• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Pengaturan Hukum dalam Kesehatan

N/A
N/A
MINERVA Law Office

Academic year: 2025

Membagikan "Pentingnya Pengaturan Hukum dalam Kesehatan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

UJIAN TENGAH SEMESTER

HUKUM KESEHATAN DAN PENYELESAIAN SENGKETA

Dosen Pengajar

1. Dr. Putu Lantika Oka Permadhi, S.H., M.H (Co) 2. Dr. Ir. Yogi Yasa Wedha, S.H., M.H., M.M.

3. Dr. I Nyoman Agus Hermawan, S.H., M.H

DISUSUN OLEH:

DENY SUKMANA NPM. 2404741010001

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2025

(2)

1. Mengapa kesehatan perlu diatur dalam hukum? (Filosofis, Sosiologis, Yuridis) a. Filosofis:

Dari sudut pandang filosofis, kesehatan merupakan hak dasar manusia (fundamental rights).

Pemikiran ini didasari oleh nilai human dignity (martabat manusia), di mana negara berkewajiban menjamin perlindungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya.

Hukum dibutuhkan untuk menjamin bahwa setiap individu berhak hidup sehat dan mendapat layanan kesehatan yang layak. Dalam filsafat hukum, hukum berfungsi mewujudkan keadilan substansial, dan hak atas kesehatan adalah bagian dari keadilan tersebut.

b. Sosiologis:

Secara sosiologis, kesehatan sangat erat kaitannya dengan tatanan sosial. Masyarakat yang sehat akan menciptakan produktivitas dan stabilitas sosial. Namun dalam realitas sosial, terdapat kesenjangan dalam akses dan kualitas layanan kesehatan. Oleh karena itu, hukum berperan sebagai alat rekayasa sosial (social engineering) untuk mengatur hubungan antar pelaku dalam sistem kesehatan (pasien, dokter, rumah sakit, pemerintah), menjamin akses dan menghindari ketimpangan.

c. Yuridis:

Secara yuridis, pengaturan kesehatan dalam hukum dibutuhkan untuk menciptakan kepastian hukum, mengatur hak dan kewajiban para pihak (pasien, tenaga kesehatan, institusi), serta sebagai dasar sanksi terhadap pelanggaran etika dan prosedur medis. UU No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan menjadi dasar legal formal yang menata sistem kesehatan nasional.

2. Apakah Informed Consent dapat menjadi dasar peniadaan pidana?

Informed Consent tidak secara otomatis menjadi dasar peniadaan pidana, tetapi dapat menjadi alat pembuktian bahwa dokter telah menjalankan kewajibannya sesuai prosedur.

Informed consent menunjukkan bahwa:

Pasien telah diberi penjelasan secara lengkap.

Pasien/keluarga menyetujui tindakan medis secara sadar dan sukarela.

Namun, jika kemudian ditemukan kelalaian, kesalahan prosedur, atau tindakan di luar kompetensi, maka meskipun ada informed consent, tindakan tersebut tetap dapat dimintai pertanggungjawaban pidana.

Jadi, informed consent melindungi dokter dari tuntutan yang tidak berdasar, tetapi tidak membebaskan dari tanggung jawab bila terjadi malpraktik.

(3)

3. Malpraktik Kedokteran dan UU No. 17 Tahun 2023

a. Pendapat terhadap Malpraktik dan Prinsip Gustav Radbruch

Malpraktik merupakan tindakan medis yang menyimpang dari standar profesi, dan dapat mencederai nilai:

Keadilan (Justice):

Pasien merasa dirugikan tapi sering sulit mendapatkan keadilan karena minimnya bukti atau relasi kuasa yang timpang.

Kemanfaatan (Utility):

Ketika dokter tidak menjalankan tugas dengan benar, maka manfaat layanan kesehatan menjadi hilang.

Kepastian Hukum (Legal Certainty):

Banyak kasus malpraktik tidak bisa diproses hukum dengan jelas karena minimnya pengaturan atau pembuktian yang sulit.

Oleh karena itu, idealnya sistem hukum harus memberi perlindungan yang setara baik bagi tenaga medis maupun pasien, melalui regulasi yang adil dan mekanisme penyelesaian sengketa yang transparan.

b. Malpraktik dalam UU No. 17 Tahun 2023 dan Substansi Filosofisnya Analisis terhadap UU No. 17 Tahun 2023:

UU ini tidak secara eksplisit menggunakan istilah “malpraktik”, namun substansi pengaturannya mencakup ketentuan:

✓ Sanksi administratif dan pidana terhadap tenaga kesehatan yang melanggar standar pelayanan medis.

