape sebagai Suatu Sistem Socio-Ekologi

Struktur landscape (LANDSCAPE

STRUCTURE):

pengaturan spasial berbagai penutupan lahan dan penggunan lahan (LULC) yang berbeda-beda

beserta berbagai norma dan tata Kelola yang berkontribusi terhadap karakter landscape

Batas landscape (LANDSCAPE BOUNDARIES):

Bergantung pada tujuan pengelolaan para pemangku kepentingan, batas lanskap mungkin terpisah atau tidak jelas,

dan mungkin sesuai dengan batas daerah aliran sungai, fitur lahan yang berbeda, dan / atau batas yurisdiksi, atau

memotong garis demarkasi tersebut

LANDSCAPE : Sistem Socio-Ekologi (A SOCIO-ECOLOGICAL SYSTEM) yang mencakup mosaik ekosistem alami dan buatan, dengan konfigurasi karakteristik topografi, vegetasi, penggunaan lahan, permukiman

yang dipengaruhi oleh proses and aktivitas ekologi, sejarah, ekonomi dan budaya dari suatu area.

HUTAN [KPH] BAGIAN TIDAK TERPISAHAKAN DARI SUATAU LANDSCAPE

Composisi landscape (LANDSCAPE COMPOSITION):

campuran penutupan lahan dan penggunaan lahan seperti vegetasi alami, lahan pertanian, permukiman,

area pedesaaan dan area perkotaan

HUTAN

LINDUNG EKOSISTEM

MANGROVE

HUTAN KONSERVASI EKOSISTEM GAMBUT

PEMUKIMAN

INDUSTRI/

PENGOLAHAN HUTAN PRODUKSI

KPHP

KPHL KPHK

PBPH

PBPH

PBPH PBPH

SUNGAI

MUARA LAUT

AGRIKULTUR AGRIKULTUR

AGRIKULTUR PBPH

Combating Climate Change: Local Actions from Indonesia’s Forest Management

Units to Global Benefits [Dari Tapak Hutan Indonesia untuk Dunia]

(4)

Hutan

:

• suatukesatuan ekosistem

• berupa hamparanlahan

• berisisumber daya alam hayatiyang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

• satu dengan lainnyatidak dapat dipisahkan

Sumber: Pasal 1 angka 2 UU No. 41 Tahun 1999:

Satu kesatuan ekosistem dan lahan mencakup:

1. Dimensi Horizontal 2. Dimensi vertikal

a. Ruang di atas tanah;

b. Ruang di dalam bumi→ Sampai kedalam berapa?

Ekosistem Hutan dan Keberlanjutan Landscape-Seascape

HUTAN BAGIAN

TIDAK TERPISAHKAN DARI SUATU

LANDSCAPE-

SEASCAPE. Status Kondisi Ekosistem Hutan menjadi penopang

keberlanjutan

Landscape-Seascape:

1. Keberlanjutan Proses, Fungsi dan

Produktivitas

Lingkungan (Kualitas LH yang baik dan sehat):

a. Udara/ Atmosfir;

b. Lahan c. Air;

d. Laut; dan e. Biodiversity.

2. Keselamatan, mutu hidup dan

kesejahteraan

Hutan

EKOREGION TERESTRIAL

- Landscape

EKOREGION LAUT – Seascape

(5)

Peluang & Tantangan Pengelolaan KPH dalam sebuah Landscape-Sesacpe

LANDSCAPE-SEASCAPE: SISTEM SOCIO-EKOLOGI (A SOCIO-ECOLOGICAL SYSTEM) yang mencakupmosaik ekosistem alamidan buatan, dengan konfigurasi karakteristiktopografi, vegetasi, penggunaan lahan, permukiman yang dipengaruhi oleh proses

and aktivitasekologi, sejarah, ekonomi dan budaya dari suatu area.

