• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Humas dalam Membentuk opini Publik dan Mengubah Sikap Masyarakat

N/A
N/A
Adek Atiq

Academic year: 2024

Membagikan "Peran Humas dalam Membentuk opini Publik dan Mengubah Sikap Masyarakat"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aktivitas public relations sehari-hari adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two way communications) antara perusahaan atau suatu lembaga dengan pihak publik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi barang atau pelayanan jasa dan sebagainya, demi kemajuan perusahaan atau citra positif bagi lembaga bersangkutan. Jadi, kegiatan public relations tersebut sangat erat hubungannya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari masyarakat.

Fakta sejarah menunjukkan, setiap pemerintah yang tengah berkuasa di Indonesia pada awalnya selalu memberikan janji kemerdekaan terhadap kebebasan berpendapat, berkumpul, mengakses informasi serta kebebasan pers. Namun dalam perjalanan selanjutnya, yang terjadi sangat berbeda atau bahkan bertolak belakang.

Alih-alih menjamin kebebasan, berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah justru cenderung membatasi kebebasan, bahkan mengancamnya.

Padahal dalam pemerintahan antara Humas dan masyarakat tidak bisa dipisahkan. Masyarakat berhak mengetahui apa yang sudah dan belum dilakukan oleh pemerintah, dan humaslah yang seharusnya memberitahukannya.

Seiring berkembangnya zaman, humas juga semakin berkembang dan terbuka.

Pada masa presiden soekarno dan soeharto, Humas masih disebut dengan menteri penerangan. Dan setalah masa B.J.Habibie, barulah disebut sebagai Humas.

(2)

BAB II PEMBAHASAN A. Pemahaman Peranan Public Relations

Aktivitas public relations sehari-hari adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two way communications) antara perusahaan atau suatu lembaga dengan pihak publik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu ,kebijakan, kegiatan produksi barang atau pelayanan jasa , dan sebagainya , demi kemajuan perusahaan atau citra positif bagi lembaga bersangkutan . jadi , kegiatan public relations tersebut sangat erat hubungannya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari masyarakat.

Peranan pokok public relations atau humas (hubungan masyarakat) jika dibandingkan dengan bidang profesi kewartawanan mempunyai perbedaan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Wartawan dengan media massa dan public relations /humas , di satu pihak mempunyai persamaan memiliki kekuatan ( power of opinion ) dalam membentuk opini publik dan di lain pihak memiliki perbedaan.

Perbedaannya adalah media pers dan wartawan merupakan alat kontrol sosial,sedangkan public relations lebih menekankan fungsi untuk menggalang pengertian antara lembaga yang di wakilinya dengan publik yang menjadi target sasarannya ( target audience). Disamping itu , tidak terlepas dari pengabdiannya, Demi kepentingan umum ( it should serve the public’s interest )

Jika ditelaah fungsi dan kepentingan masing-masing pihak akan terlihat perbedaan. Sebagai contoh, jika lembaga atau perusahaan dan tokoh masyarakat atau pejabat tinggi yang terkenal (public figure) tengah “bermasalah” dengan opini publiknya, maka bagi wartawan hal ini justru merupakan sesuatu untuk dijadikan sumber basi berita (makes a resource news), apalagi kalau sudah menyangkut berita negatif , bila perlu didramatisasi atau di blow up sedemikian rupa agar menarik perhatian pembaca atau publik. Sedangkan PR dalam menghadapi situasi yang tidak menguntungkan ini , bila perlu justru “menutup-nutupi” sedemikian rupa dengan berbagai dalih untuk menutup saluran informasi (to kill information technique) agar berita negatif tersebut tidak terekspos keluar. Sebagai public relations officer atau pejabat humas, dalam menjalankan fungsi dan tugasnya memang tidak dibenarkan dengan sengaja mengekspos atau memaparkan hal yang negatif dari perusahaan atau lemaga yang di wakilinya itu kepada pihak pers dan publik. Sebaliknya, pihak public

(3)

relations hanya berupaya keras menjaga citra perusahaan atau lembaga ( maintenance of good image ) di mata publiknya.

Hal tersebut dikaitkan dengan kode etik asosiasi perhumasan international (menegaskan bahwa setiap anggota tidak dibenarkan untuk menegaskan bahwa setiap anggota tidak dibenarkan untuk mengangkat suatu konflik yang terjadi atau hal yang sengaja dipaparkan kepada publik tanpa seizin dari mereka yang berkepentingan atau bersangkutan, atau sesuai ketentuan dalam kode etik tersebut, yaitu “a remeber shall not represent conflicting or competing of those concerns. A member shall condutct his professional activities with respect to the public interest and for the dignity of individual.”

Sebaliknya, pihak public relations officer tidak dibenarkan dengan sengaja untuk menutupi masalah atau krisis yang tengah terjadi di perusahaan bersangkutan dengan cara mengelabui masyarakat. Justru dalam menghadapi situasi yang penting (crucial), seperti timbul masalah, konflik,pertikaian, hingga terjadi suatu krisis, maka fungsi dan tugas public relations adalah wajib untuk menjelaskan secara jujur dan terbuka (open communication) a member shall at all time seek to give a faithful representation of the organization which it serve.

Dalam pelaksanaan di lapangan agar pihak public relations lebih terbuka dan transparan untuk menjelaskan atau memberitahukan sesuatu yang “bermasalah”

tengah terjadi di perusahaan atau lembaga yang diwakilinya itu sering sering menghadapi dilema. Hal tersebut dikarenakan di satu pihak humas bertindak sebagai komunikator(communicator) dan perantara (mediator). Sedangkan di lain pihak, ia mempunyai tanggung jawab sosial (sosial reponsibility) dan dalam menjalankan perannya harus berlandaskan kejujuran , etika , dan moral yang tinggi sebagai penyandang profesterkena ional public relations. Disamping itu , yang bersangkutan berkewajiban memberikan pelayanan sebaik-baiknya demi kepentingan publik atau pihak perusahaan yang memperkerjakannya sebagai layaknya seorang karyawan yang mau tidak mau harus pandai menjaga rahasia, dan hingga menjaga citra baik perusahaan atau lembaga di mata publiknya .1

