• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) STUDI PADA PT. KARYA TIMUR PRIMA-MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) STUDI PADA PT. KARYA TIMUR PRIMA-MALANG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

STUDI PADA PT. KARYA TIMUR PRIMA-MALANG

Wawan Wahyu Hidayat

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya [email protected]

Dosen Pembimbing : Dr. Andarwati, SE., ME.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ABSTRACT

This study aims to determine the calculation of cost of production by using conventional methods and activity-based costing and know the difference and analyze the results of calculations between conventional methods with Activity Based Costing (ABC) method at PT. Karya Timur Prima. PT. Karya Timur Prima has done the calculation of cost of goods manufactured but the calculation of the cost of production is still less precise on the determination of raw material costs, direct labor costs, and overhead costs and there are costs that should not be included in the calculation.

This research is a descriptive research with case study approach that is research that is intended to investigate the condition, condition or other things that have been mentioned that the result presented in research report. Data sources come from primary data. The data types used in this research are quantitative data and qualitative data. Data collection techniques used are observation, interview and documentation.

The results of this research show difference calculation results between conventional and activity based costing methods in determining the cost of goods manufactured, which for the international potenza products 12 undercosted, in new potenza 16 undercosted and in potenza mild products 20 overcosted. Based on the conclusion, it can be considered that by using Activity Based Costing method, PT. Karya Timur Prima can calculate the cost of goods manufactured more accurately. Furthermore, activity based costing method is an alternative to maximize PT. Karya Timur Prima’s profits since the overhead costs are calculated based on the cost determiner of each activity which is incurred on each of its product.

Keywords: Cost of Goods, Conventional, Activity Based Costing

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional dan activity based costing dan mengetahui perbedaan dan menganalisis hasil perhitungan antara metode konvensional dengan metode Activity Based Costing (ABC) pada PT. Karya Timur Prima. PT. Karya Timur Prima sudah

(2)

2 melakukan perhitungan harga pokok produksi namun perhitungan harga pokok produksinya masih kurang tepat pada penentuan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead serta terdapat biaya yang tidak seharusnya dimasukkan dalam perhitungan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan dalam laporan penelitian. Sumber data yang digunakan adalah data primer. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil perhitungan antara metode konvensional dan activity based costing dalam menentukan harga pokok produksi, dimana untuk produk potenza internasional 12 mengalami undercosted dan untuk new potenza 16 mengalami undercosted dan pada produk potenza mild 20 mengalami overcosted.

Berdasarkan kesimpulan dapat diketahui bahwa dengan metode activity based costing, PT.

Karya Timur Prima dapat menghitung harga pokok produksi secara lebih akurat dan menjadi alternatif agar dapat memaksimalkan labanya karena biaya overhead dihitung berdasarkan pemicu biaya dari masing-masing aktivitas yang dikonsumsi pada masing-masing produknya.

Kata kunci: Harga Pokok Produksi, Konvensional, Activity Based Costing

PENDAHULUAN

Industri rokok memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, hal ini dibuktikan dengan industri rokok mampu menyumbang 1,66% total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dan devisa negara melalui ekspor ke dunia yang nilainya pada 2013 mencapai US$ 700 juta. Selain itu, industri rokok juga menjadi sumber penghidupan bagi 6,1 juta orang yang bekerja di industri rokok secara langsung dan tidak langsung, termasuk 1,8 juta petani tembakau dan cengkeh. Tidak hanya itu, di dalam negeri peranan rokok

sebagai sumber pemasukan negara juga cukup besar. Penerimaan negara dari sektor bea dan cukai tahun 2015 lalu tercatat Rp 77 triliun. Namun perkembangan industri rokok kretek dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami kemunduran karena banyak perusahaan rokok yang gulung tikar disebabkan regulasi peraturan pemerintah saat ini sangat tidak berpihak kepada pengusaha rokok. Akibatnya, hampir 70% perusahaan rokok kretek telah gulung tikar, dari banyaknya perusahaan rokok kretek pada tahun 2011 sebanyak 4.793 perusahaan rokok di indonesia

(3)

3 sekarang hanya tersisa 1.664 perusahaan

rokok pada tahun 2015. Penyebab dari penurunan jumlah perusahaan rokok yakni ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor : 200/PMK yang telah menetapkan ketentuan luas minimal 200 meter persegi bagi pabrik rokok. Selain itu, penetapan pajak rokok sebesar 10% bagi perusahaan-perusahaan rokok yang lewat peraturan daerah, hal tersebut memberikan kontribusi yang besar untuk menurunnya produksi rokok yang kemudian berkorelasi dengan penurunan konsumsi rokok. Kedua faktor ini sangat mempengaruhi masalah yang terjadi pada perusahaan rokok lokal, belum lagi faktor lain seperti halnya harga cengkeh yang semakin tinggi yang pada akhirnya memaksa industri rokok untuk mengambil kebijakan mengurangi tenaga kerja yang ada. Untuk menghadapi hal tersebut, perusahaan rokok harus berupaya secara maksimal untuk dapat mengatur dan menerapkan strategi yang tepat agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan bahkan meningkatkan potensi perusahaan agar mampu bertahan dan tetap tumbuh ditengah kendala

regulasi pemerintah yang semakin menekan industri rokok. Salah satu strategi yang penting yaitu efisiensi biaya.