HUTAN BAGIAN TIDAK TERPISAHKAN DARI SUATU LANDSCAPE- SEASCAPE

KPH

Landscape-Seascape:

Berbagai Pola Ruang, Bentuk Pemanfaatan SDA &

Penerapan Berbagai Instrumen LHK 3 (Tiga) Kompetensi:

1. Aspek Yuridis;

2. Aspek Teknis & Scientifik;

3. Aspek Manajemen/Tata Kelola i.e.

Forest Landscape Management, Landscape-Seascape Governance &

Transglobal Leadership)

Peluang &Tantangan Global:

1. The triple planetary crisis: Iklim, Biodiversity loss & Pencemaran Lingkugan Hidup;

2. Global Risks;

3. Megatrend 2045;

4. SDGs (Ekologi, Sosial & Ekonomi);

5. VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity)

KEBERLANJUTAN Landscape-Seascape

(Landscape-Seascape Sustainability)

1.Keberlanjutan proses, fungsi dan produktivitas LH (5 Focal areas: Udara-Atmosfir, Lahan, Air, Laut dan Biodiversity); dan

2.Keselamatan, Mutu Hidup dan Kesejahteraan Masyarakat;

EKOREGION TERESTRIAL - Landscape EKOREGION LAUT - Seascape

Pengelolaan LHK di Wilayah KPH:

Combating Climate Change: darai Tapak Hutan Indonesia untuk

Dunia

(6)

Co-Benefit Innovation: PPLH, Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 &

Enhanced NDC di Wilayah KPH

Rencana Operasional [RO] Indonesia’s Forestry and OTHER LAND USES [FOLU] Net Sink 2030 &

Enhanced NDC di Wilayah KPH

Sustainable Forest Management Carbon Governance

Environmental Governance

1a

Udara dan Atmosfir Baik dan sehat

Lahan (land) Produktif/Subur Air Baik dan sehat

Laut baik dan sehat Kehati

(Biodiversity)

Keselamatan, Mutu Hidup &

Kesejahteraan Masyarakat

1b

1c

1d 1e

2

Keberlanjutan

Landscape-Seascape

Proses Pembangunan Nasional dan Daerah Berkelanjutan dan Bewawasan Lingkungan

dalam suatu Landscape-Seascape

PPLH

Pembangunan, Instrumen PPLH &

Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 & enhanced NDC, NEK

Combating Climate Change: Local Actions from Indonesia’s Forest Management

Units to Global Benefits [Dari Tapak Hutan Indonesia untuk Dunia]

(7)

KPHP KPHK

KPHL

PASAR EKSPOR

• Dalam Konteks 6 P UU PPLH: Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim [i.e. Indonesia’s FOLU Net Sink 2030] merupakan bagian dari Instrumen Pemeliharaan Lingkungan Hidup;

• Berbagai Instrumen PPLH tersebut [6 P] dapat didayagunakan secara Terintegrasi untuk dapat Mencapai Target Enhanced NDC dan Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan di Wilayah KPH

PERENCANAAN

PEMANFAATAN PEMELIHARAAN

PENGENDALIAN PENGAWASAN

PENEGAKAN HUKUM

PENANGGULANGAN

PEMULIHAN a. INVENTARISASI LH;

b. PENETAPAN WILAYAH EKOREGION c. PENYUSUNAN RPPLH

D3TLH &

RPPLH

6 P di UU 32/2009

PPLH

• KLHS, tata ruang, baku mutu LH, baku kerusakan LH, AMDAL, UKL-UPL, Persetujuan LH

• Instrumen Ekonomi LH

• Analisis resiko LH, audit LH, anggaran berbasis LH, regulasi, dll.

PENCEGAHAN

Atur dan Awasi (ADA)

Financial Approach Atur Diri Sendiri (ADS)

Konservasi SDA

Pencadangan

Pelestarian fungsi Atmosfir i.e. MAPI

Penguatan Environmental Governance [GEG] di Wilayah KPH

Pembangunan, Instrumen PPLH &

Indonesia’s FOLU Net Sink 2030

1. Kawasan Hutan: HL, HP, HK

2. Pengelola Tapak: KPHP, KPHL, KPHK, dan TN 3. Integrasi Hulu-Hilir-Pasar

(8)

Kondisi SDA & LH [Landscape &

Seascape]

