PERHITUNGAN PERKAWINAN WETON MENURUT TRADISI JAWA DALAM PERSPEKTIF MAS}LAH}AH (Studi Kasus di Desa Bibrik Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun) A. Bagaimana praktek perkawinan dengan perhitungan weton yang terjadi di Desa Bibrik Kabupaten Madiun.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat penyajian data secara sistematis terkait perhitungan weton pernikahan menurut adat Jawa dari sudut pandang Mas}lah}ah. 23 Metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk memverifikasi dan menetapkan validitas melalui analisis dari berbagai perspektif.
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Weton calon suami dan calon istri dijumlahkan lalu dibagi 10 (sepuluh) atau 7 (tujuh) dan sisanya tidak boleh lebih dari 7 (tujuh). Hukum calon suami dan calon istri dijumlahkan lalu dibagi 5 (lima). Sisa pembagiannya berarti (1) sri, (2) dana, (3) lara, (4) pati, (5) longguh.
Pengertian Maslahah
Dalam bahasa Arab ada ungkapan nada}ara fi> al-mas}alih} al-na>s (Dia menganggap hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi banyak orang). Atau ungkapan fil-amri mas}alih} al-na>s (ada sesuatu yang baik di dalamnya).45 Artinya, segala sesuatu yang bertujuan untuk memelihara kelima hal tersebut adalah mashlahat. Senada dengan Al-Ghazali dan mayoritas ulama, Syatibi berpendapat bahwa mas}lahah} hendaknya tetap berlandaskan atau selaras dengan tujuan teks baik Al-Qur'an maupun Hadits, dan bukan dengan kepentingan manusia.
Kerana menurut al-Syatibi, jika berdasarkan kepentingan manusia, ia akan mudah atau terperangkap dalam hawa nafsu. 46. Sementara itu, Najamuddin al-Thufi menyatakan bahawa jika kepentingan umum yang difahami daripada hadis yang disokong oleh nas lain bercanggah dengan dalil-dalil syara' dan jika tidak boleh dikompromi, maka kepentingan umum (mas}lah}ah al- „ a> mmah) hendaklah diutamakan supaya nas atau ijma' takhs}is} adalah untuk kepentingan umum, bukan dengan pembekuan. Mas}lah}ah mesti dicipta kerana tanpanya, keselamatan dan kesejahteraan umat ukhrawi dan duniawi tidak akan tercapai, terutama dalam sifat d}aru>riyyah, yang merangkumi lima perkara: pemeliharaan iman, jiwa, akal, keturunan dan kekayaan.
Dengan demikian, ketika menunaikan mas}lah}ah, seseorang harus terbebas dari nafsu duniawi, karena kemaslahatan tersebut tidak diukur dari hawa nafsu (la min haythu ahwa>‟ al-nufu>s).49. Fakta dan tradisi empiris menunjukkan bahwa tujuan agama dan sekuler tidak dapat dicapai hanya dengan mengikuti keinginan kita. Mas}lah}ah yang disadari manusia adalah untuk kebaikan manusia, bukan untuk kemaslahatan Allah.
Pembagian Mas } lah } ah
Maslah}ah ini disyariatkan untuk menjaga dan menjamin kelestarian agama (h}ifz} al-di>n), menjaga jiwa (h}ifz} al-nafs), menjaga akal (h}ifz} al-„ aql ), perlindungan zuriat (h}ifz} al-nasl), dan perlindungan harta (h}ifz} al-ma>l). Mas}lah}ah h}ajiyyah, ini sahaja yang diingini oleh manusia untuk menghilangkan masalah dan menolak segala rintangan. Untuk merealisasikan mas}lah}ah ini, Allah mensyariatkan pelbagai transaksi dan memberikan sedikit kelegaan undang-undang (rukhs}ah).
Mengetahui susunan peringkat mas}lah}ah seperti di atas adalah penting, apabila dikaitkan dengan skala keutamaan penggunaannya. Contohnya, mas}lah}ah dalam bentuk menjaga kelestarian agama (di>n) dilakukan dengan mewajibkan jihad. Kedua, mas}lah}ah mulghah ialah mas}lah}ah yang tidak sah untuk kepentingan Syariah atau faedah yang ditolak oleh Shari' (Allah) dan Shari'.
Sebab hanya khayalan belaka (mawhumah) dan jika ditegakkan akan mengacaukan persoalan yang lebih besar. Misalnya, mas}lah}ah dikatakan dilakukan dengan cara menyamakan pembagian warisan antara anak laki-laki dan anak perempuan atas dasar kesamaan status sebagai anak. Oleh karena itu masalah dapat kita jadikan dalil dengan beberapa syarat, yaitu: pertama, harus ada masalah.