Biaya adalah pengorbanan dari sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2015:8). Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan perhitungan dan pembebanan biaya yang tepat sehingga dapat menghasilkan harga pokok produksi yang tepat untuk setiap produk yang dihasilkan. Menurut Carter (2009:40) perhitungan harga pokok produksi memiliki unsur bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya produksi tidak langsung atau overhead pabrik.

Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya konvensional masih banyak digunakan dalam perusahaan saat ini.

Akuntansi biaya konvensional, yang dikenal dengan sistem konvensional, tidak menghubungkan antara aktivitas pendukung dengan produk yang diproduksi. Pada sistem ini, perhitungan biaya produksi tidak langsung atau

(4)

4 overhead akan dikumpulkan dalam satu

pengelompokkan biaya dan total biaya tersebut akan dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian kepada suatu obyek biaya. Sistem biaya konvensional menggunakan dasar pembebanan ini sedangkan produk mengkonsumsi sebagian besar sumber daya pendukung yang proporsinya tidak sama dengan jumlah unit yang dihasilkan, sehingga terjadi distorsi biaya.

Activity Based Costing merupakan metode perbaikan dari sistem akuntansi biaya konvensional. Menurut Garrison, et al. (2013:312) Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing) adalah metode perhitungan biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti, sistem biaya yang biasa dipakai perusahaan

Penelitian terdahulu yang dilakukan Feni Siti A’isyah (2011) melakukan penelitian mengenai Penerapan Activity Based Costing System (ABC System) Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) Studi Kasus Pada Perusahaan

Rokok Djagung Prima-Malang. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa sistem akuntansi biaya konvensional yang biasa digunakan oleh perusahaan tidak lagi akurat dalam penetapan biaya overhead pabrik, dengan membandingkan perhitungan harga pokok produksi menurut sistem akuntansi biaya konvensional dengan Activity Based Costing System (ABC System) yang hasilnya adalah kesemua produk rokok yang diproduksi oleh perusahaan rokok Djagung Prima Malang mengalami overcosting. rokok djagung istimewa mengalami overcosting sebesar Rp 46.863,91, rokok djagung premium mengalami overcosting sebesar Rp 95.

144,96, demikian pula dengan rokok djagung hijau mengalami overcosting sebesar Rp 2.738.516,95.

Novan Setya Adinagoro, Suhadak dan Devi Farah Azizah (2012) melakukan penelitian mengenai penerapan Analisis Activity Based Costing System (ABC System) Untuk Penetapan Harga Pokok Produksi Secara Akurat Studi Pada Perusahaan Rokok Cemara Mas-Sidoarjo. Hasil dari penelitian ini adalah perhitungan biaya

(5)

5 antara perusahaan dengan perhitungan

ABC system terdapat selisih dari keduanya. Pada selisih perusahaan dengan ABC system yaitu untuk dana super sebesar Rp. 44.279.646 yang mengalami undercosted atau perhitungan biaya yang dibebankan oleh perusahaan terlalu rendah dari ABC system, untuk fit mild sebesar Rp 17.180.722 juga mengalami undercosted atau perhitungan biaya yang dibebankan oleh perusahaan terlalu rendah dari ABC system.

Nitin Kumar dan Dalgobind Mahto (2013) melakukan penelitian mengenai analisis dan implementasi Activity Based Costing (ABC) and Traditional Cost Accounting (TCA) pada perusahaan manufaktur suku cadang kendaraan bermotor yang menghasilkan bahwa dibandingkan dengan Traditional Cost Accounting (TCA), metode Activity Based Costing (ABC) memberikan biaya-biaya sebenarnya. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan dengan meningkatkan penjualannya sesuai dengan permintaan produk dengan tetap memperhatikan biaya sebenarnya dari komponen yang dihitung dengan Activity Based Costing (ABC) bukan dengan

metode Traditional Cost Accounting (TCA) serta perusahaan menjadi lebih mudah memutuskan produk mana yang diproduksi lebih banyak.

Suresh (2015) melakukan penelitian mengenai perbandingan studi alokasi biaya overhead menggunakan sistem Activity Based Costing dan akuntansi biaya konvensional. Dari penelitian tersebut menghasilkan bahwa saat perusahaan menggunakan metode konvensional, perusahaan kehilangan pesanan ekspor karena harga yang dikenakan pada produk cukup tinggi.

