• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEARIFAN LOKAL DALAM MEMBANGUN IDENTITAS BUDAYA DAN KEBANGSAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN KEARIFAN LOKAL DALAM MEMBANGUN IDENTITAS BUDAYA DAN KEBANGSAAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

eL-Hekam: Jurnal Studi Keislaman

https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/elhekam/index P - ISSN: 2528-2506

E - ISSN: 2549-8940)

PERAN KEARIFAN LOKAL DALAM MEMBANGUN IDENTITAS BUDAYA DAN KEBANGSAAN

Yenny Febrianty*1, Dhanu Pitoyo2, Fina Amalia Masri3, Made Ayu Anggreni4, Zainal Abidin5

1Universitas Pakuan Bogor, Indonesia 2Universitas Palangka Raya, Indonesia 3Universitas Halu Oleo, Indonesia 4Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Indonesia 5Universitas Ichsan

Gorontalo, Indonesia

Korespondensi: Jl. Pakuan, RT.02/RW.06, Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16129

e-mail: yenny.febrianty@unpak.ac.id, dhanu@fisip.upr.ac.id, finaamaliamasri@gmail.com, madeayu@unipasby.ac.id, zainalabidin.unisan@gmail.com

Abstrak: Kearifan lokal mempunyai peran yang sangat penting dalam membangun identitas budaya dan kebangsaan untuk membentuk karakter dan identitas bangsa yang berkualitas.

Pemerintah dan Masyarakat harus bersatu untuk memperhatikan kearifan lokal, melestarikan kearifan lokal serta memperkenalkan kepada generasi milenial untuk membangun identitas bangsa dan budaya yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran kearifan lokal dalam membangun identitas budaya dan kebangsaan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif berorientasi eksploratif yang berusaha menganalisis masalah penelitian dari sumber bacaan dengan menerapkan analisis isi.

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif untuk mengkaji hasil penelitian terdahulu dan untuk menginterpretasikan suatu fenomena secara ilmiah. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik dokumentasi dari berbagai jurnal, prosiding, berita online, dan buku-buku yang relevan.

Hasil dari penelitian ini adalah dengan adanya peran kearifan lokal dalam membangun identitas buday dan kebangsaan memiliki potensi sebagai pembentuk karakter dan jadi diri dari budaya tertentu dan kebangsaan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa kerifan lokal memang memang meiliki peran yang sangat penting dalam membangun identitas budaya dan kebangsaan. Keterbatasan dalam peneitian ini adalah kurang nya ketersediaan data dalam menganalisis bagaimana peran kearifan lokal dalam membangun identitas budaya dan kebangsaan. Harapan peneliti terhadap peneliti selanjutnya yaitu agar peneliti selanjutnya dapat lebih mapu mengembangkan dan menjelaskan secara jelas dan juga rinci terkait peran dari kearifan lokal dalam membentuk identitas budaya dan kebangsaan sesuai dengan menganalisis data-data yang ada secara berkala.

Kata Kunci: Budaya, Kearifan Lokal, Kebangsaan

Abstract: Local wisdom has a very important role in building cultural and national identity to form quality national character and identity. The government and society must unite to pay attention to local wisdom, preserve local wisdom and introduce it to the millennial generation to build a sustainable national and cultural identity.

The aim of this research is to find out the role of local wisdom in building cultural and national identity. The method used in this research is an exploratory oriented qualitative research method which attempts to analyze research problems from reading sources by applying content analysis. Researchers use qualitative research to

(2)

examine the results of previous research and to interpret a phenomenon scientifically. Data collection techniques were carried out through documentation techniques from various journals, proceedings, online news and relevant books. The result of this research is that the role of local wisdom in building cultural and national identity has the potential to shape the character and identity of a particular culture and nationality. The conclusion of this research is that it shows that local wisdom does have a very important role in building cultural and national identity. The limitation in this research is the lack of data availability in analyzing the role of local wisdom in building cultural and national identity. The researcher's hope for future researchers is that future researchers can be better able to develop and explain clearly and in detail regarding the role of local wisdom in forming cultural and national identity in accordance with analyzing existing data periodically.

Keywords: Culture, Local Wisdom, Nationality PENDAHULUAN

Indonesia memiliki beragam kekayaan budaya yang sangat unik, yang tercermin dalam kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat di berbagai daerah (Eiraku et al., 2011). Kearifan lokal memiliki peran yang sangat penting dalam membangun identitas budaya dan kebangsaan (Brown et al., 1989).

Hal ini menjadi modal budaya yang memperkuat kesatuan ke-Indonesiaan dan membentuk karakter serta jati diri bangsa.

Pendekatan pendidikan yang berbasis nilai- nilai budaya lokal juga menjadi strategi untuk menanamkan dan menghormati identitas bangsa serta kearifan lokal (boyd &

Crawford, 2012). Namun, di tengah kekayaan budaya tersebut, kearifan lokal sering kali terabaikan dan terancam punah karena adanya pengaruh globalisasi dan modernisasi (Dreher, 2006). Oleh karena itu, dibutuhkan upaya sungguh-sungguh untuk menjaga eksistensi kearifan lokal sebagai identitas nasional yang berharga. Kearifan lokal juga memiliki potensi untuk menjadi landasan dalam mengatasi ketimpangan dalam konteks sosial budaya dan agama (Abu Raiya et al., 2008). Upaya pelestarian kearifan lokal menjadi sangat penting dalam menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi (Caporaso et al., 2011). Melalui pengenalan dan pelestarian kearifan lokal, masyarakat dapat memahami dan menghargai beragam nilai budaya yang ada di Indonesia, dan ini akan memperkuat rasa persatuan sebagai bangsa yang majemuk.

Kearifan lokal merupakan suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup, dan juga kearifan hidup (Hannerz, 1990). Kearifan

lokal adalah ciri khas dari etika dan nilai budaya dalam Masyarakat lokal telah diturunkan dari generasi ke generasi (Kogut

& Singh, 1988). Dalam Upaya membangun identitas budaya dan kebangsaan, kearifan lokal perlu memperhatikan dan mengenalkan kepada dunia luar sebagai bagian dari identitas budaya dan kebangsaan (Kozak, 2002). Kearifan lokal memiliki peran krusial dalam memperkuat identitas budaya dan kebangsaan di era modern (Lee et al., 2004). Dalam perspektif kontemporer, kearifan lokal memiliki kemampuan untuk membentuk jati diri dan karakter bangsa, menemukan serta meneguhkan identitas kebangsaan, serta mengembangkan kekayaan budaya yang berpotensi menjadi modal berharga.

