• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIBAHASA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK TAYAN HILIR

N/A
N/A
Nabil Hermadino Hidayat

Academic year: 2023

Membagikan "PERIBAHASA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK TAYAN HILIR "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERIBAHASA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK TAYAN HILIR

Okta Herningsih, Patriantoro, Amriani Amir

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email: oktaherningsih@gmail.com

Abstract

Malay language in Tayan Hilir dialect grows and thrives in Tayan Hilir District, Sanggau Regency. The researcher interested in this title because proverbs can improve and clear up a sentence. The purpose of this research is to describe type, meaning, and function of the proverbs. The methods used are referring, proficient, and descriptive in the form of qualitative research. The data source is from the native speakers of Malay language in Tayan Hilir dialect. The techniques used in collecting the data are observation, referring-engaged-competent, record, and note. Based on the data analysis, the result of this research shows that, in Malay language in Tayan Hilir dilect, there are 141 proverbs, and divided into 6 types, they are 62 sayings, 12 parables, 58 phrase (idiom), 5 bywords, 2 imageries, 2 allusions. The meaning of proverb in Malay language in Tayan Hilir dialect is the meaning that still can be traced and tracked from the meaning of its elements because of the association between the original meaning and its meaning as a proverb. There are 4 functions of proverb in Malay language in Tayan Hilir dialect, those are, advice, insinuation (subtle scolding), compliment, and diplomatic language (affirmation).

Keywords: Proverb, Malay Dialect of Tayan Hilir

PENDAHULUAN

Peribahasa termasuk ke dalam satu diantara unsur budaya yang perlu dikembangkan dalam pemakaiannya karena peribahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang dimiliki oleh setiap suku atau etnis di Indonesia. Sebagai bagian dari kebudayaan, peribahasa menarik untuk digunakan dalam berkomunikasi. Melalui peribahasa, pesan atau nasihat lebih mudah disampaikan dan terasa mengena dengan maksud yang ingin disampaikan kepada lawan bicara tanpa menyinggung perasaannya. Dengan menggunakan sedikit kata-kata, peribahasa dapat digunakan untuk mengungkapkan pesan atau nasihat yang sebenarnya memerlukan penjelasan yang panjang dan membutuhkan waktu yang lama, dalam peribahasa terdapat berbagai informasi mengenai kehidupan sosial dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat pendukungnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kridalaksana (2008:189) menyatakan bahwa “peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat yang telah membeku bentuk, makna, dan fungsinya dalam masyarakat; bersifat turun-temurun;

dipergunakan untuk penghias karangan atau percakapan, penguat maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau pedoman hidup”.

Peribahasa mengandung makna kiasan tertentu, jika dipahami lebih dalam untuk mengungkapkan maksud secara tidak langsung dengan menganalogikan suatu perkara dengan hal yang lain agar maksud yang disampaikan dapat ditafsirkan atau dipahami oleh semua orang. Seringkali perkara yang diumpamakan itu berkaitan secara langsung dengan anggota masyarakat dan alam sekeliling mereka.

Adapun contoh peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hiir: ŋukɔʀ baju ke badan oʀaŋ. Maknanya: mengatakan sesuatu

(2)

atau keburukan tentang orang lain dengan membandingkan perbuatan orang lain sebatas pengetahuan atau pemahaman diri sendiri, sedangkan dia tidak menyadari bahwa dirinya tidak lebih baik dari orang tersebut.

Penggunaan peribahasa dimaksudkan untuk menghindari kata-kata yang dirasakan kasar dengan mempertimbangkan perasaan agar tidak tersinggung dan bersifat tidak menggurui. Dilihat dari contoh tersebut, menunjukkan betapa pentingnya kedudukan peribahasa dalam sebuah kalimat yang ringkas namun memiliki pesan yang tepat, dengan adanya peribahasa dalam sebuah kalimat dapat mengarahkan orang yang diberi pesan atau nasihat agar lebih baik.

Menurut Tarigan (2009:3) “walau banyak bahasa, masing-masing mempunyai ciri-ciri tertentu”. Dengan demikian, peribahasa termasuk menjadi bagian dan ciri khas bagi masyarakat yang memiliki struktur bahasa dan kebudayaan yang berbeda secara turun- temurun. Peribahasa dalam masyarakat Melayu Tayan Hilir menjadi bagian terbesar dalam berkomunikasi yang digunakan oleh masyarakat untuk memberikan nasihat, sindiran, pujian, dan memberi motivasi kepada anak-anak, keluarga, maupun orang lain.