Berbeda dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC), perusahaan lebih mampu menekan harga untuk pesanan produk ekspor karena Activity Based Costing (ABC) merupakan metode yang tepat terutama dalam pengalokasian biaya overheadnya, sehingga mampu menekan biaya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode konvensional dan metode Activity Based Costing (ABC) serta untuk mengetahui perbedaan dan menganalisis hasil perhitungan antara metode

(6)

6 konvensional dengan metode Activity

Based Costing (ABC) pada PT. Karya Timur Prima Malang.

LANDASAN TEORI Biaya

Menurut Mulyadi (2015:8) definisi biaya dalam arti luas biaya adalah pengorbanan dari sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.

Biaya Produksi

Menurut Supriyono (2014:19) biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan fungsi produksi, biaya produksi diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi sebagai berikut :

1. Biaya Bahan Baku

2. Biya Tenaga kerja Langsung 3. Biaya overhead pabrik

Harga Pokok Produksi

Menurut Hansen dan Mowen (2009:55) Harga pokok produksi

(product cost) adalah pembebanan biaya yang mendukung tujuan manajerial secara spesifik. Arti harga pokok produk bergantung pada tujuan manajerial yang sedang berusaha dicapai. Sedangkan menurut Carter (2009:40) menyatakan

“Harga Pokok Produksi terdiri dari 3 elemen biaya, yaitu : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.” Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah seluruh biaya produksi yang digunakan untuk memproses suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam suatu periode waktu tertentu.

Unsur-unsur Harga Pokok Produksi a. Biaya Bahan Baku

Bahan baku terbagi menjadi 2 yaitu bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Menurut Garrison, et al.

(2013:27) Bahan baku langsung (direct material) adalah bahan baku yang menjadi bagian utama dari produk jadi dimana biayanya dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Menurut Riwayadi (2014:48) Bahan baku tidak langsung (inderect raw material) adalah

(7)

7 bahan baku yang tidak dapat secara

mudah dan akurat ditelusuri ke produk.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut Hansen dan Mowen (2009:57) tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi.

c. Biaya Overhead Pabrik (factory overhead cost)

Menurut Hansen dan Mowen (2009:57) Overhead adalah biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung, yang dikenal dengan beban pabrik (factory burden) atau overhead manufaktur (manufacturing overhead).

Sistem Biaya Konvensional

Menurut Hansen dan Mowen (2009:162) Sistem Biaya Konvensional adalah perhitungan biaya produk berdasarkan fungsi membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk dengan menggunakan penelusuran langsung.

Secara spesifik, perhitungan biaya berdasarkan fungsi menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit untuk

membebankan biaya overhead pada produk.

ABC (Activity Based Costing)

Menurut Garrison, et al.

(2013:312) Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing-ABC) adalah metode perhitungan biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti, sistem biaya yang biasa dipakai perusahaan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada PT. Karya Timur Prima. Penelitian deskriptif bermaksud mendeskripsikan permasalahan yang diselidiki secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai keadaan sesuai kenyataan dari objek penelitian. Studi kasus menurut Creswell dalam Haris Herdiansyah (2010:76) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” (bounded system) pada satu

(8)

8 kasus atau beberapa kasus secara

mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuntitatif dan kualitatif yang diperoleh dari PT. Karya Timur Prima, sedangkan sumber data yang digunakan adalah sumber data primer. Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari objek penelitian langsung.

Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Activity Based Costing. Adapun langkah-langkah perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Activity Based Costing. Tahap – tahap dalam penerapan Activity Based Costing menurut Garrison, et al. (2013:319) adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi aktivitas, pul biaya

aktivitas, dan pengukuran aktivitas Peneliti menganalisis setiap aktivitas yang terjadi dalam perusahaan, dalam hal ini memproduksi suatu produk.

Aktivitas-aktivitas ini nantinya akan digunakan dalam pembebanan biaya overhead pabrik yang akan disesuaikan

dengan pemicu biaya (cost driver) dan tingkat aktivitas yang berkaitan. Dalam hali ini dijelaskan dalam tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 1. Pul Biaya Aktivitas, Cost Driver, dan Tingkat Aktivitas PT. Karya Timur Prima

Sumber : Data diolah, 2015

2. Membebankan biaya overhead ke pul biaya aktivitas

Dalam tahap ini, biaya overhead pabrik kemudian dibebankan secara proporsional ke pul biaya aktivitas.

