1
IAIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA:
PERAN SEBELUM DAN SETELAH MENJADI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
1Olrh SUWITO
2I
Sebelum Indonesia merdeka, Perguruan Tinggi Islam yang pertama kali didirikan adalah Sekolah Tinggi Islam di Padang (dipimpin Mahmud Yunus), 9 Desember 1940. Hampir lima tahun berikutnya (8 Juli 1945) di Jakarta didirikan Sekolah Tinggi Islam. Pada tahun 1946, Sekolah Tinggi Islam ini kemudian dipindahkan ke Yogyakarta karena di Jakarta dikuasai Sekutu. Pada 22 Maret 1948, Sekolah Tinggi ini kemudian diubah namanya menjadi Universitas Islam Indonesia. Tiga tahun kemudian, yaitu pada September 1951 di Yogyakarta didirikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Yang menjadi cikal bakal PTAIN adalah Fakultas Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII). Pada tanggal 14 November 1951 di Jakarta didirikan Perguruan Tinggi Islam Jakarta. Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa daerah lain juga didirikan Perguruan Tinggi Islam. Pada 7 Januari 1952 di Medan didirikan Perguruan Tinggi Islam Sumatera Utara yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Islam Sumatera Utara (tahun 1956). Pada tahun 1954 berdiri Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, disusul Universitas Cokroaminoto Surakarta (Oktober 1955), Universitas Muhammadiyah (18 November 1955) di Padang Panjang, Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Muhammadiyah di Jakarta (18 November 1957), Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta (1957), FKIP Muhammadiyah Surakarta (tahun 1958), Akademi Tabligh Muhammadiyah Yogyakarta (1958) dan pada tahun 1960 berdiri Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Yogyakarta.3
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berdiri tahun 1963. Sebelumnya adalah Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) yang didirikan tahun 1957 kemudian menjadi Fakultas Tarbiyah dan Adab dari IAIN yang berpusat di Yogyakarta yang didirikan tahun 1960. Pada periode 1963-1969 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki Fakultas Tarbiyah di Jakarta dan Banda Aceh, Fakultas Adab di Jakarta, Fakultas Ushuluddin di Jakarta, Fakultas Syari’ah di Serang, Banda Aceh dan Pelembang, Fakultas Tarbiyah di Cirebon, Fakultas Tarbiyah di Pekanbaru, Fakultas Syari’ah di Tembilahan, Fakultas Ushuluddin di Cirebon, Fakultas Tarbiyah di Bogor, Fakultas Tarbiyah di Sukabumi, Fakultas Tarbiyah di Pontianak, Fakultas Ushuluddin di Singkawang4 Perkembangan berikutnya, Fakultas-fakultas tersebut digabung ke dalam IAIN terdekat yang baru didirikan, yaitu IAIN Jambi dan IAIN Bandung.5 Pada beberapa Fakultas kemudian dimandirikan menjadi Sekolah Tinggi
1Bahan Diskusi pada acara Penyambutan Tamu dari Kedah Malaysia, 8 Juli 2002. Diterbitkan dalam Buku
"Menulis Gagasan Mempercepat Keberhasilan: Alih Status IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2002"
Penerbit Young Progressive Muslim (YPM) tahun 2019
2Pembantu Rektor Bidang Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1984), passim.
4AR. Partosentono dkk, Tiga Puluh Tahun IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1 Juni 1957 – 1 Juni 1987, h. 39- 41.
5Terdapat 14 IAIN diseluruh Indonesia yang tahun berdirinya sbb:
1. Pada tahun 1963 telah berdiri 3 IAIN, yaitu di Yogyakarta, Jakarta, dan Aceh.
2. Pada tahun 1964 telah berdiri 2 IAIN, yaitu di Palembang, dan Banjarmasin.
3. Pada tahun 1965 berdiri 2 IAIN, yaitu di Surabaya dan Ujung Pandang (Makassar).
4. Pada tahun 1966 berdiri 1 IAIN, yaitu di Padang.
5. Pada tahun 1967 berdiri 1 IAIN, yaitu di Jambi.
2
Agama Islam Negeri (STAIN) sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 11 Tahun 1997. Sampai saat ini jumlahnya mencapai 33 STAIN di seluruh Indonesia.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2002, mulai 20 Mei 2002 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berubah status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Mulai tahun 1982 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuka Program Magister Studi Islam dan pada tahun 1984 membuka Program Doktor dalam bidang Studi Islam.6
II
Sekarang ini, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki 41 Program Studi untuk Program Sarjana dan 8 Konsentrasi untuk Program Pascasarjana. Pada Program Sarjana, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki 8 Program Studi Eksakta dan 31 Program Studi Sosial dan Keagamaan/Humaniora. Semua Program Studi ini tergabung dalam 9 Fakultas. Sebelum menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menamatkan lebih dari 23.000 alumni Program Diploma, Sarjana Muda, Sarjana Lengkap dan Sarjana (S1). Selain itu telah pula menghasilkan 743 Magister dan 281 Doktor dalam bidang Kajian Islam (Islamic Studies). Kecuali Program Pacsasarjana IAIN Sunan Kalijaga, Program Pascasarjana di beberapa IAIN awalnya menginduk ke Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampai saat ini khusus program Doktor Studi Islam hanya ada di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Sunan Ampel Surabaya dan IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Pada kedua IAIN yang terakhir ini program Doktor belum ada yang selesai karena baru dibuka.
Secara rinci, belum ditemukan penelitian yang khusus membahas peran yang telah dimainkan oleh IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Akan tetapi dalam pengamatan sederhana peran IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama yang dilakukan oleh mahasiswa dan/atau alumni dapat diinformasikan sebagai berikut.
1. Dosen, Pendiri dan Pimpinan Perguruan Tinggi Islam
Para alumni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta banyak ditemukan menjadi dosen baik di Perguruan Tinggi Islam negeri maupun swasta. Selain itu mereka banyak yang menjadi pimpinan di Perguruan Tinggi Islam Negeri maupun Swasta. Pada yang terakhir ini sangat terlihat terutama pada IAIN dan STAIN. Oleh karena pimpinan diutamakan berpendidikan Magister dan Doktor, sementara program ini hanya dimiliki oleh IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta maka alumni kedua IAIN ini dinilai mendominasi pimpinan IAIN dan STAIN di seluruh Indonesia.
Para alumni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga banyak didapati sebagai pendiri perguruan tinggi Islam swasta yang di seluruh Indonesia terdapat lebih dari 350 Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta.
2. Guru dan Pimpinan pada Sekolah Menengah ke Bawah
Alumni dan/atau mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga banyak ditemukan menjadi guru dan pimpinan pada sekolah menengah Agama/madrasah dan Umum baik negeri maupun swasta.
Walaupun tidak semua berasal dari alumni Fakultas Tarbiyah, tetapi karena mereka mengambil Program Akta IV para alumni ini banyak yang diangkat menjadi guru.7
6. Pada tahun 1968 berdiri 2 IAIN, yaitu di Bandung dan Bandar Lampung.
7. Pada tahun 1970 berdiri 2 IAIN, yaitu di Semarang dan Pekanbaru.
8. Pada tahun 1973 berdiri 1 IAIN, yaitu di Medan.
6 AR. Partosentono dkk, op. cit., h. 57 dan 65.
7 Sebagai ilustrasi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sanawiyah (MS) dan Aliyah (MA) Negeri di 26 Propinsi di Indonesia mayoritas lulusan IAIN. Guru MI alumni IAIN mencapai 49,79%, Guru MS alumni IAIN mencapai
3
3. Wartawan, Penulis Artikel dan Pemandu Acara di Televisi
Wartawan dan penulis artikel di beberapa surat kabar dan majalah yang berasal dari alumni dan/atau mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta cukup banyak8. Selain itu mereka juga ada yang menjadi pemandu acara di televisi.
4. Politisi
Dengan adanya reformasi di bidang politik, para alumni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga banyak yang aktif menjadi anggota dan pimpinan partai politik. Banyak juga mereka yang menjadi pejabat pemerintah dan/atau anggota perlemen di tingkat pusat maupun daerah.
5. Pengusaha
Beberapa alumni dan/atau mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga didapati menjadi pengusaha berskala besar, menengah dan kecil.
6. Hakim Agama
Para alumni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta banyak ditemukan menjadi Hakim Agama di seluruh Indonesia.
7. Juru Dakwah dan Pengelola Kegiatan Keislaman
Secara umum mahasiswa dan/atau alumni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kemampuan menjadi juru dakwah Islam walaupun mereka bukan lulusan Fakultas Dakwah. Pada beberapa tempat seperti hotel, perkantoran swasta dan pemerintah, perusahaan, komplek perumahan dan lainnya banyak ditemukan para alumni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi pengelola kegiatan-kegiatan keislaman.
8. Pengelola Pesantren
Jumlah pesantren di seluruh Indonesia lebih dari 10.000 buah pesantren. Menurut hasil penelitian, sekitar 37% dikelola oleh alumni IAIN9. Jumlah persis alumni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak diketahui tetapi berdasarkan pengamatan banyak ditemukan para alumni dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Pimpinan Majlis Taklim Kaum Ibu
Majlis taklim umumnya diselenggarakan oleh kaum Ibu. Sangat banyak majlis taklim yang dipimpin oleh alumni dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Pengelola LSM dan Pimpinan Organisasi Keagamaan
Para mahasiswa dan/atau alumni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta banyak juga menjadi aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat. Selain itu banyak pula yang menjadi pimpinan organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, Persis, al-Washliyah dan lainnya.
53.4% dan Guru MA alumni IAIN mencapai 66,28%. Lihat Fuad Jabali dan Jamhari (Penyunting), IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 2002), h. 133.
8Menurut laporan Fuad Jabali dan Jamhari, penulis artikel dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta mencapai 64,41%. Lihat Fuad Jabali dan Jamhari, Ibid, h. 155.
9 Fuad Jabali dan Jamhari Ibid., h. 113.
4
Diakui bahwa di antara alumni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta – terutama wanita - ada juga yang hanya menjadi Ibu Rumah Tangga dalam arti tidak bekerja sebagai yang dimaksud pada kegiatan di atas.
Dalam pandangan masyarakat umum, posisi hanya sebagai Ibu Rumah Tangga sering tidak disebut bekerja (dalam pengertian formal).
Setelah menjadi universitas, peran para alumni dan lembaga diasumsikan akan bertambah besar dan luas wilayahnya. Hal ini dikarenakan tugas pokok sebagai Perguruan Tinggi Agama Islam tidak dilepas bahkan mendapat tugas baru pada pengembangan sains dan teknologi. Oleh karena itu, nomenklatur pada nama-nama Fakultas ketika masih IAIN tetap dipertahankan dan bahkan ditambah agar tugas utama pengintegrasian pada bidang keislaman, keilmuan dan keindonesiaan lebih mudah dilakukan. Nama-nama Fakultas dalam UIN pada tahap awal ini meliputi: 1) Tarbiyah dan Keguruan, 2) Adab dan Humaniora, 3) Ushuluddin dan Filsafat, 4) Syari’ah dan Hukum, 5) Dakwah dan Komunikasi, 6) Psikologi, 7) Dirasat Islamiyah, 8) Ekonomi dan Sosial, dan 9) Sains dan Teknologi serta Program Pascasarjana. Pada tahun- tahun mendatang diharapkan bertambah satu fakultas lagi yaitu Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran.
Beberapa Program Studi lain akan dibuka pula pada masing–masing fakultas yang relevan. Sedangkan Konsentrasi pada Program Pascasarjana juga akan ditambah.
Selain pada nama-nama fakultas, program integrasi keislaman dan keilmuan dilakukan pada pembenahan kurikulum. Diupayakan agar penyajian mata kuliah keislaman dilengkapi dengan pendekatan sains dan teknologi dan sebaliknya penyajian mata kuliah umum dilengkapi juga dengan pendekatan keislaman (ayat-ayat qur’aniyyah). Oleh karena para dosen tidak semuanya memiliki kemampuan yang demikian maka team teaching pada penyajian mata kuliah tidak dapat dihindarkan dan mesti dilakukan. Di samping itu para mahasiswa sangat didorong untuk mengikuti penyelenggaraan twinning program dan/atau double degree.
III
Berdasarkan uraian sederhana di atas dapat dipahami bahwa peran utama yang telah dilakukan oleh IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah meningkatkan jatidiri para santri. Dengan mengambil kuliah di IAIN para santri terutama alumni pesantren tradisional dapat menjadi akademisi di berbagai profesi dan tidak canggung atau minder berkiprah dalam masyarakat luas baik tingkat nasional bahkan internasional.
Oleh karena itu kehadiran IAIN dapat dinilai mampu memperluas cakrawala pemikiran santri.
Berkat mereka (para alumni IAIN) dapat berdiri banyak pesantren modern dan madrasah unggulan.
Pesantren modern dan madrasah unggulan tersebut sekarang sangat laku terutama kalangan masyarakat berekonomi menengah dan atas untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sekolah-sekolah umum pun sekarang cenderung merubah model pembelajarannya dengan pola pesantren tradisional yang dimodifikasi menjadi boarding school. Dengan demikian maka kehadiran IAIN telah mampu mendorong proses modernisasi lembaga-lembaga pendidikan (terutama yang berlabel Islam) dan bahkan pula berperan dalam memberdayakan masyarakat.
Setelah menjadi universitas, peran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selain yang telah disebut di atas diasumsikan dapat pula memberikan dorongan lahirnya para saintis dan teknolog muslim. Model perguruan tinggi dan atau sekolah yang lain diasumsikan pula akan mencontohnya sehingga akan banyak ditemukan perguruan tinggi dan sekolah yang cenderung menawarkan model integrasi keislaman dan keilmuan.
Akhirnya, diharapkan pada lima belas sampai dua puluh lima tahun mendatang mulai tampak adanya para saintis dan teknolog muslim.