Kearifan lokal tidak hanya menjadi bagian penting dari identitas budaya dan kebangsaan Indonesia, tetapi juga memiliki potensi untuk memberikan solusi dalam menghadapi masalah sosial dan budaya yang ada (Piedmont, 2007). Dengan memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal, masyarakat dapat mencari cara-cara yang lebih harmonis dan berkelanjutan dalam menjaga keseimbangan antara keanekaragaman budaya dan kearifan lokal dengan perkembangan zaman yang dinamis (Stivers et al., 2009). Dalam menghadapi tantangan zaman, peran kearifan lokal tidak boleh diabaikan. Melalui upaya pelestarian dan pengembangan kearifan lokal, kita dapat memperkuat identitas budaya dan kebangsaan Indonesia serta mewujudkan masyarakat yang berbudaya, beradab, dan berkeadilan (Pizam & Sussmann, 1995).

Menghargai kearifan lokal adalah salah satu

(3)

cara untuk menjaga warisan budaya kita agar tetap hidup dan melestarikannya sebagai identitas nasional yang berharga.

Kearifan lokal sebelumnya berfungsi sebagai benteng untuk melindungi Indonesia dari pengaruh budaya asing (Sergot et al., 1986). Namun, saat ini, banyak masyarakat Indonesia yang telah meninggalkan kearifan lokal ini dan terpengaruh oleh budaya asing yang tidak sesuai dengan identitas bangsa (Parameswaran & Yaprak, 1987). Selain itu, mereka juga tidak lagi mengikuti ajaran para pahlawan yang mendorong menjaga kearifan lokal sebagai identitas nasional Indonesia (Burgess-Proctor, 2006). Perkembangan teknologi dan era digital telah memudahkan akses informasi melalui internet, dan hal ini memberikan dampak positif dan negatif pada generasi muda, terutama generasi milenial. Di era ini, generasi muda cenderung lebih tertarik pada budaya asing daripada budaya Indonesia sendiri, meskipun budaya asing tersebut bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Hal ini menjadi perhatian karena masa depan Indonesia sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh para pemuda saat ini, karena merekalah yang akan menjadi pemimpin di masa depan (Saad et al., 2020).

Jika para pemuda mengabaikan kearifan lokal sebagai budaya Indonesia, dikhawatirkan bahwa masa depan bangsa ini akan menjadi kurang baik dan menimbulkan kekhawatiran bagi kelangsungan kehidupan masyarakat Indonesia.

Peran kearifan lokal dalam membangun identitas budaya dan kebangsaan memiliki relevansi yang sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu Masyarakat (Ruigrok et al., 2007). Kearifan lokal mencakup nilai-nilai, tradisi, dan pengetahuan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi di suatu wilayah atau masyarakat tertentu. Dengan mengenali dan melestarikan kearifan lokal, masyarakat dapat mengakar pada akar budaya mereka dan membentuk identitas yang kuat(Ong et al., 2002). Kearifan lokal merupakan bagian penting dalam keberagaman budaya suatu bangsa, dan berfungsi sebagai pertahanan yang tangguh untuk menjaga kemurnian dan

keaslian identitas budaya dan kebangsaan (Adib & Guerrier, 2003). Dalam era globalisasi dan kecepatan arus informasi, peran ini menjadi semakin krusial untuk melawan pengaruh budaya asing yang mungkin tidak sejalan dengan nilai-nilai dan jati diri bangsa.

Keberlangsungan budaya dan kebangsaan menjadi sangat penting untuk menjaga kelestarian kearifan lokal (Murashige & Skoog, 1962). Dengan mempertahankan tradisi dan adat istiadat yang diwariskan dari generasi sebelumnya, masyarakat dapat merasakan hubungan yang berkesinambungan dengan leluhur mereka dan merasa terhubung dengan identitas kolektif mereka sebagai bangsa. Meskipun demikian, ada tantangan yang harus dihadapi dalam usaha pelestarian kearifan lokal . Perkembangan teknologi dan mudahnya akses informasi melalui internet telah mempengaruhi preferensi masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih tertarik pada (Takahashi & Yamanaka, 2006) budaya asing daripada budaya lokal. Menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya kolaboratif dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan agar kearifan lokal tetap dilestarikan dan dihargai. Dalam mengejar keberlanjutan budaya dan kebangsaan, kearifan lokal menjadi kunci penting untuk membangun identitas bangsa yang unik dan berharga (Campenot, 1977). Melalui pelestarian nilai-nilai dan tradisi lokal, masyarakat dapat memperkuat ikatan mereka dengan warisan budaya yang beragam dan memupuk rasa persatuan yang lebih dalam. Oleh karena itu, peran kearifan lokal dalam membentuk identitas budaya dan kebangsaan tidak boleh diabaikan dan harus dijaga dengan komitmen bersama.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh (Jubaidi, 2021) Menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kearifan Lokal Budaya Tutur Lisan Sebagai Perekat Kebangsaan Dan Harmonisasi Sosial Masyarakat Kalimantan Timur ia menyatakan bahwa Kearifan lokal merupakan salah satu instrumen untuk mereduksi atau meminimalisir permasalahan konflik sosial, intoleransi, radikalisme dan

(4)

bentuk kekerasan lainnya. Salah satu wujud atau bentuk kearifan lokal adalah kearifan lokal budaya tutur lisan sebagai perekat bangsa yang diwariskan oleh nenek moyang kita, para pendiri bangsa sebagai salah satu norma, adat istiadat dan prinsip dalam melangkah untuk menciptakan ketenangan, kedamaian, perekat dan keharmonisan dalam kehidupan sosial dan patriotik.

Kemudian menurut (Muhammad & Yosefin, 2021) menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul Peran Kearifan Lokal Pada Pendidikan Karakter Dimasa Pandemi (Suatu Kajian Studi Literatur Manajemen Pendidikan & Ilmu Sosial) ia menyatakan bahwa kearifan lokal di Indonesia yang berperan dalam membentuk Pendidikan karakter terutama di masa pandemi.

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagi strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Kemudian menurut (Nurcahyanti et al., 2020) menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul Peran Kearifan Lokal Masyarakat Jawa Untuk Melestarikan Batik Tradisi di Girilayu, Karanganyar, Indonesia ia menyatakan bahwa Fenomena menurunnya minat generasi muda untuk melanjutkan pembuatan batik tradisi di sentra-sentra batik merupakan masalah yang harus dipecahkan dari berbagai latar belakang, di antaranya secara sosial dan budaya. Solusi dan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan konsep kearifan lokal perlahan diterapkan kembali oleh para perajin batik di Girilayu.