Kegiatan pembebanan ini dilakukan dengan cara mewawancarai manajer bagian produksi untuk mendapatkan persentase yang dikonsumsi untuk setiap aktivitas. Kemudian setelah peneliti mengetahui presentase tersebut, kemudian mengalokasikan biaya overhead pabrik kedalam pul biaya

4

Pengepakkan Jam Mesin 5

Pembungkusan Pak Jam Mesin 6

Pengeballan Jumlah Unit Produksi

No Pul Biaya Aktivitas Cost Driver Tingkat Aktivitas Batch Level 1

Pembelian Bahan Baku dan Bahan

Jumlah Pembelian Bahan Baku

2

Proses Awur

Tembakau Jumlah Bahan Baku

7 Penyimpanan Barang

Jadi Digudang Jumlah Unit Produksi 3

Proses Pembuatan

Rokok (Making) Jam Mesin

Unit Level

8

Pengiriman Produk ke

Pelanggan Jumlah Pengiriman Batch Level

(9)

9 aktivitas, setelah dialokasikan

selanjutnya mengalikan pul biaya aktivitas tersebut dengan presentase yang didapat. Dengan demikian diketahui total biaya untuk masing-masing aktivitas.

3. Menghitung tarif aktivitas

Langkah selanjutnya adalah perhitungan tarif aktivitas. Tarif aktivitas diperoleh dengan cara membagi total biaya untuk setiap aktivitas dengan total aktivitasnya.

4. Membebankan biaya overhead ke objek biaya menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas

Setelah diketahui tarif masing- masing aktivitas kemudian digunakan untuk membebankan biaya ke suatu produk, dari tahap ini dapat diperoleh biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode activity based costing.

5. Menyiapkan laporan manajemen Laporan ini akan membantu perusahaan menghubungkan sumber dayanya dengan kesempatan

pertumbuhan yang lebih

menguntungkan, sedangkan di waktu yang sama akan memberikan informasi untuk melihat area mana yang kurang

efisien dan tindakan apa yang selanjutnya dapat diambil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan HPP Dengan Metode Konvensional

Dalam perhitungan dengan metode konvensional terlebih dahulu menghitung biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Selanjutnya dapat ditentukan besarnya harga pokok produksi perusahaan seperti sebagai berikut :

Tabel 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Konvensional (dalam rupiah)

Sumber : PT. Karya Timur Prima

Pada tabel 2 menjelaskan bahwa total perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode konvensional pada produk rokok potenza internasional 12 menghasilkan sebesar Rp.

203.560.435.288 dan harga pokok

Biaya Bahan Baku 59.625.000.000 46.375.000.000 36.437.500.000

Unit Produksi (ball) 149.850 88.550 51.000 105.703.182.202 Keterangan Potenza

Internasional 12 New Potenza 16 Potenza Mild 20

Biaya Tenaga Kerja

Langsung 1.179.360.000 1.038.960.000 945.360.000 Biaya Overhead

Pabrik 142.756.075.288 94.067.064.238 68.320.322.202

Harga Pokok

Produksi/Ball 1.358.428 1.597.753 2.072.611 Total Biaya

Produksi 203.560.435.288 141.481.024.238

(10)

10 produksi per ball sebesar Rp. 1.358.428

setelah total harga pokok produksi dibagi unit yang diproduksi. Sedangkan pada produk rokok new potenza 16 menghasilkan sebesar Rp.

141.481.024.238 dan harga pokok produksi per ball sebesar Rp. 1.597.753.

Dan pada produk rokok potenza mild 20 menghasilkan sebesar Rp.

105.703.182.202 dan harga pokok produksi per ball sebesar Rp. 2.072.611 setelah total harga pokok produksi dibagi unit yang diproduksi.

Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Dengan Menggunakan Metode ABC

Menurut Garrison, et al.

(2013:319) tahapan-tahapan yang digunakan dalam memperhitungkan harga pokok produksi berdasarkan Activity Based Costing System (ABC) sebagai berikut:

1. Mendefinisikan aktivitas, pul biaya aktivitas, dan pengukuran aktivitas.

Aktivitas yang terjadi dalam proses produksi rokok potenza internasional 12, rokok new potenza 16, dan rokok potenza mild 20 adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Pul Biaya Aktivitas, Cost Drivers, dan Tingkat Aktivitas PT. Karya Timur Prima

Sumber :Data Diolah, 2015

2. Membebankan biaya overhead ke pul biaya aktivitas

Tahap ini disebut juga sebagai alokasi tahap pertama atau first stage- allocation. Biaya overhead pabrik yang akan dibebankan adalah biaya overhead pabrik yang telah dialokasikan sampai ke tingkat perhitungan pada metode perhitungan konvensional. Artinya, untuk memisahkan biaya yang dialokasikan ke produk berdasarkan metode pembebanan berdasarkan volume, selanjutnya baru mengalokasikan biaya overhead pabrik berdasarkan aktivitas produk.