Gambaran Umum Desa Bibrik Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Desa Bibrik merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Gambaran Umum Desa Bibrik Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Desa Bibrik merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan. Pada masyarakat Desa Bibrik, pada bulan-bulan yang menandai awal atau peringatan hari besar Islam, biasanya mereka melakukan “perayaan” sebagai wujud rasa syukur. Dalam hal kelahiran, gotong royong biasanya diberikan oleh masyarakat sebagai wujud kegembiraan atas bertambahnya anggota baru dalam masyarakat, biasanya diadakan Babong Bayi atau Babaran.
Walaupun selepas itu masih terdapat tradisi yang masih dilakukan bagi seseorang yang bersalin seperti Tingkepan, Sepasaran dan sebagainya.61. Dalam sesebuah masyarakat, apabila salah seorang anggota masyarakat meninggal dunia, seluruh anggota masyarakat berkabung sebagai bentuk kesedihan dan takziah serta menghiburkan keluarga yang ditinggalkan. Selepas berkabung, Al-Quran dibaca pada malam hari selama tujuh hari, dan pada hari ketujuh tahlilan didoakan untuk si mati.
Praktik Pernikahan Dengan Perhitungan Weton
Karena remaja jaman sekarang sudah saling kenal dan suka (pacaran), jadi orang tua hanya memberi izin saja. Generasi muda jaman sekarang sudah saling mengenal dengan baik, sehingga sekarang muncul ungkapan “kebo nusu gudel”, dimana orang tua hanya menuruti anak saja. Pada penjelasan di atas, pasangan suami istri menjelaskan bahwa mereka menggunakan weton karena orang tuanya masih mempercayainya.
Kemudian dalam prakteknya, dia menjelaskan, pertama pergi ke sesepuh atau projonggo bersama calon istri dan orang tuanya. Pendapat lain dari warga yang juga menggunakan perhitungan Weton adalah Pak. Nur yang mempunyai alasan yang sama menggunakan weto karena mengikuti orang tua dan adat istiadat masyarakat, selain untuk menghindari sanksi sosial dari masyarakat. Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa dalam pelaksanaannya calon pengantin terlebih dahulu harus datang bersama orang tua atau walinya.
Begini mas, dulu saya tidak menikah menggunakan weton karena kami saling menyukai dan sebenarnya orang tua saya melarangnya. Selain itu, warga yang tidak menggunakan Weton, Bpk. Teguh mengutarakan pendapat yang hampir sama seperti di atas, bahwa pernikahannya dilakukan karena saling menyukai dan juga memiliki sikap yang kuat, sehingga dilamar oleh orang tuanya. Dalam praktiknya, calon suami istri yang pertama-tama harus datang ke projongga atau sesepuh bersama orang tuanya; kedua, menghitung weton kedua calon, kemudian menentukan hari pernikahan; Ketiga, jika hari perkawinan sudah tetap dan positif, maka menurut adat Jawa, alemetan dilakukan sebagai bentuk syukuran dan doa, dengan syarat gedang setangkep dan jaddah.
Dampak Perhitungan Weton Pernikahan
Sejauh ini semua dalam keluarga baik-baik saja, walaupun terkadang ada masalah kecil yang menyebabkan saya dan istri bertengkar, namun kami bisa membicarakannya dengan baik. Selain itu, ibu mertua saya juga membantu saya berdamai ketika saya mempunyai masalah dengan istri saya, dan ayah mertua saya juga sering memberikan nasihat kepada kami. Saat kami menikah terkadang ada masalah, bahkan ayah saya memberikan nasehat ketika kami mempunyai masalah.
Tapi sejauh ini belum ada masalah yang besar gan.. Kalau ekonominya segitu gan, alhamdulillah cukup, dan produknya laris juga.. "85. Kadang juga ada masalah dengan orang tua saya , karena saya dan istri saya masih tinggal bersama orang tua saya selama ini baik-baik saja dan alhamdulillah saya juga mempunyai 2 anak jika ada masalah hanya adu mulut saja tapi setelah itu normal kembali.