Dalam hal peran ganda yang bersifat dilematik tersebut public relations officer berperan sebagai komunikator dan sekaligus menjadi mediator, persuador, organisator, serta konsultan sering di masyarakat dalam era globalisasi dan penuh kompetitif sekarang ini, seperti dalam kasus Bank Duta, jatuhnya Bank Summa ,

1 Rosady Ruslan, Kampanye Public Relation, (Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 3

(4)

terjadinya kredit bermasalah di Bapindo, pengambilalihan (take over hostile) sejumlah saham atas bank papan sejahtera, atau kasus kemelut dan krisis moneter serta bank-bank yang terkena likuidasi lainnya yang mencuat menjadi liputan berita utama di berbagai media massa. Bukan hanya perusahaan bersangkutan menjadi babak belur dan kehilangan kepercayaan serta citra (loss of image) yang menurun tajam, masyarakat pun ikut-ikutan menjadi panik. Apalagi yang memusingkan adalah menghadapi tekanan dari pihak pers, politikus, pejabat pemerintahan, pengamat, hingga tokoh masyarakat (opinion leader) yang kadangkala dalam situasi crucial point tersebut banyak menampilkan berita atau komentar yang tidak lagi terkendalikan dan berbias ke berbagai masalah yang tidak ada hubungan lagi dengan pokok persoalan yang tengah dihadapi oleh public relations atau perusahaan dan lembaga bersangkutan. Dapat dikatakan, berita tersebut tidak banyak menampilkan fakta atau pemecahan suatu masalah, akan tetapi lebih memfokuskan yang bersifat sensasional serta pendapat-pendapat yang bernada subyektif.

Dalam berbagai situasi dan kondisi yang penuh tantangan, pihak public relations officer ( PRO) akan menghadapi beban tugas yang cukup berat. Dalam iklim kompetitif tersebut yang bersangkutan mempunyai fungsi pokok utama, yaitu bertindak sebagai komunikator , mediator , kemudian bertindak sebagai pemdukung manajemen (back up management), dan tujuan akhirnya adalah bagaimana memperoleh atau mempertahankan citra bagi lembaga yang di wakilinya. Mampukah public relations officer tersebut bertanggung jawab langsung dan diberikan kesempatan yang lebih luas (otonomisasi) untuk secara langsung menghadapi, membendung , menanggulangi atau mengatasi nya dalam upaya memulihkan (recovery of image) dan mengembalikan kepercayaan masyarakat serta memulihkan krisis yang terjadi .

Situasi seperti tersebut di atas merupakan tantangan berat bagi public relations , entah bertindak praktis (PR practioner), organisator (PR organizer) maupun sebagai Konsultan Humas (PR consultant) untuk mampu menjawabnya dan sekaligus memiliki “sense of crisis” dengan kiat dan strategi atau teknik-teknik public relations tertentu, salah satunya seperti yang dibahas dalam buku ini adalah bagaimana kiat dan strategi PR melalui teknik berkampanye secara komunikasi yang efektif untuk tujuan mempertahankan citra dan sekaligus memenangkan persaingan kian ketat dalam era globalisasi.2

2 Ibid, hlm.5

(5)

B. Pengertian Humas Pemerintah

Humas pemerintah atau government public relations merupakan penggabungan dua kata yaitu hubungan masyarakat dan pemerintah. Namun batasannya bukan berarti penggabungan dua pengertian tersebut. Pengertian sederhana tentunya tidak salah, akan tetapi teorinya tidak selalu demikian, terutama tentang titik tekan kajian ilmunya.

Sebelum membahas humas pemerintah, perlu dibahas dan dibedakan terlebih dahulu antara pemerintah dan pemerintahan. Tujuannya agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas ketika membahas tentang batasan humas pemerintah, serta membuat ruang lingkup humas pemerintah dalam arti luas atau dalam arti sempit.

Inu Kentjana Syafiie, pakar dibidang ilmu pemerintahan, menguraikan pengertian pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang setelah ditambah awalan

“pe” menjadi pemerintah, dan ketika ditambah akhiran “an” menjadi pemerintahan.3 Adapun secara etimologis, pemerintahan (government) berasal dari bahasa yunani kubernan atau nakoda kapal yang artinya menatap ke depan. Memerintah berarti melihat kedepan, menentukan berbagai kebijakan guna masa depan.

Menurut Ramlan Surbakti ada perbedaan mendasar antara pemerintah dan pemerintahan :

“Oleh karena itu, kegiatan pemerintahan lebih menyangkut perbuatan dan pelaksaan keputusan politik dalam rangka mencapai tujuan masyarakat- negara. Sementara itu istilah pemerintah dan pemerintahan berbeda artinya.

Pemerintahan menyangkut tugas dan kewenangan, sedangkan pemerintah merupakan aparat yang menyelenggarakan tugas dan kewenangan negara.”

Selanjutnya pengertian pemerintahan itu sendiri dapat dibagi dua, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, pemerintahan dapat dipahami sebagai sebuah institusi (government as an process). Dalam konteks bahasa Indonesia, dibedakan antara pemerintah sebagai institusi atau orang yang memerintah, sedang pemerintahan diartikan sebagai proses atau aktivitas memerintah.4

Pemerintahan memang selalu dikaitkan dengan kewenangan (authority) sedangkan politik berkaitan dengan kekusaan (power), sebab

3Inu KentjanaSyafiie, Manajemen Pemerintahan, (Bandung; Pustaka Reka Cipta, 2011), hlm.5 4Ramlan Surbakt, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta; Grasindo, 1999) hlm. 167-168

(6)

kewenangan adalah kekuasaan yang sah (legitimate power), yang biasanya didasarkan atas hukum.

Dari paparan di atas, pemerintah dan pemerintahan mempunyai pengertian yang berbeda. Pemerintah merujuk pada organ atau alat perlengkapan, sedangkan pemerintahan menunjuk bidang tugas atau fungsi.

Dalam arti sempit pemerintah hanyalah lembaga eksekutif saja. Adapun dalam arti luas, pemerintah mencakup aparatur negara yang meliputi semua organ- organ, badan-badan, atau lembaga-lembaga, alat perlengkapan negara yang melaksanakan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan negara. Dengan demikian, pemerintah dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang terdiri dari lembaga-lembaga legislative, eksekutif, dan yudikatif.