4

Pengepakkan Jam Mesin 5

Pembungkusan Pak Jam Mesin 6

Pengeballan Jumlah Unit Produksi

No Pul Biaya Aktivitas Cost Driver Tingkat Aktivitas Batch Level 1

Pembelian Bahan Baku dan Bahan

Jumlah Pembelian Bahan Baku

2

Proses Awur

Tembakau Jumlah Bahan Baku

7 Penyimpanan Barang

Jadi Digudang Jumlah Unit Produksi 3

Proses Pembuatan

Rokok (Making) Jam Mesin

Unit Level

8

Pengiriman Produk ke

Pelanggan Jumlah Pengiriman Batch Level

(11)

11 Tabel 4. Total Biaya Setiap Aktivitas Pada

Produk PT. Karya Timur Prima

Sumber :Data Diolah, 2015

3. Menghitung Tarif Aktivitas

Menghitung tarif aktifitas dengan membagi total biaya setiap aktivitas dengan jumlah aktivitasnya yang terjadi dalam proses produksi.

Tabel 5. Menghitung Tarif Aktivitas Pada Setiap Produk PT. Karya Timur Prima

Sumber :Data Diolah, 2015

4. Membebankan biaya overhead ke objek biaya menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas

Pada tahap ini disebut juga alokasi tahap kedua (second stage-allocation). Pada tahap ini, tarif aktivitas untuk setiap produk akan digunakan untuk membebankan biaya ke sejumlah produk pesanan.

Distribusi Aktivitas Pembelian

bahan baku 24.389.490.637 16.071.104.350 11.672.342.878 Proses awur

tembakau 26.876.473.834 17.709.866.186 12.862.565.382 Proses

pembuatan 1.853.616.812 1.221.414.160 887.105.488 Pengepakkan 86.049.940.095 56.701.371.386 41.181.852.477 Pembungkusan

dalam pak 1.321.333.138 870.673.482 632.364.721 Pengeballan 805.898.718 531.035.379 385.687.684 Penyimpanan

barang jadi 807.181.728 531.880.800 386.301.708 Pengiriman 652.140.325 429.718.495 312.101.864 Total 142.756.075.288 94.067.064.238 68.320.322.202

Produk

Rokok Potenza Mild 20 Rokok New

Potenza 16 Rokok Potenza

Internasional 12

Pul Biaya Aktivitas Pembelian

bahan baku 677.485.851 642.844.174 583.617.144 Proses awur

tembakau 179.356 207.012 252.207 Proses

pembuatan rokok

(Making) 742.635 782.958 473.881 Pengepakkan 45.966.848 60.578.388 37.712.319 Pembungkusan

dalam pak

847.008

1.116.248 723.529 Pengeballan 5.378 6.207 7.563 Penyimpanan

barang jadi 5.387 6.217 7.575 Pengiriman

produk 9.590.299 9.341.706 9.753.183 Total 734.822.762 714.882.911 632.547.401

Produk Rokok Potenza

Internasional 12

Rokok New Potenza 16

Rokok Potenza Mild 20

(12)

12 Tabel 6. Membebankan biaya overhead ke

objek

Sumber :Data Diolah, 2015

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode ABC

Perhitungan harga pokok produksi untuk setiap produk dengan menggunakan metode ABC adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Perhitungan HPP Dengan Metode ABC

Sumber :Data Diolah, 2015

Analisis Hasil Perbandingan Perhitungan Metode Konvensional dengan Metode ABC

Pada tabel 2 dan tabel 7 menunjukkan bahwa dalam perhitungan harga pokok produksi pada ketiga produk tersebut ada yang mengalami undercosted untuk produk potenza internasional 12 dan new potenza 16, dan pada potenza mild 20 mengalami overcosted. Hal ini dikarenakan pembebanan biaya yang dilakukan oleh perusahaan kurang tepat. Pembebanan biaya yang tidak tepat akan menimbulkan distrosi biaya, sumber dari distorsi ini terletak dalam pembebanan biaya overhead pabrik metode konvensional yang didasarkan hanya pada satu cost

Pul Biaya Aktivitas Pembelian

bahan baku 24.389.490.637 16.071.104.350 11.672.342.878 Proses awur

tembakau 26.876.473.834 17.709.866.186 12.862.565.382 Proses

pembuatan rokok

(Making) 1.855.102.082 1.395.230.790 604.198.449 Pengepakkan 86.095.906.943 64.758.297.021 28.095.677.743 Pembungkusan

dalam pak

1.333.191.256

994.577.016 430.500.010 Pengeballan 805.898.718 531.035.379 385.687.684 Penyimpanan

barang jadi 807.181.728 531.880.800 386.301.708 Pengiriman

produk 652.140.325 429.718.495 312.101.864 Total 142.815.385.525 102.421.710.037 54.749.375.718

