PENDAHULUAN
LatarBelakang
RumusanMasalah
TujuanPenelitian
ManfaatPenelitian
KAJIAN PUSTAKA
TinjauanPustaka
KerangkaPikir
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal dan komunikasi tertulis dapat dirancang dalam bentuk naskah drama yang menekankan pada dialog. Dalam hal ini penggunaan bahasa Indonesia sangat berperan penting dalam menciptakan suatu bentuk dialog yang mempengaruhi tujuan sebuah pementasan drama. Pemahaman penggunaan bahasa Indonesia sangat diperlukan khususnya dalam pengucapan dialog untuk mengetahui dan memahami pengucapannya dengan baik, begitu juga dari segi vokal, pengucapan dan intonasi.
HipotesisTindakan
METODE PENELITIAN
- JenisPenelitian,
- VariabelPenelitian
- ObjekPenelitian
- RencanadanProsedur PTK
- DesainPenelitian
- InstrumenPenelitian
- TeknikPengumpulan Data
- TeknikAnalisis Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan naskah drama kepada seluruh siswa. Data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan gambaran kemampuan siswa dalam melakukan dialog dalam bentuk skenario dramatik. Sebagaimana telah dijelaskan, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah berupa permainan peran (drama), dalam instrumen penelitian ini skenario drama disajikan kepada setiap kelompok siswa.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengevaluasi skenario drama berbentuk dialog pada siswa kelas V SDN no. 32 Patani I. Siswa masih kesulitan dalam membaca naskah drama dalam bentuk dialog sesuai pengucapan dan intonasi yang benar. Siswa kesulitan dalam mempelajari drama karena tidak terbiasa berdialog berpasangan di depan kelas, sehingga siswa kurang mampu mengapresiasi naskah drama. e.
Pada siklus I dilakukan penilaian terhadap hasil penampilan drama siswa, setelah dilakukan observasi dapat disimpulkan bahwa siswa belum mampu mengapresiasi naskah drama berbentuk dialog. Mengenai gambaran temuan pembelajaran drama pada siswa kelas V SD Negeri Patani I dalam mengapresiasi naskah drama berbentuk dialog, terlihat bahwa kemampuan siswa dalam mengapresiasi naskah drama berbentuk dialog mengalami peningkatan dari siklus. I sampai siklus II. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas V SD Patani I pada siklus I menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan mengapresiasi naskah drama berbentuk dialog.
Siswa masih membutuhkan banyak waktu untuk mengapresiasi naskah drama dialog, sehingga proses belajar mengajar menjadi lambat. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa berdialog menggunakan naskah drama...menjelaskan topik namun tidak memberikan contoh cara menilai naskah drama dalam bentuk dialog. Pada siklus II terjadi peningkatan karena permasalahan siklus I telah terselesaikan, siswa dapat mengevaluasi skenario drama dalam bentuk dialog. Penilaian sudah dipahami siswa karena penjelasan dan motivasi guru.
Hasil akhir menunjukkan bahwa siswa kelas V SD Negeri Patani I tidak menghadapi atau mengalami kendala berarti dalam pembelajaran drama. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa kelas V SD Negeri Patani I dalam mengapresiasi naskah drama berbentuk dialog. sudah cukup dan meningkat. Kemampuan siswa kelas V SDN NO 32 PATANI I dalam mengapresiasi naskah drama berbentuk dialog sudah cukup dan dapat ditingkatkan. Tingkat keterampilan siswa kelas V SD Negeri Patani I menyadari bahwa naskah drama harus dipertahankan dalam bentuk dialog.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HasilPenelitian
Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi drama dan mengetahui lebih banyak tentang drama, unsur-unsur drama dan jenis-jenis drama. Penulisan sebuah drama harus didukung oleh beberapa syarat yang harus diperhatikan. Salah satu syarat tersebut adalah unsur drama. Unsur-unsur tersebut juga dapat dijadikan bahan evaluasi, karena apabila suatu naskah drama tidak memperhatikan unsur-unsur tersebut maka belum tentu naskah tersebut dapat dikatakan baik. Teknik akting atau penampilan merupakan unsur penting drama yang harus diperhatikan baik oleh penulis maupun pemainnya. Dialog tertulis hendaknya diucapkan dengan baik dan seimbang dengan gerak dan ekspresi wajah yang sesuai dengan yang diharapkan dalam naskah drama.
Improvisasi Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penciptaan atau pertunjukan sesuatu (puisi, musik, dan sebagainya), tanpa persiapan terlebih dahulu. “Dalam bentuk improvisasi ini, seniman mengungkapkan ekspresinya secara spontan, namun tetap memainkan perannya sebagai tokoh sesuai dengan tema cerita dalam sebuah pertunjukan. Muchlisoh, dkk membagi drama menjadi beberapa jenis, yaitu: 1) Tragedi. Dalam mengapresiasi sebuah pertunjukan drama hendaknya para pelaku drama memperhatikan tahapan-tahapan sebelum memulai pementasannya. Pada dasarnya latihan membaca terfokus ini sama dengan latihan membaca pada umumnya, namun pada tahap ini cara membaca dialognya berdasarkan pada dialog. yang nantinya akan dilakukan oleh masing-masing pemain e) Latihan akting dan pemblokiran, tahap latihan ini berarti berlatih akting dan pemblokiran yang diperlukan atau sesuai dengan teks drama yang akan disimulasikan.