Adapun pemerintahan dalam arti sempit adalah fungsi, yang dijalankan oleh lembaga eksekutif untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti luas adalah seluruh fungsi negara, seperti legislative, eksekutif dan yudikatif. Selanjutnya Ramlan Surbakti menjelaskan, bahwa pemerintahan menyangkut tugas dan kewenangan, sedangkan pmerintahan adalah lembaga yang menyelenggarakan tugas kewenangan.

Didalam sistem pemerintahan yang demokratis diperlukan perhatian terhadap opini dan kepentingan warga negara dalam keterlibatannya untuk ikut merumuskan dan menjalankan kebijakan. Suara rakyat yang berbentuk opini publik merupakan fenomena sosial politik dalam negara demokrasi.

Komunikasi dua arah memungkinkan pemerintah bisa menyampaikan informasi secara utuh tentang kebijakan-kebijakan pemerintah sehingga masyarakat memahami problem secara menyeluruh. Saluran komunikasi ini perlu dijaga dengan baik, dan disinilah peran humas pemerintah menjadi sangat penting.

Humas pemerintah harus jujur, terbuka, rasional, dan tentunya juga harus timbal-balik. Apabila terjadi hubungan yang harmonis antara humas pemerintah dan masyarakat, pasti akan timbul rasa ikut memiliki di tengah masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan memunculkan citra baik pemerintah dimata masyarakat sebagaimana yang diinginkan tugas humas pemerintah.

Oleh sebab itu, komunikasi antara pemerintah dan masyarakat tidak bisa diabaikan. Agar kebijakan dan pelayanan public sebagai esensi tugas pemerintah bisa berjalan dengan lancar, setiap program pemerintah haruslah

(7)

mendapatkan partisipasi publik. Namun demikian, mendorong partisipasi publik di era pasca reformasi bukan hal yang mudah.

C. Sejarah Humas Pemerintah

Istilah hubungan masyarakat atau publik relation baru tercatat ketika presiden Amerika Thomas Jefferson sedang menyusun pidatonya yang ketujuh untuk mempersiapkan pidatonya di depan Kongres Amerika, diperkirakan kejadian tersebut tahun 1807. Ketika itu, Thomas Jefferson mencoret kata state of thought, dan sebagai gantinya kemudian menulis public relation. Nama selanjutnya istilah public relations tersebut belum berkembang pesat, baru sebatas istilah yang di pakai dalam tataran konsep.

Istilah tersebut makin dikenal secara luas setelah Ivy Lee secara regular menerbitkan bulletin public relations di New York pada tahun 1911. Nama Ivy Lee sendiri sudah terkenal ketika berjasa dalam kemajuan perusahaan Kereta Api yaitu Pennsylvania Railroad. Pada waktu itulah untuk pertama kali seorang kepala public relations duduk sebagai Executive Assistant to the President pada tingkat policy making.

Perkembangan public relations di lingkungan pemerintah selanjutnya mulai menghadapi tantangan pada tahun 1913, saat Komisi Layanan Masyarakat mengumumkan ujian pada publicity expert. Disusul ketentuan yang dinilai menghambat humas pemerintah, yaitu ketentuan yang dikeluarkan pada 22 oktober 1913 ketika Kongres Amerika menyetujui The Gillett Amendment yang menyatakan

no money appropriated by any act shall be appropriated for that purpose.” Yang artinya larangan pengeluaran untuk pakar publisitas sebagai bagian dari pemberian apapun kecuali uang itu secara khusus disediakan oleh Kongres. Larangan ini sebenarnya hanya membatasi kerja humas pemerintah, dalam arti tidak melarang sepenuhnya akan tetapi setiap dana yang dianggarkan untuk humas pemerintah harus diidentifikasi penggunaanya dengan jelas.

D. Tujuan Humas Pemerintah

Menurut Mordecai Lee ada delapan tujuan humas pemerintah, yaitu : 1. Media Relations

Tujuan dari media relations ini lebih banyak berhubungan dengan wartawan, karena biasanya media kurang tertarik dengan informasi yang

(8)

berasal dari pemerintah. Bahkan kebanyakan media akan sangat senang bila mendapat informasi tentang kegagalan pemerintah dibandingkan informasi keberhasilannya. Oleh sebab itu, humas pemerintah harus memastikan bahwa keberhasilan juga tetap menjadi informasi yang menarik bagi media. Demikian juga hubungan dengan media juga harus terus dibangun dengan posisi yang setara.

2. Public Reporting.

Bagian penting dari tujuan humas pemerintah adalah melaporkan kepada masyarakat setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah melalui berbagai media, baik tatap muka, catak, elektronika, maupun media baru seperti website. Oleh sebab itu, seleuruh media termasuk website dan media baru lainnya harus dikekola dengan baik sebagai media informasi dan komunikasi bagi masyarakat. Humas pemerintah harus memastikan hal ini berjalan dengan baik.

3. Respossiveness to the Public

Humas pemerintah sudah semestinya menggunakan pola komunikasi timbale balik. Oleh sebab itu, humas pemerintah dalam berinteraksi harus menjadi pendengar yang baik terhadap segala pesan dari masyarakat baik itu hal-hal yang baik maupun sebaiknya. Respons terhadap aspirasi masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa pemerintah memeliki kepedulian untuk mengatais masalah yang dihadapi masyarakat.

4. Increasing the Utilization of Service and Product

Pemerintah harus terus meningkatkan layanan kepada masyarakat.

Perbaikan pelayanan harus terus dilakukan. Humas pemerintah harus menjadi saluran yang baik untuk peningkatan ini, sehingga pelayanan publik menjadi semakin baik.

5. Public Educationa and Public Service Champaigns

Humas pemerintah juga harus melakukan pendidikan dan kampanye kepada masyarakat.

6. Seeking Voluntary Public Compliance With Law And Regulations

Kebijakan-kebijakan pemerintah yang sudah ditetapkan maupun yang dalam bentuk regulasi perlu diketahui dan dipatuhi oleh segenap lapisan masyarakat. Agar kerja humas dalam sosialisasi kebijakan bisa berjalan

(9)

secara efektif dan efisien, maka sangat perlu melibatkan seluruh komponen dan pemangku kepentingan.