Alasan dilakukannya penelitian ini ialah karena kearifan lokal merupakan modal budaya di Indonesia dengan harapan dengan adanya penelitian ini dapat menumbuhkembangkan identitas kebangsaan serta menjadi referensi dalam membangun identitas budaya dan kebangsaaan. Diharapkan dengan adanya penelitian dapat memberikan wawasan tentang bagaimana peran kearifan lokal dalam membangun identitas budaya dan kebangsaan sehingga akan membuka jalan

perubahan sosial yang lebih baik.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas diharapkan ada sebuah Tindakan atau perbaikan mengenai masalah peran kearifan lokal terhadap budaya dan kebangsaan.

Maka dari itu peneliti berupaya mengembangkan penelitian ini untuk membantu memudahkan memahami dan mengetahui apa saja peran dari kearifan lokal dalam membangun identitas budaya dan kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari.

METODE PENELITIAN

Penelitian diatas menunjukkan bahwa penelitian ini merupakan Penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif berorientasi eksploratif (Kruk et al., 2018).

Yang mana metode ini berusaha menganalisis masalah penelitian dari sumber bacaan dengan menerapkan analisis isi (Kim et al., 2020). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi studi literatur eksploratif strategi studi literatur (Van Dijk-de Vries et al., 2012).

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif untuk mengkaji hasil penelitian terdahulu dan untuk menginterpretasikan suatu fenomena secara ilmiah (Ahmed Zebal & M.

Saber, 2014). Selain itu penelitian berbasis kualitatif eksploratif dapat meningkatkan pemahaman dengan mengungkapkan gagasan baru tentang suatu fenomena dan dengan mendeskripsikan masalah penelitian secara lebih secara lebih rinci (Dominici et al., 2019). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik dokumentasi dari berbagai jurnal, prosiding, berita online, dan buku-buku yang relevan. Selain itu, untuk menganalisis data yang terkumpul (Kragelund, 2011). Peneliti menggunakan analisis isi untuk membahas isi dokumen untuk memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai memahami makna dan tujuan spiritualitas di dalam islam.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengertian kearifan lokal

Kearifan lokal merupakan inti atau ciri khas budaya suatu bangsa yang

(5)

memungkinkan mereka untuk menyerap dan menyelaraskan kebudayaan dari bangsa lain sehingga menjadi bagian integral dari karakter dan kemampuan mereka sendiri (Turner et al., 2000). Ini mencerminkan unsur etika dan nilai-nilai budaya yang unik yang ditemukan dalam masyarakat lokal dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kaltz et al., 1999). Di Indonesia, kesadaran akan pentingnya kearifan lokal semakin meningkat setelah jatuhnya pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1998 (Masera et al., 2006). Kearifan lokal juga meliputi kemampuan untuk beradaptasi, mengorganisir, dan menyatukan pengaruh dari alam dan kebudayaan lainnya, yang menjadi pendorong utama dalam proses transformasi dan menciptakan keberagaman budaya Indonesia yang luar biasa (Bai & Krishnamachari, 2010).

Kearifan lokal tidak hanya mencakup pengetahuan dan keyakinan, tetapi juga pemahaman dan persepsi bersama dengan kebiasaan dan norma adat yang berperan sebagai panduan dalam perilaku manusia dalam aspek kehidupan ekologis dan sistemik.

Nilai-nilai yang tertanam dalam budaya tidak dapat diukur secara material, tetapi berfungsi sebagai pedoman atau aturan tak tertulis yang membimbing perilaku manusia.

Kearifan lokal ini meliputi cara berpikir, berinteraksi, dan beradaptasi dengan lingkungan serta norma-norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.

Menghormati dan melestarikan kearifan lokal menjadi hal yang sangat penting dalam menjaga identitas budaya dan kebangsaan, serta memberi penghargaan terhadap keanekaragaman dan keberagaman bangsa Indonesia.

Beberapa ahli memberikan definisi dan pandangan mereka tentang kearifan lokal, sebagai berikut :

1. Clifford Geertz, seorang antropolog terkemuka, menggambarkan kearifan lokal sebagai kumpulan pengetahuan dan tata nilai yang ada dalam masyarakat lokal dan diwariskan secara turun- temurun. Ia menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang budaya

setempat agar dapat memahami makna dan arti dari praktik dan tradisi yang ada dalam masyarakat.

2. Ward Keeler, seorang ahli antropologi budaya, menyatakan bahwa kearifan lokal mencakup kompleksitas pengetahuan, keterampilan, dan cara berpikir yang dimiliki oleh masyarakat lokal. Ia berpendapat bahwa kearifan lokal memiliki kebijaksanaan dalam beradaptasi dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat.

3. James Clifford, seorang ahli etnografi, menekankan pentingnya kearifan lokal sebagai sumber keberagaman budaya yang unik di berbagai daerah. Ia menyatakan bahwa melalui kearifan lokal, masyarakat dapat mengekspresikan identitas dan jati diri mereka dengan cara yang lebih khas dan otentik.

4. Hildred Geertz, seorang ahli sosiologi, mendefinisikan kearifan lokal sebagai tatanan pengetahuan dan praktik lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ia menyoroti peran penting kearifan lokal dalam mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat dan membentuk pola pikir serta tindakan mereka.

Dari pandangan beberapa para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kearifan lokal adalah warisan budaya yang unik dan kompleks dari suatu masyarakat, yang berfungsi sebagai pilar penting dalam membentuk identitas dan perilaku mereka.

Dalam konteks keberagaman budaya di dunia ini, penting bagi kita untuk menghargai dan melestarikan kearifan lokal sebagai bagian dari kekayaan budaya manusia.

Ciri-ciri kearifan lokal

Kearifan lokal adalah istilah yang mengacu pada kearifan dan pengetahuan tradisional yang ada di suatu wilayah atau budaya. Ciri-ciri kearifan lokal dapat berbeda-beda pada suatu masyarakat atau daerah tertentu, namun secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Bertahan dari Gempuran Budaya Asing

(6)

Setiap daerah dan negara memiliki adat dan budaya yang berbeda. Berbeda dengan negara kita yang menghargai dan melestarikan adat dan tradisinya, banyak orang asing yang melupakan adat dan tradisi nenek moyangnya. Generasi saat ini, terutama kaum milenial, lebih memilih untuk menjalani gaya hidup yang bebas dan modern tanpa mengikuti adat istiadat yang ketinggalan zaman. Apalagi, budaya asing lambat laun menyusup ke berbagai daerah di Indonesia dari waktu ke waktu. Indonesia, di sisi lain, kaya akan kearifan lokal yang menunjukkan prinsip-prinsip budaya yang kuat. Nilai-nilai budaya ini telah teruji oleh waktu, bertahan selama beberapa tahun atau bahkan berabad-abad, menjadikannya sangat dihormati oleh penduduk setempat.