Proses Pembangunan

berbasis SDA & LH (P-O-A-C)

Integrated Landscape- Seascape Management

Mengintegrasikan aspek-aspek pembangunan berkelanjutan

(5 P – Planet/Biosphere, People (society) dan Prospertity (ekonomi), Partnership &

Landscape Governance (kemitraan) dan Peace

(kedamaian)

Transglobal Leadership:

6 Kecerdasaan 5 Karakteristik

1.Kecerdasan kognitif;

2.Kecerdasan Moral;

3.Kecerdasan Emotional;

4.Kecerdasan Budaya;

5.Kecerdasan Bisnis;

6.Kecerdasan Global

1. Ketahanan terhadap ketidakpastian;

2. Konektivitas tim;

3. Fleksibilitas pragmatis;

4. Responsivitas perspektif;

5. Orientasi Bakat

Transglobal Leadership dalam Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup Berbasis Landscape-Seascape di Wuilayah KPH

PEMBANGUNAN di Wilayah KPH – Sebuah keniscayaan dan hal mutlak yang harus dilakukan untuk mewujudkan Visi

NKRI/tujuan bernegara dan Menjawab Global Risks, Crisis and Megatrend 2045, melalui proses:

1. Planning [P];

2. Organizing [O];

3. Actuating [A];

4. Controlling [C];

VISI NKRI & TUJUAN BERNEGARA

& PPLH:

1) Pembukaan UUD 1945;

2) Lyric Lagu Indonesia Raya Stanza 3;

3) Pasal 28 H ayat (1) dan Pasal 33ayat (3) dan ayat (4) UUD 1945

4) Pasal 3 UU 32/2009

KEBERLANJUTAN LANSEKAP

& SEASCAPE [Sustainability]:

• Proses, fungsi dan

produktivitas LH

(Kualitas LH yang baik & Sehat: Udara/Atmosfir, Lahan, Air, Laut dan Kehati];

Keselamatan, Mutu Hidup &

Kesejahtareaan masyarakat

PEMBANGUNAN di Wilayah KPH

Dilakukan secara berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan [

Green

Economy

]
(9)

KEBIJAKAN

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN

01

9

(10)

STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN PASCA UUCK

(11)

28

RPJMN

9

Kepmendagri 050-5889 Tahun 2021

KPH Maju

KPH efektif

RPJMN

2020-2024

PERSETUJUAN PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL

(12)

UU Nomor 23 Tahun 2014 (Pemerintahan Daerah)

•Urusan pemerintahan bidang kehutanan hanya terbagi antara pusat dan pemerintah provinsi

•KPH mempunyai peran dan posisi strategis dalam penataan Kelola dan kelembagaan

bidang kehutanan paska terbitnya UU No.

23/2014 dengan adanya perubahan kewenangan pemda kabupaten/kota kepada pemda provinsi

•Dinas Kehutanan Provinsi merupakan Perangkat Daerah yang membantu Gubernur dalam melaksanakan pelayanan urusan pemerintahan bidang kehutanan sesuai

dengan kewenangannya

•KPH merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membantu pelaksanaan tugas operasional

pengelolaan hutan di tingkat tapak dari dinas induknya, yaitu Dinas Kehutanan Provinsi

PP Nomor 18 Tahun 2016 (Perangkat Daerah)

•UPTD KPH merupakan bagian dari Perangkat Daerah provinsi yaitu Dinas Kehutanan Provinsi

•UPTD KPH berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang Urusan

Pemerintahan bidang kehutanan

diselenggarakan

•UPTD KPH mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional Urusan Pemerintahan bidang kehutanan yang bersifat pelaksanaan dari

organisasi induknya yaitu Dinas Kehutanan Provinsi

Permendagri Nomor 12 Tahun 2017

(Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas

dan UPTD)

•KPH merupakan fasilitator

•KPH tidak lagi mempunyai

kewenangan swakelola pemanfaatan atas kawasan hutan tertentu yang belum berizin

•UPTD KPH menjadi organisasi struktural fasilitator, bukan lagi entitas yang bisa

langsung memanfaatkan sumber daya hutan

•Pemanfaatan hutan dilakukan melalui

perizinan berusaha dan pengelolaan perhutanan sosial

PP Nomor 23 Tahun 2021 (Penyelenggaraan

Kehutanan)

