• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Baru tentang Hak, Kewajiban, dan Disiplin Mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN

N/A
N/A
maim

Academic year: 2024

Membagikan " Peraturan Baru tentang Hak, Kewajiban, dan Disiplin Mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

SANAN

SALINAN

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN NOMOR 4 TAHUN 2023

TENTANG

HAK, KEWAJIBAN, DAN DISIPLIN MAHASISWA POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

DIREKTUR POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan mahasiswa yang unggul dalam bidang akademik dan pembangunan karakter, telah ditetapkan Peraturan Direktur Politeknik Keuangan Negara STAN Nomor PER-4/PKN/2017 tentang Hak, Kewajiban, dan Disiplin Mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN;

b. bahwa dalam perkembangannya dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 135 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.01/2020 tentang Statuta Politeknik Keuangan Negara STAN, Peraturan Direktur Politeknik Keuangan Negara STAN Nomor PER- 4/PKN/2017 tentang Hak, Kewajiban, dan Disiplin Mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN perlu disesuaikan dengan kebutuhan organisasi;

c. bahwa dalam penyusunan Peraturan Direktur Politeknik Keuangan Negara STAN ini telah memperoleh pendapat dari Senat melalui Nota Dinas Nomor ND- 23/S.PKN/2022 tanggal 21 Desember 2022;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Direktur Politeknik Keuangan Negara STAN tentang Hak, Kewajiban, dan Disiplin Mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN;

Mengingat : 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.01/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Keuangan Negara STAN (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1203);

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.01/2020 tentang Statuta Politeknik Keuangan Negara STAN (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1655);

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 149/KMK.01/2021 tentang Pengangkatan Direktur dan Wakil Direktur Politeknik Keuangan Negara STAN Periode Tahun 2021 – 2025;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TENTANG HAK, KEWAJIBAN, DAN DISIPLIN MAHASISWA POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN.

(2)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:

1. Hak Mahasiswa adalah hal-hal yang didapatkan oleh mahasiswa yang diberikan selama mengikuti proses pendidikan di Politeknik Keuangan Negara STAN.

2. Kewajiban Mahasiswa adalah hal-hal yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa selama mengikuti proses pendidikan di Politeknik Keuangan Negara STAN.

3. Disiplin Mahasiswa adalah kesanggupan Mahasiswa untuk menaati kewajiban yang ditentukan dalam Peraturan Direktur ini.

4. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan yang selanjutnya disingkat BPPK adalah unit kerja jabatan pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi kompetensi di bidang keuangan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Politeknik Keuangan Negara STAN yang selanjutnya disebut PKN STAN adalah perguruan tinggi di lingkungan Kementerian Keuangan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

6. Bagian Administrasi Akademik yang selanjutnya disingkat BAAK adalah unit kerja di lingkungan PKN STAN yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program pendidikan, pengelolaan administrasi akademik, praktik kerja lapangan, kemahasiswaan, urusan kealumnian, pengelolaan kerja sama, kehumasan, dokumentasi, dan layanan informasi 7. Unit Pembangunan Karakter yang selanjutnya disingkat UPK adalah unit kerja di lingkungan PKN STAN yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan program pembangunan karakter mahasiswa.

8. Kepala BPPK adalah Pimpinan BPPK.

9. Direktur adalah Direktur PKN STAN.

10. Kepala BAAK adalah Pimpinan BAAK.

11. Kepala UPK adalah Pimpinan UPK.

12. Dosen adalah dosen PKN STAN.

13. Dosen Tetap adalah Dosen yang ditetapkan sebagai tenaga pendidik tetap pada PKN STAN.

14. Tenaga Kependidikan adalah tenaga kependidikan PKN STAN.

15. Mahasiswa PKN STAN yang selanjutnya disebut Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di PKN STAN.

16. Civitas Academica adalah kelompok masyarakat akademik yang terdiri atas Dosen dan Mahasiswa.

17. Ikrar Mahasiswa yang selanjutnya disebut Tri Karsa Utama adalah suatu tekad yang mencerminkan kepribadian Mahasiswa.

(3)

18. Pelanggaran Disiplin Mahasiswa adalah setiap ucapan, tulisan, dan/atau perbuatan Mahasiswa yang tidak menaati kewajiban baik yang dilakukan di dalam maupun di luar proses pembelajaran.

19. Laporan Dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang selanjutnya disebut Laporan adalah aduan yang disampaikan oleh pelapor kepada pejabat di lingkungan PKN STAN mengenai telah, sedang, dan/atau diduga terjadinya Pelanggaran Disiplin Mahasiswa.

20. Pelapor adalah setiap orang perseorangan atau badan hukum yang menyampaikan Laporan Dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa.

21. Mahasiswa Terlapor yang selanjutnya disebut Terlapor adalah Mahasiswa yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa.

22. Mahasiswa Terperiksa yang selanjutnya disebut Terperiksa adalah Terlapor yang diperiksa sesuai ketentuan dalam Peraturan Direktur ini.

23. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan pemeriksaan tentang suatu dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang mana ia alami sendiri, ia lihat sendiri, dan ia dengar sendiri.

24. Hukuman Disiplin Mahasiswa yang selanjutnya disebut Hukuman Disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Mahasiswa karena terbukti melanggar ketentuan dalam Peraturan Direktur ini.

25. Upaya Administratif Disiplin Mahasiswa yang selanjutnya disebut Upaya Administratif adalah prosedur yang dapat ditempuh oleh Terperiksa yang tidak puas terhadap Hukuman Disiplin berat yang dijatuhkan kepadanya.

26. Keberatan adalah Upaya Administratif yang dapat ditempuh oleh Terperiksa kepada pejabat yang menjatuhkan Hukuman Disiplin berat.

27. Banding Administratif adalah Upaya Administratif yang dapat ditempuh oleh Terperiksa kepada atasan pejabat yang menjatuhkan Hukuman Disiplin berat.

28. Rehabilitasi adalah hak setiap Terperiksa untuk mendapatkan pemulihan haknya dalam kedudukan dan harkat serta martabatnya sesuai ketentuan dalam Peraturan Direktur ini.

29. Menyontek adalah meniru sebagian atau seluruh jawaban soal ujian dan/atau penugasan, dengan menggunakan perantara orang lain, buku, dan/atau sumber lainnya.

30. Media Komunikasi Elektronik adalah sarana penyampaian informasi dan/atau komunikasi berbasis teknologi yang ditentukan oleh PKN STAN untuk menyampaikan informasi dan/atau komunikasi kepada Mahasiswa.

(4)

BAB II TUJUAN

Pasal 2

Peraturan Direktur ini bertujuan untuk:

a. menanamkan akhlak mulia dalam bersikap dan berperilaku di lingkungan PKN STAN dan di masyarakat;

b. menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang aman dan nyaman;

c. mengembangkan bakat, minat, dan kreativitas Mahasiswa;

d. membina jiwa pemimpin, pelopor, dan unggul dalam berperilaku; dan

e. menjunjung tinggi nama baik almamater PKN STAN.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Hak Mahasiswa

Pasal 3 Setiap Mahasiswa berhak:

a. menggunakan kebebasan akademik secara bertanggungjawab untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keuangan negara sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku;

b. memperoleh pengajaran dan pembangunan karakter sebaik-baiknya dan layanan bidang akademik;

c. mendapat bimbingan dari Dosen yang bertanggung jawab atas program studi yang diikuti dalam penyelesaian studinya;

d. memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi yang diikuti serta hasil belajarnya;

e. memperoleh akses dan memanfaatkan sumber pembelajaran, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran di PKN STAN secara bertanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku;

f. memperoleh perlakuan yang sama di PKN STAN dengan tidak membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, golongan, kedudukan sosial, dan/atau tingkat kemampuan ekonomi;

g. ikut serta dalam kegiatan dan/atau organisasi kemahasiswaan PKN STAN; dan

h. membina diri sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing secara mandiri maupun secara bersama- sama.