Kepercayaan yang kuat inilah yang membuat budaya asing tidak bisa dengan mudah masuk dan mempengaruhi masyarakat.

Dengan begitu, karakteristik atau ciri khas dari masyarakat di suatu daerah akan tetap terjaga dengan baik.

Memiliki Kemampuan Mengakomodasi Budaya yang Berasal dari Luar

Menghindari masuknya budaya asing ke Indonesia merupakan tantangan yang cukup berat saat ini. Di era globalisasi ini, di mana segala sesuatu dapat terhubung dengan mulus dalam sekejap. Penyebaran cepat fenomena budaya asing sering terjadi melalui platform populer seperti YouTube, TV, Instagram, TikTok, dan saluran sosial lainnya. Berkat kemajuan teknologi tersebut, budaya asing masuk ke Indonesia dengan mudah. Namun demikian, kearifan lokal berdiri sendiri karena memiliki daya adaptasi yang luar biasa, sehingga dapat berbaur secara harmonis tanpa merusak fondasi kepercayaan yang sudah ada sebelumnya.

Merusak kepercayaan yang telah dibangun secara turun-temurun, budaya asing hanya bisa menjadi iseng sesaat ketimbang menggantikan budaya leluhur yang sudah mengakar. Mampu Mengintegrasikan Budaya Asing ke Dalam Budaya Asli di Indonesia

Salah satu ciri khas dari kearifan lokal adalah kemampuannya bukan hanya untuk mengakomodasi, tetapi juga

menggabungkan budaya asing yang datang dan mengintegrasikannya dengan budaya yang sudah ada secara harmonis.

Contohnya, di Indonesia terdapat pembangunan gedung-gedung yang menunjukkan integrasi ini. Arsitek di Indonesia seringkali menggabungkan elemen budaya lokal dengan desain bangunan

tradisional, kemudian

mengkombinasikannya dengan gaya arsitektur modern. Seperti, Masjid Raya Sumatera Barat yang terletak di kota Padang mencerminkan pendekatan dengan meniru gaya arsitektur khas Minangkabau, sementara atap masjid didesain menyerupai rumah Gadang, yang merupakan rumah tradisional dari Provinsi Sumatera Barat.

Meskipun demikian, hasilnya tetap terlihat modern dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Mampu Mengendalikan Budaya Asing yang Masuk

Menerima budaya asing bukanlah sesuatu yang dapat ditolak secara mudah.

Namun, pada sisi lain, kearifan lokal yang merupakan bagian dari adat dan budaya asli juga memiliki akar yang begitu kuat di masyarakat, sehingga sulit untuk menghilangkannya. Alih-alih menghilang dan digantikan oleh budaya asing, kepercayaan pada kearifan lokal menjadi lebih kokoh, sehingga kita mampu mengendalikan pengaruh budaya asing yang masuk. Selain itu, kita juga dapat dengan mudah menyaring budaya asing yang diterima. Dengan kata lain, kita dapat menentukan budaya asing mana yang dapat diterima di Indonesia, dan mana yang memiliki nilai buruk. Memberi Arah pada Perkembangan Budaya di Masyarakat

Kearifan lokal yang telah menjadi keyakinan masyarakat selama bertahun- tahun akan secara tak terelakkan mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Seiring berjalannya waktu, kearifan lokal yang telah ada selama puluhan tahun menjadi pegangan dan panduan yang dipegang oleh masyarakat setempat.

Sehingga, ketika menghadapi situasi apapun, masyarakat akan merujuk pada kearifan lokal sebagai landasan sebelum mengambil

(7)

keputusan atau bertindak. Kebiasaan ini juga menyebabkan masyarakat di wilayah tersebut dapat mengembangkan budaya yang sudah ada menjadi lebih terarah.

Dengan kata lain, kearifan lokal memiliki ciri khas berupa memberikan arah bagi masyarakat setempat.

Peran kearifan lokal terhadap budaya Kearifan lokal memegang peranan penting dalam membangun dan memperkuat budaya suatu masyarakat.

Melalui proses warisan pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya, kearifan lokal menjadi esensi atau jiwa dari budaya lokal itu sendiri. Hal ini tercermin dalam ekspresi dan praktik kearifan lokal yang telah terakar kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap aspek kehidupan lokal berkaitan erat dengan lingkungan sekitar, karena kearifan lokal sering mencakup pengetahuan tentang beradaptasi dengan alam dan menjaga keseimbangan ekologis. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, kearifan lokal diartikan sebagai nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam upaya melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

Oleh karena itu, kearifan lokal tak hanya berperan dalam melestarikan budaya lokal yang unik dan khas, tetapi juga berperan penting dalam menjaga serta mengelola lingkungan hidup.

Dengan menjaga kearifan lokal identitas budaya masyarakat dapat terus terjaga dan berkembang. Kearifan lokal menjadi fondasi yang kuat untuk memperkaya dan mempertahankan nilai-nilai, adat istiadat, seni, dan pengetahuan lain yang menyatu dalam budaya suatu daerah. Dengan demikian, kearifan lokal ikut memelihara eksistensi dan kelanjutan budaya lokal sebagai bagian yang tak terpisahkan dari identitas bangsa atau masyarakat. Dengan mengakui dan menghargai kearifan lokal, masyarakat berperan aktif dalam melestarikan keanekaragaman budaya dan memastikan bahwa nilai-nilai luhur dan tradisi turun-temurun terus dilestarikan dan

dihormati oleh generasi mendatang. Dengan demikian, kearifan lokal membentuk fondasi kehidupan yang lestari dan mewujudkan hubungan manusia dengan lingkungan alam secara harmonis.

Kearifan lokal memiliki peran penting sebagai faktor yang membentuk karakter dan jati diri bangsa. Nilai-nilai kearifan lokal memainkan peran strategis dalam membentuk karakter dan identitas masyarakat, yang pada akhirnya akan menghasilkan sikap budaya yang mandiri, inisiatif, dan kreatif. Melalui proses warisan pengetahuan dan praktik dari satu generasi ke generasi berikutnya, kearifan lokal menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas ke-Indonesiaan. Kearifan lokal berperan sebagai ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat lokal. Nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal mencerminkan cara berpikir, berinteraksi, dan beradaptasi dengan lingkungan serta norma-norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat lokal.

