• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN gizi

N/A
N/A
Hel

Academic year: 2025

Membagikan "PENILAIAN gizi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG

Dosen Pengampu : Darwita Juniwati B, SKM,M.Kes

DISUSUN OLEH : 1. Grace Christine Malau (230203010)

2. Rachel Karen P. Damanik (230203002) 3. Indah Panjaitan (230203008) 4. WillyChlara Lova Sitompul (230203019)

5. Yarni Zega (230203020)

6. Juliana (230203009)

7. Mona indah (230203025)

8. Vivid (230203037)

9. Tri kristiani Hulu (230203074) 5. Yufianis Hulu (230203032)

6. Keysia (230203014)

7. Irmina laia (230203031) 8. Selviana Gulo (230203071) 9. Theresia Natalia (230203036) 10. Rosaliana (230203027) 11. Hesti Diani (230203004) 12. Melisa christina Saragih (230203073) 13. Reza batubara (230203018)

14. Lukas (230203072)

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

T.A 2023/2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah berjudul “Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung”

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengukuran Status Gizi Kesehatan Masyarakat semester III dengan dosen pengampu Darwita Juniwati B, SKM,M.Kes. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Dasar Ilmu Gizi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami.

Dalam pembuatan makalah ini, ditulis berdasarkan buku-buku maupun sumber-sumber yang berhubungan dengan Penilaian status gizi. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaanya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih atas perhatianya terhadap makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk dibaca.

Medan, 25 Oktober 2024

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 1 1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan ...2

BAB II PEMBAHASAN ...3

2.1 Pengertian ...3

2.2 Jenis Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung ...3

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi ...13

BAB III PENUTUP ... 15

3.1 Kesimpulan ... 15

3.2 Saran ...15

DAFTAR PUSTAKA ...16

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor di antaranya bebas dari penyakit atau cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan lingkungan yang baik, dan status gizi juga baik. Orang yang mempunyai status gizi baik tidak mudah terkena penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit degeneratif.

Status gizi merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun pada masyarakat kita masih ditemui berbagai penderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi keadaan gizi seseorang dapat dikatakan baik bila terdapat keseimbangan antara perkembangan fisik dan perkembangan mental intelektual.

Status gizi dapat ditentukan dengan mengukur beberapa parameter, setelah itu hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau acuan. Tugas penilaian status gizi adalah untuk mengetahui apakah terdapat status gizi yang salah Penilaian Status Gizi penting dilakukan karena dapat menumbulkan kesakitan dan kematian vang memiliki kaitan dengan status gizi oleh karena itu, dengan mengetahui status gizi seseorang dapat berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ( Kistimbar, 2024)

Secara umum penilaian status gizi dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu penilaian status gizi langsung dan status gizi tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung terdiri dari penilaian yang dilakukan berdasarkan antropologi, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung yang terdiri 3 penilaian yaitu statistik vital, survei makanan dan faktor ekologi.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsep penilaian status gizi secara tidak langsung?

2. Apa yang dimaksud dengan statistik vital?

3. Apa yang dimaksud dengan faktor ekologi?

4. Apa yang dimaksud dengan survei konsumsi makanan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep penilaian status gizi secara tidak langsung.

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan statistik vital.

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan faktor ekologi.

4. Untuk mengetahui apa itu survey konsumsi makanan.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung 2.1.1 Pengertian

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dan organ serta menghasilkan energi. (Saidah, dkk. 2020). Menurut Mitayani (2010), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki resiko status gizi kurang maupun gizi lebih. (Iqbal, dkk. 2018). Penilaian status gizi secara tidak langsung adalah metode penilaian yang tidak melibatkan pemeriksaan fisik atau laboratorium langsung pada individu, tetapi menggunakan data populasi atau data lingkungan sebagai indikator status gizi.

2.1.2 Jenis penilaian status gizi secara tidak langsung

Di dalam penilaian status gizi secara tidak langsung terdapat 3 jenis yaitu; pertama statistik vital membahas data yang berhubungan dengan keadaan gizi dan kesehatan serta menganalisis gizi masyarakat. Kedua faktor ekologi membahas tentang hubungan lingkungan dan status gizi. Ketiga survi konsumsi makanan mengamati jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi individu maupun keluarga.