7. Using The Public As The Eyes And Ears Of And Agency

Humas juga harus dapat menggunakan masyarakat sebagai mata dan telinga atau kepanjangan tangan. Sebagai contoh, disebuah kota di amerika, polisi setempat memberikan imbalan tertentu kepada masyarakat yang bersedia mengontak nomor polisi untuk melaporkan orang yang mengemudi sambil minum minuman keras. Sinergi semacam ini sangat diperlukan karena tidak semua tugas polisi dapat dilaksanakan tanpa partisipasi masyarakat.

8. Intreasing Public Support

Dukungan masyarakat terhadap setiap program dan kebijakan pemerintah sangat diperlukan. Oleh sebab itu, humas pemerintah harus terus bekerja keras untuk terus meningkatkan dukungan masyarakat.

Adapun menurut Schott M. Cutlip apapun tingkatannya, tujuan dari humas pemerintah ada beberapa hal. Namun tujuan tersebut setidaknya mempunyai 3 aspek atau hal yang sama :

1. Menginformasikan konstituen tentang aktifitas badan pemerintahan.

2. Memastikan kerjasama aktif dalam program pemerintah, serta kepatuhan program yang berkaitan dengan peraturan.

3. Memupuk dukungan warga negara bagi kebijakan dan program yang dibuat.

E. Tugas Humas Pemerintah

Ada beberapa pendapat tentang tugas humas secara umum, diantaranya disampaikan Rachmadi :

1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab kepada public, sehingga public mempunyai pengertian yang benar tentang hal-ikhwal lembaga, segenap tujuan serta kegiatan yang dilakukan ;

2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat masyarakat;

3. Mempelajari dan melakukan analisis reaksi public terhadap kebijakan lembaga, maupun segala macam pendapat;

(10)

4. Menyelenggarakn hubungan yang baik dengan masyarakat dan media massa untuk memperoleh public feavor, public opinion, dan perubahan sikap.

Tugas humas setidaknya ada 4 hal, yaitu : 1. Agar publik tau tentang lembaga

2. Memonitor segaala hal yang terjadi menyangkut lembaga 3. analisis reaksi setiap kebijakan yang dibuat

4. Sebagai jembatan komunikasi dua arah

Menurut Rusady Ruslan tugas humas secara umum ada dua, yaitu :

1. Membina hubungan kedalam (public interanal) yang dimaksud disini adalah pblic yang menjadi bagian dari organisasi itu sendiri.seorang PR harus mampu mengidentifikasi apa yang terjadi di dalam organisasi.

2. Membina hubungan keluar (publik eksteranal) yaitu publik umum atau masyarakat. Humas harus mampu menciptakan gambaran positif organisasi di masyarakat.5

Menurut Scott . Cutlip, tugas humas pemerintah lebih berat karena spesialis humas pemerintah memainkan beragam peran. Bahkan sebenarnya tujuan dan tugas, serta sasaran humas pemerintah justru jauh lebih besar dari semua bidang praktik hubungan masyarakat lainnya.

Humas pemerintah tidak bisa menghindar dari segala pertanyaan atau keberatan masyarakat. Setiap keluhan dan permintaan informasi apapun humas pemerintah harus minimal mengarahkan kemana hal tersebut dapat diperoleh penjelasan dan bagaimana penyelesaiannya. Sebagai konsekuensinya, hal tersebut tentu akan beimplikasi terhadap terhadap tanggung jawab humas pemerintah.

Humas dilembaga swasta jelas tugasnya sangat spesifik, sedangkan humas pemerintah disamping tugas diatas juga menyelenggarakan dan mengkoordinasikan lalu lintas arus informasi ke dalam dan luar. Selain itu juga berfungsi sebagai penyaring atau filter dari komunikasi timbal-balik dengan tujuan untuk membina

5 Rusady Ruslan, Manajemen Pubic Relation, (Jakarta; Rajawali Pers, 2006), hlm. 22-23

(11)

stabilitas sosial. Ada kesamaan antara humas lembaga dan humas pemerintah yaitu untuk menciptakan iklim dan citra yang menguntungkan.

Tugas utama praktisi humas pemerintah yang sebenarnya, apapun tingkatannya adalah memberikan informasi. Walaupun banyaknya tanggung jawab yang harus diemban oleh pemerintah tersebut, informasi tentang apa yang akan, sedang, dan akan dilakukan pemerintah tetap harus disampaikan kepada masyarakat luas. Demikian pula kebijakan-kebijakan pemerintah, tidak hanya disampaikan di tingkat lokal, nasional, namun juga regional bahkan global.

F. Fungsi Humas Pemerintah

Fungsi humas secara umum menurut F. Rachmadi adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga dengan publiknya, intern maupun ekstern, dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga. Fungsi humas ini menekankan pada empat hal yaitu menumbuhkan hubungan baik dengan publik. Kemudian menanamkan pengertian, dan kemudian motivasi serta pasrtisipasi. Dan tak kalah pentingnya adalah menciptakan opini dalam membentuk citra lembaga.

Humas mempunyai fungsi timbal-balik, baik dalam maupun ke luar. Ke luar, harus mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran (image) yang positif terhadap segala tindakan dan kebijakan organisasi atau lembaganya. Adapun ke dalam, harus selalu berusaha mengenali, mengindetifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan gambaran negatif di masyaraka sebelum suatu tindakan atau kebajikan itu di jalankan, artinya, humas harus memastikan tidak ada masalah di dalam organisasi dahulu, sebelum kebajikan dilaksankan.

Adapun fungsi humas menurut Rachmat Kriyantono ada tiga hal yang mendasar, yaitu :

1. Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya

2. Melayani kepentingan publik dengan baik

3. Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik.

Menurut Dozier dan Broom, sebagaimana dikutip oleh Rosady Ruslan, yang dapat diperankan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya oleh humas adalah

(12)

1. Penasihat Ahli

Humas yang berkualitas memiliki kemampuan yang tinggi dalam membantu manajemen dalam mencarikan jalan keluar apabila ada masalah dengan publiknya.

2. Fasilisator Komunikasi

Humas disini bertindak sebagai komunikator dan mediator apabila organisasi akan berhubungan dengan publiknya

3. Fasilisator Proses Pemecah Masalah

Humas merupakan fungsi manajemen dan sudah selayaknya menjadi bagian dari manajemen. Setiap ada persoalan sampai krisis, humas harus mampu menjadi penasihat sampai dengan mengambil keputusan

4. Teknisi Komunikasi

Humas juga berperan sebagai jurnalis untuk organisasinya. Humas menjadi simpul dari sistem komunikasi di dalam organisasinya.