(5)

Bagian Kedua Kewajiban Mahasiswa

Pasal 4 Setiap Mahasiswa berkewajiban:

a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. menjunjung tinggi kehormatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemerintah;

c. memelihara serta memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;

d. mendukung kebijakan Pemerintah;

e. bersikap netral dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta Anggota Legislatif Pusat dan Daerah;

f. tidak bergabung atau berafiliasi dalam partai politik, organisasi yang terafiliasi dengan partai politik, dan/atau organisasi yang dinyatakan terlarang oleh pemerintah;

g. menaati segala peraturan dan/atau ketentuan yang berlaku di lingkungan PKN STAN;

h. menjaga kewibawaan dan nama baik PKN STAN;

i. menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni;

j. menjunjung tinggi dan mematuhi peraturan perundang- undangan, etika akademik, kode etik akademik, kode etik, serta nilai-nilai agama;

k. mengikuti proses pembelajaran melalui pola pengajaran, pelatihan dan/atau pengasuhan;

l. memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban, dan keamanan PKN STAN; dan

m. kewajiban lain yang ditentukan Direktur setelah mendapatkan pertimbangan Dewan Pertimbangan.

Pasal 5

Kewajiban menaati segala peraturan dan/atau ketentuan yang berlaku di lingkungan PKN STAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g terdiri atas:

a. pedoman berperilaku Mahasiswa;

b. pedoman kehidupan berasrama di lingkungan PKN STAN; dan

c. pedoman terkait penggunaan sarana dan prasarana di lingkungan PKN STAN.

Pasal 6

(1) Kewajiban mematuhi pedoman berperilaku Mahasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a terdiri atas:

a. Kewajiban kategori I pedoman berperilaku;

b. Kewajiban kategori II pedoman berperilaku; dan c. Kewajiban kategori III pedoman berperilaku.

(2) Pedoman berperilaku Mahasiswa adalah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Direktur ini.

(6)

Pasal 7

(1) Kewajiban mematuhi pedoman kehidupan berasrama di lingkungan PKN STAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas:

a. Kewajiban kategori I pedoman kehidupan berasrama;

b. Kewajiban kategori II pedoman kehidupan berasrama; dan

c. Kewajiban kategori III pedoman kehidupan berasrama.

(2) Pedoman kehidupan berasrama di lingkungan PKN STAN adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Direktur ini.

Pasal 8

(1) Kewajiban mematuhi pedoman penggunaan sarana dan prasarana di lingkungan PKN STAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri atas:

a. Kewajiban kategori I pedoman penggunaan sarana dan prasarana;

b. Kewajiban kategori II pedoman penggunaan sarana dan prasarana; dan

c. Kewajiban kategori III pedoman penggunaan sarana dan prasarana.

(2) Pedoman penggunaan sarana dan prasarana di lingkungan PKN STAN adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Direktur ini.

Pasal 9

(1) Penjatuhan Hukuman Disiplin diberikan setelah Terperiksa terbukti bersalah dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktur ini.

(2) Dalam hal Pelanggaran Disiplin Mahasiswa menimbulkan dampak negatif, penentuan jenis Hukuman Disiplin memperhatikan dampak negatif terhadap:

a. Program Studi dan/atau Unit Penunjang;

b. organisasi PKN STAN dan/atau BPPK; atau

c. Kementerian Keuangan dan/atau Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 10

(1) Pelanggaran Disiplin Mahasiswa menimbulkan dampak negatif terhadap Program Studi dan/atau Unit Penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf a, merupakan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang memenuhi unsur sebagai berikut:

a. Terganggunya proses belajar mengajar;

b. Pelayanan Program Studi dan/atau Unit Penunjang terkait terganggu;

c. Tidak tercapainya kinerja atau target Program Studi dan/atau Unit Penunjang terkait;

d. Pencemaran nama baik atau citra Program Studi dan/atau Unit Penunjang terkait atau fokus

(7)

perhatian Ketua Program Studi dan/atau Kepala Unit Penunjang;

e. Menimbulkan ketakutan, rasa malu, dan/atau kebencian Civitas Akademica terhadap Program Studi dan/atau Unit Penunjang terkait yang bersangkutan; atau

f. Mencederai sebagian Tri Karsa Utama.

(2) Pelanggaran Disiplin Mahasiswa menimbulkan dampak negatif terhadap organisasi PKN STAN dan/atau BPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b, merupakan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang memenuhi unsur sebagai berikut:

a. Mencederai seluruh Tri Karsa Utama;

b. Tidak tercapainya target kinerja organisasi PKN STAN dan/atau BPPK;

c. Pencemaran nama baik atau citra organisasi PKN STAN dan/atau BPPK yang terungkap melalui media massa;

d. Fokus perhatian minimal pimpinan PKN STAN dan/atau BPPK; atau

e. Membahayakan pihak lain di dalam organisasi PKN STAN dan/atau BPPK.

(3) Pelanggaran Disiplin Mahasiswa menimbulkan dampak negatif terhadap Kementerian Keuangan dan/atau Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf c, merupakan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang memenuhi unsur sebagai berikut:

a. Mengakibatkan terganggunya sebagian atau seluruh proses bisnis Kementerian Keuangan;

b. Merusak lingkungan atau kesehatan masyarakat di sebagian atau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. Menimbulkan potensi kerugian Negara dan/atau potensi hilangnya pendapatan Negara;

d. Fokus perhatian Menteri Keuangan, Wakil Presiden, Presiden, dan/atau Dewan Perwakilan Rakyat; atau e. Membahayakan keamanan sebagian atau seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB IV

HUKUMAN DISIPLIN Bagian Kesatu

Umum Pasal 11

(1) Setiap Mahasiswa yang terbukti melanggar ketentuan Disiplin Mahasiswa dijatuhi Hukuman Disiplin.

(2) Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Hukuman Disiplin pokok; dan b. Hukuman Disiplin tambahan.

(8)

Pasal 12

(1) Jenis Hukuman Disiplin pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a, terdiri atas:

a. Hukuman Disiplin ringan;

b. Hukuman Disiplin sedang; dan c. Hukuman Disiplin berat.

(2) Jenjang Hukuman Disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. jenjang pertama berupa teguran lisan tertulis;

b. jenjang kedua berupa teguran tertulis; dan

c. jenjang ketiga berupa pernyataan tidak puas secara tertulis.

(3) Jenjang Hukuman Disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. jenjang pertama berupa kerja sosial selama 5 hari kalender;

b. jenjang kedua berupa kerja sosial selama 10 hari kalender; dan

c. jenjang ketiga berupa kerja sosial selama 15 hari kalender.

(4) Jenjang Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. jenjang pertama berupa diberhentikan sementara statusnya sebagai Mahasiswa dan kerja sosial, selama 2 semester;

b. jenjang kedua berupa diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri statusnya sebagai Mahasiswa secara permanen; dan

c. jenjang ketiga berupa diberhentikan dengan tidak hormat statusnya sebagai Mahasiswa secara permanen.

(5) Pemberhentian sementara status sebagai Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a terhitung mulai semester berkenaan terjadinya Pelanggaran Disiplin Mahasiswa.