MILESTONES REGULASI KELEMBAGAAN KPH DI INDONESIA

(13)

Pasal 23 PermenLHK P.8/Menlhk-II/2021

Penjabaran Tusi KPH secara lebih

Rinci melalui penggunaan Dana

Pembangunan dan

Pengembangan KPJH (APBN-APBD-

Sumber lainnya yang Sah)

Memperkuat TUSI KPH dalam

memfasilitasi hubungan para pihak di tingkat

tapak

(14)

Resort

Resort

Desa Terkul Desa Batu Panjang Desa Tanjung Kapal

Desa Darul Aman

Desa Sukarjo Mesim Desa Titi Akar

Desa Dungun Baru

Desa Sri Tanjung Desa Tanjung Medang

Desa Sei Cingam Desa Makeruh

SINERGI PERLINDUNGAN HUTAN DAN LAHAN DARI KEBAKARAN TINGKAT TAPAK

A. Sinergi Personil:

1.

Brigdalkarhut KPH

2.

Penyuluh Kehutanan

3.

Polhut KPH

4.

Tenaga Teknis (GANIS-PHPL)

5.

BABINKAMTIBMAS (POLRI)

6.

BABINSA (TNI)

7.

Perangkat Desa

8.

Masyarakat Peduli Api (MPA)

9.

Masyarakat Pengamanan Hutan (PAMHUT)

B. Sinergi Kegiatan:

1.

Sosialisasi pencegahan karhutla

2.

Diseminasi PLTB

3.

Pelatihan

4.

Patroli Bersama

5.

Penanggulangan Karhutla

C.

Pengelolaan Hutan oleh KPH bersama Masyarakat

1.

Pengembangan Agroforestry

2.

Pemanfaatan HHBK dan Jasling

3.

Pengembangan usaha produktif masyarakat (antara lain: pembuatan kompos)

BRIGDALKARHUT

BABINSA (TNI)

GANIS

BABINKAMTIBMAS (POLRI) POLHUT

PENYULUH

KEPALA RESORT KPH PAMHUT

PERANGKAT DESA/

MPA

RESORT

RESORT

RESORT BASED MANAGEMENT

(15)

Tata Kelola Kehutanan yang Inklusif di Tingkat Tapak Kehadiran

Pengelolaan Hutan di Tingkat Tapak yang

Efektif Penguatan Kelembagaan

KPH

Arah Pembangunan Tata Kelola di Tingkat Tapak

Kehadiran Pengelolaan Hutan di Tingkat Tapak yang Efektif

KPH dalam

pengelolaan SDA yang berbasis landscape

Pengelolaan efektif dan merata di tingkat tapak;

Penyelesaian isu kehutanan yang responsif dan sesuai konteks lokal;

Pengembangan sektor kehutanan sesuai dengan kebutuhan daerah.

Pemanfaatan hutan

pada KPH dilaksanakan oleh pihak lain yang dilaksanakan melalui mekanisme

perizinan berusaha

dan

persetujuan perhutanan sosial.

KPH sebagai VEKTOR

Pembangunan Kehutanan Di Tingkat Tapak, perlu peran dan kontribusi Stakeholder Internal KLHK &

Eksternal untuk Penguatan Pengelolaan Hutan di KPH)

Arah Pembangunan

Pemanfaatan hutan produksi dan hutan lindung kepada PBPH dan PS

Berbagi peran

antar pemerintah pusat dan daerah

Penguatan KPH sebagai kolaborator

dalam menjalin bekerja sama (NGO, private

sector, masyarakat, dan pemerintah)

Penguatan fungsi KPH melalui pemberian

kewenangan dalam pengelolaan hutan;

Pemberian insentif dan disinsentif

untuk efektivitas KPH;