Pemikiran warga yang menggunakan perhitungan weton di atas memberikan gambaran bahwa dalam menjalankan rumah tangganya terkadang menemui kendala. Pendapat lain disampaikan oleh warga yang tidak menggunakan perhitungan Weton, bahwa pada awal masuk ke dalam rumah sering terjadi permasalahan yang menyebabkan terjadinya perkelahian. Pertimbangan di atas menjelaskan bahwa mereka yang tidak menggunakan perhitungan weton dalam perkawinan pun menunjukkan hasil yang berbeda.
Penjelasan di atas cukup menjadi dasar untuk mengomentari praktik perkawinan yang lazim terjadi pada masyarakat Desa Bibrik Jiwan Madiun, dari beberapa pendapat tersebut terlihat bahwa tradisi dan adat istiadat Jawa masih kental terdapat di masyarakat desa. Beberapa aktivitas masyarakat di Desa Bibrik terasa cukup kental dengan adat istiadat, mulai dari urusan agama dan budaya yang masih bercampur seperti pada bulan dan hari raya Islam. Apalagi dalam hal perkawinan, mayoritas penduduk Desa Bibrik Jiwan Madiun masih menggunakan adat istiadat Jawa.
Sebagaimana disampaikan oleh beberapa tokoh masyarakat, 90% masyarakat desa masih menggunakan dan menjaga adat istiadat dalam kegiatan pernikahan baik sebelum maupun sesudah prosesi. Seperti yang disampaikan oleh sesepuh dan modin, saat ini terdapat keseimbangan antara yang menggunakan dan tidak menggunakan weton di Bibrik Jiwan Desa Madiun yaitu 50% masih menggunakan dan 50%. Dilihat dari fakta dan fakta, serta pendapat dari para informan masyarakat desa. Bibrik Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun ini menjaga dan masih melestarikan adat istiadat yang diwariskan nenek moyang.
Namun dalam perhitungan trou weton nampaknya mempunyai hasil yang berbeda dengan adat istiadat lainnya. Jika melihat praktek perkawinan dengan metode perhitungan weton yang sudah banyak terjadi di masyarakat Bibrik Jiwan Desa Madiun, jika dilihat dari teori wetonnya sendiri, masyarakat disana pada dasarnya masih menggunakan perhitungan weton. Analisis Permasalahan Perhitungan Weton Pernikahan Menurut Adat Jawa di Desa Bibrik Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.
Analisa Mas } lah } ah Terhadap Perhitungan Weton Pernikahan Menurut Adat Jawa di Desa Bibrik Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun
Mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, beliau merangkum pengertian mas}lah}ah dengan mengatakan bahwa pada prinsipnya artinya. Dalam perkembangannya selama beberapa abad, dapat disimpulkan bahwa mas}lah}ah dalam kancah pemikiran hukum Islam dibahas dalam dua fungsi. Dilihat dari pendapat Imam Ghozali di atas, maka perkawinan di desa Bibrik menggunakan perhitungan Weton dan memperhitungkan akibat yang akan terjadi, jika dikaji dari sudut mas}lah}ah, maka hal ini sesuai dengan syariat. pernyataan di atas.
Dengan demikian, jika amalan ini dinilai dari segi mas}lah}ah, maka sudah sesuai dengan tujuan maqashid syar'i. Menurut Al-Ghazali, maslah}ah menjadi h}ujjah apabila kemaslahatan bersifat mendesak dan tidak dapat dihindari, pasti dan mencakup kepentingan luas, bukan kepentingan perseorangan. Namun hal tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan, meskipun secara umum memiliki tujuan yang tidak bertentangan dengan maqas}idus syar'i.
Apalagi praktik-praktik yang ada di masyarakat jika dilihat dari sudut pandang sosial memang tepat dan tidak bertentangan. Dalam hal ini permasalahan yang diambil dari sesuatu itu benar-benar suatu permasalahan yang nyata, bukan sekedar asumsi atau asumsi belaka. Keenam, mengambil manfaat harus berarti menyadari manfaat d}aru>riyyah, bukan manfaat hadiyyah atau takhsiniyyah.104 Karena hanya memenuhi satu dari enam syarat mas}lah}ah, yaitu terpeliharanya syar'i. sasaran.
PENUTUP
SARAN
Menggali permasalahan yang berkaitan dengan adat istiadat Jawa khususnya permasalahan yang berkaitan dengan perkawinan. Untuk penelitian selanjutnya guna mengungkap kebenaran adat istiadat yang hidup di masyarakat. Para pemangku kepentingan dapat mengambil pelajaran dari hasil penelitian tersebut dan memberikan arahan atau informasi agar masyarakat dapat memahami kebenaran adat istiadat tersebut.