• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran dan fungsi masjid kampus dalam pengembangan budaya islam

N/A
N/A
Phan bulang geh

Academic year: 2023

Membagikan "peran dan fungsi masjid kampus dalam pengembangan budaya islam"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Peran DAN Fungsi Masjid Kampus Dalam Pengembangan Budaya Islam

Indonesia (Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama)

Peran DAN Fungsi Masjid Kampus Dalam Pengembangan Budaya Islam

Indonesia (Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama)

(2)

“ PERAN DAN FUNGSI MASJID KAMPUS DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA ISLAM “

Dosen Pengempu :

Ust. Dr. Abiza Hafidz,S.Pd I M.Pd I M.Pd M.HI M.Si CHt

Disusun Oleh :

1. Ade Reza Baehaqi Putra ( 2022090210070 ) 2. Muhammad Fahrendi ( 2022090210072 )

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI NAHDLATUL ULAMA Jl. Pura Demak Barat No. 31, Pemecutan Klod, Kec. Denpasar Barat,

Kota Denpasar, Bali 80119

www.istnuba.ac.id | phone; (0361) 8451199 | info@istnuba.ac.id

(3)

PRAKATA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, taufik, dan hidayah- Nya hingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “ Peran dan Fungsi Masjid Kampas Dalam Pengembangan Budaya Islam “ ini dengan tepat waktu dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamin baik itu bagi para pembaca maupun bagi kami. Selaku penyusun.

Dan kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ust. Dr. Abiza Hafidz, S.Pd.I, M.Pd.I, M.Pd, M.Hi, M.Si, C.Ht, selaku dosen pengempu Mata Kuliah Agama Islam. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan termasuk diri kami sendiri yang telah berusaha dengan baik untuk menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Kami menyadari dengan sangat bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca diharapkan demi kesempurnaan makalah kami ini. Semoga makalah yang telah kami selesaikan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 11 November 2022

Penyusun.

(4)

DAFTAR ISI

PRAKATA ... I DAFTAR ISI ... II BAB 1 ... III PENDAHULUAN ... III 1.1 Latar Belakang ... III 1.2 Rumusan Masalah ... IV 1.3 Tujuan ... IV 1.4 Manfaat ... IV

BAB II ... 1

PEMBAHASAN ... 1

2.1 Arti dan Fungsi Masjid ... 1

2.2 Hubungan Masjid dengan Pengembangan Budaya Islam ... 2

2.3 Peran dan Fungsi Masjid Kampus dalam Pengembangan Budaya Islam ... 3

2.4 Peran Masjid Kampus dalam Pengembangan Karakter Mahasiswa ... 11

BAB III ... 14

PENUTUP ... 14

3.1 Kesimpulan ... 14

3.2 Saran ... 14

REFERENSI ... 15

(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masjid merupakan tempat beribadah umat Islam. Masjid mengalami perkembangan yang pesat baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dipastikan, dimana komunitas umat Islam berada, disitu ada masjid. Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, dan Pusat Dakwah. Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid dimasa Rasulullah Saw selain dipergunakan untuk shalat, juga berfungsi sebagai Pendidikan, tempat pembinaan jamaah, pusat dakwah dan kebudayaan, pusat kederisasi umat, basis kebangkitan umat islam.

Hal ini diperjelas dalam QS. At-Taubah ayat 18: yang Artinya:

Hanyalah orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apapun) kecuali kepada Allah. Maka merekalah yang termasuk golongan orang- orang yang mendapat petunjuk. “

Masjid adalah tempat ibadah umat islam atau muslim. Masjid memiliki arti harfiah yakni ‘Tempat Sujud’. Beberapa sebutan lain yang berkaitan dengan masjid di Indonesia di antaranya Mushallah, Langgar, atau Surau. Istilah – istilah tersebut diperuntukan bagi bangunan untuk sholat yang menyerupai masjid, namun dengan ukuran yang lebih kecil dimana umumnya hanya bisa digunakan untuk sholat Jumat dan Iktikaf. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan untuk berbagai kegiatan seperti perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajarAl-quran.

Di berbagai daerah, masjid-masjid umumnya memilikipengeras suara , yang tiap-tiap masjid lazimnya memiliki dua system speaker , yakni dalam dan luar.

Pengeras suara luar terutama digunakan untukadzandaniqomah , sedangkan untuk yang lainnya sepertisholat, ceramahdantadarushanya menggunakan speaker dalam. Namun beberapa masjid diketahui tanpa memedulikan tetangga yang tinggal di dekatnya, menggunakan pengeras suara luar untuk berbagai kegiatannya selain adzan dan iqomah, yang mana hal ini menimbulkan problematika di masyarakat.

(6)

Menanggapi permasalahan yang kerap ditimbulkan oleh pengeras suara masjid, Arab Saudi menerbitkan peraturan yang melarang masjid menggunakan pengeras suara luar selain untuk adzan dan igomah, dengan volume suaranya tidak boleh melebihi sepertiga volume maksimal dari speaker-nya.

Dalam suartu Riwayat Shahih, Umar bin Khatab pernah memarahi dua orang yang berasal dari Thaif, akibat sebelumnya mereka mengeraskan suara mereka di Masjid Nabawi, Umar mengatakan bahwa bila saja mereka adalah orang Madinah, Umar pasti sudah mencambuk mereka. Dalam Sunan Ibnu Majah. Rasulullah bersabda “Siapa saja yang mengganggu orang lain maka Allah akan mengganggunya: dan siapa saja yang memberatkan orang lain, maka Allah akan memberatkannya.”