Dengan demikian, kearifan lokal membentuk dasar yang kuat dalam mengembangkan identitas budaya yang otentik dan mencirikan karakter unik dari suatu masyarakat atau bangsa. Tak hanya itu, kearifan lokal juga berperan sebagai acuan penting dalam membangun identitas budaya dan kebangsaan yang inklusif dan adil gender. Nilai-nilai sosial yang sering tercakup dalam kearifan lokal menghargai kesetaraan gender dan menciptakan harmoni antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Dengan menguatkan dan menghargai nilai-nilai kearifan lokal ini, masyarakat dapat mengatasi ketimpangan gender dan mendorong terciptanya kesetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, dan agama.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pengakuan terhadap kearifan lokal sebagai karakter lokal sangat penting.

Pendidikan harus mencerminkan kearifan lokal sebagai bagian integral dalam membentuk identitas diri dan menanamkan rasa bangga terhadap budaya dan tradisi yang dimiliki. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam kurikulum

(8)

dan proses belajar-mengajar, pendidikan dapat berperan aktif dalam melestarikan dan menghargai warisan budaya lokal serta membentuk generasi muda yang mencintai dan menghormati identitas kebangsaannya.

Dengan memanfaatkan potensi kearifan lokal sebagai pembentuk karakter, identitas, dan landasan dalam mengatasi ketimpangan gender, masyarakat Indonesia dapat menguatkan jati diri bangsa dan menjaga keberagaman budaya sebagai kekayaan dan keunikan yang patut disyukuri. Dengan menghargai dan mempelajari kearifan lokal, bangsa Indonesia dapat tumbuh sebagai masyarakat yang berakar pada budaya sendiri, menghormati nilai-nilai luhur, dan menjadi garda terdepan dalam melestarikan identitas budaya dan kebangsaan.

Kearifan lokal juga dapat diartikan sebagai identitas nasional, terutama dalam konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal untuk mengalami perubahan dan perkembangan. Setiap masyarakat memiliki keunikan dalam identitas budayanya, dan melalui cara-cara mereka sendiri, mereka mengembangkan karakter kehidupan berbangsa yang khas. Identitas budaya ini menjadi akar kekuatan bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan global yang kompleks. Identitas budaya merupakan inti dari keberadaan suatu bangsa, dan patut untuk dijaga sebagai perisai bagi generasi muda dari pengaruh- pengaruh luar yang berpotensi merusak integritas budaya. Dengan memahami dan melestarikan kearifan lokal, masyarakat Indonesia dapat memperkuat identitas nasional mereka dan menjaga keunikan budaya yang menjadi ciri khas bangsa.

Transformasi kearifan lokal adalah hal yang alami dan diperlukan agar identitas budaya tetap relevan dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Namun, penting untuk diingat bahwa inti dari kearifan lokal harus dijaga, sehingga kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya tetap terpelihara dan menjadi pijakan dalam menjaga jati diri bangsa. Peran generasi muda sangat penting dalam melestarikan dan meneruskan identitas budaya ini. Dengan memahami dan

menghargai kearifan lokal, mereka dapat membawa keunikan dan kekayaan budaya Indonesia ke masa depan, serta menjadikan identitas budaya sebagai sumber kekuatan dan inspirasi untuk menghadapi dinamika dunia global.

Penting untuk mencermati dan memahami bahwa kearifan lokal tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang seiring dengan waktu. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan pengembangan kearifan lokal perlu menjadi perhatian bersama bagi seluruh masyarakat. Dengan menjaga identitas budaya, bangsa Indonesia dapat mempertahankan keberagaman budaya sebagai kekayaan yang luar biasa dan memperkuat posisi mereka di panggung dunia. Dengan mengakui kearifan lokal sebagai identitas nasional, masyarakat Indonesia dapat mencapai kedewasaan budaya yang berarti mereka tetap terbuka untuk berinteraksi dengan dunia luar tanpa kehilangan akar budaya dan jati diri mereka.

Keberadaan identitas budaya sebagai perisai bagi generasi muda dari pengaruh luar akan memastikan keberlanjutan dan ketangguhan bangsa Indonesia dalam menghadapi perubahan dan tantangan global yang terus bergerak maju.

Kearifan lokal memiliki peran penting dalam membentuk budaya yang berkelanjutan, terutama dalam konteks lingkungan hidup. Kearifan lokal selalu terkait erat dengan cara manusia hidup dalam harmoni dengan lingkungannya.

Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang yang mencakup berbagai unsur, baik itu makhluk hidup maupun benda mati. Di dalam lingkungan hidup ini, terdapat interaksi kompleks antara manusia, alam, dan unsur-unsur sosial dan budaya yang diciptakan oleh manusia, seperti nilai, gagasan, dan norma.

Kearifan lokal melibatkan pengetahuan dan praktik yang telah teruji dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam menghadapi tantangan lingkungan hidup. Melalui pemahaman mendalam tentang ekosistem dan keterkaitan manusia dengan alam, kearifan lokal menjadi landasan yang kuat

(9)

dalam upaya memupuk dan mengembangkan identitas nasional yang berkelanjutan. Dengan menghargai dan melestarikan kearifan lokal, masyarakat dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang mencakup sikap bijaksana terhadap alam, pengelolaan sumber daya secara lestari, serta kesadaran akan tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan ekologis. Kearifan lokal juga mengajarkan pentingnya hidup dalam harmoni dengan alam, di mana manusia menjadi bagian dari keberagaman hayati yang perlu dijaga dan dihormati, bukan sebagai penguasa yang memanfaatkan alam semata.

Selain itu, kearifan lokal juga mencakup nilai-nilai sosial dan budaya yang mendukung pembangunan budaya lingkungan yang berkelanjutan. Norma- norma dalam berinteraksi dengan lingkungan, pengelolaan sumber daya yang bijaksana, serta memberdayakan masyarakat untuk aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah bagian dari kearifan lokal ini. Kearifan lokal berperan sebagai panduan dan inspirasi bagi tindakan konkret dalam pelestarian alam. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal, masyarakat dapat mengembangkan budaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga generasi mendatang juga dapat menikmati kekayaan alam seperti yang kita nikmati saat ini.

Kearifan lokal menjadi landasan untuk memupuk sikap cinta tanah air dan kebanggaan terhadap identitas nasional. Di tengah tantangan lingkungan global, kearifan lokal mengingatkan kita untuk tidak melupakan akar budaya kita dan terus berpegang pada nilai-nilai kearifan yang telah diwariskan oleh leluhur kita. Dengan membangun budaya yang berbasis pada kearifan lokal, masyarakat dapat mencapai keselarasan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup. Identitas nasional yang diakui luas akan menjadi modal bagi Indonesia untuk berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan global dan berperan aktif dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin mendesak di era globalisasi ini.

Peran kearifan lokal terhadap kebangsaan

Kearifan lokal memiliki peranan yang sangat penting dalam proses membentuk identitas kebangsaan suatu negara atau masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kearifan lokal untuk merefleksikan dan mewakili nilai-nilai, tradisi, budaya, serta pengetahuan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam suatu daerah atau wilayah tertentu. Kearifan lokal menggabungkan pengalaman berharga dan hikmah yang telah teruji seiring berjalannya waktu. Aspek- aspek seperti tradisi lisan, praktik keagamaan, sistem nilai, dan pola interaksi sosial yang terakar dalam kearifan lokal membentuk dasar yang solid bagi rasa persatuan dan identitas kolektif. Dengan menghargai kearifan lokal, masyarakat mampu mengembangkan fondasi yang kuat untuk mengenali diri mereka sebagai bagian integral dari suatu entitas dengan karakteristik yang unik. Dengan memahami serta merangkul akar budaya yang telah menjadi bagian dari kearifan lokal, masyarakat merasa terhubung dengan warisan sejarah mereka, yang pada akhirnya memperkuat semangat kebangsaan. Langkah ini juga berperan dalam melawan upaya homogenisasi budaya yang bisa timbul akibat arus globalisasi, serta meningkatkan kebanggaan terhadap identitas budaya yang beragam.

Dalam konteks global yang terus terhubung, peran penting kearifan lokal dalam menjaga identitas khas suatu bangsa atau masyarakat semakin terlihat. Ini juga menginspirasi apresiasi terhadap keragaman budaya di seluruh dunia. Dengan merayakan dan menjaga kearifan lokal, masyarakat dapat mewujudkan variasi warisan budaya mereka, sambil tetap memelihara ikatan yang menghubungkan mereka menjadi satu kesatuan bangsa yang berbeda namun tetap bersatu.

Berikut ini merupakan beberapa alasan mengapa kearifan lokal memiliki peran yang sangat penting dalam membangun identitas kebangsaan:

Sebagai Pemertahanan budaya

(10)

Kearifan lokal memiliki peran yang sangat krusial dalam menjaga keanekaragaman budaya dan tradisi yang mengakar dalam sebuah daerah dan negara.

Fungsi utama dari usaha menjaga budaya ini adalah untuk membedakan satu entitas dari yang lain serta menggambarkan ciri khas yang menjadi dasar identitas suatu kelompok. Dengan melindungi dan merayakan kearifan lokal, masyarakat bisa semakin mengakar pada akar budaya yang merupakan pondasi sejarah mereka. Ini bertujuan untuk meningkatkan rasa keterhubungan yang kuat dengan warisan budaya yang telah diturunkan dari generasi sebelumnya. Kearifan lokal mencakup berbagai praktik, kepercayaan, bahasa, seni, dan norma pada suatu daerah tertentu.

Dengan menjaga dan merayakan kearifan lokal, masyarakat dapat memastikan bahwa kekayaan budaya yang unik dan beragam tetap hidup dan relevan. Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, menjaga kearifan lokal menjadi langkah penting untuk mempertahankan keunikannya dan menjaga otentisitas budaya suatu bangsa.

Selain itu, melalui usaha pelestarian budaya lokal, masyarakat juga memainkan peran dalam menghormati serta mengapresiasi beragam keragaman dan perbedaan yang ada di antara mereka. Ini menciptakan ruang bagi kerja sama dan dialog antar kelompok, yang pada akhirnya dapat membangun pemahaman yang lebih baik dan mengurangi potensi konflik. Pada keseluruhan, kearifan lokal memiliki dampak yang mendalam dalam memelihara keanekaragaman budaya dan merawat warisan budaya yang berharga. Melindungi dan merayakan kearifan lokal membantu masyarakat untuk tetap terhubung dengan akar budaya mereka, sambil tetap membuka peluang bagi inovasi dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan.

1. Sebagai Pelajaran dari Sejarah

Kearifan lokal sering kali mencerminkan prinsip-prinsip fundamental seperti kerjasama, saling menghormati, dan hidup berdampingan dalam keragaman. Hal ini memiliki peran yang penting dalam

membentuk dasar yang kuat untuk membangun hubungan yang harmonis di antara beragam kelompok etnis, agama, dan budaya yang ada dalam suatu negara.

Dengan mengajarkan dan menerapkan nilai- nilai ini, kearifan lokal membantu mengurangi potensi terjadinya konflik sosial dan menguatkan semangat persatuan.

Melalui prinsip-prinsip kerjasama, masyarakat diundang untuk bekerja bersama-sama, saling memberikan bantuan, dan berkontribusi untuk kesejahteraan bersama. Ini menciptakan lingkungan di mana perbedaan dihargai dan dilihat sebagai aset, bukan sumber konflik.

Selain itu, prinsip saling menghormati menjadi dasar bagi interaksi yang santun dan penuh empati terhadap individu serta kelompok lain, yang pada akhirnya membentuk dasar untuk hubungan yang sehat dan harmonis. Hidup berdampingan dalam keragaman, seperti yang diajarkan oleh kearifan lokal, mencerminkan pentingnya mengakui serta merayakan perbedaan dalam budaya, keyakinan, dan latar belakang. Ini membuka peluang untuk belajar satu sama lain, mendalami pemahaman, dan membentuk jaringan sosial yang lebih solid. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi potensi terjadinya konflik, tetapi juga memberi kekayaan pada masyarakat dengan berbagai perspektif dan pengalaman.

Secara keseluruhan, kearifan lokal memiliki peran yang signifikan dalam membentuk hubungan yang harmonis di antara berbagai kelompok dalam suatu negara. Dengan mempromosikan nilai-nilai kerjasama, saling menghormati, dan hidup berdampingan dalam keragaman, kearifan lokal membantu menciptakan lingkungan yang mendukung untuk mengurangi konflik sosial dan memperkuat persatuan dalam masyarakat.

2. Sebagai Kreativitas dan inovasi

Kearifan lokal sering mengandung pengetahuan yang khas tentang lingkungan, sumber daya alam, dan strategi beradaptasi dengan kondisi lokal yang unik. Informasi berharga ini meliputi detail tentang tanaman, hewan, cuaca, dan geografi suatu wilayah, yang diperoleh melalui observasi dan

(11)

interaksi dari generasi sebelumnya dengan lingkungan sekitar. Pengetahuan ini memiliki potensi luar biasa sebagai sumber inspirasi untuk inovasi di berbagai bidang. Dalam seni, sebagai contoh, pengetahuan lokal tentang pola tradisional, bahan-bahan alami, serta teknik-teknik unik dapat menjadi dasar untuk menciptakan karya seni yang orisinal dan memiliki ciri khas. Dalam pertanian, pengetahuan tentang siklus tanaman, teknik penyiraman, dan pemupukan alami dapat menghasilkan praktik pertanian yang berkelanjutan dan efisien dalam menghadapi tantangan lingkungan.

Tidak hanya itu, pengetahuan lokal mengenai pengobatan tradisional, ramuan herbal, dan terapi alami juga berpotensi untuk menginspirasi inovasi di bidang kesehatan dan pengobatan. Metode-metode ini telah diuji oleh waktu dan terbukti efektif dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan, dan mungkin dapat diintegrasikan dengan pendekatan medis modern. Secara keseluruhan, pengetahuan yang terdapat dalam kearifan lokal memiliki daya kreatif yang besar dan mampu memberikan kontribusi penting dalam memajukan beragam aspek kehidupan manusia, mulai dari seni hingga pertanian, serta dari pengobatan hingga pengelolaan lingkungan.

Dalam upaya memperkuat identitas kebangsaan yang kokoh dan beragam, menjadi esensial bagi kita untuk menghormati dan memelihara kearifan lokal, sekaligus menjalin keterbukaan terhadap interaksi dan pertukaran budaya dengan masyarakat global. Meraih keseimbangan antara nilai-nilai kearifan lokal dan unsur- unsur modernitas dapat menciptakan identitas kebangsaan yang fleksibel dan sesuai dengan tuntutan global saat ini.

KESIMPULAN

Peran kearifan lokal dalam membangun identitas budaya dan kebangsaan suatu masyarakat tidak dapat disangkal. Dengan merawat nilai-nilai, tradisi, dan pengetahuan yang diwariskan dari generasi ke generasi, kearifan lokal menjadi fondasi yang kokoh

menghubungkan masyarakat dengan akar budaya mereka. Ini berperan penting dalam mengidentifikasi ciri khas yang unik dari sebuah daerah dan menyediakan dasar yang solid untuk persatuan di tengah keberagaman. Di era globalisasi ini, memelihara dan merayakan kearifan lokal juga memiliki manfaat dalam mengatasi tantangan modern dan memastikan bahwa identitas budaya tetap relevan dalam skala global. Dengan demikian, kearifan lokal berfungsi sebagai pijakan yang esensial dalam memperkuat identitas budaya dan kebangsaan, sekaligus memberikan harta berharga bagi generasi yang akan datang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abu Raiya, H., Pargament, K. I., Mahoney, A., & Stein, C. (2008). A Psychological Measure of Islamic Religiousness: Development and Evidence for Reliability and Validity.

The International Journal for the Psychology of Religion, 18(4), 291–

315.

https://doi.org/10.1080/1050861080 2229270

Adib, A., & Guerrier, Y. (2003). The Interlocking of Gender with Nationality, Race, Ethnicity and Class:

The Narratives of Women in Hotel Work. Gender, Work & Organization,

10(4), 413–432.

https://doi.org/10.1111/1468- 0432.00204

Ahmed Zebal, M., & M. Saber, H. (2014).

Market orientation in Islamic banks – a qualitative approach. Marketing Intelligence & Planning, 32(4), 495–

527. https://doi.org/10.1108/MIP- 08-2013-0138

Bai, F., & Krishnamachari, B. (2010).

Exploiting the wisdom of the crowd:

Localized, distributed information- centric VANETs [Topics in Automotive Networking]. IEEE Communications Magazine, 48(5), 138–146.

https://doi.org/10.1109/MCOM.201 0.5458375

(12)

boyd, danah, & Crawford, K. (2012).

CRITICAL QUESTIONS FOR BIG DATA: Provocations for a cultural, technological, and scholarly phenomenon. Information, Communication & Society, 15(5), 662–679.

https://doi.org/10.1080/1369118X.2 012.678878

Brown, J. S., Collins, A., & Duguid, P.

(1989). Situated Cognition and the Culture of Learning. Educational Researcher, 18(1), 32–42.

https://doi.org/10.3102/0013189X01 8001032

Burgess-Proctor, A. (2006). Intersections of Race, Class, Gender, and Crime:

Future Directions for Feminist Criminology. Feminist Criminology,

1(1), 27–47.

https://doi.org/10.1177/1557085105 282899

Campenot, R. B. (1977). Local control of neurite development by nerve growth factor. Proceedings of the National Academy of Sciences, 74(10), 4516–

4519.

https://doi.org/10.1073/pnas.74.10.4 516

Caporaso, J. G., Lauber, C. L., Walters, W.

A., Berg-Lyons, D., Lozupone, C. A., Turnbaugh, P. J., Fierer, N., &

Knight, R. (2011). Global patterns of 16S rRNA diversity at a depth of millions of sequences per sample.

Proceedings of the National Academy of Sciences, 108(supplement_1), 4516–4522.

https://doi.org/10.1073/pnas.100008 0107

Dominici, A., Boncinelli, F., & Marone, E.

(2019). Lifestyle entrepreneurs in winemaking: An exploratory qualitative analysis on the non- pecuniary benefits. International Journal of Wine Business Research,

31(3), 385–405.

https://doi.org/10.1108/IJWBR-06- 2018-0024

Dreher, A. (2006). Does globalization affect growth? Evidence from a new index

of globalization. Applied Economics,

38(10), 1091–1110.

https://doi.org/10.1080/0003684050 0392078

Eiraku, M., Takata, N., Ishibashi, H., Kawada, M., Sakakura, E., Okuda, S., Sekiguchi, K., Adachi, T., & Sasai, Y.

(2011). Self-organizing optic-cup morphogenesis in three-dimensional culture. Nature, 472(7341), 51–56.

https://doi.org/10.1038/nature09941 Hannerz, U. (1990). Cosmopolitans and

Locals in World Culture. Theory, Culture & Society, 7(2–3), 237–251.

https://doi.org/10.1177/0263276900 07002014

Jubaidi, A. (2021). ANALISIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA TUTUR LISAN

SEBAGAI PEREKAT

KEBANGSAAN DAN

HARMONISASI SOSIAL

MASYARAKAT KALIMANTAN

TIMUR. DEDIKASI, 22(1), 1.

https://doi.org/10.31293/ddk.v22i1.5 570

Kaltz, O., Gandon, S., Michalakis, Y., &

Shykoff, J. A. (1999). LOCAL

MALADAPTATION IN THE

ANTHER-SMUT FUNGUS

MICROBOTRYUM VIOLACEUM TO ITS HOST PLANT SILENE LATIFOLIA: EVIDENCE FROM A CROSS-INOCULATION

EXPERIMENT. Evolution, 53(2), 395–407.

https://doi.org/10.1111/j.1558- 5646.1999.tb03775.x

Kim, S., Choi, S., Seo, M., Kim, D. R., &

Lee, K. (2020). Designing a Clinical Ethics Education Program for Nurses Based on the ADDIE Model.