(6) Mahasiswa yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan tugas belajar, apabila dijatuhi Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, dapat kembali melanjutkan studi di PKN STAN apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. telah selesai menjalani Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a;

b. memenuhi ketentuan penyelenggaraan pendidikan vokasi di PKN STAN, yang terdiri atas:

1) kurikulum akademik; dan

2) kurikulum pembangunan karakter;

c. memperoleh rekomendasi tertulis untuk melanjutkan tugas belajar di PKN STAN dari Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang memiliki tugas terkait pengelolaan sumber daya manusia dan/atau kepatuhan internal di kantor pusat Pegawai Negeri Sipil tersebut berasal; dan

d. memenuhi ketentuan tugas belajar Pegawai Negeri Sipil sesuai peraturan perundang-undangan.

(7) Dalam hal Mahasiswa yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan tugas belajar sebagaimana

(9)

dimaksud pada ayat (6) tidak dapat memenuhi persyaratan untuk kembali melanjutkan studi di PKN STAN, yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri statusnya sebagai Mahasiswa secara permanen dengan Keputusan Direktur.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerja sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) huruf a ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

(9) Keputusan Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditandatangani oleh Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan untuk dan atas nama Direktur.

Pasal 13

(1) Hukuman Disiplin tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b disertai dengan Hukuman Disiplin pokok.

(2) Jenis Hukuman Disiplin tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. penangguhan hak tertentu;

b. pembayaran ganti rugi;

c. penggantian barang yang sama;

d. penangguhan izin tertentu;

e. program pembinaan; dan/atau f. pengurangan poin:

1) satuan kredit prestasi; dan/atau 2) nilai sikap perilaku.

(3) Kewenangan penjatuhan Hukuman Disiplin tambahan berada di:

a. Kepala UPK untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan untuk Hukuman Disiplin ringan;

b. Ketua Program Studi terkait untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan setelah terlebih dahulu memperhatikan rekomendasi dalam hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksa untuk Hukuman Disiplin sedang;

c. Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan setelah terlebih dahulu memperhatikan rekomendasi dalam putusan Komisi Disiplin Mahasiswa untuk Hukuman Disiplin berat;

d. Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan setelah terlebih dahulu memperhatikan rekomendasi dalam putusan Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa untuk Hukuman Disiplin berat; dan/atau

e. Direktur setelah terlebih dahulu memperhatikan rekomendasi dalam putusan Komisi Banding Administratif Disiplin Mahasiswa untuk Hukuman Disiplin berat.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai program pembinaan dan pengurangan poin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dan huruf f, diatur dalam Peraturan Direktur.

(10)

Pasal 14

(1) Mahasiswa yang telah dijatuhi Hukuman Disiplin ringan pada jenjang yang sama sebanyak 3 (tiga) kali pada semester yang berkenaan, yang bersangkutan dijatuhi Hukuman Disiplin 1 (satu) jenjang lebih tinggi, dalam hal terbukti mengulang kembali Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin ringan jenjang yang sama.

(2) Dalam hal Hukuman Disiplin ringan yang dijatuhkan sebelum terjadinya pengulangan kembali Pelanggaran Disiplin Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah berada pada jenjang yang paling tinggi, maka Mahasiswa yang bersangkutan dijatuhi Hukuman Disiplin sedang jenjang pertama.

(3) Mahasiswa yang telah dijatuhi Hukuman Disiplin sedang pada jenjang yang sama sebanyak 2 (dua) kali pada semester yang berkenaan, yang bersangkutan dijatuhi Hukuman Disiplin 1 (satu) jenjang lebih tinggi, dalam hal terbukti mengulang kembali Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin sedang jenjang yang sama.

(4) Dalam hal Hukuman Disiplin sedang yang dijatuhkan sebelum terjadinya pengulangan kembali Pelanggaran Disiplin Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sudah berada pada jenjang yang paling tinggi, maka Mahasiswa yang bersangkutan dijatuhi Hukuman Disiplin berat jenjang pertama.

(5) Mahasiswa yang telah dijatuhi Hukuman Disiplin berat pada jenjang yang sama sebanyak 1 (satu) kali pada semester yang berkenaan, yang bersangkutan dijatuhi Hukuman Disiplin 1 (satu) jenjang lebih tinggi, dalam hal terbukti mengulang kembali Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin berat jenjang yang sama.

Pasal 15

(1) Mahasiswa yang diduga melakukan beberapa Pelanggaran Disiplin Mahasiswa harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri, baik sebagai 1 (satu) perbuatan berlanjut atau bukan perbuatan berlanjut, sehingga merupakan beberapa Pelanggaran Disiplin Mahasiswa, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(2) Dalam hal beberapa Pelanggaran Disiplin Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), salah satunya diancam dengan Hukuman Disiplin berat:

a. diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri statusnya sebagai Mahasiswa secara permanen; dan/atau

b. diberhentikan dengan tidak hormat statusnya sebagai Mahasiswa secara permanen,

maka apabila terbukti, yang bersangkutan dijatuhi hanya 1 (satu) Hukuman Disiplin yang paling berat.

(3) Mahasiswa yang mencoba melakukan pelanggaran terhadap:

(11)

a. kewajiban kategori III pedoman berperilaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c;

b. kewajiban kategori III pedoman kehidupan berasrama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c; dan/atau

c. kewajiban kategori III pedoman penggunaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c,

dijatuhi Hukuman Disiplin berat 1 (satu) jenjang lebih rendah dari yang diancamkan, jika niat tersebut telah nyata dari adanya permulaan pelaksanaan dari Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang akan dituju, tetapi pelaksanaannya:

a. tidak selesai;

b. tidak mencapai hasil; dan/atau

c. tidak menimbulkan akibat yang dilarang,

bukan karena semata-mata atas kehendaknya sendiri.

(4) Dalam hal ancaman Hukuman Disiplin berat terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sudah berada pada jenjang yang paling rendah, maka Mahasiswa yang bersangkutan dijatuhi Hukuman Disiplin berat jenjang pertama.

Pasal 16

(1) Penjatuhan Hukuman Disiplin kepada Mahasiswa dilakukan dengan menggunakan metode penentuan jenis Hukuman Disiplin.

(2) Metode penentuan jenis Hukuman Disiplin menggunakan:

a. nilai pokok; dan/atau b. nilai tambahan.

(3) Kecuali tidak ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini, nilai pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah sebagai berikut:

No. Jenis Pelanggaran Nilai Pokok

1. Kategori I 1

2. Kategori II 31

3. Kategori III 61

(4) Nilai tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah sebagai berikut:

No. Dampak Pelanggaran Nilai Tambahan 1. Terganggunya proses belajar

mengajar 5

2. Pelayanan Program Studi dan/atau Unit Penunjang terkait terganggu

10

3. Tidak tercapainya kinerja atau target Program Studi dan/atau Unit Penunjang terkait

15

4. Pencemaran nama baik atau citra Program Studi dan/atau Unit Penunjang terkait atau fokus perhatian Ketua Program

20

(12)

Studi dan/atau Kepala Unit Penunjang

5. Menimbulkan ketakutan, rasa malu, dan/atau kebencian Civitas Academica terhadap Program Studi dan/atau Unit Penunjang terkait yang bersangkutan

25

6. Mencederai sebagian Tri Karsa

Utama 30

7. Mencederai seluruh Tri Karsa

Utama 35

8. Tidak tercapainya target kinerja organisasi PKN STAN dan/atau BPPK

40

9. Pencemaran nama baik/citra organisasi PKN STAN dan/atau BPPK yang terungkap melalui media massa

45

10. Fokus perhatian minimal pimpinan PKN STAN dan/atau BPPK

50

11. Membahayakan pihak lain di dalam organisasi PKN STAN dan/atau BPPK

55

12. Mengakibatkan terganggunya sebagian atau seluruh proses bisnis Kementerian Keuangan

60

13. Merusak lingkungan atau kesehatan masyarakat di sebagian atau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

65

14. Menimbulkan potensi kerugian Negara dan/atau potensi hilangnya pendapatan Negara

70

15. Fokus perhatian Menteri Keuangan, Wakil Presiden, Presiden, dan/atau Dewan Perwakilan Rakyat

75

16. Membahayakan keamanan sebagian atau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

80

(5) Nilai pokok untuk pelanggaran terhadap kewajiban kategori III pedoman berperilaku sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf C angka 4, angka 7, angka 8, angka 9, angka 10, angka 13, angka 15, angka 22, angka 23, dan angka 24 Peraturan Direktur ini bernilai 71 (tujuh puluh satu).