Menurut Verhaar (dalam Pateda, 2010:7) menyatakan bahwa “semantik merupakan ilmu teori makna atau teori arti”. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup kata-kata, perkembangan, dan perubahannya. Jika dikaitkan dengan peribahasa, semantik memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran ilmu linguistik khususnya pada aspek semantik karena keduanya sama-sama mempelajari makna serta pengaruh makna terhadap manusia dan masyarakat.

Pemilihan peribahasa sebagai objek penelitian didasarkan pada beberapa alasan dan pertimbangan antara lain: (1) peribahasa sering digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik secara sengaja maupun tidak disengajakan, tidak disengaja dalam hal ini

berkaitan dengan tujuan dan fungsi menggunakan peribahasa dalam berkomunikasi; (2) peribahasa masih bersifat fungsional sehingga peneliti tertarik untuk meneliti peribahasa dari segi jenis, makna, dan fungsi; (3) peribahasa merupakan suatu teknik pengajaran kosakata; (4) dalam peribahasa bukan hanya terkandung makna kamus, tetapi juga terdapat makna kiasan; (5) peribahasa merupakan bagian dari warisan kebudayaan yang penyebarannya dilakukan dari generasi terdahulu ke generasi sekarang. Alasan peneliti tertarik untuk meneliti peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir berdasarkan pada: (1) penelitian tentang peribahasa khususnya peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir belum pernah dilakukan; (2) peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir merupakan bagian dari sastra lisan yang ada di Kalimantan Barat dan disebarkan dari mulut ke mulut; (3) peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir hanya sering digunakan oleh orang tua dan jarang digunakan oleh kaum muda; (4) kata-kata yang digunakan dalam peribahasa Melayu dialek Tayan Hilir sudah jarang digunakan sehingga sukar untuk dipahami maknanya secara cepat;

(5) membantu dalam pendokumentasian peribahasa bahasa Melayu khususnya dialek Tayan Hilir.

Penelitian terhadap objek peribahasa ini dilakukan di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau khususnya di Desa Pedalaman, Desa Kawat, dan Desa Pulau Tayan. Alasan peneliti memilih objek pada daerah tersebut karena ketiga desa tersebut merupakan titik awal kependudukan Melayu di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau.

Selain itu, mayoritas masyarakat ketiga desa tersebut merupakan suku asli Melayu dan tempat yang dipilih oleh peneliti juga merupakan pusat berkembangnya bahasa Melayu Tayan Hilir dan pusat kebudayaan Kecamatan Tayan Hilir, hal ini dibuktikan dengan adanya Keraton Pakunegara Tayan yang berada di Desa Pedalaman setiap tahun memiliki agenda melibatkan beberapa suku bangsa yang ada di Kecamatan Tayan Hilir ikut berpartisipasi dalam acara tersebut karena masyarakat Tayan Hilir merupakan masyarakat

(3)

yang toleran. Dengan demikian, peneliti beranggapan bahwa bahasa Melayu dialek Tayan Hilir yang digunakan mencerminkan bahasa yang representatif jika dibandingkan dengan bahasa Melayu Kabupaten Sanggau lainnya. Masyarakat ketiga desa tersebut juga masih fasih dalam bertutur menggunakan bahasa Melayu dialek Tayan Hilir.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, metode cakap, dan metode deskriptif. Alasan peneliti menggunakan metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa.

Menurut Mahsun (2012:92) “istilah menyimak dalam penelitian ini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis”.

Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Dalam arti, peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. Selanjutnya, Mahsun (2012:95) menyatakan bahwa “metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya dimungkinkan muncul jika peneliti memberi stimulasi (pancingan) pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti”. Pancingan atau stimulasi itu dapat berupa bentuk atau makna- makna yang biasanya tersusun dalam bentuk daftar pertanyaan.

Sudaryanto (1988:62) menyatakan bahwa

“metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa bahasa yang dikatakan sifatnya seperti potret, paparan, seperti adanya”. Peneliti mendeskripsikan peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif karena peneliti ingin memberikan gambaran yang objektif mengenai peribahasa dalam bahasa

Melayu dialek Tayan Hilir yang mencakup jenis, makna, dan fungsi peribahasa. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif melihat sebuah penelitian yang dapat memperjelas unsur yang disertai data yang telah dikumpulkan berupa ujaran dan sesuai dengan permasalahan yang dibicarakan oleh peneliti. Bentuk kualitatif tidak memaparkan bentuk angka perhitungan, melainkan menampilkan hasil analisis data yang diperoleh pada saat penelitian.

Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur asli bahasa Melayu dialek Tayan Hilir yang dipilih sebagai informan. Informan dalam penelitian ini dipilih sebanyak tiga orang, agar data yang diperoleh akurat dan valid. Menurut Mahsun (2012:141) “sebagai sumber informasi dan sekaligus bahasa yang digunakan itu mewakili bahasa kelompok penutur di daerah pengamatannya masing-masing, maka pemilihan seseorang untuk dijadikan informan sebaiknya memenuhi kriteria tertentu”.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sesuai dengan teori Mahsun.

Menurut Mahsun (2012:92-94) “terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pengumpulan data yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, simak libat cakap, rekam dan catat. Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan menjadi partisipan (observer partisipatif) untuk menemukan dan mendapatkan data yang berkaitan dengan fokus penelitian, yaitu peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir. Teknik cakap semuka ini maksudnya peneliti melakukan percakapan dan dialog langsung dengan informan. Peneliti melakukan penyadapan atau mengambil data tersebut dengan cara berparisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan.Peneliti menggunakan pertanyaan langsung dan terarah dengan berpedoman pada instrumen yang telah ditentukan untuk mendapatkan informasi mengenai peribahasa dalam bahasa Melayu

(4)

dialek Tayan Hilir. Teknik rekam digunakan agar data yang diperoleh dapat direkam sebagai bahan acuan transkripsi data ke dalam sebuah tulisan, sedangkan teknik catat digunakan untuk mencatat sumber data tambahan. Jadi, apabila ada yang kurang dimengerti pada data rekaman, peneliti bisa melihat data pada catatan. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen kunci, maksudnya peneliti berkedudukan sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian (Moleong, 2010:168). Selain itu, dalam pengumpulan data peneliti menggunakan alat bantu pedoman observasi yaitu instrumen wawancara, alat rekam, dan alat tulis.

Teknik menguji keabsahan data dilakukan untuk memastikan kebenaran dan keakuratan data yang didapatkan. Pengujian ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu ketekunan pengamatan, diskusi teman sejawat, kecukupan referensial. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara tekun, berulang-ulang, dan rinci terhadap berbagai fenomena yang berhubungan dengan masalah dan data penelitian. Diskusi teman sejawat dilakukan untuk bertukar pikiran bersama teman, agar dapat membantu peneliti apabila kesulitan dalam melakukan proses penelitian, memberikan saran, dan meninjau kembali pandangan tentang analisis yang sedang dilakukan. Kecukupan referensi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membaca dan menelaah sumber-sumber data, serta berbagai pustaka yang relevan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang agar diperoleh pemahaman arti yang memadai dan mencukupi. Melalui cara itu diharapkan dapat memperoleh data yang absah. Jika, referensi tidak mencukupi untuk menganalisis masalah penelitian. Maka, peneliti mencari dan menambah literatur sampai dianggap dapat menjawab permasalahan yang dibahas.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Pada tahap ini dilakukan upaya mengklasifikasi, pengelompokkan data, menyamakan data yang sama dan

membedakan data yang memang berbeda, serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tidak sama (Mahsun, 2012:253).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Data yang dianalisis adalah data yang berupa frasa atau kalimat yang mengandung peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir. Data yang mengandung peribahasa ini dianalisis berdasarkan submasalah, yaitu jenis peribahasa, makna peribahasa, dan fungsi peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir. Data yang terkumpul dianalisis untuk dijadikan landasan dalam penafsiran hasil penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir jumlah keseluruhannya terdapat 141 peribahasa dan dibagi menjadi 6 jenis, yaitu pepatah berjumlah 62 peribahasa, perumpamaan berjumlah 12 peribahasa, ungkapan (idiom) berjumlah 58 peribahasa, pameo berjumlah 5 peribahasa, tamsil berjumlah 2 peribahasa, dan ibarat berjumlah 2 peribahasa. (2) Makna yang terkandung di dalam peribahasa bahasa Melayu dialek Tayan Hilir ada yang dapat diketahui setelah membaca dan mendengarnya. Tetapi, ada juga peribahasa yang memerlukan analisis dengan pemahaman terhadap kata-kata yang terdapat dalam peribahasa dan menghubungkan dengan kenyataan sebenarnya. Berdasarkan pemahaman tersebutlah, maka dapat diketahui makna yang terdapat dalam peribahasa bahasa Melayu dialek Tayan Hilir. (3) Peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir berfungsi untuk memberikan nasihat, sindiran (cacian halus), pujian, dan bahasa diplomasi (penegasan). Peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir pada umumnya berfungsi sebagai sindiran (cacian halus).