KPH merupakan

fasilitator

dalam pelayanan pengelolaan bidang kehutanan pada unit wilayah kerjanya

Transformasi kelembagaan KPH menuju

KPH yang Efektif

(16)

KPH sebagai VEKTOR

PEMBANGUNAN KEHUTANAN DI TINGKAT TAPAK

02

16

(17)

KPH SEBAGAI VEKTOR PEMBANGUNAN KEHUTANAN DITINGKAT TAPAK

(PERAN STAKEHOLDER INTERNAL & EKSTERNAL UNTUK PENGUATAN PENGELOLAAN HUTAN DI KPH)

DANA HIBAH, GCF, RBP, FOLU dll

(18)

Tematik

Perencanaan, Koordinasi, Monev dan

Wasdal Lintas Unit Kerja KLHK

dan para pihak

melaksanakan

koordinasi perencanaan pengelolaan Hutan dengan pemegang Perizinan

Berusaha, pemegang Persetujuan Penggunaan dan Pelepasan Kawasan Hutan serta Pengelola Perhutanan Sosial

Penyusunan rencana pengelolaan Hutan yang dituangkan dalam dokumen RPHJP dan RPHJPd Tusi 1

Tusi 2

RKUPH PBPH

RKPS PPS

TUGAS DAN FUNGSI KPH BIDANG PHL DAN PPI

(Pasal 123 PP 23 Tahun 2021 dan Pasal 23 PermenLHK 8 Tahun 2021)

Rujukan/

selaras

melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan pengelolaan

Hutan;

melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan

pengelolaan Hutan

Tusi 10

Tusi 11

(19)

PERAN PENTING KPH dalam PENGELOLAAN HUTAN DI TAPAK

terkait IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN (pasal 8 PermenLHK No. 8 Tahun 2021)

Inventarisasi Hutan, Pengukuhan Kawasan Hutan, Penatagunaan Kawasan Hutan dan

penyusunan rencana Kehutanan

Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Rehabilitasi Hutan dan Reklamasi

Perlindungan dan pengamanan hutan,

pengendalian KARHUTLA, mitigasi ketahanan bencana dan perubahan iklim

1. patroli pengamanan Hutan

2. perlindungan dan pengendalian KARHUTLA 3. pemulihan ekosistem gambut

4. pembinaan areal perlindungan Hutan

5. pengadaan dan/atau pembangunan sarana dan prasarana perlindungan dan pengendalian KARHUT

1. Identifikasi lahan kritis 2. Prakondisi masyarakat

3. Penguatan kelembagaan masyarakat 4. Penyusunan rancangan teknis rehabilitasi

hutan dan lahan

5. Persemaian/pembibitan

6. Penanaman dan/atau pengayaan 7. Pemeliharaan tanaman

8. Pembangunan sarana dan prasarana 9. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

keberhasilan RHL

1. Inventarisasi Hutan tingkat KPH

2. Identifikasi seluruh potensi Kawasan Hutan 3. Penyusunan neraca sumber daya Hutan 4. Penyusunan rancangan Tata Hutan

5. Pengadaan peralatan pengukuran dan/atau pemetaan digitasi

6. Pengembangan sistem jaringan spasial KPH.

1. identifikasi Kawasan Hutan yang tidak dibebani PBPH dan persetujuan

pengelolaan perhutanan sosial.

2. identifikasi kebutuhan GANISPH dan/atau tenaga profesional di bidang kehutanan

3. identifikasi dan

penyelesaian konflik tenurial dalam areal KPH

4. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan Pemanfaatan Hutan PBPH

5. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUHH

6. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kewajiban PNBP di wilayah KPH.

7. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kerjasama PBPH dengan masyarakat

8. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan jangka benah

kerjasama persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan dengan PBPH di wilayah KPH

9. pemantauan dan evaluasi kegiatan Penggunaan Kawasan Hutan

10.fasilitasi pelaksanaan pemeriksaan lapangan dalam rangka perhitungan penggantian biaya investasi

11. pemantauan dan evaluasi

pelaksanaan kerja sama penggunaan jalan angkutan atau koridor.