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa arti dan fungsi Masjid?

b. Apa hubungan Masjid dengan pengembangan Budaya Islam?

c. Apa peran dan fungsi Masjid Kampus dalam pengembangan Budaya Islam?

d. Bagaimana fungsi Masjid Kampus dalam Pengembangan Karakter Mahasiswa?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui Arti dan Fungsi Masjid

b. Mengetahui hubungan Masjid dengan Pengembangan Budaya Islam

c. Mengetahui peran dan fungsi Masjid Kampus dalam Pengembangan Budaya Islam

d. Mengetahui peran masjid kampus dalam Pengembangan Karakter Mahasiswa

1.4 Manfaat

Membantu para pelajar dalam memahami dan mengetahui peran dan fungsi masjud kampus dalam pengembangan budaya islam.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Arti dan Fungsi Masjid

Disamping menjadi tempat beribadah. Masjid dimasa Rasulullah Saw selain dipergunakan sebagai tempat untuk shalat, juga berfungsi sebagai tempat Pendidikan, Tempat Pembinaan Jamaah, Pusat Dakwah dan Kebudayaan, Pusat Kaderisasi Umat, dan Basis Kebangkitan Umat Islam. Apabila banyak umat islam yang mau memakmurkan masjid, maka masjid tersebut Bisa dikatakan mengalami kemajuan, dan apabila masjid tersebut sepi dari Umat islam maka masjid tersebut mengalami kemunduran. Jadi dapat disimpulkan bahawasanya kemajuan umat islam tergantung pada mereka mau tidaknya memakmuran masjid . Pembangunan masjid merupakan manifestasi keimanan dan hanya orang yang berimanlah yag sanggup memakmurkan masjid. Jadi, masjid yang tidak makmur dan sepi merefleksikan keimanan umat islam dilingkungannya. Untuk itu, bagaimana mendidik manusia supaya menjadi benar dan bertaqwa, serta melalui prasarana apa yang digunakan.

Masjid bagi orang-orang yang beriman bagaikan air dengan ikan Karena itu masjid dapat didefinisikan sebagai bangunan yang didirikan Oleh orang-orang yang beriman, tempat mereka melaksanakan ibadahnya semata-mata untuk mencari rida Allah. Perkataan masjid dalam arti sempit terkait dengan tempat persujudannya menyembah Allah Swt, Pencipata alam semesta. Tetapi secara operasional masjid yang dilaksanakan Rasulullah adalah sebagai pusat pembinaan umat yang Sangat optimal sehingga dapat memberikan hasil yang optimal pula.Oleh sebab itu segala sesuatu harus memiliki manajemen dengan baik. Bila tidak, akan menghasilkan hal-hal yang kurang optimal atau bahkan Kemungkinan besar melenceng dari tujuan utama . Secara operasional manajemen adalah kegiatan yang Menggunakan perangkat yang meliputi unsur dan fungsi-fungsinya untuk Mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi manajemen itu sendiri adalah Planning (perencanaan), Organizing (Organisasi), Humanizing(Pemperdayaan Potensi SDM), Actuating (Penggerakan), Controling(Pengendalian), Integrating (Penyatu-paduan), Evaluating (evaluasi).Melalui manajemennnya, dihaarapkan masjid mampu dekat dengan umat Islam sekaligus mampu mendidik umat islam melalui kegiatankegiatannya. Manajemen pendidikan merupakan proses pencapaian tujuan Melalui diri sendiri dan orang lain. Didalamnya terkandung proses ketauladanan

(8)

dan kepemimpinan yang melibatkan semua potensi umat dalam membina kehidupan masyarakat. Dalam melaksanakan manajemen Masjid. Manajemen masjid yang baik, pada hakikatnya harus terdapat Fungsi-fungsi dalam manajemen itu sendiri.

2.2 Hubungan Masjid dengan Pengembangan Budaya Islam

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. At-Taubah: 18)

Masjid merupakan tempat suci yang kedudukannya tidak asing lagi bagi umat Islam. Selain sebagai pusat ibadah umat Islam, masjid merupakan lambang kebesaran syiar dakwah Islam, sekaligus juga sebagai barometer dari suasana dan keadaan masyarakat muslim sekitarnya. Maka, pembangunan masjid bermakna pembangunan peradaban Islam dan keruntuhan masjid bermakna keruntuhan Islam. Memahami kedudukan masjid secara komprehensif berarti juga memahaminya sebagai sebuah instrumen sosial masyarakat Islam yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid sebagai tempat ibadah memiliki fungsi sentral dam salah satu perwujudan aspirasi umat Islam.

Mengingat fungsinya yang strategis, maka perlu pengelolaan yang baik, pengelolaan fisik masjid maupun pengelolaan kegiatannya.

Pada zaman Rasulullah Saw, masjid dijadikan pusat kegiatan umat, masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi sebagai tempat kegiatan pemerintahan yang mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan, dan kemiliteran dibahas dan dipecahkan sampai tuntas di masjid. Ketika itu masjid berfungsi sebagai pusat pengembangan kebudayaan Islam, terutama saat gedung-gedung khusus untuk itu belum didirikan. Masjid juga difungsikan sebagai pusat edukasi dalam artian masjid dijadikan tempat diskusi, tempat mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama ataupun ilmu-ilmu umum. Mengembangkan fungsi masjid sebagai pusat edukasi, dimulai dari pemahaman tentang konsep pendidikan Islam secara luas dan benar, serta tidak dimaknai secara sempit. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara komprehensif-integratif mengembangkan potensi manusia baik fisik-material, emosi, dan juga spiritualnya. Sebagai upaya untuk menciptakan manusia paripurna (insan kami).