Produk Rokok Potenza

Internasional 12

Rokok New Potenza 16

Rokok Potenza

Mild 20 Biaya Bahan Baku 59.625.000.000 46.375.000.000 36.437.500.000

Unit Produksi (ball) 149.850 88.550 51.000

Keterangan Potenza

Internasional 12 New Potenza 16 Potenza Mild 20

Biaya Tenaga Kerja

Langsung 1.179.360.000 1.038.960.000 945.360.000 Biaya Overhead

Pabrik 142.815.385.525 102.421.710.037 54.749.375.718 Total Biaya

Produksi 203.619.745.525 149.835.670.037 92.132.235.718 Harga Pokok

Produksi/Ball 1.358.824 1.692.102 1.806.514

(13)

13 driver saja yaitu jumlah unit produksi.

Berbeda dengan menggunakan metode ABC, biaya overhead pada masing- masing produk dibebankan pada beberapa cost driver sesuai aktivitas yang dilakukan dalam memproduksi rokok potenza internasional 12, new potenza 16, dan potenza mild 20. Sehingga dengan menggunakan metode ABC dalam mengalokasikan biaya ke produk lebih akurat berdasarkan konsumsi masing - masing aktivitas, serta dengan sistem Activity Based Costing akan dapat terlihat bahwa tidak semua biaya-biaya terutama biaya tidak langsung, yang berkorelasi proporsional dengan besarnya volume produk.

Pembahasan Hasil Penelitian

a. Produk Potenza Internasional 12 Dalam perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional dan ABC menghasilkan perhitungan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.26 bahwa dalam menggunakan metode ABC dengan metode konvensional dimana untuk produksi rokok potenza internasional 12 mengalami kenaikan sebesar Rp.

59.310.236. Kenaikan tersebut disebabkan banyaknya jumlah unit yang diproduksi dan jam kerja mesin yang dipakai oleh perusahaan , kemudian adanya perbedaan perhitungan biaya overhead pabrik untuk metode konvensional hanya menggunakan satu cost driver saja yaitu jumlah unit produksi, dan pada metode ABC menggunakan aktivitas-aktivtas dalam pembuatan produk serta memakai banyak cost driver. Sehingga dalam membebankan pada produk akan lebih akurat.

b. Produk New Potenza 16

Dalam perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional dan ABC menghasilkan perhitungan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.27 bahwa dalam menggunakan metode ABC dengan metode konvensional dimana untuk produksi rokok new potenza 16 mengalami kenaikan sebesar Rp.

8.354.645.799. Kenaikan tersebut disebabkan adanya perbedaan perhitungan biaya overhead pabrik pada metode konvensional dan metode ABC.

Dengan menggunakan metode

(14)

14 konvensional biaya overhead pabrik

mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dengan menggunakan metode ABC. Hal ini disebabkan dalam metode konvensional hanya menggunakan satu cost driver saja yaitu jumlah unit produksi, dan pada metode ABC menggunakan aktivitas-aktivtas dalam pembuatan produk serta memakai banyak cost driver. Sehinggan nilai yang dihasilkan dengan menggunakan metode ABC lebih besar dalam membebankan pada produk, namun hasil yang didapatkan akan lebih akurat.

c. Produk Potenza Mild 20

Dalam perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional dan ABC menghasilkan perhitungan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.28 bahwa dalam menggunakan metode ABC dengan metode konvensional dimana untuk produksi rokok potenza mild 20 mengalami penurunan sebesar Rp.

13.570.946.483. Penurunan tersebut disebabkan adanya perbedaan perhitungan biaya overhead pabrik pada metode konvensional dan metode ABC.

Dalam metode ABC total biaya produksi yang dihasilakn lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional karena pada metode ABC menggunakan aktivitas- aktivtas dalam pembuatan produk serta memakai banyak cost driver, sedangkan pada metode konvensional hanya memakai satu cost driver yaitu jumlah unit produksi. Penyebab lain yang menjadikan metode ABC menghasilakn total biaya produksi yang lebih rendah pada produk potenza mild 20 yaitu jumlah yang diproduksi untuk produk potenza mild 20 sedikit, berbeda dengan potenza internasional 12 dan new potenza 16 yang memproduksi jumlah yang banyak. Sehingga semakin banyak jumlah unit yang diproduksi, semakin besar pula biaya yang dikeluarkan.

Semakin sedikiti jumlah unit yang diproduksi semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan.

Implikasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini tentu akan dapat menjadi dasar pertimbangan yang baru bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan harga pokok penjualan dan

(15)

15 harga jual pada setiap produk.

