PERAN REMAJA DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DI MASJID RAYA RAMBATAN
Sonia Dwi Putri, Syafriwaldi
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar
Jl. Sudirman 137, Kuburajo, Lima Kaum, Batusangkar, Sumatera Barat e-mail: [email protected]
Copyright © 2023
Abstract: The young generation in the view of Islamic scholars are young Muslims the hope of all ummah who are good at making decisions, not carried away, and Qur'anic people who are capable of being role models for their families and those around them. This study aims to describe the role of adolescents in da'wah activities at the Raya Rembatan Mosque and to find out the obstacles faced by adolescents in carrying out da'wah activities at the Raya Rembatan Mosque. In this research, it is hoped that youth can play an important role in carrying out da'wah activities for the community, and can utilize mosque facilities as a support vessel for their activities, and restore the function of the mosque not only as a place of worship. The type of research that the authors use is descriptive qualitative research, to obtain data from the problems studied. Data collection techniques used are observation, interviews, and documentation. Data processing was carried out descriptively, then described and classified aspects of certain problems and compressed through effective sentences. Based on the results of the study, it can be concluded that the role of youth at Karang Taruna and Raya Rembatan Mosque is quite influential in terms of the number of work programs being carried out, but several obstacles that often arise, namely from adolescent motivation, social interaction and infrastructure, however, these youth organizations continue to carry out their duties assigned to them, if problems arise they tend to immediately discuss them through joint meetings attended by all members. In addition, they also collect fund activities by asking for donations from the community, entering traditional markets and submitting proposals to the government.
Keywords: Role, Youth, Da'wah Development
PENDAHULUAN
emaja adalah seseorang individu yang baru beranjak selangkah dewasa dan baru mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mengenal lawan jenis, memahami peran dalam dunia sosial, menerima jati diri apa yang telah
dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada dirinya, dan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri individu. Remaja saat ini dituntut harus siap dan mampu dalam menghadapi tantangan kehidupan dan pergaulan (Jannah, 2016: 244).
R
Sekarang ini bagi remaja saat berada dalam interaksi sosialnya, mereka sering mengalami tekanan untuk mengikuti teman sebaya atau yang disebut konformitas (conformity) yang sangat kuat. Konformitas ada yang positif dan negatif. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap, atau tingkah laku orang lain dikarenakan ada tekanan nyata maupun yang tidak nyata. Perilaku remaja yang menyimpang seperti berbuat onar, mencuri dan lain lain perlu mendapat perhatian khusus bagi orangtua, guru dan pemerhati pendidikan. Pertentangan dan pemberontakan adalah bagian alamiah dari kebutuhan para remaja untuk menjadi dewasa yang mandiri dan peka secara emosional (Diananda, 2018: 116).
Peran generasi muda saat ini khususnya membawa harapan yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Sebab, generasi muda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, menjadi tongkat estafet pembangunan tanpa henti (Hartono, 2004:
110). Peran penting generasi muda yaitu sebagai “Harapan Bangsa”, dimana pemuda adalah aset bangsa yang paling berharga yang harus mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai kalangan. Selain itu peran remaja juga sangat dibutuhkan dalam menjalankan dakwah islam di masyarakat (Maullasari, 2019: 129).
Islam sebagai agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju mundurnya ummat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan
kegiatan dakwah yang dilakukanya, dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam (Nurddin, Abas, 2019 :121-122). Dakwah Islam adalah ajakan untuk berfikir, berdebat dan berargumen, dan untuk mengevaluasi peristiwa yang terjadi.
Dakwah Islam tidak dapat disikapi dengan keacuhan kecuali oleh orang bodoh yang berhati dengki.
Islam sebagai agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju mundurnya ummat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukanya, dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam (Nurddin, Abas, 2019: 121-122). Peran generasi muda di sini bukan hanya sebagai pelaksana, tetapi juga sebagai perancang atau konseptor terbentuknya sistem yang layak digunakan dalam proses berdakwah.