(6) Nilai pokok untuk pelanggaran terhadap kewajiban dalam Pasal 4 huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan huruf m bernilai 31 (tiga puluh satu).

(7) Nilai pokok untuk pelanggaran terhadap kewajiban dalam Pasal 4 huruf h bernilai 41 (empat puluh satu).

(13)

(8) Nilai pokok untuk pelanggaran terhadap kewajiban dalam Pasal 4 huruf d, huruf e, dan huruf f bernilai 61 (enam puluh satu).

(9) Nilai pokok untuk pelanggaran terhadap kewajiban dalam Pasal 4 huruf a, huruf b, dan huruf c bernilai 81 (delapan puluh satu).

(10) Metode penentuan jenis Hukuman Disiplin dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Direktur ini.

Pasal 17

(1) Mahasiswa yang dijatuhi Hukuman Disiplin tetap dapat dikenai ketentuan dalam peraturan perundang- undangan yang mengatur mengenai hukum pidana, hukum perdata, dan/atau hukum tata usaha negara.

(2) Terperiksa yang:

a. meninggal dunia; dan/atau

b. mengundurkan diri sebagai Mahasiswa,

sebelum keputusan mengenai penjatuhan Hukuman Disiplin dijatuhkan namun terdapat bukti yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa, maka pejabat yang berwenang menjatuhkan Hukuman Disiplin menurut ketentuan dalam Peraturan Direktur ini, dapat menjatuhkan keputusan mengenai penjatuhan Hukuman Disiplin kepada Terperiksa.

(3) Dalam hal Terperiksa:

a. meninggal dunia; dan/atau

b. mengundurkan diri sebagai Mahasiswa,

sebelum keputusan mengenai penjatuhan Hukuman Disiplin dijatuhkan namun tidak terdapat bukti yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa, maka Direktur dapat menetapkan keputusan mengenai Rehabilitasi kepada Terperiksa.

(4) Terperiksa yang mengundurkan diri sebagai Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan ayat (3) huruf b harus dilakukan secara tertulis dan disampaikan kepada:

a. Direktur;

b. Kepala BAAK;

c. Ketua Program Studi terkait; dan d. Kepala UPK.

Bagian Kedua

Hukuman Disiplin Ringan Pasal 18

(1) Kewenangan penjatuhan Hukuman Disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a dilakukan oleh Kepala UPK untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(2) Penjatuhan Hukuman Disiplin ringan ditetapkan dengan Keputusan Wakil Direktur Bidang

(14)

Kemahasiswaan yang ditandatangani oleh Kepala UPK untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(3) Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2):

a. ditetapkan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal diterimanya hasil pemeriksaan pemeriksa;

dan

b. dapat disampaikan melalui Media Komunikasi Elektronik Terperiksa.

(4) Hukuman Disiplin ringan yang dijatuhkan oleh Kepala UPK untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan:

a. harus didahului dengan pemeriksaan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini; dan b. bersifat final dan mengikat.

(5) Salinan Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada:

a. Kepala BPPK;

b. Direktur;

c. para Wakil Direktur;

d. Ketua Program Studi terkait;

e. Kepala BAAK; dan f. Kepala UPK.

Bagian Ketiga

Hukuman Disiplin Sedang Pasal 19

(1) Kewenangan penjatuhan Hukuman Disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b dilakukan oleh Ketua Program Studi terkait untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(2) Penjatuhan Hukuman Disiplin sedang ditetapkan dengan Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan yang ditandatangani oleh Ketua Program Studi terkait untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(3) Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2):

a. ditetapkan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya hasil pemeriksaan tim pemeriksa; dan b. dapat disampaikan melalui Media Komunikasi

Elektronik Terperiksa.

(4) Hukuman Disiplin sedang yang dijatuhkan oleh Ketua Program Studi terkait untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan:

a. harus didahului dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksa, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini; dan

b. bersifat final dan mengikat.

(15)

(5) Salinan Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada:

a. Kepala BPPK;

b. Direktur;

c. para Wakil Direktur;

d. Ketua Program Studi terkait;

e. Kepala BAAK; dan f. Kepala UPK.

Bagian Keempat Hukuman Disiplin Berat

Pasal 20

(1) Kewenangan penjatuhan Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c dilakukan oleh Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(2) Penjatuhan Hukuman Disiplin berat ditetapkan dengan Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(3) Hukuman Disiplin berat yang dijatuhkan oleh Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan harus didahului dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh Komisi Disiplin Mahasiswa.

(4) Hukuman Disiplin berat yang telah dijatuhkan oleh Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan, dapat diajukan:

a. Keberatan kepada Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan; dan

b. Banding Administratif kepada Direktur.

Bagian Kelima

Pemeriksaan, Penjatuhan, dan Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin

Paragraf 1 Laporan Pasal 21

(1) Penegakan disiplin Mahasiswa dilakukan berdasarkan:

a. Laporan dari Pelapor; dan/atau

b. temuan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa.

(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. Pelapor internal; dan/atau b. Pelapor eksternal.

(3) Kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini, Pelapor internal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. Dosen;

b. Mahasiswa; dan/atau c. Tenaga Kependidikan.

(4) Pelapor eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. Lembaga Swadaya Masyarakat;

b. Orang perseorangan;

(16)

c. Instansi Pemerintah; dan/atau d. Instansi Swasta.

(5) Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. Kepala UPK;

b. Tim pemeriksa;

c. Komisi Disiplin Mahasiswa;

d. Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa; dan/atau e. Komisi Banding Administratif Disiplin Mahasiswa.

Pasal 22

(1) Laporan dugaan pelanggaran disiplin ringan disampaikan kepada Kepala UPK.

(2) Laporan dugaan pelanggaran disiplin sedang disampaikan kepada Ketua Program Studi terkait.

(3) Laporan dugaan pelanggaran disiplin berat disampaikan kepada Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditembuskan kepada:

a. Direktur; dan

b. Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan.

(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditembuskan kepada Direktur.

(6) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) menindaklanjuti Laporan paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak Laporan diterima.

(7) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) tidak dapat ditarik kembali oleh Pelapor.

(8) Dalam hal Laporan tidak disampaikan kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3), penerima Laporan segera meneruskan kepada pejabat yang berwenang sesuai ketentuan dalam Peraturan Direktur ini paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak Laporan diterima.