(9)

2.3 Peran dan Fungsi Masjid Kampus dalam Pengembangan Budaya Islam

Masjid di masa awal peradaban Islam memiliki fungsi yang beragam (Multifungsi). Fungsinya tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pemngembangan berbagai ilmu. Namun, sekarang sebagian peran masjid telah diambil oleh berbagai organisasi-organisasi Muslim. Masjid kampus sangat berperan besar sebagai sebagai pusat pengembangan budaya Islam serta mengembangkan program masjid kampus sebagai pusat pengembangan budaya Islam.

Mendirikan masjid adalah hal pertama yang dilakukan Nabi Muhammad sesampai di Yatsrib (sekarang Medinah) setelah menempuh perjalanan hijrah dari Mekah. Sesampai di Quba`, 5 kilometer arah tenggara Yatsrib, di antara hamparan kebun kurma, Ammar bin Yasir r.a. membuatkan tempat berteduh untuk Rasulullah.

Di situlah beliau dibantu para sahabat membangun sebuah masjid dari tumpukan batu. Inilah yang kemudian disebut sebagai Masjid Quba` dan merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah dengan tenaga dan cucuran keringat sendiri. Setelah empat hari beristirahat di Quba`, Rasulullah berangkat ke Medinah.

Sesampai di sana, di sebuah tempat penjemuran kurma milik dua anak yatim dari Bani Najjar, Rasulullah berhenti. Di situlah beliau mendirikan masjid atas permintaan Ma’adh bin Afra’, wali kedua yatim itu. Riwayat lain menyebutkan bahwa masjid baru dibangun setelah tempat itu lebih dulu dibeli oleh Rasulullah.

Di kemudian hari masjid ini termasyhur sebagai “Masjid Nabawi”. Disebut Masjid Nabawi (masjid nabi), karena Rasulullah saw. selalu menyebutnya dengan sebutan

“masjidku”. Setelah tinggal di Medinah, Rasulullah saw. tetap berkunjung ke Masjid Quba` terutama pada setiap akhir pekan. Dalam sebuah hadis sahih beliau bersabda, "Barang siapa yang bersuci di rumahnya, kemudian datang ke Masjid Quba`, lalu melaksanakan salat di dalamnya, untuknya seperti pahala umrah."

Mengenai Masjid Nabawi, beliau pun pernah bersabda dalam hadis sahih yang sangat tegas, "Sesungguhnya salat di dalamnya lebih baik daripada seribu salat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram." Kata ‘Medinah’ itu sendiri berasal dari kata ‘mudun’ yang berarti ‘kota’ atau ‘peradaban’. Memang sejak saat itu, perlahan- lahan peradaban Islam mulai berkembang. Bila kota Mekah menjadi simbol perjuangan akidah Islam, maka kota Medinah menjadi simbol pengembangan peradaban Islam. Bagaimanakah kegiatan masjid pada zaman sekarang?

Bagaimanakah fungsi dan peran masjid kampus?

(10)

A. Masjid sebagai Pusat Kegiatan Masyarakat Muslim

Tidak dapat disangkal bahwa masjid sudah menjadi pusat kegiatan masyarakat muslim. Implikasinya, sesuai dengan perkembangan masyarakat, maka berkembang pula fungsi dan peran masjid tersebut. Kegiatan masjid pun semakin meluas, mencakup aspek peribadatan dan budaya islam.

Fungsi dan Peran masjid, yang dari waktu ke waktu terus meluas, membuktikan kesadaran dan pemahaman umat islam terhadap pemanfaatan masjid semakin meningkat meluasnya pemanfaatan masjid semakin meningkat.

Meluasnya fungsi dan peran masjid ini seiring dengan laju pertumbuhan umat islam di Indonesia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang tercermin dalam pertambahan jumlah penduduk muslim dan peningkatan jumlah intelektual muslim yang sadar dan peduli terhadap peningkatan kualitas umat Islam. Kondisi inilah yang mendorong terjadinya perluasan fungsi dan peran masjid.

Ditengah kehidupan masyarakat Indonesia terutama di daerah perkotaan, masjid berfungsi, selain sebagai tempat beribadah juga sebagai pusat pembinaan umat. Pendidikan dan aktivitas sosial seperti kegiatan pendidikan anak dan remaja, majelis taklim, musyawarah warga, akad nikah, dan pemberdayaan ekonomi umat dipusatkan di masjid. Fungsi dan peran masjid diharapkan terus meningkat sehingga mampu berperan secara aktif untuk mengayomi dan membina keberagamaan, pendidikan, dan kesejahteraan umat.

Bertambah luasnya pemahaman umat Islam terhadap fungsi masjid di tengah kehidupan masyarakat, di satu sisi mencerminkan masa depan umat Islam akan lebih baik. Namun, di sisi lain menimbulkan persoalan baru yaitu persoalan pengelolaan masjid. Pengelolaan masjid ini betulbetul berfungsi, sebagaimana masjid yang didirikan oleh Rasulullah saw dan para ulama pewaris nabi, yakni sebagai sentra umat dalam menjaga tujuan didatangkannya syariat Islam (maqāshid asy- syar`iyah).

Di setiap masjid biasanya terbentuk suatu kepengurusan – baik formal ataupun nonformal – dalam wadah Dewan Kemakmuran Masjid (DKM).