Diiringi dengan kreatifitas dan semangat bekerja sama, generasi muda pun mampu menjadi tauladan untuk sesama generasinya yang tersesat di dalam kegelapan (Islami, 2019: 3).
KAJIAN PUSTAKA Peran
Istilah peran menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” peran mempunyai arti pemain sandiwara (film), perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.
Peranan menurut terminology adalah seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Peranan dalam bahasa Inggris disebut “role” yang defenisinya adalah “person’s task or duty in undertalking”. Artinya “tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau pekerjaan” (Mukmin, 2014: 62).
Peran diartikan sebagai perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan peranan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.
Peran atau peranan yang dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi atau jabatan tertentu, dapat dilihat dari perilaku dan tindakan yang dilakukan selama memegang kedudukan atau posisi tersebut. Menurut Soekanto dalam Lantaeda, dkk (2017: 2) peran dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Peran Aktif
Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok sebagai aktifitas kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan lain sebagainya.
2) Peran Partisipatif
Peran partisipatif adalah peran yang diberikanoleh anggota kelompok kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri.
3) Peran pasif
Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan diri agar memberikan fungsi-fungsi
lain dalam kelompok sehingga berjalan dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa peran merupakan suatu tindakan yang membatasi seseorang maupun organisasi untuk melakukan suatu kegiatan berdasarkan tujuan dan ketentuan yang telah disepakati bersama agar dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Masa remaja dipandang sebagai peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Masa ini dimulai dengan timbulnya perubahan secara fisik, yakni usia sekitar 11 atau 12 tahun, sampai dengan usia 21 atau 22 tahun. Pandangan tradisional lebih mendasarkan usia remaja pada pertumbuhan fisiologis (sampai dengan usia 18 tahun), namun sekarang para ahli melihat juga unsur perubahan-perubahan psikis dalam mencapai kedewasaan (Sabda, 1996). Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa dan bukan anak-anak lagi.
Masa remaja adalah masa di antara masa anak-anak dan masa dewasa.
Menurut Stanley Hall (1916), masa remaja merupakan masa yang berada pada masa ketegangan dan perasaan tertekan. Saat proses transisi ini, remaja melalui banyak perubahan yang menjadi penyebab remaja merasa tertekan, dalam perkembangan remaja, banyak terjadi perubahan fisik dan motoric yang dikaitkan dengan kematangan atau akil baliq,
perkembangan kognitif dan intelektual, perkembangan social, serta perkembangan emosi (Saedah Siraj, 2020: 118).
Generasi muda dalam pandangan cendikiawan Islam adalah muslim muda harapan seluruh umat yang pandai menentukan sikap, tidak terbawa arus, dan insan qur’ani yang mampu menjadi tauladan untuk keluarga dan orang yang ada di sekitarnya, yang berani menentang kesalahan dan memperbaikinya dengan kebenaran yang sesuai dengan Al-qur’an dan Al-Hadis.
Peran remaja sudah dijelaskan oleh Allah dalam Al-qur’an surat At-Tubah ayat 122:
ۚ ًةَّفاَك او ُرِفْنَيِل َنوُنِم ْؤُمْلا َناَك اَم َو َّقَفَتَيِل ٌةَفِئاَط ْمُهْنِم ٍةَق ْرِف ِ لُك ْنِم َرَفَن َلَ ْوَلَف اوُه
ْمِهْيَلِإ اوُعَج َر اَذِإ ْمُهَم ْوَق او ُرِذْنُيِل َو ِنيِ دلا يِف َنو ُرَذْحَي ْمُهَّلَعَل
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya”.
