• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam hal ini model pembelajaran adalah metode yang digunakan guru untuk menjalin hubungan dengan siswa selama pembelajaran. Dengan adanya kondisi tersebut, guru harus memahami, mengembangkan dan menerapkan model atau strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran IPS. Model pembelajaran Peer Tutor merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran IPS karena siswa yang belum paham tidak akan sungkan atau malu untuk bertanya kepada temannya siapa yang ditunjuk menjadi tutor sebaya. . .

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPA) Melalui Model Pembelajaran Peer Tutor Pada Siswa Kelas V SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.”

Masalah Penelitian

  • Identifikasi Masalah
  • Alternatif Pemecahan Masalah
  • Rumusan Masalah

Manfaat pembelajaran dengan model pembelajaran peer-tutor dapat membuat siswa menjadi pembelajar yang lebih bahagia, lebih kreatif, dan lebih menyenangkan dalam beraktivitas, karena siswa lebih mudah bertanya dan lebih terbuka terhadap teman sebayanya dibandingkan dengan gurunya. Berdasarkan uraian latar belakang, untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar ilmu pengetahuan sosial (IPS) siswa kelas V SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, penulis menerapkan model pembelajaran tutor sebaya. . Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang diangkat, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Peer Tutor dalam meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial (IPS) siswa Kelas V SD Inpres Lakiyung , Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?”.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Bagi siswa khususnya kelas V SD mendorong siswa untuk aktif dan mampu berkreasi dalam belajar serta merasa senang dalam proses pembelajaran. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran Peer Tutor. Bagi sekolah dapat menjadi bahan pertimbangan dan penyemangat bagi guru untuk lebih fokus, berperan aktif dan profesional dalam mengatur dan memperhatikan proses pembelajaran siswa di sekolah, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Kajian Pustaka

  • Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
  • Model Pembelajaran
  • Model Pembelajaran Tutor Sebaya

Sehubungan dengan upaya ilmiah, model pembelajaran menyangkut masalah bagaimana cara bekerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Pengetahuan tentang model pembelajaran sangat diperlukan bagi guru, karena berhasil atau tidaknya siswa belajar tergantung pada cocok atau tidaknya model pembelajaran yang digunakan guru. Ada banyak jenis model pembelajaran yang dapat dipilih guru dalam kegiatan mengajar, namun tidak semuanya dapat dikategorikan baik, namun tidak semuanya buruk.

Model pembelajaran yang digunakan guru dalam setiap pertemuan kelas tidak hanya digunakan saja, melainkan setelah melalui seleksi yang sesuai dengan rumusan tujuan pengajaran tertentu. Penggunaan satu model pembelajaran digunakan untuk mencapai satu tujuan, dan sebaliknya untuk penggunaan model pembelajaran lainnya. Berkaitan dengan pentingnya pembelajaran yang berkesinambungan, maka model pembelajaran hendaknya tidak memberikan kesan sulit agar kesadaran belajar anak cepat berakhir.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Model Pembelajaran Pada prinsipnya tidak ada model pembelajaran yang dapat dianggap sempurna dan cocok untuk semua mata pelajaran pada setiap bidang studi. Karakteristik tujuan yang ingin dicapai sangat mempengaruhi penentuan model pembelajaran karena model pembelajaran tunduk pada tujuan, bukan sebaliknya. Guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih ahli dalam memilih model pembelajaran dan pelaksanaannya yang benar, sedangkan guru dengan latar belakang pendidikan yang kurang relevan, meskipun tepat dalam menentukan model pembelajaran, sering kali mengalami kendala dalam pelaksanaannya.

Oleh karena itu, ketiadaan fasilitas akan sangat menghambat pemilihan model pembelajaran yang tepat, karena tidak adanya laboratorium untuk praktik jelas tidak mendukung penggunaan model pembelajaran eksperimen atau demonstrasi. Yang dimaksud dengan tutor sebaya adalah mengajar teman atau membantu teman, jadi tutor sebaya adalah pemberian bantuan dalam belajar oleh siswa/teman yang ditunjuk oleh guru atas dasar prestasi akademik yang baik dan mempunyai hubungan sosial yang baik. Apabila proses pembelajaran berlangsung dengan tutor sebaya, maka yang digunakan adalah pendekatan kooperatif karena tutor sebaya akan menggunakan bahasa sehari-hari dan lebih familiar, sehingga siswa atau siswa yang dibantu oleh tutor sebaya dapat mengembangkan keterampilan yang lebih baik dalam memahami materi.

Melalui penggunaan model pembelajaran peer tutoring ini diharapkan. kesenjangan sosial yang terjadi di dalam kelas. Lambat laun hal itu akan terhapus sehingga hubungan sosial di kelas semakin erat.

Kerangka Pikir

Jika tutornya perempuan, terkadang siswa laki-laki merasa malu untuk bertanya kepada teman perempuannya, dan sebaliknya, jika tutornya adalah siswa laki-laki, siswa perempuan merasa malu untuk bertanya. Mereka memahami materi, namun belum tentu bisa mengajarkannya kembali kepada temannya karena kurang pengalaman.