Kinerja kepengurusan masjid biasanya berhubungan dengan: (1) pembangunan fisik masjid, termasuk renovasi dan perbaikan kecil-kecilan, (2) perawatan kebersihan masjid, (3) penjadwalan khatib Jumat, imam salat, dan muazin, (4) penjadwalan pengajian umum, pengajian ibuibu, pengajian anak-anak, dan pengajian remaja, (5) pengisian acara pada hari-hari besar Islam, (6) penghimpunan dana keuangan bagi honorarium mubalig, terutama mubalig

(11)

undangan, dan (7) pengelolaan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) - terutama zakat fitrah - yang biasanya diperuntukan bagi konsumsi orang-orang miskin.

B.

Fungsi dan Peran Masjid Kampus

Bagi Anda yang aktif di masjid kampus, Anda dapat menangkap pelbagai pesan dari masjid kampus. Dan bagi Anda yang belum aktif di masjid kampus, Anda pun dapat merasakan penciptaan suasana religius dari masjid kampus.

a. MasjidKampus dan Suasana Religius

Suasana kehidupan keagamaan di hampir setiap kampus perguruan tinggi (PT) dirasakan cukup semarak. Sebelum dikumandangkan azan, terdengar jelas alunan kalam Ilahi dari menara masjid kampus ke setiap gedung perkantoran dan ruang kuliah, sebagai isyarat sudah dekatnya waktu salat sekaligus sebagai ajakan salat berjamaah. Aktivitas kantor dan perkuliahan segera dihentikan sementara sampai habis waktu istirahat dan salat berjamaah. Masjid kampus pada setiap hari ramai dikunjungi oleh para mahasiswa, dosen, dan karyawan. Mereka menjadikan masjid kampus sebagai pusat pembinaan keimanan dan ketakwaan. Pada setiap hari, tidak terkecuali pada hari-hari libur, kelompok-kelompok diskusi mahasiswa dilaksanakan sehingga menjadikan suasana lingkungan kampus semakin semarak.

Terdapat kegiatan – kegiatan di dalam masjid kampus baik itu rutin maupun dari saran mahasiswa atau jamaah sendiri, Kegiatan rutin masjid kampus secara umum terdiri dari salat wajib yang lima waktu, kuliah 7-10 menit (lebih dikenal dengan kultum) paling tidak satu kali dalam sehari pada saat jamaah paling banyak hadir mengikuti salat berjamaah, salatJumat, dan kegiatan pada bulan Ramadan. Selain kegiatan rutin, masjid kampus sering dijadikan tempat kegiatan keagamaan yang bersifat insidental oleh para mahasiswa, seperti peringatan hari-hari besar Islam baik tingkat senat mahasiswa maupun tingkat himpunan mahasiswa. Di samping itu, masjid kampus sering dijadikan tempat upacara akad nikah baik oleh para jamaah maupun luar jamaah masjid kampus .

(12)

b.Pembinaan Salat Wajib Lima Waktu

Tujuan pembinaan ini menekankan pada upaya pembinaan salat para mahasiswa atau jamaah. Diantara kegiatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

-

Membagikan buku pedoman salat praktis kepada para mahasiswa atau jamaah. Agar para mahasiswa atau jamaah mampu memahaminya dan menjaga ukhuwah islamiah, buku pedoman salat yang dipilih bersifat mazhab

-

Mengadakan pengajian singkat pengenai salat dalam kultum atau pengajian system studi paket, seperti “Studi Paket Salat”. pengajaran salat bersifat lintas mazhab dan lebih bersifat menekankan kekhusyukan salat (karena salat harus dijalankan dengan khusyuk), cara berzikir mengingat Tuhan (karena tujuan salat justru untuk mengingat Tuhan), menghindari salat sāhun sehingga salat yang dilaksanakan berdampak seperti menghindari perbuatan keji dan mungkar.

-

Menerbitkan jurnal atau majalah ( bulanan atau mingguan ) yang berkaitan dengan ajaran islam, termasuk masalah peribadatan secara syariat dan hakikat.

-

Menempelkan papan petunjuk waktu salat yang berlaku pada setiap saat. Pada masjid – masjid tertentu dapat pula diumumkan melalui pengeras suara, guna memberitahu atau sebagai pengingat kepada masyarakat kampus dan sekitarnya.

c. Pembinaan Salat Jumat

Salat Jumat merupakan kegiatan masjid yang paling banyak dikunjungi para jamaah tetapi paling murah pembiayaannya. Ini disebabkan para jamaah datang sendiri tanpa diundang karena kesadaran para jamaah bahwa salat jumat itu wajib. Akan tetapi, sangat disesalkan, selama ini khotbah Jumat terkesan asal-asalan, tanpa direncanakan dengan desain kurikulum yang baik. Dapat kita saksikan antara lain dari sikap dan perilaku jamaah yang banyak mengantuk. Ada pendapat di kalangan sebagian jamaah bahwa isi khotbah Jumat berkisar pada maslah yang sama, dan karena itu, khotbah Jumat tidak perlu diperhatikan. Khotbah Jumat seharusnya didesain secara khusus untuk pendidikan dan pengajaran umat Islam sehingga mampu memberikan motivasi dan mengubah pola pikir dan akhlak jamaah. Untuk itu, khotbah Jumat perlu dipersiapkan secara baik. Tema-tema khotbah dipilih berdasarkan masalah yang paling dibutuhkan untuk membina dan mengubah jamaah, serta dipersiapkan metodologi khotbah yang tepat.