Tusi 3

pembangunan pengelolaan berbasis resor (Resort Based Management/

RBM):

(20)

PERAN KPH dalam

AKSI MITIGASI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

02

20

(21)

PERMEN 7/2023

AKSI MITIGASI

Aksi Mitigasi Perubahan Iklim Sektor

Kehutanan

a. pengurangan Emisi GRK; dan

b. penyimpanan &/ penyerapan karbon hutan.

meliputi kegiatan:

Perdagangan Karbon

a. pengurangan laju deforestasi lahan mineral;

b. pengurangan laju deforestasi lahan gambut dan mangrove;

c. pengurangan laju degradasi hutan lahan mineral;

d. pengurangan laju degradasi hutan lahan gambut dan mangrove;

e. pembangunan hutan tanaman;

f. pengelolaan hutan lestari;

g. rehabilitasi dengan rotasi;

h. rehabilitasi nonrotasi;

i. restorasi gambut;

j. perbaikan tata air gambut;

k. rehabilitasi mangrove;

l. aforestasi pada kawasan bekas tambang;

m. pembangunan persemaian permanen;

n. rehabilitasi tanaman di bawah 5 (lima) tahun;

o. konservasi keanekaragaman hayati;

p. perhutanan sosial;

q. pendampingan pada hutan adat;

r. introduksi replikasi ekosistem;

s. pembangunan ruang terbuka hijau;

t. ekoriparian;

u. pengawasan dan penegakan hukum untuk mendukung perlindungan dan pengamanan Kawasan Hutan;

dan/atau

v. kegiatan lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mitigasi Perubahan Iklim Sektor Kehutanan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam upaya menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya

penanggulangan dampak perubahan iklim

(UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)

MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

(22)

PERAN KPH dalam Implementasi REDD+

Driver:

REDD

SFM

Konservasi

Peningkatan cadangan karbon

Pelibatan Stakeholder

TARGET KEBERHASILAN REDD+

Penurunan emisi dan peningkatan cadangan karbon

Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan merata untuk kesejahteraan rakyat

Konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem

Penguatan distribusi dan penguatan kapasitas KPH dan seluruh pemangku kepentingan

Memastikan keterlibatan para pihak dalam semua proses

Perubahan paradigma & budaya kerja dg kampanye perubahan pola pikir & gaya hidup

(23)

Skema Result Based Payment /RBP REDD +

1.

PerMenLHK No.70 tahun 2017 mengenai Tata Cara Pelaksanaan Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+), Role of Conservation, Sustainable Management of Forest and Enhancement of Forest Carbon Stocks, Result Based Payment (RBP) atau disebut juga sebagai Pembayaran Berbasis Kinerja adalah insentif positif atau pembayaran yang diperoleh dari hasil capaian pengurangan emisi yang telah diverifikasi dan manfaat selain karbon.

2.

Beberapa hal yang harus dibangun oleh Negara tuan rumah penyelenggara/pelaksana program REDD+, yakni:

a.

Strategi atau rencana aksi nasional Emisi referensi (Forest Reference Emission Level–FREL),

b.

Sistem pemantauan hutan nasional,

c.

Sistem informasi pelaksanaan safeguards dan

d.

MRV ( measurement, reporting, and verification ) atas hasil pelaksanaan REDD+

3. REDD+ merupakan mekanisme pengurangan emisi yang difasilitasi oleh United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Mekanisme ini mendukung upaya perlindungan serta rehabilitasi hutan dan lahan, yang mencegah timbulnya emisi akibat perubahan tutupan lahan serta meningkatkan serapan dari kegiatan penanaman.

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan REDD+, dikembangkan mekanisme Result-Based Payment (RBP) yang bertujuan untuk memberikan insentif guna mendukung pengembangan deforestasi rendah di negara-negara berkembang.