Perhitungan harga pokok produksi yang tepat akan memberikan ketepatan pada perhitungan harga pokok penjualan sehingga proyeksi laba menjadi lebih tepat.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa harga pokok produksi setiap unit dengan metode konvensional yang digunakan oleh perusahaan lebih tinggi dari harga pokok produksi tiap unit dengan metode ABC. Hasil ini akan berpengaruh pada margin keuntungan dari harga jual yang telah ditentukan, dimana dengan metode ABC akan lebih menguntungkan. Hal positif dari tingginya nilai harga pokok produksi oleh perusahaan selama ini berarti keseluruhan biaya overhead pabrik yang belum diperhitungkan bisa tertutupi.

Namun untuk memberikan informasi yang lebih baik bagi keputusan manajemen, perhitungan dengan menggunakan pendekatan ABC sebaiknya perlu untuk diterapkan oleh perusahaan.

Penerapan metode ABC menunjukkan informasi tentang biaya yang terjadi dalam proses produksi

khususnya pada biaya overhead pabrik yang didalamnya terdapat aktivitas- aktivitas pembuatan suatu produk dan memakai lebih banyak pemicu biaya sehingga dalam pembebanan pada suatu produk akan lebih tepat dan akurat. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa metode ABC akan lebih tepat bagi perusahaan karena dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan biaya per unit dalam menyajikan informasi biaya yang lebih detail dan dapat menjadi pengambilan keputusan dalam menentukan harga jual suatu produk yang lebih kompetitif.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Setelah melakukan Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) Studi Pada PT. Karya Timur Prima-Malang, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perhitungan harga pokok produksi untuk rokok potenza internasional 12 dan rokok new potenza 16 menggunakan metode konvensional dan metode activity based costing mempunyai hasil perhitungan yang

(16)

16 berbeda. Harga pokok produksi

rokok potenza internasional 12 dan new potenza 16 dalam pembebanan biaya overhead pabrik terlalu rendah daripada metode activity based costing.

2. Perhitungan harga pokok produksi untuk rokok potenza mild 20 menggunakan metode konvensional dan metode activity based costing mempunyai hasil perhitungan yang berbeda. Harga pokok produksi rokok potenza mild 20 dalam biaya overhead pabrik lebih tinggi daripada metode activity based costing.

3. Dalam metode ABC pembebanan biaya overhead pabrik disesuaikan dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada produk sedangkan dengan menggunakan metode konvensional perhitungan harga pokok produksi tidak dihitung secara detail karena menggunakan pemicu biayanya adalah jumlah unit produksi. Sehingga metode ABC lebih tepat digunakan oleh PT. Karya Timur Prima yang memproduksi barang lebih dari satu jenis produk

karena biaya overhead pabrik pada masing-masing produk dibebankan sesuai cost driver yang ada, sehingga mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke jenis produk secara tepat dan akurat berdasarkan konsumsi biaya dari masing-masing aktivitas yang dilakukan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat memberi saran perbaikan yang diharapkan yang dapat bermanfaat bagi perusahaan rokok PT. Karya Timur Prima. Hasil penelitian penerapan harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional dan activity based costing dapat dijadikan masukan bagi PT.

Karya Timur Prima untuk produk rokok khususnya untuk jenis potenza internasional 12 batang, new potenza 16 batang, dan rokok potenza mild 20 batang. Metode konvensional lebih mudah untuk diaplikasikan dalam perhitungan harga pokok produksi sedangkan activity based costing dapat digunakan dalam menentukan harga pokok produksi yang lebih akurat

(17)

17 terutama dalam menentukan harga jual

sehingga tidak mengalami kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi yang dapat mempengaruhi laba perusahaan sehingga dapat membantu bagi PT. Karya Timur Prima. Namun sebaiknya pada masa yang akan datang PT. Karya Timur Prima untuk lebih baik menggunakan metode activity based costing dalam pembebanan biaya overhead pabrik yang terdapat aktivitas- aktivitas dengan cost driver yang lebih banyak sehingga dapat menghasilkan biaya produksi yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, 2013, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Blocher, Edward J., David E. Stout, dan Gary Cokins, 2010, Cost Management: A Stategic Emphasis (Manajemen Biaya:

Penekanan Strategis), Terjemahan oleh David Wijaya, 2011, Edisi 5, Buku 1, Jakarta:

Salemba Empat.

Carter, William K, 2009, Cost Accounting (Akuntansi Biaya),

Terjemahan oleh Krista, 2006, Edisi 14, Jilid 2, Jakarta: Salemba Empat.