(13)

Jamaah Jumat biasanya relatif tetap. Artinya, jamaah yang menjadi peserta salat Jumat adalah orang yang sama juga. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh salah satu syarat wajib melaksanakan salat Jumat adalah mukīmin (orang yang bertempat tinggal di kampung halamannya).

Akibatnya, tidak terjadi perubahan pada jamaah salat Jumat yang signifikan padahal dalam satu tahun para jamaah mengikuti khotbah Jumat sebanyak 52 kali. Bandingkan jika diadakan tablig akbar sebanyak 52 kali dalam satu tahun.

Faktor kurikulum salat Jumat sangat penting dan menentukan perubahan perilaku jamaah. Apakah khotbah Jumat itu akan menjadi bahan pengajaran bagi para jamaah atau akan menjadi mubazir dan sia-sia?

Khotbah Jumat hanya sekadar didengarkan (masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri) dan tidak mengubah perilaku? Untuk itulah, diperlukan desain kurikulum yang baik. DKM sebaiknya menyusun tema- tema khotbah, sedangkan khatib membuat desain strategi khotbah sehingga dapat menggugah dan mengubah para jamaah Di samping itu, penyajian khotbah diselingi ilustrasi yang mudah dicerna jamaah. Materi khotbah disusun sistematis sehingga merupakan rangkaian yang serasi antara ayat- ayat AlQuran, hadis- hadis Nabi Muhammad, contoh-contoh dalam sejarah, dan relevansinya dengan peristiwa sekarang.

d.Pembinaan Kegiatan Bulan Ramadan

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan kegiatan ibadah, yaitu berpuasa pada siang hari, melaksanakan salat Tarawih Witir pada malam hari, bertadarus Al-Quran, beriktikaf, mengikuti kajian agama, dan lain-lain. Tujuan pembinaan kegiatan pada Bulan Ramadan adalah untuk lebih meningkatkan gairah para jamaah untuk paham akan peribadatan dan mengkaji ajaran islam.

Kegiatan Bulan Ramadan yang perlu dikelola dengan baik, antara lain sebagai berikut.

-

Salat Tarawih. Adalah sebuah fakta bahwa kaum muslimin Indonesia begitu bergairah menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan menjalankan ibadah salat Tarawih. Akan tetapi, sering kali semangat dan gairah itu hanya pada awal Ramadan saja. Pada pertengahan Ramadan sudah terlihat berkurangnya jumlah jamaah salat Tarawih.

(14)

Semakin mendekati akhir Ramadan semakin berkurang pula jumlah jamaah salat Tarawih. Biasanya jika tidak datang ke masjid, jamaah itu tidak melaksanakan salat Tarawih. Oleh karena itu, diperlukan semacam motivasi agar jamaah tetap melaksanakan ibadah salat Tarawih.

Seandainya jamaah tidak bisa melaksanakan salat Tarawih di masjid, hendaklah salat Tarawih dikerjakan di rumah masing-masing.

-

Kuliah Tarawih. Di Indonesia ada tradisi bagus, yaitu setiap sebelum salat Tarawih selalu dimulai dengan kuliah Tarawih. Jika kurikulum kuliah Tarawih disusun dengan baik dan dipilih tema-tema yang dibutuhkan, maka akan menjadi bahan pengajaran yang berharga bagi jamaah

-

Kultum (kuliah tujuh menit) sesudah salat Subuh. Adalah sebuah fakta juga bahwa jamaah salat Subuh pada bulan Ramadan banyak dihadiri jamaah.

-

Iktikaf dan tadarus Al-Quran. Pada bulan Ramadan biasanya ada sejumlah jamaah yang gemar “menghidupkan” masjid dengan beriktikaf dan bertadarus Al-Quran. Alangkah baiknya jika bertadarus Al-Quran itu tidak hanya membaca Al-Quran saja, tetapi membaca dan mengkaji penjelasan atau terjemahan AlQuran. Bisa saja penjelasan atau terjemahan itu bukan ayat-ayat yang ditadaruskan, melainkan ayat dari suratsurat pendek atau ayat-ayat pilihan. Tentu, lebih bagus lagi jika penjelasan dan terjemahan itu tentang ayatayat yang ditadaruskan.

e. Program Tutorial atau Monitoring Keislaman

Program tutorial PAI atau mentoring keislaman di kampus ada yang dilaksanakan oleh unit kegiatan keagamaan mahasiswa yang langsung berkaitan dengan pelaksanaan kuliah PAI, dan ada juga yang dilaksanakn oleh badan / unit yang bersifat otonom (tidak terkait dengan perkuliahan PAI). Di beberapa kampus PT tutorial PAI dilaksanakan oleh suatu organisasi mahasiswa yang berada dibawah bimbingan langsung koordinator PAI dan para dosen PAI. Kegiatannya meliputi diskusi kelompok tentang pengembangan wawasan keislaman yang tidak dibahas dalam materi perkuliahan PAI dan pengkajian ayat-ayat AlQuran yang berkaitan dengan jurusan masing-masing. Organisasi ini merupakan kepanjangan dari kegiatan kokurikuler PAI yang membantu pelaksanaan tugas terstruktur bagi mahasiswa peserta mata kuliah PAI dan SPAI (seminar pedidikan agama Islam).