• RBP dilakukan atas pengurangan Emisi GRK yang dihasilkan oleh kementerian/ lembaga, pemerintah daerah, atau Pelaku Usaha

RBP tidak menyebabkan terjadinya perpindahan kepemilikan karbon

Pembayaran internasionLdisetorkan melalui BPDLH

• Pemantauan, evaluasi, dan pembinaan tingkat nasional dilakukan oleh Menteri terkait dan berkoordinasi dengan MenLHK dan Menko Marves

• Pemantauan, evaluasi, dan pembinaan tingkat Provinsi dilakukan oleh Gubernur dan

berkoordinasi dengan MenLHK dan Mendagri

(24)

Penerapan Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 untuk Mencapai Enhanced NDC Berbasis Integrated Landscape Management di Wilayah KPH

HUTAN

LINDUNG EKOSISTEM

MANGROVE

HUTAN KONSERVASI EKOSISTEM GAMBUT

PEMUKIMAN

INDUSTRI/

PENGOLAHAN HUTAN PRODUKSI KPHP

KPHL KPHK

PBP H

PBPH

PBPH

PBPH

SUNGAI

MUARA LAUT

AGRIKULTUR AGRIKULTUR

AGRIKULTUR

• Dalam menjawab tantangan global sebagaimana dinyatakan dalam dokumen NDC, diperlukan langkah-langkah terobosan, inovasi dan kolaborasi upaya untuk percepatan implementasi aksi iklim, terutama pada sektor kehutanan dan penggunaan lahan (khususnya pertanian).

• Sektor Kehutanan memiliki porsi TERBESAR di dalam target penurunan emisi gas rumah kaca:

Sektor Kehutanan dan Lahan (FOLU) Akan Mencapai Net Sink Pada Tahun 2030

Sustainable Forest Management Carbon Governance Environmental Governance

Dasar Pijakan:

Pengembangan Kelembagaan

Aksi Peningkatan Serapan

Aksi Pertahankan Serapan

Aksi Pengurangan Emisi

PENCAPAIAN INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030

Combating Climate Change: Local Actions from Indonesia’s Forest Management

Units to Global Benefits [Dari Tapak Hutan Indonesia untuk Dunia]

(25)

1. Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Mineral 2. Pengurangan Laju Deforestasi Lahan Gambut

3. Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Mineral 4. Pengurangan Laju Degradasi Hutan Lahan Gambut

5. Pembangunan Hutan Tanaman

6. Sustainable Forest Management 7. Rehabilitasi Dengan Rotasi 8. Rehabilitasi Non Rotasi 9. Restorasi Gambut

10. Perbaikan Tata Air Gambut

11. Konservasi Keanekaragaman Hayati

OPERASIONALISASI 11 AKSI MITIGASI SEKTOR FOLU

CAPAIAN FOLU NET SINK BY 2030 DITENTUKAN OLEH:

1. Pengurangan emisi dari DEFORESTASI dan LAHAN GAMBUT (dekomposisi gambut dan kebakaran gambut);

2. Peningkatan kapasitas hutan alam dalam penyerapan karbon (melalui pengurangan DEGRADASIdan meningkatkan

REGENERASI);

3. RESTORASIdan PERBAIKAN TATA AIR GAMBUT;

4. RESTORASIdan REHABILITASI HUTAN (pengayaan tanaman/peningkatan serapan karbon);

5. PENGELOLAAN HUTAN LESTARI;

6. OPTIMASI LAHAN TIDAK PRODUKTIF untuk pembangunan Hutan Tanaman dan Tanaman Perkebunan.

PENCAPAIAN INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030

Pengembangan:

Berbagai instrument kebijakan baru,

Pengendalian system monitoring,

Evaluasi dan pelaksanaan komunikasi publik.

Pengembangan Kelembagaan Aksi

Peningkatan Serapan

AksiMempertahankan Serapan

AksiPengurangan Emisi

LOKUS KPH Monev

Wasdal

(26)

Bellows College

RPHJP KPH, Dokumen LH &

Perizinan Berusaha

(Keberlanjutan di level Tapak)

Landscape –Ekoregion Terestrial Seascape –Ekoregion Laut

Contoh Pengelolaan Hutan dan Lingkungan dengan Pendekatan Integrated Landscape Management di Tingkat Tapak [KPH]

Pengendalian Penerapan instrumem LHK di level Landscape dan Seascape i.e.

