• Tidak ada hasil yang ditemukan

peranan guru pendidikan agama islam dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "peranan guru pendidikan agama islam dalam"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pembelajaran khususnya dalam mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang peserta didik. Menjadikan bahan yang informatif bagi guru dalam memilih model atau strategi pembelajaran yang efektif, sehingga guru dalam perannya dalam proses pembelajaran lebih kreatif terutama dalam mengatasi perilaku menyimpang yang terjadi dalam proses pembelajaran. Siswa dapat menemukan sesuatu yang berharga bagi dirinya dan proaktif dalam belajar, sehingga permasalahan dalam proses belajar mengajar dapat diselesaikan bersama-sama melalui pendekatan atau metode yang digunakan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian guru /pendidikan

Guru juga diartikan sebagai pelatih yang menyampaikan sejumlah pengetahuan tertentu kepada siswa di sekolah18. Seorang guru harus memahami kondisi muridnya agar tidak sombong atau memaksakan kehendak pada muridnya. Seorang guru harus selalu menegur setiap kali muridnya melakukan kesalahan, namun teguran harus dilakukan dengan sebijaksana mungkin dan dengan kata-kata yang bersifat mendidik dan menyentuh19.

Pemberian sanksi oleh guru harus dilakukan dengan hati-hati dan bila dirasa perlu, demi kelancaran pengajaran yang baik bukan hanya soal teknik dan metodologi pengajaran saja. Untuk menjaga kedisiplinan di kelas, guru seringkali bersikap otoriter, menjauhi siswa, bersikap dingin, dan menyembunyikan rasa takut dianggap lemah. Pendidikan agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Religious Education yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan manusia yang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, namun lebih ditekankan pada perasaan, cita-cita pribadi, dan aktivitas keimanan. Dalam bahasa Arab dikenal beberapa istilah yang dapat digunakan dalam pengertian pendidikan, yaitu ta’lim (mengajar), ta’dib (mengajar), dan tarbiyah (mengajar).

Peran guru pendidikan Agama Islam

Setiap guru mempunyai kepribadian berdasarkan latar belakangnya sebelum menjadi guru, kepribadian dan pandangan guru serta pendidikan dan pengalaman mengajar sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tipe kepribadian, pendidikan, pengalaman dan yang tidak kalah penting, pandangan filosofis guru terhadap siswa. Guru yang memandang siswanya sebagai makhluk individu tanpa kemampuan akan menggunakan pendekatan metode yang berpusat pada guru, memandang siswa sebagai toples kosong yang dapat diisi apa saja.

Benar bahwa guru dituntut untuk selalu menegur setiap kali siswanya melakukan kesalahan, namun teguran itu hendaknya dilakukan dengan sebijaksana mungkin dan dengan kata-kata yang mendidik dan menyentuh hati21. Pemberian sanksi oleh guru hendaknya dilakukan dengan hati-hati dan bila dipandang perlu demi kepentingan pengajaran yang baik, bukan sekedar masalah teknis dan teknis. Hendaknya ia dapat mengikuti segala kegiatan yang dilakukan murid-muridnya dan tidak perlu merasa kehilangan kehormatan karenanya.

Guru yang beranggapan bahwa orang lain mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan baik. Guru yang melihat orang-orang dan perilakunya pada dasarnya berkembang dari dalam: oleh karena itu, mereka bukanlah produk dari peristiwa eksternal yang dibentuk dan digerakkan. Namun menurut al-Attas dalam Hasan Langroll, kata ta’dib lebih tepat digunakan dalam pendidikan agama Islam, karena tidak terlalu terbatas untuk sekedar mengajar, dan tidak terlalu luas, sebagaimana kata tarbiyah juga digunakan untuk binatang. digunakan. dan tanaman dengan arti merawatnya.

Zakiah Daradjat dalam Pendidikan Agama Islam atau At-Tarbiyah Al-Islamiah merupakan upaya membimbing dan merawat peserta didik agar setelah menyelesaikan pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pedoman hidup mereka. Bagi Ahmad D. Marimba (dalam Uma Uhbiyat) pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani. Pendidikan agama Islam merupakan suatu kegiatan yang tujuannya untuk menciptakan manusia yang beragama, sehingga pendidikan agama harus berorientasi pada pertumbuhan moral dan karakter. Segala upaya tersebut berupa mengarahkan perkembangan jasmani dan rohani anak, ke arah perkembangan kepribadian primer sesuai dengan ajaran agama Islam.

Upaya mengarahkan dan mengubah perilaku individu untuk mencapai pertumbuhan kepribadian sesuai dengan ajaran Islam dalam proses pendidikan melalui pelatihan akal (kecerdasan, psikologi, keyakinan, kemauan dan perasaan serta panca indera) pada seluruh aspek kehidupan manusia. . Pengajaran secara sadar dan berkesinambungan yang sesuai dengan keterampilan dasar (kemampuan belajar fitrah dan pengaruh asing) baik secara individu maupun kelompok, sehingga masyarakat dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara utuh dan benar. Yang dimaksud lebih lengkap dan tepat meliputi Aqidah (keyakinan), Syariah (ibadah muamalah) dan Ahlaq (akhlak).

Perilaku menyimpang

  • Pengertian perilaku menyimpang
  • Bentuk-bentuk penyimpangan sosial/perilaku menyimpang
  • Faktor-faktor penyebab perilaku menyimpang
  • Pencegahan penyimpangan sosial

Yang dimaksud dengan penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara (temporer). 25. Orang yang menyebabkannya masih dapat diterima dalam kelompok sosialnya karena tidak melanggar peraturan, misalnya melanggar rambu lalu lintas atau meminum minuman beralkohol di pesta. Yang dimaksud dengan penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang tetap dilakukan oleh pelakunya meskipun telah dikenakan sanksi.26 Oleh karena itu, setiap pelaku dikenal luas sebagai seseorang yang berperilaku menyimpang, misalnya seseorang yang setiap hari meminum minuman beralkohol, seorang pelajar yang terus menerus berbuat curang. teman sekelasmu. Penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada faktor internal adalah kecerdasan atau tingkat kecerdasan, umur dan kedudukan seseorang dalam masyarakat.

Penyebab perilaku menyimpang pada faktor eksternal adalah kehidupan masyarakat dan warga sekitar Pendidikan di sekolah, pergaulan dan media massa28. Pencegahan terhadap perilaku menyimpang sosial dilakukan oleh seseorang agar tidak melakukan penyimpangan sosial yang lebih merugikan atau bersifat negatif29. Faktor keluarga: Pencegahan terjadinya penyimpangan sosial pada faktor keluarga merupakan awal dari proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian seseorang.

Kepribadian seseorang mulai terbentuk dengan baik ketika ia dilahirkan dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang baik, begitu pula sebaliknya. Faktor Sekolah, Pencegahan Penyimpangan Sosial pada Faktor Sekolah merupakan wadah menimba ilmu yang memberikan pendidikan moral selain pendidikan umum. Faktor lingkungan dan teman, Pencegahan terjadinya penyimpangan sosial pada faktor lingkungan dan teman merupakan suatu tempat yang sangat mempengaruhi karakter seseorang karena dalam situasi sosial seseorang dituntut untuk mampu menyesuaikan diri/menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia tinggal dan kepada teman-temannya.

Faktor media massa, Pencegahan penyimpangan sosial Faktor media massa merupakan wadah sosialisasi yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, setiap orang hendaknya dapat memilih media massa yang memuat informasi yang baik dan positif agar terhindar dari penyimpangan sosial.30. Beberapa faktor yang disebutkan di atas merupakan alternatif pencegahan dan solusi mengatasi perilaku menyimpang sosial yang berasal dari faktor keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat dan media massa yang merupakan unsur solusi mengatasi perilaku menyimpang, semua unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. dipisahkan satu sama lain untuk mengatasi masalah perilaku menyimpang di lingkungan sosial.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan objek penelitian

Penelitian ini berlatar di SMP Muhammadiyah 5 Makassar, mengingat masih terdapat siswa yang belum maksimal, dan objek penelitiannya adalah siswa kelas 7 dan guru PAI di SMP Muhammadiyah 5 Makassar.