Pasal 23

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) paling kurang memuat unsur:

a. nama Pelapor;

b. jenis kelamin Pelapor;

c. Nomor Induk Kependudukan Pelapor, Nomor Paspor Pelapor, atau Nomor Induk Pegawai Pelapor;

d. alamat Pelapor;

e. nomor telepon/handphone Pelapor;

f. nama Terlapor;

g. jenis kelamin Terlapor;

h. waktu dan tempat kejadian dugaan terjadinya Pelanggaran Disiplin Mahasiswa;

i. narasi mengenai dugaan terjadinya Pelanggaran Disiplin Mahasiswa; dan

j. minimal 1 (satu) alat bukti dan 1 (satu) barang bukti.

(2) Dalam hal Laporan telah memuat keseluruhan unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Laporan dapat disampaikan melalui:

(17)

a. surat;

b. surat elektronik (e-mail);

c. kotak/layanan pengaduan;

d. telepon; dan/atau

e. media penyampaian lain yang ditentukan oleh PKN STAN

(3) Dalam hal Laporan tidak memuat unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penerima Laporan menyampaikan kepada Pelapor untuk memenuhinya.

(4) Format Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran V huruf A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Direktur ini.

Paragraf 2

Alat Bukti dan Barang Bukti Pasal 24

(1) Alat bukti terdiri atas:

a. surat atau tulisan;

b. keterangan Saksi;

c. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik, dan/atau hasil cetaknya;

d. keterangan ahli;

e. petunjuk; dan/atau f. pengakuan Terperiksa.

(2) Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan.

Pasal 25

Surat atau tulisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a merupakan:

a. akta otentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum, yang menurut peraturan perundang-undangan berwenang membuat surat itu dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwaatau peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya;

b. akta di bawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya; dan/atau

c. surat lainnya yang bukan termasuk ketentuan pada huruf a dan huruf b namun terdapat hubungan dengan alat bukti lain sehingga dapat menunjukkan telah terjadinya Pelanggaran Disiplin Mahasiswa.

Pasal 26

(1) Keterangan Saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b merupakan keterangan yang disampaikan dalam pemeriksaan untuk membuktikan terjadinya Pelanggaran Disiplin Mahasiswa berdasarkan yang dialami, dilihat, dan didengar oleh Saksi sendiri.

(2) Sebelum menyampaikan keterangan, Saksi harus diambil sumpah atau janji terlebih dahulu.

(18)

(3) Keterangan seorang Saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa Terperiksa bersalah terhadap dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang didakwakan kepadanya.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak berlaku apabiladisertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.

Pasal 27

Keterangan beberapa Saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah,apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.

Pasal 28

Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik, dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf c merupakan alat bukti sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29

(1) Keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf d merupakan keterangan yang disampaikan dalam pemeriksaan berdasarkan keahliannya.

(2) Sebelum menyampaikan keterangan, ahli harus diambil sumpah atau janji terlebih dahulu.

(3) Keterangan ahli dalam pemeriksaan, dapat diberikan dengan surat maupun lisan.

Pasal 30

(1) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf e merupakan perbuatan, kejadian, dan/atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lainnya, maupun dengan tindak Pelanggaran Disiplin Mahasiswa itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu Pelanggaran Disiplin Mahasiswa dan siapa pelakunya.

(2) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari:

a. surat atau tulisan;

b. keterangan Saksi;

c. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik, dan/atau hasil cetaknya; dan/atau

d. keterangan Terperiksa.

(3) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiapkeadaan tertentu dilakukan oleh pemeriksa.

(4) Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas:

a. Kepala UPK;

b. Tim pemeriksa;

c. Komisi Disiplin Mahasiswa;

d. Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa; dan/atau

(19)

e. Komisi Banding Administratif Disiplin Mahasiswa.

Pasal 31

(1) Pengakuan Terperiksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf f merupakan apa yang Terperiksa sampaikan saat pemeriksaan mengenai perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri dan/atau alami sendiri.

(2) Sebelum menyampaikan keterangan, Terperiksa harus diambil sumpah atau janji terlebih dahulu.

Pasal 32 Barang bukti merupakan:

a. benda atau tagihan Terlapor atau Terperiksa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindakan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa atau sebagai hasil dari Pelanggaran Disiplin Mahasiswa;

b. benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa atau untuk mempersiapkannya;

c. benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi pemeriksaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa;

d. benda yang khusus dibuat atau dipergunakan melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa; dan/atau e. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan

Pelanggaran Disiplin Mahasiswa.

Paragraf 3 Sumpah/Janji

Pasal 33

(1) Sebelum dilakukan pemeriksaan, Terperiksa, Saksi, dan ahli harus mengucapkan sumpah/janji di hadapan pemeriksa sesuai agamanya.

(2) Bunyi sumpah/janji Terperiksa dan Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai berikut:

“saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan menerangkan dengan sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya”.

(3) Bunyi sumpah/janji ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai berikut:

“saya bersumpah/berjanji sebagai ahli akan memberikan keterangan sesuai dengan keahlian saya dengan sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya”.

(4) Pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai agama yang dianut dan diawali dengan kata-kata sebagai berikut:

a. bagi penganut agama Islam, “demi Allah, saya bersumpah”;

b. bagi penganut agama Kristen, “demi Tuhan Yang Maha Esa, saya menyatakan dan berjanji dengan bersungguh-sungguh” dan pada akhir sumpah/janji ditambahkan kalimat “kiranya Tuhan menolong saya”;

(20)

c. bagi penganut agama Hindu, “Om Atah Paramawisesa, saya bersumpah”;

d. bagi penganut agama Buddha, “demi Sang Hyang Adi Budha saya bersumpah”; atau

e. bagi penganut agama Konghucu, “kehadirat Yang ditempat Yang Maha Tinggi dengan bimbingan rohani Nabi Kong Zi, dipermuliakanlah, saya bersumpah”.

Paragraf 4

Tata Cara Pemeriksaan, Penjatuhan, dan Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin Ringan

Pasal 34 (1) Kepala UPK menindaklanjuti:

a. Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a; dan/atau

b. temuan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b,

paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak Laporan diterima dan/atau temuan pemeriksaan ditemukan oleh pemeriksa.

(2) Tindak lanjut Laporan dan/atau temuan pemeriksaan dilakukan melalui surat panggilan.

(3) Surat panggilan disampaikan kepada Terlapor yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin ringan, untuk dilakukan pemeriksaan sebagai Terperiksa.

(4) Dalam hal Kepala UPK berhalangan dan tidak ditunjuk pelaksana harian atau pelaksana tugas, surat panggilan ditandatangani oleh asisten di lingkungan UPK untuk dan atas nama Kepala UPK.

(5) Surat panggilan dapat disampaikan melalui Media Komunikasi Elektronik Terperiksa.

(6) Terperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menghadiri pemeriksaan secara pribadi, tidak dapat diwakili dan/atau didampingi.

(7) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dilakukan secara tertutup melalui:

a. tatap muka langsung; dan/atau b. daring,

yang hasilnya paling kurang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan.

(8) Pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa paling lama 15 (lima belas) hari kerja.

(9) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) bersifat rahasia dan disertai paling kurang 2 (dua) alat bukti serta keyakinan pemeriksa, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(10) Dalam hal berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa:

a. ditemukan dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan sanksi Hukuman Disiplin ringan yang berdampak pada ancaman Hukuman Disiplin sedang; atau

(21)

b. ditemukan dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan sanksi Hukuman Disiplin sedang,

maka pemeriksa melaporkan hal tersebut kepada Ketua Program Studi terkait.

(11) Dalam hal berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa:

a. ditemukan dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan sanksi Hukuman Disiplin ringan yang berdampak pada ancaman Hukuman Disiplin berat; atau

b. ditemukan dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan sanksi Hukuman Disiplin berat,

maka pemeriksa melaporkan hal tersebut kepada Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan.

Pasal 35

(1) Kepala UPK untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan menjatuhkan Hukuman Disiplin ringan dalam hal dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin ringan terbukti berdasarkan hasil pemeriksaan yang terdapat dalam berita acara pemeriksaan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(2) Dalam hal Terperiksa tidak hadir pada tanggal pemeriksaan yang telah ditentukan, Kepala UPK untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan langsung menjatuhkan Hukuman Disiplin ringan berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada, tanpa dilakukan pemeriksaan.

(3) Kepala UPK untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan menjatuhkan Hukuman Disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dengan menggunakan Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan.

(4) Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat disampaikan melalui Media Komunikasi Elektronik Terperiksa.

Pasal 36

Bentuk dan format penyusunan mengenai:

a. Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan;

b. surat panggilan; dan c. berita acara pemeriksaan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 34 tercantum dalam Lampiran V huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Direktur ini.

(22)

Paragraf 5

Tata Cara Pemeriksaan, Penjatuhan, dan Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin Sedang

Pasal 37

(1) Ketua Program Studi terkait menindaklanjuti:

a. Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a; dan/atau

b. temuan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b,

paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak Laporan diterima dan/atau temuan pemeriksaan ditemukan oleh pemeriksa.

(2) Tindak lanjut Laporan dan/atau temuan pemeriksaan dilakukan melalui penugasan tim pemeriksa untuk melakukan pemanggilan dengan menggunakan surat panggilan.

(3) Surat panggilan disampaikan kepada Terlapor yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin sedang, untuk dilakukan pemeriksaan sebagai Terperiksa.

(4) Dalam hal ketua tim pemeriksa berhalangan, surat panggilan ditandatangani oleh salah satu anggota tim pemeriksa untuk dan atas nama ketua tim pemeriksa.

(5) Surat panggilan dapat disampaikan melalui Media Komunikasi Elektronik Terperiksa.

(6) Terperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib menghadiri pemeriksaan secara pribadi, tidak dapat diwakili dan/atau didampingi.

(7) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) huruf a melakukan pemeriksaan terhadap Terperiksa secara tertutup melalui:

a. tatap muka langsung; dan/atau b. daring,

yang hasilnya paling kurang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan.

(8) Pemeriksaan dilaksanakan oleh tim pemeriksa paling lama 15 (lima belas) hari kerja.

(9) Dalam hal berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksa, dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin sedang tidak terbukti, namun ditemukan sebagai dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin ringan, maka tim pemeriksa melaporkan hal tersebut kepada Kepala UPK.

(10) Dalam hal berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksa:

a. ditemukan dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin sedang yang berdampak pada ancaman Hukuman Disiplin berat;

atau

b. ditemukan dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin berat, maka tim pemeriksa melaporkan hal tersebut kepada Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan.

(23)

Pasal 38

(1) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (7) dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur pada setiap awal tahun anggaran.

(2) Keputusan Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan untuk dan atas nama Direktur.

(3) Masa tugas tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Direktur mengenai pembentukan tim pemeriksa sampai dengan 31 Desember tahun anggaran berkenaan.

(4) Dalam hal tim pemeriksa melakukan proses pemeriksaan dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa melewati masa tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), proses pemeriksaan dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa dilanjutkan oleh tim pemeriksa yang dibentuk pada tahun anggaran selanjutnya.

(5) Tim pemeriksa berwenang memeriksa perkara disiplin Mahasiswa yang diancam dengan sanksi Hukuman Disiplin:

a. ringan yang berdampak pada ancaman Hukuman Disiplin sedang;

b. ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2); atau

c. sedang.

(6) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Kepala UPK sebagai ketua merangkap anggota; dan b. 2 (dua) orang Dosen Tetap dengan jenjang jabatan

akademik paling rendah Asisten Ahli sebagai anggota.

(7) Anggota tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak boleh merangkap menjadi:

a. Anggota Komisi Disiplin Mahasiswa;

b. Anggota Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa;

dan/atau

c. Anggota Komisi Banding Administratif Disiplin Mahasiswa.

(8) Pengambilan keputusan oleh tim pemeriksa dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat.

(9) Dalam hal cara pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

(10) Dalam hal terdapat penggantian keanggotaan tim pemeriksa dalam masa tugas, anggota tim pemeriksa pengganti meneruskan masa tugas anggota tim pemeriksa yang digantikan.

Pasal 39

(1) Hasil pemeriksaan tim pemeriksa bersifat rahasia dan disertai paling kurang 2 (dua) alat bukti serta keyakinan tim pemeriksa.

(2) Dalam hal dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin sedang

(24)

terbukti, Ketua Program Studi terkait untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan menjatuhkan Hukuman Disiplin sedang setelah terlebih dahulu memperhatikan rekomendasi dalam hasil pemeriksaan yang terdapat dalam berita acara pemeriksaan.

(3) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai:

a. paling kurang 2 (dua) alat bukti; dan b. keyakinan tim pemeriksa,

kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(4) Dalam hal Terperiksa tidak hadir pada tanggal pemeriksaan yang telah ditentukan, Ketua Program Studi terkait untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan langsung menjatuhkan Hukuman Disiplin sedang berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada, tanpa hasil pemeriksaan dari tim pemeriksa.

(5) Ketua Program Studi terkait untuk dan atas nama Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan menjatuhkan Hukuman Disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (4) dengan menggunakan Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan.

(6) Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat disampaikan melalui Media Komunikasi Elektronik Terperiksa.

Pasal 40

Bentuk dan format penyusunan mengenai:

a. Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan;

b. surat panggilan; dan

c. berita acara pemeriksaan.

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 37 tercantum dalam Lampiran V huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Direktur ini.

Paragraf 6

Tata Cara Pemeriksaan, Penjatuhan, dan Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin Berat

Pasal 41

(1) Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan menindaklanjuti:

a. Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a; dan/atau

b. temuan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b,

paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak Laporan diterima dan/atau temuan pemeriksaan ditemukan oleh pemeriksa.

(2) Tindak lanjut Laporan dan/atau temuan pemeriksaan dilakukan melalui penugasan Komisi Disiplin Mahasiswa untuk memeriksa, mengadili, dan memutus dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin berat.

(25)

(3) Komisi Disiplin Mahasiswa memeriksa, mengadili, dan memutus dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin berat paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya penugasan.

(4) Komisi Disiplin Mahasiswa melakukan pemanggilan secara tertulis dengan menggunakan surat panggilan kepada Terlapor yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin berat, untuk dilakukan pemeriksaan sebagai Terperiksa.

(5) Komisi Disiplin Mahasiswa melakukan pemanggilan berdasarkan Laporan dari Pelapor paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya penugasan dari Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan.

(6) Dalam hal Terlapor belum menghadiri pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Komisi Disiplin Mahasiswa menyampaikan kembali surat panggilan yang kedua untuk dilakukan pemeriksaan sebagai Terperiksa.

(7) Surat panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (6):

a. dapat disampaikan melalui Media Komunikasi Elektronik Terperiksa; dan

b. dipastikan telah diterima oleh Terperiksa,

dengan tetap memperhatikan ketentuan batas waktu penyelesaian kasus.