Creswell, John W., 2009, Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches (Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Mixed), Diterjemahkan oleh Achmad Fawaid, 2010, Edisi 3, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Detik Finance, 2015

(https://finance.detik.com/industri /%202947821/begini-pentingnya- industri-rokok-bagi-ekonomi-ri, diakses pada 20 Juli 2017)

Feni Siti A’isyah. 2013. Penerapan Activity Based Costing System(ABC)Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) (Studi Kasus pada Perusahaan Rokok Djagung Prima Malang 2011), Journal Administrasi Bisnis (JAB), vol 2, no. 1. Viewed

16 Januari 2017.

<http://administrasibisnis.studentj ournal.ub.ac.id/index.php/jab/artic le/view/72/1635>

Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, dan Peter C. Brewer, 2013, Managerial Accounting (Akuntansi Manajerial), Terjemahan oleh Kartika Dewi, 2014, Edisi 14, Buku 1, Jakarta:

Salemba Empat.

Hansen, Don R., dan Maryanne M.

Mowen, 2007, Accounting Managerial (Akuntansi

(18)

18 Manajerial), Terjemahan oleh

Deny Amos Kwary, 2009, Edisi 8, Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.

Hilton, Ronald W., Michael W. Maher and Frank H. Selto, 2007, Cost Management : Strategies for Business Decisions, Fourth Edition, McGraw-Hill Irwin, New York.

Horngren, Charles T., dkk, 2005, Cost Accounting, A Managerial Emphasis (Akuntansi Biaya:

Pendekatan Manajerial)), Diterjemahkan oleh: Lestari P.A, 2008, Edisi 12, Jilid 1, Jakarta:

Erlangga.

Ida Fauziyah, Moch Dzulkirom AR, dan Achmad Husaini. 2014. Analisis Activity Based Costing (ABC) System Sebagai Dasar Penetapan Harga Pokok Produksi (Studi Pada PT PG Rajawali I Unit PG Krebet Baru), Journal Administrasi Bisnis (JAB).

Viewed 28 Februari 2017.

<http://administrasibisnis.studentj ournal.ub.ac.id/index.php/jab/artic le/view/516>

Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2015

(http://www.depkes.go.id, diakses 20 Juli 2017).

Kumar, Nitin., dan Dalgobind Mahto, 2013. A Comparative Analysis and Implementation of Activity Based Costing (ABC) and

Traditional Cost Accounting (TCA) Methods in an Automobile Parts Manufacturing Company: A Case Study, Global Journal Of Management and Business Research. Volume 13 Issue 4 ISSN: 0975-5853 diunduh pada tanggal 29 Desember 2016.

Kuncoro, Mudrajad, 2009, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi 3, Jakarta: Erlangga.

Mulyadi, 2015, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Nawawi, Hadari, 2012, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Novan Setya Adinagoro, Suhadak, dan Devi Farah Azizah. 2012.

Penerapan Analisis Activity Based

Costing System(ABC

System)Untuk Penetapan Harga Pokok Produksi Secara Akurat (Studi pada PR. Cemara Mas Sidoarjo), Journal Administrasi Bisnis (JAB). Viewed 28 Februari 2017.

<http://administrasibisnis.studentj ournal.ub.ac.id/index.php/jab/artic le/view/162>

Pazarceviren, Selim Yuksel, Target Costing Based On The Activity- Based Costing Method And A Model Proposal, European Scientific Journal, Edition Volume 4 ISSN : 1857-7881 diunduh pada tanggal 27 Juni 2017.

(19)

19 Riwayadi, 2014, Pendekatan Tradisional

dan Kontemporer, Jakarta:

Salemba Empat.

Supriyono, 2014, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: BPFE.

Suresh B K. 2015. Activity Based Costing & Traditional Cost Accounting System: A Comparative Study Of Overhead Cost Allocation, International Journal in Management and Social Science. Volume 3 Issue 4 ISSN: 2321-1784 diunduh pada tanggal 29 Desember 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Tahap kedua yaitu biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang digunakan masing-masing produk. Perhitungan harga pokok

Perusahaan juga sebaiknya memasukkan biaya overhead pabrik seperti biaya listrik dan biaya penyusutan aset tetap agar harga pokok produksi sesuai dengan standar

Tirtha Bulan Bali membebankan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ke produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan

Proses produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang mana perusahaan menggunakan metode perhitungan harga pokok produksi

Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan selain dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dalam proses produksi. Biaya overhead pabrik

membutuhkan perhatian pengenaan masalah biaya overhead pabrik, karena jika perusahaan tidak tepat dalam pengenaan biaya overhead pabrik dapat menyebabkan

Activity Based Costing (ABC) adalah salah satu metode yang dapat memperbaiki kelemahan metode tradisional dengan mengalokasikan biaya overhead pabrik sesuai

Jika ingin perhitungan biaya produksi dihitung secara akurat agar tidak menimbulkan kerugian dan dapat bersaing dengan perusahaan lainnya maka sebaiknya menggunakan metode ABC