Pembahasan

Pembahasan merupakan sebuah bagian yang menyajikan hasil dari sebuah proses

(5)

penelitian secara lebih singkat. Dalam hal ini, akan dibahas mengenai Peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir.

Pembahasan penelitian ini dimulai dengan pemerian data penelitian yang telah didapatkan dalam proses pengumpulan data di lapangan.

Data lapangan yang diperoleh merupakan data yang dihimpun dari proses penelitian lapangan yang dilakukan pada tiga desa yang ada di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, yaitu Desa Pedalaman, Desa Kawat, dan Desa Pulau Tayan.

Pemerian Data

Pemerian data dalam penelitian ini disajikan berdasarkan submasalah dalam penelitian. Secara garis besar peribahasa dibagi menjadi enam, yaitu pepatah, perumpamaan, ungkapan (idiom), pameo, tamsil, dan ibarat.

Dalam hal ini peneliti menganalisis jenis peribahasa, makna peribahasa, dan fungsi peribahasa. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan. Dari data yang telah peneliti peroleh, semua peribahasa yang ditemukan dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir ada 6 jenis peribahasa, yaitu pepatah, perumpamaan, ungkapan (idiom), pameo, tamsil, dan ibarat, dengan jumlah keseluruhan peribahasa yang peneliti temukan adalah 141 peribahasa.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan penutur bahasa Melayu dialek Tayan Hilir atau informan yaitu, Gusti Dadang Kadri (wawancara pada tanggal 10 November 2017), Yulia Wati (wawancara pada tanggal 29 November 2017), Laspita Wati (wawancara pada tanggal 19 November 2017).

Jenis-jenis Peribahasa dalam Bahasa Melayu Dialek Tayan Hilir

Berdasarkan hasil penelitian Peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir terdapat 6 jenis peribahasa yaitu pepatah, perumpamaan, ungkapan (idiom), pameo, tamsil, dan ibarat yang akan dibahas lebih lanjut berikut.

Pepatah

Pepatah adalah satu diantara jenis peribahasa yang mengandung suatu nasihat atau ajaran dari orang tua.

[ŋukɔʀ baju ke badan oʀaŋ]

‘mengukur baju ke badan orang’

[pukɔl anaɁ sɪndəʀ menantu]

‘pukul anak sindir menantu’

[lɛmpaʀ batu səmbuɲɪɁ taŋan]

‘lempar batu sembunyi tangan’

[kapaɁ ɲəlam bəliɔŋ]

‘kapak menyelam beliung’

[jilat aɛɁ liɔʀ sɔʀaŋ]

‘jilat air liur sendiri’

Perumpamaan

Perumpamaan adalah satu diantara peribahasa yang berisi perbandingan, kata-kata yang biasa digunakan dalam perumpamaan yaitu bagai, seperti, laksana, umpama, sebagai.

[bagai kacaŋ buʀɔɁ kulɪt]

‘bagai kacang buruk kulit’

[macam tikʊs jatʊɁ ke bəʀas]

‘seperti tikus jatuh ke beras’

[macam kuɲɪt dipalai kapɔɁ]

‘seperti kunyit dipalai kapur’

[bagai api dalam səkam]

‘bagai api dalam sekam’

[bagai muaʀ aɛɁ kulu]

‘bagai muar air hulu’

Ungkapan (Idiom)

Ungkapan (idiom) adalah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan.

[malu-malu tʊŋkʊs]

‘malu-malu bungkus’

[luʀɔh aʀi]

‘luruh hari’

[pəlantaʀ buʀɔɁ]

‘pelantar buruk’

[buɲi paŋkaʀ]

‘bunyi pangkar’

[pisʊɁ mata duaɁ]

‘pisau mata dua’

Pameo

Pameo adalah jenis peribahasa yang berupa semboyan, berfungsi untuk mengobarkan semangat dan menghidupkan suasana.