(15)

f. Unit Kegiatan Dakwah Mahasiswa ( UKDM )

Kegiatan unit kegiatan dakwah kampus (UKDM) dipusatkan di masjid kampus PT. Tujuan pokok dari lembaga ini adalah membina para anggotanya sebagai calon sarjana, calon pendidik, dan kader dai dalam rangka mewujudkan ukhuwah islamiah, memelihara ajaran Islam, dan ikut menciptakan kampus religius. Kegiatan utamanya adalah kaderisasi para dai dari kalangan mahasiswa dan mahasiswi untuk berdakwah di kalangan mahasiswa. Kegiatan UKDM, misalnya, berupa Majelis Taklim Ilmiah Diniah, Dialog Dunia Islam, Diskusi Ilmiah pra-Ramadan, Lokakarya Pembinaan. Di samping itu, kegiatan UKDM bisa berupa pembinaan rutin kepada para anggota yang meliputi, misalnya, lomba menulis untuk majalah dinding (Mading) dan untuk buletin keagamaan, pengadaan perpustakaan, pembinaan administrasi kesekretariatan, diklat pemandu dakwah, pengajian sirah nabawiah, diskusi buku, forum ar-rijal, kegiatan gelar kreatif mahasiswa muslimah (GKMM), kegiatan koodinasi badan kerjasama biro kerohanian dan keputrian dengan seluruh UKM yang ada di PT, dan kegiatan forum silaturahmi lembaga dakwah kampus ( FSLDK ).

g. Sub Unit Pengkajian Islam

Unit pengkajian islam berada di bawah pembinaan langsung pembantu rektor III bidang kemahasiswaan. Program kerja unit ini lebih berorientasi kepada pengkajian isu-isu aktual yang berkembang di masyarakat. Isu tersebut dinanalisis dari sudut pandang ajaran Islam serta didiskusikan di bawah bimbingan para dosen PAI dan SPAI. Secara fungsional semua sub- unit berkaitan erat dengan PAI dan SPAI, paling tidak berkaitan dengan para dosen PAI dan SPAI sebagai narasumber sekaligus sebagai pembina dalam susunan organisasi.

h. Kegiatan Hari Raya Islam

Aktivitas keagamaan sivitas akademika terutama dosen dan karyawan PT selama ini dihubungkan dengan hari-hari besar Islam. Universitas secara resmi menyelenggarakan kegiatan hari-hari besar Islam yang melibatkan seluruh sivitas akademika PT. Menyambut Tahun Baru Hijriah, Maulud Nabi Muhammad, Isra Mikraj, Nuzulul Quran, dan Silaturahim Idul Fitri selalu diperingati dan mengundang pembicara tingkat nasional atau sekurang-kurangnya tingkat regional. Memang tidak semua dosen dan karyawan terlibat dalam aktivitas hari-hari besar Islam. Undangan menghadiri kegiatan pengajian umum pun lebih bersifat suka-rela.

(16)

Mungkin hanya sekitar 10-20 % dosen dan karyawan yang menghadiri kegiatan-kegiatan tersebut.

i. Program Studi Agama dan Bahasa Arab

Bahasa Arab sering diasosiasikan dengan agama Islam, karena bahasa Arab merupakan salah satu lmu-ilmu Islam. Kitab Suci umat Islam sendiri, Al-Quran dan kitabkitab hadis juga berbahasa Arab. Program studi bahasa Arab ini dapat dijadikan cikal-bakal berdirinya prodi-prodi lmu-ilmu Islam lainnya dalam rangka memperkokoh pembudayaan religiositas kampus.

Prodi bahasa Arab banyak berdiri di kampus-kampus PT, seperti di UI, UGM, UNPAD, UPI, UNJ, UNS, dan PT-PT lainnya. Di UNJ dan UPI bahkan sudah berdiri pula program studi Ilmu Agama Islam atau Pendidikan Agama Islam sehingga lebih memperkokoh pembudayaan agama di kampus-kampus

Mungkin masih banyak lagi kegiatan-kegiatan lainnya yang belum terpotret dalam tulisan ini. Silakan Anda observasi suasana dan kegiatan masjid kampus di PT Anda masing – masing.

C. Konsep Masjid dan Fungsi Masjid Kampus dalam Membangun Budaya Islam Tipe Masjid yang perlu dikembangkan adalah tipe Masjid Quba’. Masjid ini didirikan dan dimakmurkan atas dasar ketakwaan. Oleh karena itu, masjid dhirār merupakan tipe masjid yang harus dihindari karena masjid ini didirikan dan dimakmurkan atas dasar nafsu dan watak „aku‟. Implikasinya, tujuan dan program kerja kedua masjid ini jauh berbeda. Masjid Quba` bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan jamaah masjid, sedangkan masjid dhirār bertujuan untuk membelokkan keimanan orang-orang mukmin. Program kerja masjid Quba` adalah peribadatan yang benar dan ikhlas serta pengajian Islam untuk meningkatkan ketakwaan jamaah masjid. Adapun program kerja masjid dhirār adalah peribadatan palsu dan pengajian yang menimbulkan kemudaratan.