(7)

2.1.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu antara lain:

1. Faktor Eksternal

a. Pendapatan, misal masalah gizi karena kemiskinan seperti taraf ekonomi keluarga yang tidak mencukupi.

b. Pendidikan, kurangnya pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua, atau masyarakat untuk mewujudkan status gizi yang baik.

c. Pekerjaan, sesuatu yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupan keluarganya.

d. Budaya, suatu ciri khas yang akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.

2. Faktor Internal

a. Usia, mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita.

b. Kondisi fisik, seseorang yang sedang dalam masa penyembuhan memerlukan pangan khusus gizi kesehatan mereka yang buruk.

c. Adanya infeksi dan gejala demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan. (Umiyarni, 2017).

2.2 Statistik Vital

Statistik vital merupakan salah satu penilaian status gizi secara tidak langsung. Data statistik vital berkaitan dengan nutrisi. Data yang dimaksud yaitu angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, hingga angka penyakit infeksi dengan kekurangan gizi. Penggunaan nya sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. (Sahorah, 2024). Data vital statistik secara tidak langsung dapat digunakan untuk menilai status gizi, terutama pada kelompok penduduk tertentu. Angka-angka statistik kesehatan mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan gizi masyarakat. Beberapa data vital

(8)

statistik yang berhubungan dengan keadaan gizi dan kesehatan, antara lain adalah angka kesakitan, angka kematian, pelayanan kesehatan dan penyakit infeksi.

Beberapa informasi yang menjadi acuan dalam menganalisis keadaan gizi masyarakat antara lain angka kematian pada kelompok umur tertentu, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu, statistik pelayanan kesehatan dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi.

2.2.1 Angka kematian berdasarkan umur 1) Angka kematian bayi umur 2–5 bulan

Kematian bayi umur 2-5 bulan berkaitan dengan cara pemberian air susu ibu (ASI). Bayi yang tidak mendapat ASI, tidak akan mendapatkan makanan sesuai dengan kebutuhan tubuhnya, tidak mempunyai antibodi yang cukup. Biasanya bayi yang tidak mendapatkan ASI, kebutuhan gizinya didapat dari susu formula, atau bayi sudah diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) sebelum waktunya.

Cara pemberian makanan yang kurang bersih dan kandungan zat gizi yang rendah mempengaruhi status gizi. Akibat pemberian makan yang salah, maka bayi menderita gizi kurang dan mudah terkena penyakit infeksi, seperti diare, disentri atau penyakit infeksi lain. Keadaan ini dapat mengakibatkan kematian bayi. Oleh karena itu tingginya angka kematian pada kelompok ini menunjukkan bahwa banyaknya bayi menderita gizi kurang yang disebabkan kurangnya asupan gizi.

2) Angka kematian umur 1–4 tahun

Angka kesakitan dan kematian pada kelompok umur 1–4 tahun, banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi. Pengaruh keadaan gizi pada kelompok ini lebih besar dibandingkan dari kelompok umur kurang 1 tahun. Masalah utamanya disebabkan asupan gizi tidak cukup dan anak mudah terkena penyakit infeksi, karena anak bermain pada tempat yang kotor. Disamping itu, anak mudah stres karena baru disapih. Pada usia ini anak sedang tumbuh pesat, sementara asupan gizi kurang, maka balita

(9)

menderita kekurangan energi dan protein (KEP) dan defisiensi zat gizi yang lain. Pada kelompok usia ini sering menderita anemia, menderita kecacingan. Keadaan ini semua bisa mengakibatkan hal yang fatal bagi kesehatan tubuh.

3) Angka kematian anak umur 13–24 bulan

Anak pada umur 13–24 bulan, berada pada masa penyapihan yaitu anak mulai melepaskan ketergantungan dari ASI beralih pada makanan keluarga. Anak memasuki masa transisi pola makan (second year transisional). Apabila orang tua tidak sabar dan kurang perhatian, maka dapat mengakibatkan kurangnya asupan makan anak yang berdampak pada kejadian KEP. Anak yang menderita KEP mudah sakit dan meningkatkan angka kesakitan dan kematian. Pembentukan kebiasaan dan pola makan dimulai pada usia ini, apabila pada usia ini anak tidak dibiasakan dan diperkenalkan dengan berbagai jenis makanan, maka setelah dewasa tidak banyak jenis makanan yang disukai.