[mati satu tʊmbɔh səʀibu]

‘mati satu tumbuh seribu’

(6)

[maju təʀʊs pantaŋ mʊndɔʀ]

‘maju terus pantang mundur’

[bəsatu kitə təgɔh, bəcəʀai kitə ʀʊntɔh]

‘bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’

[malu bətaɲaɁ səsat di jalan]

‘malu bertanya sesat di jalan’

[ʀambʊt bolɛh sama itam, tapi ati sapə yaŋ tau]

‘rambut boleh sama hitam, tetapi hati siapa yang tahu’

Tamsil

Tamsil adalah jenis peribahasa yang mengandung kalimat konotasi atau kias yang diikuti dengan kata-kata yang menjelaskannya.

[adə padi adə bəʀas, adə budi adə balas]

‘ada padi ada beras, ada budi ada balas’

[kuʀa-kuʀa dalam pəʀau, puʀaɁ-puʀaɁ əndaɁ tau]

‘kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu’

Ibarat

Ibarat merupakan jenis peribahasa yang dipakai sebagai perbandingan, atau lambang untuk membandingkan orang atau benda dan hal-hal yang lain dengan menggunakan kata- kata bagai dan seperti.

[bagai tikʊs duaɁ kucɪŋ]

‘bagai tikus dua kucing’

[bagai aɛɁ dəŋan miɲaɁ]

‘bagai air dengan minyak’

Makna Peribahasa dalam Bahasa Melayu Dialek Tayan Hilir

Setiap orang dituntut untuk memahami makna setiap kata yang membentuk peribahasa dan menerka makna kiasan yang terdapat di dalamnya. Selanjutnya, orang dituntut untuk tanggap mengasosiasikannya dengan makna tersirat, dan dapat membandingkan dengan kenyataan sebenarnya.

Pepatah

[ŋukɔʀ baju ke badan oʀaŋ]

‘mengukur baju ke badan orang’

Maknanya: seseorang yang mengatakan sesuatu atau keburukan tentang orang lain dengan membandingkan perbuatan orang lain sebatas pengetahuan atau pemahaman diri sendiri, sedangkan dia tidak menyadari bahwa dirinya tidak lebih baik dari orang tersebut.

[pukɔl anaɁ sɪndəʀ menantu]

‘pukul anak sindir menantu’

Maknanya: mengata-ngatai atau memarahi seseorang, tetapi perkataan-perkataan itu ditujukan kepada orang lain.

[lɛmpaʀ batu səmbuɲɪɁ taŋan]

‘lempar batu sembunyi tangan’

Maknanya: melakukan suatu perbuatan yang tidak baik kepada orang lain lalu kemudian berpura-pura tidak tahu atau menuduh orang lain yang melakukan perbuatan tersebut.

[kapaɁ ɲəlam bəliɔŋ]

‘kapak menyelam beliung’

Maknanya: seseorang yang disuruh pergi mencari atau menyusul orang lain untuk kembali, tetapi malah dia juga yang tidak kembali.

[jilat aɛɁ liɔʀ sɔʀaŋ]

‘jilat air liur sendiri’

Maknanya: menerima kembali sesuatu yang dahulu pernah ditolak, berkata tidak tetapi mau.

Perumpamaan

[bagai kacaŋ buʀɔɁ kulɪt]

‘bagai kacang buruk kulit’

Maknanya: penampilannya kelihatan seperti orang miskin, namun sebenarnya orang kaya.

[macam tikʊs jatʊɁ ke bəʀas]

‘seperti tikus jatuh ke beras’

Maknanya: jika di belakang musuh berani, tetapi di depan takut.

[macam kuɲɪt dipalai kapɔɁ]

‘seperti kunyit dipalai kapur’

Maknanya: sesuatu yang dapat mengubah hal lain dan dirinya sendiri.

[bagai api dalam səkam]

‘bagai api dalam sekam’

Maknanya: perbuatan jahat yang tidak kelihatan atau tidak tampak.

[bagai muaʀ aɛɁ kulu]

‘bagai muar air hulu’

Maknanya: orang yang susah dinasehati atau dilarang.

Ungkapan (Idiom) [malu-malu tʊŋkʊs]

‘malu-malu bungkus’

Maknanya: orang yang malu-malu tetapi sebenarnya mau.

[luʀɔh aʀi]

‘luruh hari’

Maknanya: cuaca sedang hujan.