Research and Theory for Nursing Practice, 34(3), 205–222.

https://doi.org/10.1891/RTNP-D- 19-00135

Kogut, B., & Singh, H. (1988). The Effect of National Culture on the Choice of Entry Mode. Journal of International Business Studies, 19(3), 411–432.

https://doi.org/10.1057/palgrave.jibs .8490394

(13)

Kozak, M. (2002). Comparative analysis of tourist motivations by nationality and destinations. Tourism Management,

23(3), 221–232.

https://doi.org/10.1016/S0261- 5177(01)00090-5

Kragelund, L. (2011). Student nurses’

learning processes in interaction with psychiatric patients: A qualitative investigation. Nurse Education in Practice, 11(4), 260–267.

https://doi.org/10.1016/j.nepr.2010.

11.019

Kruk, M. E., Gage, A. D., Arsenault, C., Jordan, K., Leslie, H. H., Roder- DeWan, S., Adeyi, O., Barker, P., Daelmans, B., Doubova, S. V., English, M., García-Elorrio, E., Guanais, F., Gureje, O., Hirschhorn, L. R., Jiang, L., Kelley, E., Lemango, E. T., Liljestrand, J., … Pate, M.

(2018). High-quality health systems in the Sustainable Development Goals era: Time for a revolution. The Lancet Global Health, 6(11), e1196–e1252.

https://doi.org/10.1016/S2214- 109X(18)30386-3

Lee, C.-K., Lee, Y.-K., & Wicks, B. E.

(2004). Segmentation of festival motivation by nationality and satisfaction. Tourism Management,

25(1), 61–70.

https://doi.org/10.1016/S0261- 5177(03)00060-8

Masera, O., Ghilardi, A., Drigo, R., & Angel Trossero, M. (2006). WISDOM: A GIS-based supply demand mapping tool for woodfuel management.

Biomass and Bioenergy, 30(7), 618–

637.

https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2 006.01.006

Muhammad, F., & Yosefin, Y. (2021).

PERAN KEARIFAN LOKAL

PADA PENDIDIKAN

KARAKTER DIMASA PANDEMI

(SUATU KAJIAN STUDI

LITERATUR MANAJEMEN

PENDIDIKAN & ILMU SOSIAL).

JURNAL MANAJEMEN

PENDIDIKAN DAN ILMU

SOSIAL, 2(2), 519–528.

https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i2.

508

Murashige, T., & Skoog, F. (1962). A Revised Medium for Rapid Growth and Bio Assays with Tobacco Tissue Cultures. Physiologia Plantarum,

15(3), 473–497.

https://doi.org/10.1111/j.1399- 3054.1962.tb08052.x

Nurcahyanti, D., Sachari, A., &

Destiarmand, A. H. (2020). Peran Kearifan Lokal Masyarakat Jawa Untuk Melestarikan Batik Tradisi di Girilayu, Karanganyar, Indonesia.

Mudra Jurnal Seni Budaya, 35(2), 145–

153.

https://doi.org/10.31091/mudra.v35i 2.816

Ong, S.-E., Blagoev, B., Kratchmarova, I., Kristensen, D. B., Steen, H., Pandey, A., & Mann, M. (2002). Stable Isotope Labeling by Amino Acids in Cell Culture, SILAC, as a Simple and Accurate Approach to Expression Proteomics. Molecular & Cellular Proteomics, 1(5), 376–386.

https://doi.org/10.1074/mcp.M2000 25-MCP200

Parameswaran, R., & Yaprak, A. (1987). A Cross-National Comparison of Consumer Research Measures. Journal of International Business Studies,

18(1), 35–49.

https://doi.org/10.1057/palgrave.jibs .8490398

Piedmont, R. L. (2007). Cross-cultural generalizability of the Spiritual Transcendence Scale to the Philippines: Spirituality as a human universal. Mental Health, Religion &

Culture, 10(2), 89–107.

https://doi.org/10.1080/1369467050 0275494

Pizam, A., & Sussmann, S. (1995). Does nationality affect tourist behavior?

Annals of Tourism Research, 22(4), 901–917.

https://doi.org/10.1016/0160- 7383(95)00023-5

(14)

Ruigrok, W., Peck, S., & Tacheva, S. (2007).

Nationality and Gender Diversity on Swiss Corporate Boards. Corporate Governance: An International Review, 15(4), 546–557.

https://doi.org/10.1111/j.1467- 8683.2007.00587.x

Saad, W., Bennis, M., & Chen, M. (2020). A Vision of 6G Wireless Systems:

Applications, Trends, Technologies, and Open Research Problems. IEEE Network, 34(3), 134–142.

https://doi.org/10.1109/MNET.001.

1900287

Sergot, M. J., Sadri, F., Kowalski, R. A., Kriwaczek, F., Hammond, P., & Cory, H. T. (1986). The British Nationality Act as a logic program.

Communications of the ACM, 29(5), 370–386.

https://doi.org/10.1145/5689.5920 Stivers, T., Enfield, N. J., Brown, P.,

Englert, C., Hayashi, M., Heinemann, T., Hoymann, G., Rossano, F., De Ruiter, J. P., Yoon, K.-E., &

Levinson, S. C. (2009). Universals and cultural variation in turn-taking in conversation. Proceedings of the National Academy of Sciences,

106(26), 10587–10592.

https://doi.org/10.1073/pnas.090361 6106

Takahashi, K., & Yamanaka, S. (2006).

Induction of Pluripotent Stem Cells from Mouse Embryonic and Adult Fibroblast Cultures by Defined Factors. Cell, 126(4), 663–676.

https://doi.org/10.1016/j.cell.2006.0 7.024

Turner, N. J., Ignace, M. B., & Ignace, R.

(2000). TRADITIONAL

ECOLOGICAL KNOWLEDGE

AND WISDOM OF ABORIGINAL

PEOPLES IN BRITISH

COLUMBIA. Ecological

Applications, 10(5), 1275–1287.

https://doi.org/10.1890/1051- 0761(2000)010[1275:TEKAWO]2.0.C O;2

Van Dijk-de Vries, A., Moser, A., Mertens, V.-C., Van Der Linden, J., Van Der Weijden, T., & Van Eijk, J. Th. M.

(2012). The ideal of biopsychosocial chronic care: How to make it real? A qualitative study among Dutch stakeholders. BMC Family Practice,

13(1), 14.

https://doi.org/10.1186/1471-2296- 13-14

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka diketahui bahwa ciri- ciri individu yang memiliki konsep diri positif yaitu yakin akan kemampuan dalam menyelesaikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi pegawai khususnya di Daerah Kabupaten Deli serdang sebagai bahan masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kerjanya