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim Menyebutkan bahwa:
ٍكِلاَم ِنْب ٍسَنَأ َة َزْمَح يِبَأ ْنَع ُهْنَع ُالله َي ِض َر ىَّلَص ِالله ِل ْوُس َر ِمِداَخ –
َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُالله ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِيِبَّنلا ِنَع –
َّب ِحُي ىَّتَح ْمُكُدَحَأ ُنِم ْؤُي َلَ ” :َلاَق َمَّلَس َو
ا َو َر ” ِهِسْفَنِل ُّب ِحُي اَم ِهْي ِخَ ِلِ
ُّي ِراَخُبلا ُه
ٌمِلْسُم َو
“Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, khadim (pembantu) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata: tidak sempurna iman salah seorang diantara kalian sehingga ia mencintai kebaikan bagi saudaranya sebagaimana ia mencintai kebaikan bagi dirinya sendiri (HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45).
Berdasarkan ayat dan hadis diatas dapat disimpulkan bahwa remaja berperan sebagai penuntun serta memberi peringatan kepada setiap golongan agar selalu dijalan yang benar, mereka diwajibkan untuk memperdalam ilmu agama serta keimanan mereka supaya bisa menyebarkan kebaikan-kebaikan kesesama umat manusia agar mereka dapat menjaga dirinya.
Menurut Ardi, Ibrahim, & Said dalam Ranny, dkk (2017: 43) masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologi. Adapun ciri-ciri umum masa remaja, menurut Hurlock menyebutkan beberapa ciri-ciri remaja yaitu:
1) Peningkatan disebabkan oleh perubahan fisik dan psikologis.
2) Terjadinya perubahan tubuh dan minat yang cepat.
3) Terjadinya perubahan nilai akibat dari perubahan minat tersebut.
4) Sebagian besar remaja menginginkan kebebasan dan takut bertanggung jawab atas perbuatannya.
Pada hakikatnya pemuda menurut Syamsuddin (2016: 510-521) mempunyai peranan penting bagi agama, dimana jika kita melihat kembali kilasan sejarah Islam, banyak hal yang akan kita temui yang dapat mewujudkan perubahan oleh tangan-tangan pemuda, hal ini bukan sebuah kebetulan, melainkan sebuah kesengajaan yang terjadi berulang ulang.
Adapun peran-peran pemuda itu sendiri dalam berabagai aspek kehidupan, baik kehidupan beragama, dan berbangsa tak lepas dari tiga peran berikut:
1) Kekuatan Moral,
Pemuda memiliki karakter atau nilai- nilai yang mampu menumbuhkan kesadaran moral, dimana pemuda yang diyakini sebagai generasi bangsa tidak hanya berada dalam kecerdasan intelektual saja, malainkan kecerdasan emosional yang mampu menumbuhkan kesadaran moralnya itu sendiri.
2) Kontrol Sosial
Keterampilan sosial dalam tasawuf ada konsep syaja'ah, secara harfiah berarti berani, maksdudnya berani melakukan tindakan yang benar.
Tetapi sikap berani harus disertai pertimbangan yang matang dan pikiran yang tenang.
3) Agen Perubahan
Pemuda sebagai agen perubahan seharusnya memiliki kontribusi penting dengan intelektualnya yang mampuni serta mampu berfikir secara Islami karena berfikir adalah ciri khas
manusia yang membedakannya dari makhluk yang lain. Pemuda yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam komitmennnya menjaga Islam yang rahmatan lil'alamin, dengan persatuan dan kesatuan bangsa, sikap bijak dan tolerannya, dan kepedulian terhadap sesama adalah pemuda yang menyandang peran sebagai agen perubahan (agen of change) dan agen kontrol sosial (agent of social control) dalam masayarakat.
Pengembangan Dakwah
Pengembangan (developing) menurut Munir dan Wahyu Ilah dalam Cahyadi (2018: 74) merupakan salah satu perilaku manajerial yang meliputi pelatihan (couching) yang digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan seseorang dan memudahkan penyelesaian terhadap pekerjaan dan kemajuan karirnya.
Pengembangan dan pembaruan adalah dua hal yang sangat diperlukan.