[pəlantaʀ buʀɔɁ]

(7)

‘pelantar buruk’

Maknanya: pribadi yang mudah goyah, tidak konsisten, tidak teguh pendiriannya.

[buɲi paŋkaʀ]

‘bunyi pangkar’

Maknanya: suara yang sangat ribut atau riuh sekali.

[pisʊɁ mata duaɁ]

‘pisau mata dua’

Maknanya: orang yang munafik, suka mengadu domba orang lain.

Pameo

[mati satu tʊmbɔh səʀibu]

‘mati satu tumbuh seribu’

Maknanya: segala sesuatu yang telah hilang, akan ada gantinya.

[maju təʀʊs pantaŋ mʊndɔʀ]

‘maju terus pantang mundur’

Maknanya: selalu maju ke depan dan tidak pernah akan mundur, selalu berjuang tanpa mengeluh dan tidak berputus asa.

[bəsatu kitə təgɔh, bəcəʀai kitə ʀʊntɔh]

‘bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’

Maknanya: sesuatu akan berhasil apabila dikerjakan bersama-sama karena bersatu lebih kuat daripada terpecah belah.

[malu bətaɲaɁ səsat di jalan]

‘malu bertanya sesat di jalan’

Maknanya: jika segan bertanya berarti kita akan rugi sendiri karena masalah yang dihadapi tidak ditemukan jalan keluarnya.

[ʀambʊt bolɛh sama itam, tapi ati sapə yaŋ tau]

‘rambut boleh sama hitam, tetapi hati siapa yang tahu’

Maknanya: masing-masing orang mempunyai pendapat yang berbeda satu sama lain.

Tamsil

[adə padi adə bəʀas, adə budi adə balas]

‘ada padi ada beras, ada budi ada balas’

Maknanya: setiap perbuatan baik selalu ada balasan kebaikannya, setiap perbuatan jahat pasti ada ganjarannya.

[kuʀa-kuʀa dalam pəʀau, puʀaɁ-puʀaɁ əndaɁ tau]

‘kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu’

Maknanya: menanyakan sesuatu yang sebenarnya sudah diketahuinya.

Ibarat

[bagai tikʊs duaɁ kucɪŋ]

‘bagai tikus dua kucing’

Maknanya: dua orang yang saling bermusuhan dan tidak bisa didamaikan.

[bagai aɛɁ dəŋan miɲaɁ]

‘bagai air dengan minyak’

Maknanya: dua hal yang saling bertentangan atau dua hal yang tidak bisa disatukan.

Fungsi Peribahasa dalam Bahasa Melayu Dialek Tayan Hilir

Penggunaan peribahasa mempunyai fungsi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan situasi, keadaan, dan kepada siapa peribahasa itu diungkapkan. Sesuai dengan kedudukannya yang begitu penting, peribahasa sering digunakan untuk memberi nasihat, sindiran (cacian halus), pujian, dan bahasa diplomasi (penegasan). Peribahasa akan lebih berfungsi jika setiap peribahasa yang digunakan dalam berkomunikasi diketahui maksudnya.

Fungsi Peribahasa sebagai Nasihat [ŋukɔʀ baju ke badan oʀaŋ]

‘mengukur baju ke badan orang’

Peribahasa ini berisi nasihat agar kita tidak mengukur keburukan atau kejahatan orang lain dengan tujuan mencemooh seseorang dan belum tentu kita juga lebih baik darinya karena setiap manusia berbeda-beda kebaikan dan keburukannya. Sebelum mengatakan keburukan orang lain, intropeksi diri lebih dahulu, cara terbaik untuk tidak membandingkan diri kita dengan orang lain yaitu kita memaklumi keburukan orang lain maupun diri sendiri serta mensyukuri kebaikan diri sendiri dan orang lain. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[lɛmpaʀ batu səmbuɲɪɁ taŋan]

‘lempar batu sembunyi tangan’

Peribahasa ini berisi nasihat agar kita tidak melakukan suatu perbuatan yang tidak baik kepada orang lain dan berpura-pura tidak tahu atau menuduh orang lain yang melakukan perbuatan tersebut karena apapun perbuatan yang kita lakukan seharusnya kita akui dengan jujur meskipun itu salah dan bertanggung jawab atas perbuatan diri sendiri. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[yaŋ digəŋgam ləpas, yaŋ dipəgaŋ əndaɁ dapat]

(8)

‘yang digenggam lepas, yang dipegang tidak dapat’