G. Humas Pemerintah di Era Soekarno

Sejarah dan perkembangan humas pemerintah di indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dan keberadaan kemetrian penerangan. Pada awal kemerdekaan dan utamanya pada pemerintahan era presiden soekarno dan presiden soeharto, kemetrian ini ditugaskan sebagai lembaga yang menjalankan fungsi-fungsi humas serta juga bertindak sebagai juru bicara pemerintah serta sebagai pembina/

koordinator humas di lingkungan pemerintah. Melihat begitu strategisnya peran lembaga ini, maka pada awal pembentukan pemerintah republik indonesia, kemetrian penerangan sudah masuk ke dlam prioritas sebagai kementrian yang harus ada.

Para pendiri bangsa sadar betul, setelah pernyataan kemerdekaan dikumandangkan di seluruh penjuru tanah air dan bahkan ke luar negri melalui media yang ada pada waktu itu, dan juga dalam rangka membangun eksistensi bangsa dan negara, maka diperlukan lembaga yang mampu menjadi jembatan komunikasi pemerintah kedalam dan dan ke luar . ke dalam berkomunikasi itu memberi pemahaman kepada rakyat, sedangkan keluar diantaranya memberikan informasi ke luar negeri tentang keberadaan negara Indonesia yang baru lahir.

Demikian pentingnya lembaga tersebut, sehingga pada hari kedua setelah indonesia merdeka, PPKI (panitia persiapan kemerdekaan Indonesia ) DALAM SIDANGNYA SEGERA MENETAPKAN PEMBAGIAN DAERAH REPUBLIK Indonesia yang terdiri dari provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera,

(13)

Kalimantan, Sulawesi, maluku, Dan pada sidang tersebut juga ditetapkan 12 (dua belas) kemetian yang akan menjalankan roda kementerian yang dibentuk tersebut. Ke dua belia kemeterian tersebut adalah :

1. Kemeterian dalam negeri 2. Kementerian luar negeri 3. Kementerian kehakiman 4. Kementerian keuangan 5. Kementerian kemakmuran 6. Kementerian kesehatan

7. Kementerian pendidikan dan kebudayaan 8. Kementerian sosial

9. Kementerian pertahanan 10. Kementerian penerangan 11. Kementerian perhubungan 12. Kementerian pekerjaan umum

Dengan telah dibentukanya kementerian penerangan yang tugas pokok dan fungsinya sebagaimana tercantum dalam penetapannya yang juga disampaikan pada pidato sidang PPKI sebagai berikut.

“...pemerintahan Republik Indonesia akan dibagi dalam 12 (dua belas) kementerian yaitu anatara lain kementerian ke-10 (sepuluh), yakni kementerian penerangan. Kementerian penerangan ini mengurus hal-hal penerangan, propoganda, pemuda dan lain-lain”.

Tugas untuk mengurus propoganda ini bisa dipahami karena pada waktu itu masih ada ancaman dari Jepang dan Belanda yang setiap saat bisa mengambil kesempatan untuk kembali berkuasa menjajah Indonesia. Untuk itu, dalam menjalankan fungsinya, kementerian ini selain melakukan propoganda juga memberikan pemahaman kepada seluruh masyarakat akan arti penting kemerdekaan, serta bagaimana membela dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan.

Menteri penerangan yang pertama adalah Mr. Amir Sjarifuddin dan menteri Mudanya (Wakil menteri) Mr. Ali Sastroamidjojo. Adapun kantornya, sejak 31 Aagustus 1945 menempati gedung dijalan cilacap, nomor 4, Jakarta. Pada 5 September 1945 mulai disusun organisasi kementerian penerangan pusat yang

(14)

susunannya masih sangat sederhana. Yang menjabat sebagai sekretaris kementerian penerangan adalah Mr. Ali Budiarjono. Adapun kepala bagian penerangan dan penyiaran dalam Negeri M.F. Tabrani dibantu dari sebagian kalanganwartawan diantaranya Sundoro, Mualif Nasution, Rustam St. Palindih, dan Rivai Marlaut.

Adapun kepala bagian dokumentari dan redaksi ikhtisar pers. Sebagaimana yang terjadi diamerika, pada awal pembentukan sebagian besar yang bekerja dikementerian ini dikalangan wartawan.

Untuk kantor daerah, secara bertahap dapat dihubungkan dikoordinir, dan kemudian dipersatukan, sehingga pada pertengahan 1946 sususan kementerian penerangan dari pusat sampai dengan daerah, mulai provinsi, keresidenan, kabupaten/kota, kewedanan, hingga kecematan mulai terbentuk. Walaupun susunan organisasinya masih sangat sederhana. Pada awalnya, lembaga penerangan di daerah tersebut umumnya dibentuk karena dedikasi dari para pejuang penerangan dan wartawan ditengah pergolakan politik dan peperangan yang berkecamuk.

Seperti yang terjadi Dinas Penerangan Provinsi Jawa Tengah, dinas ini didirikan beberapa pekan setelah kemerdekaan atas dedikasi seorang dokter bedah yaitu Dr. Subrandio, dibantu beberapa orang pegawai diantaranya sujoto, dan hetami yang kemudian menjadi pemimpin umum harian “suara merdeka”. Demikian pula disetiap keresidenan di jawa tengah dalam waktu singkat juga terbentuk dinas penerangan. Sesuai dengan sistem pemerintahan Daerah, khusus untuk yogyakarta yang kemudian ditetapkan menjadi daerah singkat provinsi, maka dinas penerangan yogyakarta memisahkan diri, kemudian menjadi dinas setingkat provinsi yang bertanggung jawab langsung ke kementerian penerangan pusat. Namun ketika tentara sekutu masuk dan menyerang semarang, kantor dinas penerangan kemudian dipindahkan kesurakarta didaerah yang masih menjadi kekuasaan Republik.