Tidak semuanya terserah sutradara, para aktor juga perlu tahu bagaimana tampil dengan baik, bagaimana memastikan ekspresi dan gerakan mereka sesuai dengan persyaratan naskah. f) Observasi, latihan-latihan di atas akan lebih baik jika didasari oleh penghayatan yang mendalam, yaitu calon pemain mengamati atau mengamati kejadian-kejadian atau kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungannya sehari-hari. Jika kita ingin berperan sebagai pengemis, kita perlu mengetahui gerak-gerik, ciri-ciri dan kebiasaan pengemis tersebut. jadi kita meniru gerakannya persis setelah pengemis itu sendiri. Namun tetap sesuai dengan prinsip control by acting. g) Latihan, setelah kita berlatih secara intensif, saatnya menguji hasil latihan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Semua pemain sudah hafal teksnya, 2) Akting dan pemblokiran yang diperlukan dalam simulasi sudah dikuasai oleh seluruh pemain, dan 3) Peralatan yang diperlukan siap digunakan dalam uji coba, termasuk pakaian dan perlengkapannya.
Hubungan pengucapan dalam sebuah pertunjukan memegang peranan yang sangat penting, terutama jika menyangkut tema drama yang dibawakan. Setelah pembelajaran berakhir, guru melakukan refleksi kepada siswa dengan memberikan nasehat agar pembelajaran kedepannya dapat lebih baik. Untuk membantu peneliti mengumpulkan data, peneliti menggunakan alat pendukung berupa tes dan non tes. Format tes yang digunakan adalah tes naskah drama. Bentuk non tes berupa observasi, catatan harian, catatan guru, wawancara dan dokumentasi serta instrumen berupa RPP.
Setelah itu dibentuk beberapa kelompok untuk sekedar menampilkan naskah drama yang dimiliki masing-masing siswa, dengan tujuan agar siswa dapat menunjukkan kemampuannya dalam menyajikan dialog dalam bentuk naskah drama. Pengukuran bobot skor permainan peran (drama) siswa didasarkan pada tekad bahwa jika siswa mampu mengapresiasi naskah drama dari segi dialog dengan baik, baik linguistik maupun nonlinguistik, maka siswa tersebut diberikan nilai yang bervariasi sesuai tabel penilaian pada Tabel 1. Siswa kesulitan dalam pembelajaran drama karena tidak terbiasa berdialog dua-dua di depan kelas, sehingga siswa kurang mampu mengapresiasi naskah drama.
Siswa dapat membaca naskah drama dalam bentuk dialog di depan kelas dengan pengucapan dan intonasi yang benar. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini setelah selesai Siklus II menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran drama memenuhi kualifikasi yang diharapkan dan sesuai dengan skenario pembelajaran.
Pembahasan
Pemblokiran tidak sesuai prosedur, Improvisasi mencapai kualifikasi yang fleksibel dan mendukung. menjelaskan isi tetapi tidak memberikan contoh bagaimana mengapresiasi naskah drama dalam bentuk dialog. Pada dasarnya, kinerja II. Siklus dengan pembelajaran dramatik berbentuk dialog berlangsung sesuai dengan keinginan peneliti dan guru. Hasan: Untung saja kalau dia berpikir begitu, tapi kalau dia benar-benar melihatku, apa yang akan aku lakukan padanya.
Badu: Baiklah San, kalau kita bilang yang dia lihat itu bukan kamu, tapi misalkan Rahim, salah satu teman sekelas kita, bagaimana dengan itu? Ibu : Oh, aku mengerti, aku percaya, tapi apa yang kamu lakukan Badu, dengan anak ini di jalan. Badu: Saya….Oh ya, guru menyuruh saya mengantar Rahim pulang karena perutnya sakit.
Bagaimana caranya kita mendatangkan rahim, asal anak itu hanya ada dalam khayalan anda. Kita bisa mendatangkan anak mana saja, tapi bagaimana bisa seperti saya. Tapi bagaimana kami bisa menemukan anak yang persis seperti Anda. Apa yang harus kami lakukan. Badu : Baiklah Bu, Ibu sendiri sudah melihat, anak itu bernama Rahim seperti yang sebenarnya sudah kami sampaikan.
Mereka keluar, setelah beberapa saat mereka masuk kembali. Mereka berdua berganti pakaian sendiri. Jangan mencoba berbohong kepada ibumu lagi. Dan kamu, Badu, segera pulang. Saya bertemu ayahmu dan mengatakan bahwa kamu tidak hadir bersama Hasan. Melalui ceramah, latihan dan demonstrasi, siswa memerankan lakon pendek anak dengan pengucapan, intonasi, syukur dan ekspresi yang sesuai dengan karakter tokohnya.
Memerankan drama pendek untuk anak dengan pengucapan, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai dengan karakter tokohnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Patani I menunjukkan bahwa dengan pembelajaran drama, siswa dapat mengapresiasi naskah drama dalam bentuk dialog.
Saran