Ciri ketakwaan yang perlu dikembangkan oleh masjid merujuk kepada QS Al-Baqarah/: 2-4, yakni: (1) selalu mengimani Zat Yang AlGhaib (yaitu selalu berzikir kepada-Nya, selalu mengingat-ingat-Nya); (2) selalu mendirikan salat dengan khusyuk yakni salat yang ada zikirnya (selama salat mengingat Tuhan, tidak mengingat selain Tuhan) agar terhindar dari salat sāhun (lalai, tidak ada zikirnya) sehingga salat yang dilaksanakan berdampak yaitu dapat menghindarkan perbuatan keji dan mungkar; (3) selalu meng-infāqkan harta (milik Tuhan yang dititipkan kepadanya) sehingga dirinya sadar bahwa harta dunia itu hanyalah ujian dari Allah untuk dipergunakan di jalan Tuhan,

(17)

bukannya untuk besenang-senang memperturutkan nafsu dan syahwat; (4) menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup (untuk berjalan di atas shirāthal mustaqīm) dan sebagai pedoman mati, agar ketika mengalami kematian – yang hanya satu kali terjadi – dapat mati dengan selamat (ḫusnul khātimah) dan terhindar dari mati sesat (su`ul khātimah); dan (5) mempersiapkan bekal yang maksimal untuk memasuki hari akhir, sebagaimana bekal yang dipersiapkan oleh para nabi dan para wali kekasih Allah. Bekal yang dimaksud terutama: (a) iman yang benar dan kokoh, (b) ibadah yang benar, ikhlas, dan sungguh- sungguh, serta bebas dari watak sombong (takabbur), bangga diri („ujub), riya`

(derajatnya ingin diakui orang), dan sum’ah (amal-amal baiknya ingin terdengar oleh orang), (c) amal saleh yang mencapai tingkat ihsan, dan (d) selalu berusaha memerangi nafsu dan watak „aku‟nya (melakukan jihād akbar) sampai nafsu dan watak „aku‟nya benar-benar dikalahkan, yakni dengan selalu menaati Allah, rasul-Nya, dan ulil amri minkum (QS An-Nisa/4: 59).

Seiring dengan perkembangan zaman dan suasana akademik kampus PT, masjid kampus perlu menyusun beragam program kerja. Ciri kecendekiaan masjid kampus harus menonjol, tentunya harus dengan basis ketakwaan. Masjid kampus perlu mengembangkan program pengkajian keagamaan yang fundamental (lebih memprioritaskan kajian dasar-dasar agama) secara kritis, terbuka, luas, mendalam, dan membangun ukhuwah islamiah. Namun, ciri khas masjid harus tetap dipertahankan dan dibina. Salat lima waktu, salat Jumat, dan ibadah-ibadah lainnya harus menjadi ciri masjid. Semangat beribadah perlu diarahkan untuk meningkatkan ketakwaan; dan dihindari – meminjam istilah Imam Ghazali – semangat beribadah yang palsu; yakni perasaan beribadah padahal ibadahnya tidak sejalan dengan kehendak Allah dan rasul-Nya.

Akibatnya ibadahnya ditolak oleh Allah.

2.4

Peran Masjid Kampus dalam Pengembangan Karakter Mahasiswa Sebelumnya kita sudah membahas tentang Fungsi dan Peran Masjid Kampus dalam Pengembangan Budaya Islam, yang dimana fungsi dan peran nya sudah sangat jelas yaitu sebagai sarana dan media untuk lebih memperdalam ilmu agama.

Nah, selanjutnya kami akan menjelaskan bagaimana Peran Masjid Kampus Dalam Penguatan Pendidikan Karakter Mahasiswa, terdapat 4 (empat) peranan masjid, anatara lain sebagai berikut;

(18)

Pertama, Pendidikan Karakter berbasis Kegiatan Kemahasiswaan. Banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menjadikan masjid sebagai tempat dalam melaksanakan program kerja seperti UKM UKKI, UKM Soutul Murrobbi, dan Himpunan Mahasiswa FKIP (HMFKIP). UKM UKKI memiliki kegiatan yang dilaksanakan di masjid diantaranya kajian kemuslimahan yang dilaksanakan setiap jumat setiap dua pekan sekali, kajian Selasa pagi yang dilaksanakan rutin pada setiap hari selasa di pagi hari, kajian Rabu sore yang dilaksanakan rutin setiap hari rabu di sore hari. Kegiatan kajian ini tidak hanya diperuntukkan untuk pengurus dan anggotan UKM UKKI tetapi juga diperuntukkan mahasiswa umum, pada kegiatan-kegiatan tersebut diberi materi keislaman oleh pemateri-pemateri dari kalangan dosen, alumni maupun tokoh keagamaan Kegiatan mentoring yang dilaksanakan oleh mahasiswa dilingkungan kampus dengan dibagi beberapa kelompok kegiatan diperuntukkan untuk pengurus UKM UKKI dan seluruh mahasiswa program studi yang sedang menempuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Pelaksanaan mentoring dilakukan di masjid dengan waktu yang berbeda- beda pada setiap kelompoknya. Kegiatan mahasiswa di masjid kampus dilakukan juga oleh UKM HMFKIP disetiap bulan desember dan januari dengan mengadakan kajian rutin Al Quran dinamakan “kalam”. UKM Soutul Murobby melaksanakan majelis dzikir, shallawat dan taklim disetiap jumat legi pada tiap bulannya.

Kegiatan keagamaan pada UKM Soutul Murobby tidak hanya terfokus pada kajian rutin saja akan tetapi diwarnai dengan kegiatan syiar seperti pembelajaran kaligrafi, latihan Qiro’ah, latihan banjari serta latihan vocal yang dilaksanakan oleh pada anggota dan pengurus UKM.