H. Humas Pemerintahan Di Era Soeharto

Pada penghujung masa pemerintahan soekarno,dan yang menjabat sebagai menteri penerangan waktu itu adalah WJ RUMAMBI , dikeluarkan kebijakan untuk organisasi kementerian penerangan. Atas dasar keputusan menteri penerangan no 32 1966 tanggal 9 mei dilakukan pemenahan kembali organisasi kemeterian penerangan.

Sesuai dengan keputusan menteri tersebut, kementerian penerangan kemudian dibagi menjadi , yaitu:

(15)

1. Urusan umum dan tata usaha yang meliputi 7 biro

2. Urusan penerangan , pers dan grafika yang meliputi 4 direktorat dan badan pimpinan umum percetakan dan penerbitan serta perusashaan negara departemen penerangan.

3. Urusan audio visual yang meliputi 3 direktorat (RRI, PERFILMAN,VISUAL) dan yayasan televisi.setiap urusan diketahui oleh asisten menteri.

Didalam keputusan tersebut juga ditegaskan bahwa kementerian penerangan adalah alat revolusi yang bertujuan untuk membangun dunia baru berdasarkan kemerdekaan , keadilan, dan perdamaian .

Tidak lama setelah keputusan tersebut keluar, adanya dinamika politik yang kemudian melahirkan kabinet ampera 1. Terjadinya pergeseran pimpinan pemerintahan , yang mengakibatkan perbedaan kebijakan. Jendral soeharto selaku menteri pertahanan sekaligus ketua presidium mengeluarkan keputusan presiden kabinet nomor 15/M/KEP/8/1966 tanggal 31 agustus tentang kedudukan , tugas pokok, fungsi, wewenang, dan tata kerja sekretariat , direktorat jendral , dan inspektorat jendral pada departemen dalam kabinet negara

Dengan adanya keputusan presiden kabinet tersebut, struktur dan organisasi departemen yang sebelumnya bisa bermacam-macam menjadi sama. Namun keputusan presiden tersebut di tingkat departemen penerangan di tindak lanjuti setelah di lakukan rapat kerja pada 21 sampai 23 maret 1967 di Jakarta yang membahas di antaranya kebijakan penerangan, struktur organisasi, masalah kepegawaian , masalah program rehabilitasi dan sebagainya.

Pada masa masa inilah humas pemerntahan di tingkat kementerian departemen Dan lembaga mulai mendapat tempat. Salah satu tolak ukurnya mulai dibentuknya lembaga yang membidangi humas di lingkungan masing-masing, bukan lagi penerangan sebutan atau nomenkalaturnya. Salah satu alasannya, agar lembaga informasi dan komunikasi pemerintah tidak lagi dipandang sebagai lembaga indoktinasi dan propaganda sebagai mana terjadi pada pemerintah sebelumnya.

Apalagi sebagai rezim baru, orde baru, sangat membutuhkan upaya untuk memperoleh dukungan dari masyarakat luas. Oleh sebab itu konsep komunikasi dua arah tampaknya akan lebih dikedepankan .

(16)

Setelah dikeluarkannya secara formal keputusan presiden kabinet tersebut, hampir semua kementerian membentuk lembaga semacam humas , meskipun nama dan tingkatannya masing-masing masih bermacam-macam hal ini dapat dilihat, sebagai tindak lanjut keputusan presiden kabinet nomor 15/M/KEP/8/1966 tanggal 31 agustus, maka presidium kabinet mengeluarkan keputusan nomor 75/U/KEP/11/1966 tentang struktur organisasi dan pembagian tugas departemen departemen yang ditanda tangani oleh ketua preesidium kabinet ampera Jendral Soeharto.

Salah satu isinya adalah menghasilkan kedudukan humas pemerintah, walaupun momen klakturnya masih bermacam-macam serta bentuk atau sebutannya tidak seragam sesuai dengan kepentingan kemeterian/ departemen masing-masing.

Untuk tingkatannya , humas pemerintah di departemen juga bermacam- macam. Setingkat direktur atau biro ada 9 stetingkat bagian ada 10. Adapun departemen yang tidak memiliki humas hanya 1, hanya itu departemen perkebunan.

Salah satu ukuran besar kecilnya perhatian terhadap humas pemerintah dapat diukur dari seberapa besarnya menempatkan tingkatan humas tersebut dalam tingkatan jabatannya. Jika melihat ada 9 lembaga humas setingkat direktur/ biro, maka tampaknya pada masa itu posisi humas sudah dianggap penting.

I. Humas Pemerintah di Era Reformasi

1. Era B.J Habibie

Rezim Orde baru turun, diikuti turunnya presiden soeharto sebagai penguasa yang telah memerintah lebih dari tiga puluh tahun, dan memasuki era reformasi dengan presiden BJ. Habibie sebagai penggantinya. Pemerintah sebelumnya(Orde Baru) yang dianggap refresif dan penuh KKN, dipaksa untuk mengakhiri kekuasaanya. Harapan masyarakat demikian btinggi terhadap reformasi ini.

Namun sayangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan aparat demekian rendah, bahkan dapat dikatakan mencapai titik nadir. Seolah seluruh kesalahan pemerintah orde baru ditimpakan juga kepada aparat pemerintahnya.

Demikian juga humas pemerintah betul-betul sangat kesulitan dalam bekerja.

Mulai dari pusat sampai daerah, semua aparat humas pemerintah tergagap-gagap.

Termasuk jajaran departemen penerangan dari pusat sampai daerah, bahkan juru penerangan yang ada di kecamatan-kecamatan, kesulitan memerankan diri.

Apalagi menteri penerangan di era orde baru yang juga ketua golkar dan juga

(17)

bertindak sebagai goverment public relations, dianggap salah satu yang paling bertanggung jawab terhadap bias informasi yang selama itu terjadi.

Biasanya humas pemerintah bekerja dengan penuh perlindungan melalui regulasi yang ketat. Pada era reformasi tiba-tiba harus bekerja dalam situasi yang sangat bebas, transparan dan dalam kondisi masyarakat mudah mendapatkan akses informasi. Budaya birokrasi yang sebelumnya bisa dilayani, secara mendadak harus berubah seratus delapan puluh derajat menjadi melayani. Dampaknya adalah munculnya keagungan yang luar biasa.