Rasulullah SAW mendorong umatnya supaya selalu meningkatkan kualitas, cara kerja dan sarana hidup, serta memaksimalkan potensi sumber daya alam semaksimal mungkin. Karena Allah telah menciptakan alam semesta ini untuk memenuhi hajat hidup manusia sebagaimana firmanNya dalam surat al- Jaatsiyah : 13
َو اَم َو ِت ٰو ٰمَّسلا یِف اَّم ۡمُکَل َرَّخَس ٍتٰيٰ َلَ َکِلٰذ ۡیِف َّنِا ؕ ُہۡنِ م اًعۡيِمَج ِض ۡرَ ۡلَا یِف
﴿ َن ۡو ُرَّکَفَتَّي ٍم ۡوَقِ ل ١٣
﴾
Artinya: “dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”.
Sebuah proses pengembangan terdapat beberapa prinsip yang akan membawa ke arah pengembangan dakwah. Menurut Munir dan Wahyu Ilahi dalam Cahyadi (2018: 74-76), Prinsip- prinsip tersebut adalah:
1) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan Proses pengembangan keterampilan Da’i bertujuan untuk menentukan apa yang mereka ketahui dan apa yang harus mereka ketahui dalam menyiapkan mereka terjun langsung ke objek dakwah.
2) Membantu rasa percaya diri dai Melatih (coach) akan lebih berhasil jika dai merasa yakin bahwa ia akan berhasil mempelajari suatu keterampilan.
3) Membuat penjelasan yang berarti Dalam proses peningkatan pemahaman serta daya ingat selama pelatihan harus dibangun atas dasar pengetahuan.
4) Membuat uraian pelatihan untuk memudahkan dalam pelajaran
Jika diadakan formal atau informal, maka harus diperiksa tentang pengetahuan para peserta berkaitan dengan prasyarat mengenai konsep, istilah, simbol, peraturan, dan prosedur sebelum mengajarkan hal- hal yang membutuhkan pengetahuan tersebut.
5) Memberikan kesempatan untuk berpraktik secara umpan balik
Setelah semua materi diberikan, maka hendaknya diberikan kesempatan untuk memperaktikkan atau mendemonstrasikan yang disertai dengan proses penjelasan yang benar.
6) Memeriksa apakah program pelatihan itu berhasil
Langkah terpenting dalam program pengembangan adalah dengan meninjau atau memeriksa kembali, apakah keterampilan dan pengetahuan yang ditergetkan telah berhasil dipelajari.
7) Mendorong aplikasi dari keterampilan dalam kerja dakwah
Setelah dilakukan proses pelatihan kepada para Da’i, maka langkah penting selanjutnya bagi para pemimpin atau manajer dakwah adalah mengaplikasikan beberapa prinsip serta prosedur dalam pemecahan masalah-masalah aktual yang berhubungan dengan kerja dakwah.
Dakwah secara bahasa adalah kata dasar (masdar) dari kata kerja da’a- yadu’u yang berarti panggilan (Anshari, 1999: 280). Secara terminologi pengertian dakwah dapat dilihat secara konseptual dan secara teknis operasional. dalam al- Qur’an terdapat ayat-ayat al-Qur’an yang menggambarkan idealism dakwah yang bertujuan agar manusia mengikuti jalan lurus yang telah digariskan oleh Allah SWT, sehingga mereka selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat (Masmuddin, 2010: 39).
Menurut Jalaludin Rahmat Dalam Rosyid Ridla, dkk, (2017: 15), secara
umum dakwah adalah keseluruhan proses mengajak, menyampaikan, menerima, dan memahami (menginternalisasi) serta mengamalkan kebaikan (al-khoir) berupa ajaran Islam (sabili rabbika) kepada manusia dengan berbagai cara dalam semua aspek kehidupan, serta mengevaluasi proses tersebut, juga upaya tindak lanjut yang berkelanjutan.