2.2.2 Statistik layanan kesehatan 1) Puskesmas

Peningkatan kasus gizi buruk yang datang di puskesmas untuk layanan kesehatan atau peningkatan jumlah kasus gizi buruk yang terdapat di wilayah kerja puskesmas, mengidentifikasikan terjadinya peningkatan kejadian gizi buruk di masyarakat. Data kejadian gizi kurang dan buruk yang diketahui dari laporan, umumnya lebih rendah dari yang sebenarnya, seperti penomena gunung es, yang nampak sedikit hanya puncaknya saja, tetapi gunung es sebenarnya jauh lebih besar.

2) Rumah sakit

Apabila terjadi peningkatan kasus gizi buruk yang datang di rumah sakit, hal ini menunjukkan bahwa kasus gizi buruk di masyarakat telah terjadi peningkatan

Kelebihan penilaian secara statistik vital :

(10)

1. Dapat menilai dan membandingkan tingkat kesehatan masyarakat.

2. Dapat mengetahui penyebab masalah kesehatan masyarakat.

3. Dapat menentukan control dan pemeliharaan selama pelaksanaan program kesehatan.

Kelemahan penilaian secara statistic vital :

1. Datanya tidak akurat yang di sebabkan oleh kesulitan dalam pengukuran data.

2. Kemampuan melalukan interpretasi secara tepat terutama pada saat terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi keadaan gizi.

2.3 Faktor ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karna interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. (Kusmawati, dkk. 2019).

Faktor ekologi lingkungan yang berhubungan dengan status gizi di antaranya meliputi keadaan infeksi, pengaruh budaya, keadaan sosial ekonomi dan produksi pangan. Berikut ini penjelasan masing-masing faktor.

1. Infeksi

Status gizi dengan kejadian infeksi mempunyai keterkaitan yang erat. Anak yang mempunyai status gizi kurang mudah terkena infeksi, karena anak tidak mempunyai daya tahan tubuh yang cukup. Sebaliknya anak yang menderita infeksi tidak mempunyai nafsu makan yang cukup, akibatnya anak kekurangan gizi dan jatuh pada status gizi kurang. Jadi keterkaitan infeksi dengan status gizi mempunyai hubungan timbal balik yang kuat. Beberapa penyakit infeksi yang terkait dengan status gizi di antaranya adalah diare, TBC, ke cacingan, campak, batuk rejan, dan penyakit infeksi lainnya.

2. Pengaruh budaya

Budaya mempunyai peran penting dalam proses terbentuknya status gizi. Budaya akan menciptakan kebiasaan makan individu dan atau kelompok masyarakat. Pada kelompok budaya tertentu, kebiasaan akan menciptakan pola makan yang baik, tetapi tidak jarang menciptakan

(11)

kebiasaan yang bertentangan dengan prinsip gizi. Budaya dan kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan status gizi di antaranya adalah stabilitas keluarga. Keluarga yang terpecah (perceraian antara ayah dan ibu), mengakibatkan terabaikannya anak termasuk pola makannya. Wanita karier yang terlalu mengutamakan pekerjaan, dengan terpaksa akan mengorbankan anaknya. Mobilitas keluarga juga mempengaruhi status gizi, seperti buruh musiman yang harus meninggalkan keluarga dan anak-anaknya. Pada kelompok masyarakat tertentu terkadang mempunyai beberapa pantangan yang bertentangan dengan gizi, seperti balita tidak boleh makan telur karena takut bisulan. Budaya tersebut mengakibatkan status gizi anaknya kurang mendapat perhatian yang optimal.

3. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi keluarga akan memberikan kesempatan ibu untuk menyediakan makanan bagi keluarganya. Keadaan sosial yang dapat mempengaruhi status gizi di antaranya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, kepadatan penduduk, keadaan dapur untuk mengolah makanan, ketersediaan air bersih untuk keperluan rumah tangga.

Keadaan ini secara tidak langsung mempengaruhi status gizi terutama balita. Keadaan ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi, di antaranya pekerjaan ayah, pendapatan per bulan, harga pangan di pasaran. Ini semua mempengaruhi ketersediaan makanan dalam rumah tangga yang mengakibatkan status gizi anggota keluarga.

4.Produksi pangan

Produksi pangan pertanian, peternakan maupun perikanan mempengaruhi ketersediaan makanan di pasaran. Dalam sistem pangan terdapat 5 komponen utama agar pangan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, komponen tersebut adalah produksi pangan, distribusi pangan, konsumsi pangan dan utilisasi atau pemanfaatan pangan dalam tubuh.