Ada tiga agenda reformasi di bidang regulasi informasi dan komunikasi yang dituntut waktu itu, yaitu pertama undang-undang pers yang bebas, kedua undang- undang yang mengatur bidang penyiaran, dan ke tiga undang-undang yang mengatur kebebasan memperoleh informasi publik.

Undang-undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers yang merupakan prioritas utama akhirnya di sahkan pada masa pemerintahan presiden bj.habibie. salah satu poin paling krusial dari disahkannya UU tersebut adalah, kebebasan pers yang selama ini dikontrol secara ketat oleh pemerintah bisa diperoleh kembali.

Izin dari pemerintah untuk mendirikan pers tidak diperlukan lagi. Begitu mudah mendirikan media cetak dengan UU pers ini. Kontrol dari pemerintah, namun lembaga seperti dewan pers, organisasi wartawan, media watch dan ombudsman dari masing-masing media.

Kemerdekaan berusaha di bidang pers juga berkembang luas. Kalau pada masa orde baru hanya ada 289 media cetak dan 996 radio swasta, pada masa pemerintahan b.j habibie telah lahir 1.398media cetak dan 74 stasiun TV swasta baru baik nasional maupun lokal. Bahkan menjelang akhir pemerintahannya, akan hadir lima stasiun tv baru lagi.

Perkembangan perusahaan pers di arahkan dapat meningkatkan kualitas demokrasi, kreatifitas dan wawasan masyarakat serta dapat berfungsi sebagai sara kontrol sosial yang efektif, baik terhadap pemerintah, masyarakat maupun dunia pers itu sendiri.

Sayang dalam praktek selanjutnya, kebebasan tersebut disalahgunakan sebagai oknum. Praktik kemerdekaan pers belum berlangsung secara substansial karena masih lemahnya penghargaan insan pers terhadap propesinya. Banyak lagi pelanggaran etika dan profesionalisme journalistis yang justru kontraproduktif bagi esensi kemerdekaan pers maraknya aksi masa pada waktu itu terhadap

(18)

kantor-kantor penerbitan menunjukan rendahnya apresiasi masyarakat terhadap kebebasan pers, selain juga diakibatkan oleh rendahnya penghargaan insan pers terhadap kebebasannya.

2. Era Gus Dur

Setelah presiden B.J. Habibie ditolak di pertanggung jawabannya dalam siding Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (SU MPR), dan kemudian tidak mencalonkan lagi dalam pemilihan presiden berikutnya, maka yang terpilih kemudian adalah Abdurraham Wahid. Setelah terpilih melalui Sidang Istimewa, tanggal 20 Oktober 1999. Abdurrahman Wahid diangkat menjadi presiden.

Ketika Gusdur mengumumkan cabinet dalam pemerintahannya, Departemen Penerangan (Deppen) dan Departemen Sosial (Depsos) tidak dimasukkan kedalam komposisi cabinet, atau dengan kata lain dibubarkan. Alasan pembubaran Deppen adalah karena informasi diserahkan seluruhnya kepada masyarakat. Jika pada era sebelumnya Deppen selalu bertindak atau diposisikan sebagai humas pemerintah, pada massa pemerintah Presiden Gusdur tidak ada lembaga yang diposisikan sebagai lembaga yang menangani Government Public Relation. Badan Informasi dan Komunikasi Nasional (BIKN) yang dibentuk kemudia hanya menampung karyawan eks-Deppen. Sampai dengan di leburnya BIKN menjadi Lembaga Informasi Nasioanal (LIN), pimpinannya tidak pernah ditetapkan. Adapun aparat Deppen yang ada di daerah dilimpahkan ke Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Mengingat pemerintah perlu berkomunikasi dengan masyarakat, maka diangkat juru bicara presiden. Gusdur adalah presiden pertama yang mengangkat juru bicara. Adapun yang menjadi juru bicara presiden dalam cabinet persatuan adalah Wimar Witoelar, Adhie Massadi, Yahya C Staquf, dan Wahyu Muryadi.

Presiden Gusdur adalah salah satu presiden yang sangat aktif mengeluarkan pernyataan kepada pers, bahkan dapat dikatakan sebagai news maker dalan artian sesungguhnya. Sebagai presiden, ia sering mengeluarkan pernyataan yang menggelitik pihak lain, seperti pernyataannya bahwa DPR itu “Seperti Taman Kanak-Kanak” serta pernyataan-pernyataan lainnya.

Semenjak Gusdur menjadi presiden, istana tidak lain terkesan angker. Kesan formal dan ketat mulai meluntur. Bahkan wartawan istana terkenal tak ada jam kerja yang pasti. Sering kali ketika sore hari para wartawan mengira kegiatan presiden sudah selesai, tiba-tiba ada telepon dari Biro Pers dan Media Istana, yang

(19)

menginformasikan ada kegiatan presiden yang perlu diliput. Dengan demikian, media juga harus selalu siap setiap saat.

3. Era Megawati Soekarnoputri

Presiden Gusdur turun, diangkat Megawati Soekarnoputri menjadi presiden yang kelima. Pada masa pemerintahannya, presiden Megawati tidak mengangkat juru bicara presiden. Namun di dalam kabinet Gotong Royong dibentuk Kementerian Negara Informasi (Kemeneg Kominfo), dengan Syamsul Maarif sebagai menterinya.

Adalah sebuah keberanian presiden dengan membentuk Kemenag Kominfo di era reformasi, walaupun bukan departemen yang pada waktu itu kedudukan dan kewenangannya jauh lebih luas karena mempunyai kewenangan membuat kebijakan, namun tidak melakukan eksekusi atau operasional.

Pendirian Kemeneg Kominfo pada awalnya menimbulkan sebuah kecurigaan di tengah masyarakat khususnya kalangan media. Kecurigaan tersebut sangat beralasan, mengingat pada rezim orde baru ada departemen yang melakukan control sangat ketat terhadap media.

Pada massa presiden Megawati juga ada Lembaga Informasi Nasional (LIN) sebagai pengganti BIKN. LIN adalah lembaga operasional yang menjalankan Government public relation sampai di tingkat bawah. Dengan demikian, secara konseptual Kemeneg Kominfo adalah perumus kebijakannya, sedangkan LIN yang diharapkan menjadi Government public relation belum berjalan sebagaimana mestinya. Belum berjalannya fungsi humas pemerintah dan tidak adanya juru bicara presiden, sangat kurang menguntungkan pemerintahaan presiden Megawati dalam komunikasi dan pembentukan citra.