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkapkan masalah dakwah salah satunya yang sering dijadikan acuan utama dalam prinsip metode dakwah secara umum adalah surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut:
َكِ ب َر ِليِبَس ٰىَلِإ ُعْدا ۖ ِةَنَس َحْلا ِةَظ ِع ْوَمْلا َو ِةَمْك ِحْلاِب َّنِإ ۚ ُنَس ْحَأ َيِه يِتَّلاِب ْمُهْلِداَج َو َّب َر ْنَع َّلَض ْن َمِب ُمَلْعَأ َوُه َك
َني ِدَت ْهُمْلاِب ُمَلْعَأ َوُه َو ۖ ِهِليِبَس
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Berdasarkan ayat di atas, dalam melaksanakan atau melakukan seruan dan ajakan menuju jalan Allah (Islam) para pelaku dakwah dapat berpedoman pada ayat tersebut, yaitu dengan menggunakan al-hikmah, almauidzah hasanah, mujadalah bi alalati hiya ahsan (Aliyudin, 2010: 1014).
Masjid
Masjid adalah sebagai tempat ibadah kaum muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban ummat Islam (Wibowo, Assidiki, 2021:
46). Dimasa Nabi ataupun dimasa setelahnya masjid menjadi pusat atau sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan dibidang pemerintahan juga pun mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan dan kemiliteran dibahas dan dipecahkan di lembaga masjid(Wibowo, Assidiki, 2021: 48).
Menurut Yani dalam Jawahir dan Uyuni (2019: 37), Masjid tidak hanya digunakan untuk melaksanakan kegiatan ibadah ritual seperti shalat berjamaah, dzikir, membaca al-Quran, dan berdoa, tetapi dapat digunakan untuk melakukan kegiatan sosial keagamaan dalam upaya mengembangkan masyarakat Islam.
Bahkan saat ini keberadaan masjid menyimpan banyak potensi untuk memberdayakan umat Islam di segala bidang kehidupannya. Adanya slogan back to mosque menjadi inspirasi awal munculnya semangat mengembalikan kejayaan Islam dari masjid.
Masjid memiliki kedudukan penting bagi umat Islam dalam upaya membentuk pribadi dan kepribadian masyarakat yang Islami (Qadaruddin, dkk, 2016: 224).
Masjid harus dibina, dipelihara dan dikembangkan secara teratur dan berencana untuk menyemarakkan kualitas umat Islam dalam mengabdi kepada Allah SWT, sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat Islam terhadap pembangunan bangsa akan lebih besar. dengan demikian masjid akan menjadikan manusia-manusia
muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, yang berkepribadian luhur serta menyadari tanggung jawab terhadap agama, bangsa dan negara(Muharawati, dkk, 2018: 24).
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tiangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitaif lebih menekankan makna dari pada generasi. (sugiyono, 2016 : 1) Pada metode kualitatif ini, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi, yang mana peneliti melakukan pengamatan terhadap peran remaja yang tergabung dalam organisasi keremajaan yaitu Lembaga Unsur Pemuda Nagari Rambatan atau Karang Taruna, dan Remaja Masjid Raya Rambatan terhadap pengembangan dakwah di Masjid Raya Rambatan. Untuk mendukung hasil data observasi, maka peneliti menguatkannya dengan melakukan wawancara terhadap anggota organisasi keremajaan Nagari Rambatan.
Kemudian data diolah melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Peneliti mengumpulkan data dengan cara memilah data yang dibutuhkan kemudian menyajikan data tersebut dalam bentuk menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran remaja dalam Kegiatan Dakwah di Masjid Raya Rambatan
Berdasarkan hasil penelitian peran remaja dalam pengembangan dakwah di Masjid Raya Rambatan sudah berjalan cukup dapat dilihat dari program kerja yang mereka adakan untuk menarik perhatian masyarakat tentang kegiatan dakwah yang mereka lakukan, dalam menjalankan suatu program tentu tidak selalu berjalan dengan baik ada beberapa halangan dan rintangan yang mereka temukan baik dalam mengelola kegiatan maupun anggotanya. Jika terjadi suatu permasalahan mereka akan mencari jalan keluarnya melalui musyawarah dan rapat anggota organisasi. Biasanya rapat ini diadakan sebelum kegiatan, saat kegiatan dan sesudah kegiatan. Jika ada permasalahan darurat biasanya Ketua organisasi ini akan mengadakan Rapat dadakan yang akan dihadiri oleh seluruh anggota.
Program kerja yang dilaksanakan berupa:
a. Pembentukan Remaja Mesjid b. Kegiatan hari besar Islam c. Tabligh akbar
d. Wirid bulanan dan mingguan e. Kegiatan wajib di bulan ramadhan f. Malam bina iman dan taqwa (Mabit) g. Jum’at berkah
h. Didikan subuh gabungan i. Santunan anak yatim
j. Pembagian Kitab suci Al-Quran Semua program kerja ini sudah dilakukan dengan baik kecuali Santunan Anak Yatim dan pembagian kitab suci Al- Quran. Program kerja yang belum
terlaksana karena terkendala biaya, untuk itu solusi yang sedang dilakukan adalah berupa pengajuan proposal kepada Donatur dan Pemerintah.
Peran remaja dalam
pengembangan dakwah dibagi kedalam 3 aspek diantaranya: Peran aktif, peran partisipatif, dan peran pasif. Menurut Soekanto dalam Ladenta, dkk (2017:2) disimpulkan bahwa ketiga peran tersebut merupakan suatu tindakan yang membatasi seseorang ataupun suatu organisasi untuk melakukan suatu kegiatan berdasarkan tujuan dan ketentuan yang telah disepakati bersama agar dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan teori tersebut, dalam penelitian ini dapat dikelompokkan dan penjelasan tentang peran Remaja Karang Taruna dan Remaja Mesjid Raya Rambatan, diantaranya:
a. Peran aktif: Ada 3 orang yang selalu hadir dalam setiap kegiatan yang diadakan. Mereka biasanya yang bertanggung jawab penuh untuk kelancaran kegiatan mulai dari awal hingga akhir. Peran lainnya mereka juga mengajak anggota lain untuk ikut serta dalam kegiatab yang akan diadakan.
b. Peran partisipatif: Keikutsertaan seseorang untuk mencapai tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya.
Mereka terkadang hadir dan terkadang tidak hadir dalam suatu kegiatan, tetapi disaat hadir mereka melakukan tanggung jawab sebagaimana mestinya. Peran inilah yang sering dilakukan oleh Remaja Karang Taruna dan Remaja Mesjid Raya Rambatan.
c. Peran pasif: Remaja yang tidak ikut sama sekali dalam kegiatan yang dijalankan.
Adanya program remaja ini, diharapkan masyarakat bisa menikmati dakwah-dakwah yang dibagikan pada kegiatan ini sehingga banyak disukai, serta masyarakat diharapkan bisa kembali memakmurkan masjid seperti apa yang diperintahkan Allah SWT. Begitu pula harapan yang diberikan kepada remaja, semoga kedepannya bisa terus kompak, kembali meramaikan masjid serta bisa mengadakan kegiatan yang menarik minat masyarakat untuk menghadirinya.
Kendala-kendala yang dihadapi remaja dalam pelaksanaan kegiatan dakwah di Masjid Raya Rambatan
Beberapa kendala yang menjadi terhambatnya pelaksanaan kegiatan dakwah di Mesjid Raya Rambatan, yaitu:
a. Motivasi Remaja
Motivasi remaja dapat dilihat dari kehadiran remaja dalam setiap kegitan yang diadakan, serta dapat dilihat dari keharmonisan antar sesama anggota organisasi. Pada penelitian ini kebanyakan anggota organisasi tidak selalu hadir dalam kegiatan yang diadakan, hal ini terjadi karena mereka juga punya kesibukan lain seperti sekolah, kuliah dan tugas yang diembannya di luar organisasi.