Fokus penelitian

Deskripsi fokus penelitian

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah hasil wawancara terhadap siswa dan guru di SMP Muhammadiyah 5 Makassar. “Peran Guru PAI Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku di SMP Muhammadiyah 5 Makassar.” Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang diperoleh dari catatan atau dari Tata Usaha di SMP Muhammadiyah 5 Makassar. Metode ini dilakukan untuk mendeskripsikan fokus penelitian yaitu Peran Guru PAI Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku di SMA Muhammadiyah 5 Makassar.

Sejarah singkat perguruan tinggi muhammadiyah cabang mariso terdiri dari SD muhammadiyah 6, SMP muhammadiyah 5 dan SMA muhammadiyah 4. SMP muhammadiyah mariso berdiri pada tahun 1978 dan didirikan oleh kepala dinas pendidikan mariso yaitu abu dg matola. 36 Farid Hasyim, Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Filsafat Pengembangan Kurikulum Transformatif antara KTSP dan Kurikulum 2013), (Malang: Madani, 2015), hal.

Begitu pula dengan SMP Muhammadiyah 5 Makassar, sebagai lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional, mempunyai fasilitas pengajaran yang sangat memadai untuk menunjang perancangan proses belajar mengajar di SMP. Berdasarkan observasi dan data yang penulis peroleh, diketahui bahwa kondisi ruangan di SMP Muhammadiyah 5 Makassar cukup memadai dan mendukung terlaksananya kegiatan belajar mengajar di SMP yang berkualitas. Tafsir yang dapat diperoleh, peran guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan memberikan pelajaran dan kebiasaan baik seperti:

Peran guru PAI dalam menanggulangi perilaku menyimpang siswa adalah apabila terbukti menimbulkan perilaku menyimpang maka guru dan pihak sekolah membuat surat kesepakatan yang memberitahukan kepada wali kelas, orang tua dan guru, diskotik tidak diperkenankan. menghadiri kelas, selain memberikan nasehat dengan pendekatan individual dan bercerita tentang orang lain saat belajar. Perilaku siswa yang menyimpang terdiri dari tiga hal, yaitu perilaku yang merugikan orang lain, diri sendiri, dan lingkungan. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Mardiah diketahui bahwa penyimpangan perilaku siswa yang sering terjadi di sekolah adalah sebagai berikut:

Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Faktor pendukung atau pendukung dalam mengatasi perilaku menyimpang siswa adalah adanya kerjasama semua pihak baik guru maupun karyawan serta orang tua siswa itu sendiri, kemudian terciptanya kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan penguatan karakter siswa. “Menurut saya, perilaku menyimpang di SMP Muhammadiyah 5 Makassar masih dalam tahap penyimpangan ringan, belum ada penyimpangan yang berat, seperti membolos di kelas, tidak mengerjakan tugas, berbicara di kelas saat guru sedang menjelaskan” 44 .

Dan dalam beberapa hal yang dilakukan oleh para guru yaitu penanganan dan koordinasi yang dilakukan oleh seluruh pendidik (guru) di SMP Muhammadiyah 5 Makassar sangat berperan positif dalam mengubah siswa. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang di SMP Muhammadiyah 5 Makassar adalah : pulang sebelum jam pelajaran berakhir, tidak suka bersosialisasi atau suka menyendiri, suka membohongi guru dan orang lain, suka berkelahi atau mengganggu teman saat belajar, suka merusak fasilitas sekolah , sering mencuri barang orang lain, suka mencuri perhatian, dan suka berkelahi dengan guru. Faktor pendukung dalam mengatasi perilaku menyimpang siswa adalah kerjasama dari semua pihak baik guru maupun staf sekolah.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah pada tahun 2013, penulis mendaftar di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar) dan diterima di Jurusan Pendidikan Agama Islam (S1) pada tahun 2013.

Tabel 4.1 Tahun
Tabel 4.1 Tahun

Gambar

Tabel 4.1 Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa, Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang baik dalam membangun interaksi siswa, guru