4. Era Susilo Bambang Yudhoyono

Ketika presiden SBY dilantik menjadi pesiden pada tanggal 20 oktober 2004 dan kemudia mengumumkan kabinetnya Kemeneg Kominfo ditingkatkan menjadi Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) sesuai dengan peraturan presiden nomor 9 Tahun 2005, tanggal 31 januari 2005 tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indoneisa. Sesuai dengan pasal 67, tugas pokok Depkominfo adalah membantu presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan dibidang

(20)

komunikasi dan informatika. Depkominfo yang dibentuk ini merupakan gabungan dari Kemeneg Kominfo, LIN dan Dirjen pos dan Telekomunikasi (Postel) yang dulu merupakan salah satu ditjen di Departemen Perhubungan.

Sebagi menteri diangkat Sofyan Djalil, seorang professional, yang selain memangku sebagai jabatan pimpinan lembaga juga bertindak sebagai government public relation. Untuk lebih mengintesifikasikan komunikasi, presiden juga mengangkat juru bicara. Untuk masa Kabinet Indonesia Bersatu I, sebagai juru bicara presiden adalah Dino Patti Djalal dan Andi Alvian Mallarangeng.

Pada massa pemerintahan SBY, pernah ada wacana dari menteri Kominfo agar setiap departemen atau lembaga setingkat menteri mempunyai humas pemerintah setara dengan Eselon I. salah satu alasannya, agar kiprah humas dapat maksimal dalam pembentukan citra. Menteri terkait sudah setuju dengan gagasan tersebut, namun sayang, dalam upaya pembentukannya terkendala aturan yang menyebabkan gagasan itu tidak dapat direalisasikan.

Oleh karena kedudukan Kominfo sudah menjadi Departemen, maka dilakukan perbaikan tentang lembaga Bakohumas. Dengan keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 100/KEP/M.KOMINFO/11/2005 tentang Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah, otomatis mencabut Keputusan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Nomor 03A/SK/MENNEG/I/2002 tentang Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah.

5. Era Joko Widodo

Pada pilpres 2014, Joko Widodo-Jusuf Kalla terpilih menjadi presiden dan wakil presiden. Sadar betul akan pentingnya humas pemerintah di dalam pemerintahannya, tiga bulan masa pemerintahannya presiden memanggil secara khusus Menteri Komunikasi dan Informatika beserta para pejabat eleson I (pegawai tinggi madya) di linkungan Kominfo. Dalam arahannya presiden meminta agar Keminfo bertindak sebagai Government Public Relation dan memainkan perannya dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan sumber daya yang ada.

Dalam arahan selanjutnya, preside juga berharap agar informasi tidak hanya sampai di kalangan tertentu utamanya elit perkonaan. Akan tetapi, harapannya seluruh masyarakat di desa-desa harus mengetahui program-program pemerintah.

(21)

Melihat pnetingnya juru bicara, kemudia presiden Jokowi dalam cabinet kerja juga mengangkat Johan Budi sebagai juru bicara presiden. Johan Budi yang merupakan mantan wartawan dan juga sukses sebagai juru bicara KPK, diharapkan dapat mejembatani komunikasi antar Istana dengan masyarakat khususnya media.6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

6 Dr.Drs. Suprawato, Government Public Relations, (Jakarta; Prenamedia Group, 2018), hlm , 26-36

(22)

Humas pemerintah dibentuk untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang apa saja yang dilakukan oleh pemerintah. Humas pemerintah mulai ada saat sebelum orde baru hanya saja belum terlalu terkenal. Dan begitu memasuki orde baru barulah nama humas mulai meluas.

Hampir semua masa pemerintahan di Indonedia menggunakan humas, hanya saja dengan nama yang berbeda-beda. Humas semakin hari semakin berkembang dan tentunya sangat memberikan manfaat kepada pemerintahan dan juga bagi masyarakat.

Humas mempunyai fungsi timbal-balik, baik dalam maupun ke luar. Ke luar, harus mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran (image) yang positif terhadap segala tindakan dan kebijakan organisasi atau lembaganya. Adapun ke dalam, harus selalu berusaha mengenali, mengindetifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan gambaran negatif di masyaraka sebelum suatu tindakan atau kebajikan itu di jalankan, artinya, humas harus memastikan tidak ada masalah di dalam organisasi dahulu, sebelum kebajikan dilaksankan.

DAFTAR PUSTAKA

Ruslan, Rosady. 2002. Kampanye Public Relations. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

(23)

Ruslan, Rosady. 2006. Manajemen Pubic Relation. Jakarta: Rajawali Pers Suprawato. 2018. Government Public Relations. Jakarta: Prenamedia Group Surbakti, Ramla. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo

Syafiie, Inu Kentjana. 2011. Manajemen Pemerintahan, Bandung: Pustaka Reka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Humas dalam suatu organisasi/lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas. Menginterpretasikan, menganalisis, dan mengevaluasi kecenderungan perilaku

Salah satu kegiatan Public Relations di Humas Pemerintah Daerah Klaten dalam memberikan informasi kepada masyarakat untuk memperoleh dukungan dan kepercayaan publik adalah

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ada pengaruh antara pemberitaan media massa terhadap pembentukan opini publik tentang prestasi kerja Walikota Medan pada Masyarakat

Hasil analisis data antara efektivitas komunikasi dengan opini publik menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pemahaman dengan opini publik tentang kegiatan

Berita yang ditampilkan atau diekspos keluar oleh media massa merupakan cara efektif pembentukan opini publik atau masyarakat umum (dalam Ruslan, 2003:65-68). Opini

Opini publik dapat disimpulkan sebagai kumpulan pendapat individu dari pengungkapan kolektif yang mempengaruhi masyarakat terhadap isu yang sama dalam proses personal,

Humas sebagai penghubung, berperan dalam menanggapi opini publik terhadap pemerintah, terutama opini publik tentang citra kota yang merupakan ruang lingkup dan tujuan Humas Pemerintah

PERAN BUZZER POLITIK DALAM PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK MENDUKUNG ANIES BASWEDAN DI MEDIA SOSIAL TWITTER Harry Fajar Maulana1, Hastuti2 1,2 Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas