A. Perhitungan Pembebanan Data :
Tebal Pelat Lantai Jembatan : 350 mm
Panjang Jembatan : 32 m
Tinggi Jembatan : 7 m
Lebar Trotoar : 1 m
Tebal Trotoar : 0,25 m
Lebar Jalan : 7 m
Jumlah Gelagar Memanjang : 8 buah
Tebal Perkerasan : 10 cm
Mutu Beton, fc’ : 26 Mpa
Tegangan Leleh Baja, fy : 250 Mpa
Tegangan Putus Baja, fu : 420 Mpa
B. Pembebanan
a. Beban Permanen
1. Beban Mati (DL)
- Berat Beton : 23,0 kN/m3 - Berat Baja : 78,5 kN/m3
2. Beban Mati Tambahan (SIDL)
SNI 1725:2016 (Halaman 14) 7.3 Beban mati tambahan/utilitas (MA) Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen nonstruktural, dan besarnya dapat berubah selama umur jembatan. Dalam hal tertentu, nilai faktor beban mati tambahan yang berbeda dengan ketentuan pada Tabel 4 boleh digunakan dengan persetujuan instansi yang berwenang.
Hal ini bisa dilakukan apabila instansi tersebut melakukan pengawasan terhadap beban mati tambahan pada jembatan, sehingga tidak dilampaui selama umur jembatan.
- Aspal : tebal pelat lantai x berat isi (22 kN/m3 ) : 0,350 x 22
: 7,7 kN/m2
- Trotoar : tebal trotoar x berat isi (24 kN/m3 ) : 0,25 x 24
: 6,0 kN/m2
b. Beban Lalu Lintas
1. Beban Terbagi Rata (BTR)
SNI 1725:2016 (Halaman 39) 8.3.1 Intensitas beban “D” Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa dengan besaran q tergantung pada panjang total yang dibebani L yaitu seperti berikut:
Jika L ≤ 30 m : q = 9,0 kPa (27)
Jika L > 30 m : q = 9,0 ( 0,5 + 15/L ) kPa (28)
Untuk BTR yaitu q : 9,0 (0,5+15/32)kPa = 8,719 kPa karena panjang jembatannya senilai : 32,0 m
2. Beban Garis Terpusat (BGT)
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan.
Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m. Untuk mendapatkan momen lentur negatif maksimum pada jembatan menerus, BGT kedua yang identik harus ditempatkan pada posisi dalam arah melintang jembatan pada bentang lainnya.
Untuk BGT yaitu p : 49,0 Kn/m
3. Beban Truk (T)
Pembeban truk “T” terdiri atas kendaraan truk semi-trailler yang mempunyai susunan dan berat gandar seperti terlihat dalam Gambar 26.
Berat dari tiap-tiap gandar disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 gandar tersebut bisa diubah-ubah dari 4,0 m sampai dengan 9,0 m untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.
Untuk Beban Truk (T) : 500 kN 4. Beban Rem (TB)
SNI 1725:2016 (Halaman 46) 8.7 Gaya rem (TB) Gaya rem harus diambil yang terbesar dari:
25% dari berat gandar truk desain atau,
5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
Gaya rem tersebut harus ditempatkan di semua lajur rencana yang dimuati sesuai dengan Pasal 8.2 dan yang berisi lalu lintas dengan arah yang sama. Gaya ini harus diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm diatas permukaan jalan pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih yang paling menentukan. Untuk jembatan yang dimasa depan akan diubah menjadi satu arah, maka semua lajur rencana harus dibebani secara simultan pada saat menghitung besarnya gaya
rem. Factor kepadatan lajur yang ditentukan pada Pasal 8.4.3 berlaku untuk menghitung gaya rem.
- Gaya rem : 25% x gandar truk desain : 0,25 x 225 kN
: 56,25 kN
- Gaya rem : (5% x Beban truk rencana) + BTR : 25 + 8,719
: 33,719 kN
Jadi gaya rem yang dipakai yang paling besar di antara point diatas, yakni Gaya rem (TB) : 56,25 kN
5. Beban Aksi Lingkungan 1. Beban Angin
SNI 1725:2016 (Halaman 56) 9.6.1.1 Beban angin pada struktur (EWs) Jika dibenarkan oleh kondisi setempat, perencanaan dapat menggunakan kecepatan angin rencana dasar yang berbeda untuk kombinasi pembebanan yang tidak melibatkan kondisi beban angin yang bekerja pada kendaraan. Arah angin rencana harus diasumsikan horizontal, kecuali ditentukan lain dalam. Pasal 9.6.3 Dengan tidak adanya data yang lebih tepat. Tekanan angin rencana dalam Mpa
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/mm pada bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.
- Beban angin (5,1 N/mm) > 4,4 N/mm , tekan - Beban angin (2,8 N/mm) > 2,2 N/mm, hisap
2. Beban Gempa
Beban Gempa : 20% x Berat Struktur C. Kombinasi Pembebanan
1. Layan 1 : 1,1 MS + 2,0 MA + 0,3 EWS + 1,0 EWL
2. Kuat 1 : 1,1 MS + 2,0 MA + 1,8 TD + 1,8 TB + 1,8 TT + 1,8 LIVE TROTOAR
3. Kuat 2 : 1,1 MS + 2,0 MA + 1,4 TD + 1,4 TB + 1,4 TT + 1,4 LIVE TROTOAR
4. Kuat 3 : 1,1 MS + 2,0 MA + 1,4 EWS