RPPLH, Ekoregion, D3TLH, KLHS, RKTN, RKTP, RTRW Keberlanjutan di Level Landscape & seascape

Pengendalian Instrumen LHK di Level Tapak KPH dan Usaha/kegiatan

Dokumen Lingkungan Hidup (Amdal/

UKL-UPL) dan Persetujuan Lingkungan Hidup serta Perizinan

Berusaha di sebuah wilayah KPH

Pengendalian Penerapan Instrumen LHK secara terintegrasi di Tingkat Tapak [KPH]i.e.:

• Pengendalian Karhutla;

• Penyelesaian penataan kawasan hutan;

• TORA, PIAPS dan HKm

• Penegakan hukum Terkait dengan ilegel logging dan TSL;

• Rehabilitas lahan kritis;

• Indonesia’s FOLU Net Sink 2030

KPH

(27)

PENUTUP

1. Potensi Bencana Iklim itu nyata sehingga perlu dilakukan akselerasi pelaksanaan berbagai program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

2. Keterlibatan aktif berbagai pemangku kepentingan (stake holders) seperti Pelaku Usaha, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial, Kesatuan Pengelolaan Hutan, Organisasi Masyarakat,

akademisi, dan Media Massa, sangat penting dan dibutuhkan dalam mewujudkan pembangunan rendah karbon, aksi mitigasi dan implementasi FOLU Net Sink 2030 untuk memenuhi pemenuhan target NDC Indonesia

3. Semua pihak harus berkolaborasi dengan beragam actor dalam menyusun Strategi Bersama dan menjalankan program-program yang berkaitan dengan pembangunan rendah karbon

4. Perlu terus berkoordinasi dan melakukan sosialisasi kepada semua pihak dalam memberikan pemahaman yang sama terutama dalam mendukung aksi mitigasi pengendalian perubahan iklim baik skema perdagangan karbon dan pembayaran berbasis kinerja

5. Penguatan kelembagaan Pengelolaan hutan di tingkat tapak oleh KPH

▪ Penguatan kapasitas SDM pengelolaan hutan

▪ Fasilitasi dana pengembangan dan pembangunan KPH

▪ Pembangunan resor-resor di KPH pada Blok Khusus

▪ Mendorong pembentukan badan usaha milik daerah (BUMD) untuk mendapatkan perizinan berusaha pemanfaatan hutan guna meningkatkan produktivitas lahan hutan melalui

multiusaha kehutanan

▪ Membangun dukungan Pemda dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan yang

berkualitas

(28)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor merupakan salah satu bagian dari perum perhutani. Sebagai bagian dari perum perhutani, KPH Bogor juga merupakan salah satu

Audit SDM penting dan mutlak harus dilakukan untuk mengetahui apakah SDM dalam organisasi KPH telah bekerja dengan baik dan berperilaku sesuai dengan tujuan. Tujuan dari audit SDM

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana kebijakan Dinas Kehutanan dalam menanggulangi upaya menanggulangi pembalakan hutan di wilayah KPH Malang.Ingin

Stakeholder yang terlibat dalam pembangunan KPH Rinjani Barat antara lain adalah Dishut propinsi dan kabupaten, BPDAS, LSM, universitas, masyarakat, Bappeda, calon KPH sendiri dan

Hubungan persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat pada organisasi KPH yang sudah matang dapat diduga juga seiring dengan kematangan KTH yang ada di wilayah KPH adalah

Upaya yang dilakukan KPH Mantingan Kabupaten Rembang adalah upaya pencegahan (preventif) dilakukann oleh Administratur KPH Mantingan bekerja sama dengan

pemerintahan masih berbasis perijinan dan pengawasan – komitmen daerah untuk membangun KPH belum optimal. • Tidak cukup tersedia SDM profesional di KPH • Tidak cukup SDM kehutanan

Matrik Strategi Pengelolaan Hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH Pulau Laut Sebuku IFAS Strength S Weakness W Memiliki kelompok tani dengan kelembagaan yang jelas dan tersebar pada