✓ Penegasan pentingnya etika dan standar profesi.

✓ Perlindungan pasien dari tindakan medis yang merugikan.

Substansi filosofis UU No. 17 Tahun 2023:

Menjamin hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia.

Mewujudkan keadilan sosial dalam pelayanan kesehatan.

Menempatkan negara sebagai penjamin sistem kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Menegaskan prinsip perlindungan hukum bagi pasien dan tenaga kesehatan.

(4)

Analisis per pasal dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan yang berkaitan dengan malpraktik medis dan perlindungan pasien:

A. Ketentuan tentang Malpraktik dalam UU No. 17 Tahun 2023

Meskipun istilah "malpraktik" tidak disebutkan secara eksplisit dalam UU No. 17 Tahun 2023, beberapa pasal mengatur sanksi terhadap tindakan medis yang menyimpang dari standar profesi dan dapat merugikan pasien:

1. Pasal 440:

• Ayat (1): Tenaga medis atau tenaga kesehatan yang karena kealpaan mengakibatkan pasien luka berat dipidana penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp250 juta.

• Ayat (2): Jika kealpaan mengakibatkan kematian, dipidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp500 juta.

2. Pasal 308:

• Ayat (1): Sebelum penyidikan terhadap dugaan pelanggaran hukum oleh tenaga medis atau tenaga kesehatan, harus ada rekomendasi dari majelis.

• Ayat (3): Rekomendasi diberikan setelah penyidik mengajukan permohonan tertulis.

• Ayat (5): Rekomendasi menentukan apakah penyidikan dapat dilakukan berdasarkan kesesuaian praktik dengan standar profesi, pelayanan, dan prosedur operasional.

3. Pasal 447:

• Mengatur pertanggungjawaban pidana rumah sakit atas tindakan malpraktik yang dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga kesehatan.

B. Perlindungan Hukum bagi Pasien

UU No. 17 Tahun 2023 juga menetapkan hak-hak pasien untuk memastikan perlindungan hukum dalam pelayanan kesehatan:

Pasal 276:

Pasien berhak:

✓ Mendapatkan informasi mengenai kesehatannya.

✓ Mendapatkan penjelasan yang memadai mengenai pelayanan kesehatan yang diterima.

✓ Mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis, standar profesi, dan pelayanan yang bermutu.

✓ Menolak atau menyetujui tindakan medis, kecuali untuk tindakan medis yang diperlukan dalam rangka pencegahan penyakit menular dan penanggulangan KLB atau wabah.

(5)

✓ Mendapatkan akses terhadap informasi yang terdapat di dalam rekam medis.

C. Substansi Filosofis UU No. 17 Tahun 2023 UU No. 17 Tahun 2023 bertujuan untuk:

Menjamin hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia.

Mewujudkan keadilan sosial dalam pelayanan kesehatan.

Menempatkan negara sebagai penjamin sistem kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Menegaskan prinsip perlindungan hukum bagi pasien dan tenaga kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

Fakta perbuatan hukum akta P.P.J.B lunas dengan kuasa terhadap peralihan hak milik atas tanah memiliki problematika filosofis, sosiologis, yuridis, teoritis

Tulisan ini membahas pengaturan tindak pidana terorisme dalam dunia maya berdasarkan hukum internasional serta membahas upaya harmonisasi pengaturan hukum nasional

Tugas Akhir Penulisan Hukum dengan judul: KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM HAK - HAK PEKERJA PADA PERUSAHAAN PAILIT DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF adalah

Bentuk keselamatan kerja yang diberikan pemerintah kepada tenaga kesehatan dalam menghadapi covid-19 PERSAMAAN Membahas perlindungan hukum terhadap tenaga kesehatan pandemi covid-19

Dokumen ini membahas tentang etika, disiplin, dan hukum dalam pelayanan kesehatan kepada

Makalah ini membahas efektivitas Pancasila dari sudut pandang hukum, politik, dan

Dokumen ini berisi tentang pentingnya kesehatan dan perlunya pemetaan fasilitas kesehatan di Kota

Dokumen ini membahas tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang berkeadilan untuk mencapai kesejahteraan sosial, serta perlindungan hak cipta atas buku