Produksi pangan dapat baik apabila tersedianya lahan yang cukup, sistem pengairan yang baik, pemupukan, pengontrolan hama pangan yang baik

(12)

Kelebihan penilaian secara faktor ekologi : 1. Mudah di ketahui secara umum

2. Data tentang ekologi lingkungan tersebar di berbagai instansi, yang memungkinkan informasi mudah di peroleh.

Kelemahan penilaian secara faktor ekologi:

1. Faktor ekologi tidak langsung mempengaruhi status gizi tetapi melalui berbagai faktor yang saling mempengaruhi

2. Data yang di peroleh tidak akurat karena cara pengmpulan data yang tidak sah. (Hardinsyah, 2021).

2.4 Survei Konsumsi Makanan

Penilaian status gizi ini dilakukan dengan melihat jumlah dan jenis makanan dan konsumsi oleh individu maupun keluarga. Survei konsumsi makanan merupakan pengukuran status gizi yang dilakukan dengan mengamati jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Penggunaan dalam survei konsumsi makanan berupa pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.

Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi.

(Alhamda, dkk. 2015).

Survei ini digunakan dalam menentukan status gizi perorangan atau kelompok. Survei konsumsi makanan di maksudkan untuk mengetahui kebiasaan makanan atau gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Berdasarkan jenis data yang di peroleh, pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data yaitu kualitatif (a.l frekuensi makanan, dietary history, metode telepon, dan daftar makanan) dan data kuantitatif (a.l metode recall 24 jam, penimbangan makanan, food account, metode infentaris dan pencatatan). (Ruswadi, 2021).

(13)

2.4.1 Metode Kuantitatif

Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan minyak. Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain.

a) Metode Recall 24 jam

Prinsip dari metode ini adalah dengan melakukan pencatatan jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.

Dalam metode ini responden, ibu atau pengasuh (bila anak-anak masih kecil) disuruh menceritakan semua yang dimakan atau diminum dalam 24 jam yang lalu (kemarin). Oleh karena itu recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam berturut- turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu.

b) Perkiraan makanan (estimated food records)

Metode ini disebut juga "food record" atau "dietary record", yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam URT atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut.

(14)

c) Penimbangan makanan (food weighing)

Pada metode penimbangan makanan, reponden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian, dan tenaga yang tersedia.

d) Metode penghitungan makanan

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan atau 1 tahun). Metode ini terdiri dan 3 komponen yaitu:

1. Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir

2. Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dan sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan untuk mengecek kebenaran dan recall 24 jam tadi

3. Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang Faktor Ekologi.

e) Metode inventaris (inventory methods)

Metode inventaris ini juga sering disebut log book method.

Prinsipnya dengan cara menghitung/mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survey. Semua makanan yang diterima, dibeli, dan dari produksi sendiri dicatat dan dihitung/ditimbang setiap hari selama metode pengumpulan data (biasanya selama sekitar satu minggu). Semua

(15)

makanan yang terbuang, tersisa dan busuk selama penyimpanan dan diberikan pada orang lain atau binatang peliharaan juga diperhitungkan.

f) Metode Pencatatan

Metode pencatatan dilakukan dengan cara keluarga mencatat setiap hari semua makanan yang dibeli, diterima dan orang lain ataupun dari hasil produksi sendiri Jumlah makanan dicatat dalam URT, termasuk harga eceran bahan makanan tersebut. Cara ini tidak memperhitungakan makanan cadangan yang ada di rumah tangga dan juga tidak memperhatikan makanan dan minuman ynag dikonsumsi di luar rumah atau rusak, tebuang/tersisa atau diberikan pada binatang.

Lamanya pencatatan umumnya tujuh hari. Pencatatan dilakukan pada formulir tertentu yang telah dipersiapkan.

Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (fool habit) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.

2.4.2 Metode Kualitatif

Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain:

a) Metode frekuensi makanan (food frequency)

Metode Frekuensi Makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi salama priode tertentu seperti hari, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode Frekuensi Makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitet tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu

(16)

berdasarkan rangking tingkat konsumsi zal gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi.

b) Metode dietary history

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan atau 1 tahun) Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari -hari tersebut harus dikumpulkan . Metode ini terdiri dari 3 komponen

1. Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumpulkan dala tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir

2. Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.

3. Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang

c) Metode telepon

Dewasa ini survei konsumsi makanan dengan metode telepon semakin banyak digunakan terutama di daerah perkotaan dimana sarana komunikasi telepon sudah tersedia untuk negara berkembang metode ini belum layak dilakukan karena membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk jasa telepon,

(17)

d) Metode pendaftaran makanan (fond list)

Metode pendaftaran makanan dilakukan dengan menanyakan dan mencatat seluruh bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survey dilakukan (biasanya 1-7 hari) Pencatatan dilakukan berdasarkan jumlah bahan makanan yang dibeli, harga dan jumlah pembeliannya, termasuk makanan yang dimakan anggota keluarga di luar rumah. Jadi data yang diperoleh merupakan taksiran/perkiraan dari responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara yang dibantu dengan formulir yang telah disiapkan, yaitu kuesioner terstruktur yang memuat daftar bahan makanan utama yang digunakan keluarga.

Karena data yang diperoleh merupakan taksiran atau perkiraan maka data yang diperoleh kurang telit.

Kelebihan penilaian secara survei konsumsi makanan:

1. Dapat memprediksi status yang akan terjadi di masa yang akan datang

2. Pengukurannya cukup akurat untuk menilai asupan gizi 3. Pelaksanaanya tidak memerlukan alat yang mahal dan rumit 4. Mudah di lakukan.

Kelemahan penilaian secara survei konsumsi makanan:

1. Tidak dapat untuk menilai status gizi secara bersamaan

2. Untuk pengukurannya hanya data di pakai sebagai bukti awal untuk kemungkinan terjadinya kekurangan atau kelebihan gizi

3. Lebih efektif bila di sertai dengan hasil pemeriksaan biokimia, klinis atau antropometri. (Hardinsyah, 2021).

(18)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dan organ serta menghasilkan energi.

Penilaian status gizi seara langsung dibagi menjadi tiga, antara lain statistik vital, faktor ekologi, dan survey konsumsi makanan. Adapun yang mempengaruhi status gizi itu sendiri karena dua faktor yaitu faktor eksternal, dan faktor internal.

3.2 Saran

Diharapkan agar masyarakat selalu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan status gizi, serta perbaikan nutrisi. Hal ini, bertujuan agar masyarakat selalu dalam kondisi hidup yang sehat.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Alhamda Syukra, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Yogyakarta : Penerbit Deepublish.

Hardinsyah (2021). Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Holil, dkk (2017). Penilaian Status Gizi. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Iqbal Muhammad, dkk (2018). Penilaian Status Gizi : ABCD. Jakarta : Salemba Medika.

Kusmawati Wiwik, dkk (2019). Buku Ajar Ilmu Gizi Olahraga. Penerbit Uwais Inspirasi Indonesia.

Mitayani Wiwi Sartika (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. DKI Jakarta : CV Trans Info Media.

Ruswadi Indra (2021). Ilmu Gizi dan Diet. Jawa Barat : Penerbit Adab.

Saidah Halimatus, dkk. “Feeding Rule” Sebagai Pedoman Penatalaksanaan Kesulitan Makan Pada Balita. Malang : Penerbit Ahlimedia Press.

Sahorah Sitti (2024). Buku Ajar Penentuan Status Gizi. Jawa Tengah : Penerbit : Nasya Expanding Management.

Umiyarni Dyah (2017). Panduan Gizi dan Kesehatan Anak Sekolah.

Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Utami, N. W. A. (2016) Modul Survei Konsumsi Makanan 2016, Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Referensi

Dokumen terkait

rata status gizi anak usia masuk sekolah dasar berhubung-.. an erat dengan nilai rata-rata status gizi

Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan.. makan dan penyakit

Penelitian jaringan syaraf tiruan untuk klasifikasi status gizi balita, bertujuan untuk memudahkan tenaga medis dalam memberikan penilaian status gizi balita jenis

terhadap kinerja tenaga pelaksana gizi puskesmas tentang penilaian status gizi anak. balita di Kabupaten Aceh Tamiang

kesehatan dan asuh makan secara langsung memengaruhi status gizi anak balita,. sedangkan asuh diri tidak secara langsung memengaruhi status gizi anak

Bersdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang telah diperoleh, perancangan penilaian status gizi yang tepat dan sesuai dengan kondisi masyarakat Pamulang

Dokumen ini membahas hubungan antara pengetahuan gizi dan status gizi

Laporan pengamatan penilaian status gizi anak dengan z-score di Posyandu