(8) Dalam hal setelah disampaikan surat panggilan yang kedua, Terperiksa kembali tidak menghadiri pemeriksaan pada tanggal yang ditentukan, Komisi Disiplin Mahasiswa memeriksa, mengadili, dan memutus dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa tanpa dihadiri Terperiksa.

Pasal 42

(1) Pemeriksaan Terperiksa dalam sidang Komisi Disiplin Mahasiswa wajib dihadiri Terperiksa secara pribadi, tidak dapat diwakili dan/atau didampingi.

(2) Komisi Disiplin Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pemeriksaan terhadap Terperiksa secara tertutup melalui:

a. tatap muka langsung; dan/atau b. daring,

yang hasilnya paling kurang dituangkan dalam risalah sidang.

(3) Dalam hal berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Komisi Disiplin Mahasiswa, dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin berat tidak terbukti, namun ditemukan sebagai dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin:

a. ringan, maka Komisi Disiplin Mahasiswa melaporkan hal tersebut kepada Kepala UPK;

dan/atau

b. sedang, maka Komisi Disiplin Mahasiswa melaporkan hal tersebut kepada Ketua Program Studi terkait.

(26)

(4) Dalam hal dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin berat terbukti, Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan menjatuhkan Hukuman Disiplin berat setelah terlebih dahulu memperhatikan rekomendasi dalam putusan Komisi Disiplin Mahasiswa dengan disertai paling kurang 2 (dua) alat bukti serta keyakinan Komisi Disiplin Mahasiswa.

Pasal 43

(1) Komisi Disiplin Mahasiswa menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian.

(2) Komisi Disiplin Mahasiswa dapat memerintahkan Terperiksa untuk membuktikan bahwa Terperiksa tidak melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa.

(3) Dalam hal Terperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa, maka pembuktian tersebut digunakan oleh Komisi Disiplin Mahasiswa sebagai alat bukti bersama dengan alat bukti lainnya yang sudah ada, untuk menyatakan bahwa dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa tidak terbukti.

(4) Dalam hal Terperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang dituduhkan kepadanya, maka pembuktian tersebut digunakan sebagai alat bukti oleh Komisi Disiplin Mahasiswa untuk memperkuat alat bukti lainnya yang sudah ada, bahwa Terperiksa telah melakukan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa.

Pasal 44

(1) Terperiksa dapat melakukan pembelaan yang disampaikandalam sidang Komisi Disiplin Mahasiswa.

(2) Untuk mempersiapkan pembelaan, Terperiksa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu sidang Komisi Disiplin Mahasiswa.

Pasal 45

(1) Pembelaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dapat disampaikan secara tertulis dan ditandatangani oleh Terperiksa.

(2) Dalam hal Terperiksa menyampaikan pembelaan secara lisan, maka Pembelaan tersebut dimuat dan menjadi satu kesatuan dengan risalah sidang

Pasal 46

(1) Bentuk dan format penyusunan mengenai:

a. surat panggilan; dan b. risalah sidang,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dan Pasal 42 tercantum dalam Lampiran V huruf D yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Direktur ini.

(27)

(2) Penyusunan surat panggilan dan risalah sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Sekretariat.

BAB V

KOMISI DISIPLIN MAHASISWA Bagian Kesatu

Pembentukan Pasal 47

(1) Komisi Disiplin Mahasiswa dibentuk dan ditetapkan dalam Keputusan Direktur pada setiap awal tahun anggaran berkenaan.

(2) Masa tugas Komisi Disiplin Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Direktur mengenai Pembentukan Komisi Disiplin Mahasiswa sampai dengan 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan.

(3) Dalam hal Komisi Disiplin Mahasiswa melakukan proses memeriksa, mengadili, dan/atau memutus dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa melewati masa tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), proses memeriksa, mengadili, dan/atau memutus dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa dilanjutkan oleh Komisi Disiplin Mahasiswa yang dibentuk pada tahun anggaran selanjutnya.

(4) Jumlah keanggotaan Komisi Disiplin Mahasiswa ditetapkan sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri atas:

a. 1 (satu) orang Dosen Tetap dengan jenjang jabatan akademik paling rendah Asisten Ahli sebagai ketua merangkap anggota;

b. 1 (satu) orang Dosen Tetap dengan jenjang jabatan akademik paling rendah Asisten Ahli sebagai wakil ketua merangkap anggota;

c. 1 (satu) orang Dosen Tetap dengan jenjang jabatan akademik paling rendah Asisten Ahli sebagai sekretaris merangkap anggota; dan

d. 2 (dua) orang Tenaga Kependidikan dengan paling rendah Golongan III sebagai anggota.

(5) Anggota Komisi Disiplin Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling kurang beranggotakan:

a. 1 (satu) orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi hukum; dan

b. 1 (satu) orang perempuan.

(6) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d merupakan pegawai negeri sipil dengan jabatan administrasi di lingkungan PKN STAN.

(7) Anggota Komisi Disiplin Mahasiswa tidak boleh merangkap menjadi:

a. Anggota Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa;

dan/atau

b. Anggota Komisi Banding Administratif Disiplin Mahasiswa.

(8) Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Disiplin Mahasiswa dibantu oleh Sekretariat.

(28)

(9) Dalam hal terdapat penggantian keanggotaan Komisi Disiplin Mahasiswa dalam masa tugas, anggota Komisi Disiplin Mahasiswa pengganti meneruskan masa tugas anggota Komisi Disiplin Mahasiswa yang digantikan.

Bagian Kedua Kewenangan

Pasal 48

(1) Komisi Disiplin Mahasiswa berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara disiplin Mahasiswa yang diancam dengan sanksi Hukuman Disiplin:

a. ringan yang berdampak pada ancaman Hukuman Disiplin berat;

b. sedang yang berdampak pada ancaman Hukuman Disiplin berat;

c. sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4); atau

d. berat.

(2) Dalam melaksanakan kewenangannya, Komisi Disiplin Mahasiswa bersifat independen.

Bagian Ketiga Tata Kerja

Pasal 49

(1) Komisi Disiplin Mahasiswa harus menghadirkan Terperiksa dan/atau pihak terkait, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Direktur ini.

(2) Sidang Komisi Disiplin Mahasiswa sah dan dapat dilakukan dalam hal:

a. dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota Komisi Disiplin; dan

b. dipimpin oleh Ketua Komisi Disiplin atau yang menggantikan.

(3) Dalam hal Ketua Komisi Disiplin Mahasiswa berhalangan, sidang Komisi Disiplin Mahasiswa dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi Disiplin Mahasiswa.

(4) Dalam hal Ketua Komisi Disiplin Mahasiswa dan Wakil Ketua Komisi Disiplin Mahasiswa berhalangan secara bersamaan, sidang Komisi Disiplin Mahasiswa dipimpin oleh Sekretaris Komisi Disiplin Mahasiswa.

(5) Dalam hal terdapat anggota Komisi Disiplin Mahasiswa yang memiliki pendapat berbeda dan/atau alasan berbeda, anggota Komisi Disiplin Mahasiswa yang bersangkutan wajib menyampaikan hal tersebut secara tertulis dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan Komisi Disiplin Mahasiswa.

(6) Pengambilan keputusan dalam sidang Komisi Disiplin Mahasiswa dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat.

(7) Dalam hal cara pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

(29)

Pasal 50

(1) Sidang Komisi Disiplin Mahasiswa beserta materinya bersifat tertutup dan rahasia.

(2) Sidang Komisi Disiplin Mahasiswa paling kurang didokumentasikan dalam risalah sidang yang ditandatangani oleh seluruh anggota Komisi Disiplin Mahasiswa yang hadir.