Hal inilah yang menjadi penghambat anggota tidak selalu aktif dalam organisasi karena masih kurangnya sikap Manajemen Waktu dalam diri anggotanya.
b. Interaksi sosial
Hal ini bisa dilihat dari keharmonisan dan kekompakan antar anggota baik di dalam organisasi itu sendiri ataupun dalam menjalankan kegiatan. Jika ada ketidakharmonisan biasanya itu berasal dari pribadi yang tidak mau bergaul dengan anggota lain, dalam penelitian yang dilakukan, Remaja Karang Taruna dan Remaja Mesjid Raya Rambatan terlihat kompak dan harmonis dalam organisasi maupun saat kegiatan berlangsung.
c. Sarana dan prasarana
Berdasarkan hasil dari penelitian ini banyak remaja yang mengatakan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk melakukan sebuah kegiatan belum memadai seperti, sebuah kegiatan yang cakupannya besar tidak memungkinkan dilaksanakan jika di dalam masjid maka mereka akan mengadakannya di luar masjid atau dipindahkan ke lapangan hijau Rambatan yang menyebabkan mereka untuk menyewa tenda dan kursi atau karpet untuk alas duduk, serta penambahan sound sistem atau speaker agar masyarakat aman dan nyaman dalam mengikuti kegiatan, dan untuk kegiatan yang diadakan di dalam masjid yang cakupannya lebih kecil sarana dan prasarananya sudah mencukupi, kecuali kegiatan yang membutuhkan meja atau kursi yang lebih banyak seperti kegiatan pada bulan ramadhan yang memerlukan beberapa meja dan kursi untuk dewan juri, biasanya mereka akan meminjam
ke masyarakat sekitar Masjid Raya Rambatan.
Selain itu kendala lainnya bersumber dari dana yang dibutuhkan, untuk mengatasi hal ini mereka juga melakukan pengumpulan dana berupa sumbangan dan mengajukan proposal ke Donatur dan pemerintah. Pengumpulan dana sumbangan biasanya dilakukan ke setiap rumah warga, beberapa toko dan juga masuk ke pasar tradisional. Dana sumbangan yang terkumpul di dalam satu hari biasanya tidak begitu banyak, sehingga harus dilakukan selama beberapa hari agar persiapan kegiatan bisa lebih baik.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, Remaja dalam hal menjalankan dakwah kepada masyarakat sudah cukup baik dengan diiringi program kerja yang mereka adakan seperti wirid bulanan, wirid mingguan, tabligh akbar, kegiatan untuk memperingati hari besar Islam, malam bina iman dan taqwa (mabit) untuk para remaja, santunan anak yatim dan kegiatan bermanfaat yang mereka adakan pada bulan Ramadhan. Melalui cara ini untuk menyampaikan dakwah kepada masyarakat sudah cukup mudah, namun dalam hal kehadiran mereka pada sebuah kegiatan itu banyak yang masih bersifat partisipatif karena hanya beberapa orang yang aktif dalam menghadiri sebuah kegiatan. Walapun begitu, peran remaja ini tetap berjalan dengan baik karena jika ada anggota yang tidak bisa menghadiri
masih ada anggota lain yang akan menggantikan dan membantu untuk kelancaran kegiatan yang mereka adakan.
Remaja menerima tugas yang diberikan kepada mereka dengan baik dan remaja juga menjalankan tanngung jawab mereka pada bidang yang telah diberikan, sehingga ketika menjalankan kegiatan mereka mengetahui apa yang harus mereka kerjakan dan sebisa mungkin mereka bertanggung jawab terhadap tugas mereka.
Tidak jarang dalam sebuah kegiatan remaja, terdapat permasalahan yang terjadi baik permasalahan besar maupun permasalahan kecil seperti: dana yang kurang mencukupi, sarana dan prasarana tidak memadai, dan selisih paham antar sesama anggota yang menyebabkan terjadinya perpecahan antar anggota. Namun demikian, permasalahan yang terjadi diselesaikan dengan cara mengajukan proposal sumbangan dan pada pemerintah, musyawarah dan rapat- rapat organisasi sehingga permasalahan cepat terselesaikan dan sebisa mungkin masalah ini bisa menjadi evaluasi untuk kedepannya.
Peran Remaja Karang Taruna dan Remaja Mesjid Raya Rambatan dalam menjalankan dakwah kepada masyarat sudah dijalankan dengan baik, tetapi masih ada beberapa kendala yang dialami diantaranya motivasi remaja, interaksi sosial dan sarana prasarana. Namun demikian, mereka tetap menjalankan beberapa solusi yang sering menjadi titik acuan mereka agar tujuan mereka tercapai.
KEPUSTAKAAN ACUAN
Aliyudin. 2010. Prinsip-Prinsip Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an. Jurnal Ilmu Dakwah 4(15): 1014
Anshari, H. 1999. Ensiklopedi Islam Jilid ABA-FAR, Vol. 1. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve
Cahyadi, A. 2018. Pengembangan Dakwah Melalui Gerakan Kebudayaan. Jurnal Pengembangan Dakwah 18(2): 74-76
Diananda, Amita. 2018. Psikologi Remaja dan Permasalahannya. Jurnal Pendidikan Islam 1(1): 116
Islami, F. 2019. Generasi Muda dan Dakwah: Peran Strategis dalam Pengembangan Masyarakat. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 5(2): 3
Jannah, Miftahul. 2016. Remaja dan Tugas-Tugas Perkembangan dalam Islam. Jurnal Psikoislamedia 1(1):
244
Jawahir, M dan B. Uyuni . 2019.
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid. Jurnal Spektra 1(1): 36-37 Lantaeda, S. B, J. Lekong, dan M Ruru.
2017. Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Penyusun RPJMD Kota Tomohon.
Jurnal Administrasi Publik 4(48): 2
Masmuddin. 2010. Dakwah
Pengembangan Masyarakat. Jurnal Al-Tajdid 11(1): 39
Maulasari, S. 2019. Metode Menurut Jalaluddin Rahmat. Jurnal Dakwah 20(1): 129
Muharawati, Y., Suleman, T. Kartini.
2018. Strategi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat Pada Masjid Assalam Karang Tengah dan Masjid Nurul Huda. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Teknologi 12(2): 24
Mukmin, H. 2014. Peran Fakultas Dakwah Sebagai Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dalam Pemberdayaan Masyarakat Islam di Wilayah Lampung, (Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, IAIN Raden Intan LampungSugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan Keduabelas. Bandung: Alfabeta, Cv.
Nurdin & Abbas. 2019. Pengaruh Dakwah Terhadap Remaja. Jurnal Al- Nashihah 3(2): 121-122
Qadaruddin, M., A. Nurikdam dan Firman. 2016. Peran Dakwah Masjid
dalam Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat. Jurnal Ilmu Dakwah 10(2): 224
Ranny, Rize Azizi, E. Rianti, S. H.
Amelia, M. Nova, dan E. Lestarina.
2017. Konsep Diri Remaja dan Peranan Konseling. Jurnal Penelitian Guru Indonesia 2(2): 42
Ridla, M. R. 2017. Pengantar Ilmu Dakwah Sejarah, perspektif, dan Ruang Lingkup. DI Yogyakarta:
Penerbit Samudra Biru
Sabda Alkitab. 1996. Remaja. Jurnal Pelita Zaman 11(2)
Syamsyddin. 2016. Peranan Nilai Tasawuf dalam Menumbuhkan Karakter Islam Ramatan Lil ‘Alamin Pada Peran Pemuda. Jurnal Akhlak dan Tasawuf 2(2): 510-521
Wibowo, H. S., M. H. Assidiki. 20121.
Penerapan Fungsi Manajemen Program dalam Pelaksanaan Kajian di Masjid Nurul Islam Mulyorejo Surabaya. Jurnal Ilmiah Stidiki Ar- rahmah 4(2): 46-48.