Peribahasa ini berisi nasihat agar kita selalu mempertimbangkan keputusan dengan sebenar-benarnya supaya tidak merugikan diri sendiri terutama masalah pekerjaan, tidak menguntungkan bagi kita melepaskan pekerjaan yang pasti demi mencari pekerjaan yang tidak pasti. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[ŋaʀap ujan daʀi laŋɪt, aɛɁ dalam təmpayan dibuaŋ]

‘mengharap hujan dari langit, air dalam tempayan dibuang’

Peribahasa ini berisi nasihat agar kita tidak terlalu berharap pada suatu hal yang belum pasti karena masih banyak hal yang lebih bermanfaat dari apa yang kita harapkan tanpa perlu menyia-nyiakan waktu untuk hal yang belum pasti. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[tətaɁ aɛɁ əndaɁ putʊs]

‘potong air tidak putus’

Peribahasa ini berisi nasihat agar kita selalu menjaga hubungan antar manusia, hubungan persaudaraan tidak dapat dipisahkan oleh suatu pertikaian, sejahat bagaimanapun tetap saudara. Konteks ini ditunjukkan untuk keluarga.

Fungsi Peribahasa sebagai Sindiran (Cacian Halus)

[pukɔl anaɁ sɪndəʀ menantu]

‘pukul anak sindir menantu’

Peribahasa ini ditunjukkan untuk seseorang yang suka mengata-ngatai atau memarahi seseorang yang sebenarnya perkataan- perkataan itu ditujukan kepada orang lain.

sindiran ini menunjukkan bahwa seseorang yang mengatai atau marah secara tidak langsung melalui orang lain agar tidak melukai hati orang yang dimaksud. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[kapaɁ ɲəlam bəliɔŋ]

‘kapak menyelam beliung’

Peribahasa ini ditunjukkan untuk seseorang yang disuruh pergi mencari atau menyusul orang lain untuk kembali atau datang, tetapi orang yang disuruh menyusul juga tidak

kembali. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[jilat aɛɁ liɔʀ sɔʀaŋ]

‘jilat air liur sendiri’

Peribahasa ini ditunjukkan untuk seseorang yang tidak bertanggung jawab dengan perkataan yang diucapkannya, seperti menerima kembali sesuatu yang dahulu pernah ditolak, awalnya berkata tidak akhirnya iya.

Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[ŋəlaɁ antu təpəlɔɁ kəbaŋkai]

‘menghindar hantu terpeluk bangkai’

Peribahasa ini ditunjukkan untuk seseorang yang menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi terkena juga. Seseorang yang lari dari kesalahan kecil malah menemukan hal yang besar. Jadi, kita harus sabar dan berpikir dewasa dalam menyikapi setiap masalah, hadapi setiap masalah dan serahkan setiap masalah kepada yang Mahakuasa. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[əntah aʀaɁ əntah ʀɪmbaɁ]

‘entah arak entah rimba’

Peribahasa ini ditunjukkan untuk seseorang yang suka berbohong atau ingkar janji tanpa kepastian akan suatu hal. Tidak ada harapan atau kepastian seperti datang atau tidaknya seseorang itu saat berjanji ingin bertemu.

Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

Fungsi Peribahasa sebagai Pujian [kətemu bukʊɁ dəŋan ʀuas]

‘ketemu buku dengan ruas’

Peribahasa ini digunakan untuk memuji dua hal atau orang yang dianggap sesuai atau serasi. Misalnya, dua orang yang berjodoh pria dan wanita yang memiliki sifat-sifat atau tabiat yang sama merupakan pasangan yang serasi.

Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[kəcɪɁ-kəcɪɁ ləaɁ padi]

‘kecil-kecil leak padi’

Peribahasa ini digunakan untuk memuji seseorang yang meskipun berpostur badan kecil tetapi memiliki keberanian yang lebih, orang seperti ini dianggap hebat. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

(9)

[tulaŋ pʊŋgɔŋ]

‘tulang punggung’

Peribahasa ini dalam kalimat [dah ApaɁ e nɪŋgal, tɔɁ ɲe lah yaŋ jadi tulaŋ pʊŋgɔŋ]

digunakan untuk memuji seseorang yang bertanggung jawab penuh atas hidup seseorang/sekelompok orang/keluarga, dia adalah orang harapan seperti kepala rumah tangga. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum.