(3) Salinan risalah sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada:

a. Direktur; dan b. Kepala BAAK.

Bagian Keempat Putusan Pasal 51

(1) Putusan Komisi Disiplin Mahasiswa bersifat rahasia dan ditetapkan berdasarkan paling kurang 2 (dua) alat bukti serta keyakinan Komisi Disiplin Mahasiswa.

(2) Putusan Komisi Disiplin Mahasiswa:

a. diucapkan dalam sidang Komisi Disiplin Mahasiswa yang tertutup untuk umum; dan

b. ditandatangani oleh seluruh anggota Komisi Disiplin Mahasiswa yang hadir pada saat pemeriksaan.

(3) Sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dihadiri oleh seluruh anggota Komisi Disiplin Mahasiswa yang hadir pada saat pemeriksaan.

(4) Putusan Komisi Disiplin Mahasiswa terdiri atas:

a. menjatuhkan sanksi:

1) Hukuman Disiplin berat; dan 2) Hukuman Disiplin tambahan; atau b. membebaskan dari sanksi:

1) Hukuman Disiplin berat; dan 2) Hukuman Disiplin tambahan.

Pasal 52

(1) Putusan Komisi Disiplin Mahasiswa disampaikan kepada Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan.

(2) Salinan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada:

a. Direktur; dan b. Kepala BAAK.

(3) Dalam hal dugaan Pelanggaran Disiplin Mahasiswa yang diancam dengan Hukuman Disiplin berat terbukti, Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan menjatuhkan Hukuman Disiplin berat dan Hukuman Disiplin tambahan setelah terlebih dahulu memperhatikan rekomendasi dalam putusan Komisi Disiplin Mahasiswa.

(4) Keputusan mengenai Hukuman Disiplin berat yang disertai dengan Hukuman Disiplin tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya putusan Komisi Disiplin Mahasiswa.

(30)

(5) Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat disampaikan melalui Media Komunikasi Elektronik Terperiksa.

(6) Dalam hal Terperiksa tidak mengajukan Keberatan, Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersifat final dan mengikat.

(7) Salinan Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan kepada:

a. Kepala BPPK;

b. Direktur;

c. para Wakil Direktur;

d. Ketua Program Studi terkait;

e. Kepala BAAK; dan f. Kepala UPK.

Pasal 53

(1) Bentuk dan format penyusunan mengenai:

a. putusan Komisi Disiplin Mahasiswa; dan

b. Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dan Pasal 52 tercantum dalam Lampiran V huruf E yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan Direktur ini.

(2) Penyusunan putusan Komisi Disiplin Mahasiswa dan Keputusan Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Sekretariat.

BAB VI

UPAYA ADMINISTRATIF Bagian Kesatu

Keberatan Paragraf 1

Umum Pasal 54

(1) Terperiksa yang berkeberatan atas keputusan penjatuhan Hukuman Disiplin berat yang disertai dengan Hukuman Disiplin tambahan hanya dapat mengajukan Keberatan kepada Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan dan ditembuskan kepada:

a. Kepala BPPK; dan b. Direktur.

(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis, ditandatangani oleh Terperiksa, dan dibubuhi materai yang cukup.

(3) Pengajuan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja, sejak keputusan mengenai penjatuhan Hukuman Disiplin Berat yang disertai dengan

(31)

Hukuman Disiplin tambahan disampaikan melalui Media Komunikasi Elektronik Terperiksa.

(4) Pengajuan Keberatan disertai dengan alasan dan paling kurang 2 (dua) alat bukti yang memadai.

(5) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan alat bukti baru yang apabila diketahui pada saat pemeriksaan di Komisi Disiplin Mahasiswa, akan memiliki potensi untuk mengubah putusan Komisi Disiplin Mahasiswa.

(6) Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan memberikan jawaban tertulis atas pengajuan Keberatan paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak pengajuan tersebut diterima.

(7) Dalam hal Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan tidak memberikan jawaban tertulis atas pengajuan Keberatan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Keberatan dianggap dikabulkan.

(8) Keberatan yang dianggap dikabulkan, sebagaimana dimaksud pada ayat (7), ditindaklanjuti sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan oleh Terperiksa ke Pengadilan Tata Usaha Negara terkait.

Pasal 55

(1) Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan menugasi Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pengajuan Keberatan.

(2) Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa memeriksa, mengadili, dan memutus pengajuan Keberatan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya penugasan.

Paragraf 2

Pembentukan Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa Pasal 56

(1) Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa dibentuk dan ditetapkan dalam Keputusan Direktur pada setiap awal tahun anggaran berkenaan.

(2) Masa tugas Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Direktur mengenai Pembentukan Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa sampai dengan 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan.

(3) Dalam hal Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa melakukan proses memeriksa, mengadili, dan/atau memutus pengajuan Keberatan melewati masa tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), proses memeriksa, mengadili, dan/atau memutus pengajuan Keberatan dilanjutkan oleh Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa yang dibentuk pada tahun anggaran selanjutnya.

(4) Jumlah keanggotaan Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa ditetapkan sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri atas:

(32)

a. 1 (satu) orang Dosen Tetap dengan jenjang jabatan akademik paling rendah Lektor sebagai ketua merangkap anggota;

b. 1 (satu) orang Dosen Tetap dengan jenjang jabatan akademik paling rendah Lektor sebagai wakil ketua merangkap anggota;

c. 1 (satu) orang Dosen Tetap dengan jenjang jabatan akademik paling rendah Asisten Ahli sebagai sekretaris merangkap anggota; dan

d. 2 (dua) orang Tenaga Kependidikan dengan paling rendah Golongan III sebagai anggota.

(5) Anggota Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling kurang beranggotakan:

a. 1 (satu) orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi hukum; dan

b. 1 (satu) orang perempuan.

(6) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d merupakan pegawai negeri sipil dengan jabatan administrasi di lingkungan PKN STAN.

(7) Anggota Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa tidak boleh merangkap menjadi:

a. Anggota Komisi Disiplin Mahasiswa; dan/atau b. Anggota Komisi Banding Administratif Disiplin

Mahasiswa.

(8) Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa dibantu oleh Sekretariat.

(9) Dalam hal terdapat penggantian keanggotaan Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa dalam masa tugas, anggota Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa pengganti meneruskan masa tugas anggota Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa yang digantikan.

Paragraf 3

Kewenangan Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa Pasal 57

(1) Komisi Keberatan Disiplin Mahasiswa berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus pengajuan Keberatan atas keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (4).

(

Gambar

Tabel Jenis Hukuman Disiplin Pokok
Tabel Nilai Tambahan
Tabel Nilai Pokok

Referensi

Dokumen terkait

3.4 Contoh Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Hidup Bernegara Pada kehidupan sehari-hari ada beberapa contoh kewajiban yang kita laksanakan dalam kegiatan

Dokumen ini berisi pedoman penilaian untuk siswa kelas III yang membahas kewajiban dan hak dalam

Dokumen ini membahas tentang penetapan peraturan yang baru tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di

Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak Sudikno, 2008 • Seorang warga negara melaksanakan hak dan kewajiban sesuai kedudukannya: 1 norma yang

Kesejahteraan sosial 2.2.3 Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila Hak dan kewajiban warga negara dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud apabila

Dokumen ini menjelaskan hak dan kewajiban warga negara Indonesia berdasarkan nilai-nilai dasar

Hak dan kewajiban warga negara harus seimbang agar tercipta masyarakat yang adil dan

Makalah ini menghuraikan mengenai hak dan kewajiban warga