Hipotesis Tindakan

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Subjek dan Lokasi penelitian
  • Fokus Penelitian
  • Prosedur Penelitian
  • Instrumen Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Indikator Keberhasilan Pembelajaran

Kemudian guru membentuk 5 kelompok kecil yang heterogen...siswa pintar disebar di tiap kelompok dan berperan sebagai tutor sejawat atau disebut "mentor"..setiap kelompok diberi tugas mempelajari materi/indikator dan membagikan LKM ke masing-masing kelompok. Kemudian guru membentuk 5 kelompok kecil yang heterogen.. siswa yang pandai disebar di masing-masing kelompok dan berperan sebagai tutor.. setiap kelompok diberi tugas mempelajari materi/indikator dan membagikan LKM ke masing-masing kelompok. Kemudian guru membentuk 5 kelompok kecil yang heterogen.. siswa pintar disebar di masing-masing kelompok dan berperan sebagai tutor sebaya atau biasa disebut.. setiap kelompok diberi tugas mempelajari materi/indikator dan membagikan LKM ke masing-masing kelompok.

Siswa cerdas didistribusikan dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sejawat atau disebut “mentor”. Distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar IPS pada siklus II Tidak terdapat nilai interval kategori Frekuensi Persentase. Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dikatakan bahwa dari 28 siswa kelas V SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa terdapat 0 siswa (0%), penguasaan materi baik.

Siswa yang mendengarkan penjelasan guru (siswa yang tampak memperhatikan penjelasan guru) pada siklus I sebesar 76,19% dan pada siklus II meningkat menjadi 90,47. Siswa yang mencatat atau menyalin apa yang telah dijelaskan guru pada siklus I sebanyak 42,86% dan pada siklus II meningkat menjadi 59,52. Siswa yang bertanya dan menjawab jawaban (saat diskusi) pada siklus I sebesar 23,81% dan pada siklus II meningkat menjadi 42,85.

Siswa yang meminta bimbingan guru untuk menyelesaikan LKM pada siklus I sebanyak 28,57% dan pada siklus II meningkat menjadi 61,9. Siswa yang melakukan aktivitas lain baik dalam proses penyampaian bahan ajar maupun saat mengerjakan tugas (bermain-main, keluar masuk kelas, membuat keributan, mengerjakan pekerjaan lain dan sebagainya) pada siklus I sebesar 47,62% dan pada siklus II turun menjadi 44.05.

Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (Mulyasa, 2009 : 39)Perencanaan
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (Mulyasa, 2009 : 39)Perencanaan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
  • Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Peran guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai narasumber utama dan pembimbing bagi siswa agar tercapai kelancaran proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran peer teacher. Hal ini terlihat dari interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa yang cukup aktif. Selanjutnya untuk dapat melihat jumlah siswa yang telah mencapai standar ketuntasan dan yang belum mencapai standar ketuntasan belajar individu pada akhir siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Berdasarkan label 4.3 di atas dapat dikatakan bahwa dari 28 siswa kelas V SD Inpres Lakiyung Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa terdapat sekitar 17 atau 60,71% siswa yang telah mencapai standar hasil ketuntasan belajar individu. , masing-masing 65. Yaitu 60,71% atau 17 dari 28 siswa termasuk dalam kategori tuntas dan 39,29% atau 11 dari 28 siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas, artinya terdapat 11 siswa yang memerlukan perlakuan remedial karena telah tidak mencapai kelengkapan individu. . Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak berbeda dengan pelaksanaan siklus I sebelumnya yaitu berupa kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran Peer Tutor.

Sebanyak 89,29% atau 25 dari 28 siswa berada pada kategori sempurna dan 10,71% atau 3 dari 28 siswa berada pada kategori tidak tuntas, artinya terdapat 3 siswa yang memerlukan pengobatan tambahan karena belum mencapai kesempurnaan individu. Hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah siswa yang menjawab pertanyaan yang diajukan, khususnya tugas. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan guru, bertanya tentang materi dan dengan sukarela mengerjakan soal yang diajukan tanpa diminta guru secara langsung, serta ketelitian dalam menjawab pertanyaan yang diajukan juga semakin meningkat.

Pada siklus II terlihat semangat belajar siswa meningkat, dimana siswa yang sebelumnya dibimbing oleh guru mampu mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri.

Grafik 4.2 Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Belajar Individual Murid Pada Siklus I
Grafik 4.2 Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Belajar Individual Murid Pada Siklus I

Pembahasan

Terdapat 30,95% siswa berkelompok mencari jawaban LKM (saat guru memberikan tugas kelompok), pada I, II. model pembelajaran peer mentoring kembali memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan siklus sebelumnya, hal ini menunjukkan hal tersebut. Berdasarkan hasil dua siklus penelitian tersebut dapat diartikan bahwa pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Peer Tutor dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mendorong keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya sendiri.

Secara umum aktivitas siswa belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang dengan pola peer teaching dan pembelajaran kooperatif. Berdasarkan prosedur model pembelajaran peer tutor, pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan peer tutor terdapat pendekatan kolaboratif karena. Berdasarkan uraian di atas jelas terlihat bahwa penerapan metode pembelajaran peer teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dan mendorong siswa untuk mengemukakan pendapatnya sendiri sehingga pengetahuan siswa dapat berkembang dengan baik.

Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan model pembelajaran peer tutoring dapat dijadikan sebagai model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS khususnya di sekolah dasar. Beberapa siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran tutor sebaya dan merasa pembelajaran menyenangkan serta membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan menggunakan model pembelajaran peer tutoring sebagai salah satu alternatif mata pelajaran IPS untuk meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa.

Bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran peer tutoring dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS di tingkat kelas dengan mata pelajaran atau materi yang berbeda. Tesis: Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Tutor Sebaya Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Bontote'ne Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dalam pembelajaran IPS dan pembelajaran lainnya.

Gambar

Tabel Halaman
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (Mulyasa, 2009 : 39)Perencanaan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Refleksi dari hasil penelitian terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan pada siklus I, Terdapat beberapa maslalah selama penelitian berlangsung,