Fungsi Peribahasa sebagai Bahasa Diplomasi (Penegasan)

[mati satu tʊmbɔh səʀibu]

‘mati satu tumbuh seribu’

Peribahasa ini digunakan untuk memberikan semangat kepada seseorang agar tetap bangkit atas segala sesuatu yang telah hilang pasti akan ada gantinya. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[maju təʀʊs pantaŋ mʊndɔʀ]

‘maju terus pantang mundur’

Peribahasa ini digunakan untuk memberikan semangat kepada seseorang agar jangan cepat menyerah, selalu maju ke depan dan tidak pernah akan mundur, selalu berjuang tanpa mengeluh dan tidak berputus asa. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[bəsatu kitə təgɔh, bəcəʀai kitə ʀʊntɔh]

‘bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh’

Peribahasa ini digunakan untuk memberikan semangat kepada sekelompok orang agar tidak cepat menyerah dan tetap bersatu untuk mencapai tujuan, sesuatu akan berhasil apabila dikerjakan bersama-sama kerena bersatu lebih kuat daripada terpecah belah. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum dan keluarga.

[luʀɔh aʀi]

‘luruh hari’

Peribahasa ini dalam kalimat [naɁ luʀɔh aʀi, aŋkat pakaian ɲan] digunakan untuk mempertegas bahwa cuaca sedang hujan, maka segera angkat pakaian yang sedang dijemur agar tidak basah lagi. Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum.

[kaki limaɁ]

‘kaki lima’

Peribahasa ini dalam kalimat [baɲaɁ sidaɁ bəjual di kaki limaɁ] digunakan untuk

mempertegas bahwa emperan toko atau tepian jalan biasanya dijadikan tempat berjualan para pedagang yang tidak memiliki toko atau kios.

Konteks ini ditunjukkan untuk masyarakat umum.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir, maka dapat disimpulkan bahwa peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir jumlah keseluruhannya terdapat 141 peribahasa dan dibagi menjadi 6 jenis, yaitu pepatah berjumlah 62 peribahasa, perumpamaan berjumlah 12 peribahasa, ungkapan (idiom) berjumlah 58 peribahasa, pameo berjumlah 5 peribahasa, tamsil berjumlah 2 peribahasa, dan ibarat berjumlah 2 peribahasa. Makna yang terkandung di dalam peribahasa bahasa Melayu dialek Tayan Hilir ada yang dapat diketahui setelah membaca dan mendengarnya. Tetapi, ada juga peribahasa yang memerlukan analisis dengan pemahaman terhadap kata-kata yang terdapat dalam peribahasa dan menghubungkan dengan kenyataan sebenarnya. Berdasarkan pemahaman tersebutlah, maka dapat diketahui makna yang terdapat dalam peribahasa tersebut. Peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir berfungsi untuk memberikan nasihat, sindiran (cacian halus), pujian, dan bahasa diplomasi (penegasan).

Peribahasa dalam BMDTH pada umumnya berfungsi sebagai sindiran (cacian halus).

Saran

Sehubungan dengan usaha pengembangan bahasa nasional, pelestarian bahasa daerah atau bahasa ibu sebagai khazanah bangsa, sangat memberikan dampak peribahasa atau kosakata baru dalam pembentukan bahasa Indonesia.

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tentang peribahasa dalam bahasa Melayu dialek Tayan Hilir ini peneliti mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang peribahasa dalam bahasa atau dialek lainnya yang ada di Kalimantan Barat. Selanjutnya, peneliti mengharapkan kepada semua pihak

(10)

untuk memiliki perhatian khusus terhadap pelestarian bahasa daerah secara mendalam dan serius demi terciptanya budaya masyarakat Melayu sampai dikenal secara nasional bahkan internasional dan peneliti juga mengharapkan melalui penelitian ini akan mengangkat bahasa daerah sebagai budaya yang masih kurang dipublikasikan secara umum dan dapat menjadi sumber ilmu bagi masyarakat itu sendiri maupun di luar lingkungan penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa (Tahapan strategi, Metode, dan Tekniknya). Jakarta: Rajawali Pers.

Moleong, Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pateda, Mansoer. (2010). Semantik Leksikal.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sudaryanto. (1988). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogjakarta: Duta Wacana University Press.

Tarigan, Hendry Guntur. (2009). Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Referensi

Dokumen terkait

5 SCHEDULE-continued Short Title The Government Loan Act of1918 The Co-operative Agricultural Production and Advances to Farmers Act An'lendlnent Act of1919 The Queensland