Kedua, Pendidikan karakter berbasis kemasyarakatan. Pendidikan mencakup beberapa komponen diantaranya pendidik dan peserta didik. Pada penguatan karakter mahasiswa, kami menggunakan contoh salah satu perguruan tinggi di Indonesia yaitu UNIPMA, dosen melibatkan mahasiswa dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan di masjid seperti pengelolaan zakat fitrah di bulan Ramadhan yang diberikan kepada masyarakat yang termasuk dalam golongan penerima zakat, kegiatan itiqaf yang kepanitiannya melibatkan mahasiswa secara teknis. Kegiatan rutin sholat jumat dimana khatib berasal dari lingkungan kampus yaitu dosen secara bergilir dibantu oleh mahasiswa sebagai muadzin. Selain itu, takmir pada masjid kampus di UNIPMA berasal dari mahasiswa UNIPMA itu sendiri. Dan diberikan kewajiban dalam bertanggungjawab terhadap pemakaian masjid dalam hal kebersihan, kerapihan dan memastikan seluruh lapisan masyarakat di lingkungan merasa aman dan nyaman ketika melaksanakan ibadah di masjid.

(19)

Ketiga, sebagai sarana pembelajaran dalam bertoleransi. Dalam penguatan karakter mahasiswa, toleransi merupakan unsur utama dalam menghormati perbedaan. Kondisi salah satu masjid kampus yang bernama masjid At Tarbiyah berada di dalam lingkungan sekolah formal yaitu SD Negeri 03 Kanigoro Kota Madiun dikarenakan letaknya yang bersebelahan, dengan kata lain kampus UNIPMA memiliki salah satu masjid yang digunakan bersama-sama dengan SDN 03. Kondisi ini menjadi peluang dan tantangan oleh UNIPMA dalam menghormati dan bertoleransi dalam kaitannya penggunaan masjid secara bersama-sama.

Contohnya jika SD sedang melaksanakan kegiatan di masjid maka selaku kampus tidak menggunakannya. Pembelajaran bertoleransi dalam penggunaan masjid dengan jadwal yang telah ada secara masing-masing baik dengan sesama warga kampus maupun diluar warga kampus menciptakan hubungan yang harmonis sehingga ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah terjalin.

(20)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masjid di masa awal Islam memiliki multi fungsi. Fungsinya tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pemngembangan berbagai ilmu.

Namun, sekarang sebagian peran masjid telah diambil oleh berbagai organisasi- organisasi Muslim. Masjid kampus sangat berperan besar sebagai sebagai pusat pengembangan budaya Islam serta mengembangkan program masjid kampus sebagai pusat pengembangan budaya Islam.

3.2 Saran

Setelah mengulas terkait Pendidikan agama islam yang sub bab nya sudah tertera . Penulis menyarakan para mahasiswa atau pembaca lebih memanfaatkan masjid sebagai sarana umat muslim . Dan penulis berharap para pembaca mudah memehami materi yang disampaikan.

(21)

REFERENSI

Adil, Abu Abdirrahman (2018). Mujtahid, Umar, ed. Ensiklopedi Salat. Jakarta:

Ummul Qura. ISBN 978-602-7637-03-0.

Jannah, N. (2016). Revitalisasi Peranan Masjid di Era Modern (Studi Kasus di Kota Medan). Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Najmunnisa, A., & Darmawan, C. (2017). Implementasi Model Kaderisasi Mahasiswa Untuk Membangun Karakter Unggul Di Masjid Salman. Jurnal Sosietas, 7(2), 407–411.

Setiardi, D. (2017). Keluarga Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Bagi Anak.

Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam, 14(2). Retrieved from https://ejournal.unisnu.ac.id/JPIT/article/vi ew/619

Tahir, Q., Cangar, H., & Syam, B. (2014). Masjid Kampus Sebagai Media Komunikasi Aktivis Dakwah Dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa. Jurnal Komunikasi KAREBA, 3(3), 186–192.

https://www.unisba.ac.id/griya-ilmu-masjid-sebagai-pusat-peradaban-islam-dan- pemberdayaan-umat/

Pengelolaan Masjid Kampus Sebagai Pusat Pendidikan Islam dalam Pembentukan Karakter Mahasiswa di Universitas PGRI Madiun ( https://core.ac.uk/download/pdf/270214449.pdf )

Referensi

Dokumen terkait

meningkatkan jamaah shalat 5 waktu di masjid, dan mendorong masyarakat untuk berilmu.Jika ditilik dari segi memakmurkan masjid, Masjid Al Hikmah merupakan salah

Segala kegiatan yang dilakukan di masjid menjadi tugas dan tanggung jawab pengurus masjid untuk mengaturnya baik kegiatan ibadah rutin ataupun kegiatan lainnya. Pengurus

Pergeseran Peran dan Fungsi Masjid sebagai Pusat Pendidikan ke Madrasah George Maqdisi mengakui bahwa masjid merupakan institusi yang dipergunakan untuk kegiatan pengajaran

Bahkan, mereka yang aktif beribadah dan terlibat aktif dalam kegiatan masjid, seperti kutbah shalat Jum’at di Masjid kampus misalnya, itu adalah kader KAMMI yang sudah dipilih dan

Kaligrafi Al-Qur‟an di atas dijadikan ornamen masjid agar menjadi daya tarik kepada jamaah masjid untuk memakmurkan masjid, terutama pada salat wajib lima waktu, dan juga tidak terlepas

Selain itu, dalam upaya memakmurkan masjid, Masjid Al-Hadiid juga berkolaborasi dengan Lembaga Dakwah Kampus Ikatan Mahasiswa Muslim Al-Hadiid dalam menjalankan program Mentoring Agama

Masjid kampus memiliki peran yang strategis dalam menyatukan para mahasiswa sebagai cendekiawan muda Islam, masjid kampus juga dapat mempertemukan berbagai perbedaan pemikiran dan

Adapun takmir masjid Baitul Maqdis dalam menerapkan manajemen masjid guna meningkatkan kenyamanan jamaah dengan cara melakukan pengelolaan secara baik dan membuat kegiatan yang