• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIHAL TANGGUNG JAWAB HUKUM SECARA PERDATA DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERUSAHAAN PENERBANGAN

N/A
N/A
Lisda Pradita

Academic year: 2023

Membagikan "PERIHAL TANGGUNG JAWAB HUKUM SECARA PERDATA DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERUSAHAAN PENERBANGAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu kewajiban seseorang untuk melakukan apa yang diminta kepadanya. Sedangkan prinsip tanggung jawab risiko adalah konsumen penggugat tidak lagi bertanggung jawab, tetapi produsen tergugat bertanggung jawab langsung atas risiko usahanya. Pertanggungjawaban dengan unsur kesalahan (sengaja dan kelalaian) yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yaitu: “setiap perbuatan melawan hukum, yang menimbulkan kerugian pada orang lain, mengharuskan orang yang kesalahannya menimbulkan kerugian itu untuk mengganti kerugiannya”.

Tanggung jawab dengan unsur kesalahan khususnya kelalaian sebagaimana terdapat dalam Pasal 1366 KUH Perdata yaitu: “setiap orang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkannya. Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) sebagaimana tercantum dalam pasal 1367 KUH Perdata, yaitu: (1) seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatannya sendiri, tetapi juga atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau yang disebabkan oleh barang-barang harta benda yang berada di bawah pengawasannya; (2) orang tua dan wali bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan oleh anak-anak di bawah umur yang tinggal bersama mereka dan yang kepadanya mereka menjalankan kekuasaan sebagai orang tua dan wali; (3) tuan-tuan dan orang-orang yang menunjuk orang lain untuk mewakili mereka dalam urusan-urusan mereka, bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh hamba-hamba atau bawahannya yang menderita dalam pelaksanaan pekerjaan itu. pekerjaan dimana orang-orang tersebut dipekerjakan; (4) guru-guru sekolah dan kepala-kepala perdagangan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh para siswa dan pengrajinnya selama orang-orang tersebut berada di bawah pengawasan mereka; (5) Tanggung jawab tersebut di atas berakhir apabila orang tua, wali, guru sekolah, dan kepala perdagangan membuktikan bahwa mereka tidak dapat mencegah perbuatan yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka. Dengan demikian, dari pertanggungjawaban perbuatan melawan hukum, KUH Perdata menimbulkan pertanggungjawaban hukum perdata berdasarkan wanprestasi.

Dalam kasus pelanggaran hak konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa besar tanggung jawab yang dapat dilimpahkan kepada pihak-pihak yang terlibat. Tanggung jawab yang didasarkan pada kesalahan/kelalaian (negligence) merupakan asas tanggung jawab yang subjektif, yaitu tanggung jawab yang ditentukan oleh perbuatan pelaku usaha35. 37 Namun prinsip ini tidak berlaku lagi secara mutlak dan mengarah pada prinsip tanggung jawab dengan batasan uang ganti rugi.

Begitu pula dengan anak, jika ia melakukan kesalahan yang mengakibatkan kerugian pada orang lain, maka yang harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut adalah orang tua atau walinya, dan guru sekolah juga harus bertanggung jawab terhadap anak tersebut jika masih bersekolah. tanggung jawab mereka. Sementara itu, penggunaan konsep pertanggungjawaban ketat dalam perlindungan konsumen khususnya pertanggungjawaban produk akan memudahkan pembuktian yang pada akhirnya justru akan memberikan perlindungan kepada konsumen. Ada pernyataan yang mengatakan bahwa strictibility adalah prinsip tanggung jawab yang menyatakan bahwa kesalahan bukanlah faktor penentu.

Tanggung jawab kontraktual, atau tanggung jawab kontraktual, adalah tanggung jawab perdata berdasarkan perjanjian atau kontrak para pelaku usaha atas barang dan jasa atas kerugian yang dialami konsumen sebagai akibat dari mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau menggunakan jasa yang diberikan. Tanggung jawab produk, yaitu tanggung jawab perdata atas produk langsung dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat penggunaan produk yang dihasilkan. Tanggung Jawab Produk Jadi dalam hal tidak terjadi kesepakatan (no agreement) antara pelaku usaha dengan konsumen, maka tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada tanggung jawab produk atau tanggung jawab produk.

Dari segi alat bukti, yang digunakan adalah alat bukti yang merugikan sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UU Perlindungan Konsumen, yang menyatakan bahwa alat bukti ada atau tidaknya unsur kesalahan dalam suatu perkara pidana, sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Undang-undang Perlindungan Konsumen. Perlindungan Konsumen . Undang-undang yaitu kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian yang dialami konsumen menjadi beban dan tanggung jawab pelaku usaha, dengan tidak menutup kemungkinan untuk memberikan alat bukti. Tanggung jawab atas barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan atau industri, dalam pengertian hukum biasa disebut dengan tanggung jawab produk. Sejalan dengan tanggung jawab produk, tanggung jawab profesional ini muncul karena penyedia jasa profesional gagal memenuhi perjanjian yang disepakati dengan klien atau karena kelalaian penyedia jasa yang mengakibatkan kerugian/tindakan salah.

Dalam konteks ini, tanggung jawab profesional hanya menjamin perlindungan terbaik terhadap kepentingan hukum kliennya.

Perusahan Pengangkutan Udara

Pengertian Hukum Pengangkutan Udara

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 disahkan pada rapat paripurna DPR-RI yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2008 dan ditandatangani pada tanggal 12 Januari 2009. Undang-undang ini mempunyai dampak yang besar terhadap perkembangan transportasi udara di Indonesia. , karena sebagai landasan hukum sudah diatur secara luas. 1 Tahun 2009 mengalami perubahan yang sangat signifikan dibandingkan dengan undang-undang sebelumnya, karena konsep hukum yang semula hanya 103 pasal kemudian diperluas menjadi 466 pasal.38. Penerbangan adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, bandar udara, pesawat udara, angkutan udara, keselamatan dan keamanan, serta fasilitas umum dan fasilitas penunjang lainnya.39.

Angkutan udara berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 adalah setiap kegiatan yang menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, barang, dan/atau surat untuk satu kali perjalanan atau lebih. Peraturan ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 2011, diterbitkan pada tanggal 10 Agustus 2011 dan ditandatangani oleh Menteri Perhubungan dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Isi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 mengatur tentang tanggung jawab pengangkut udara yang dijelaskan pada Bab I sampai Bab X.

Bab II memuat tentang jenis-jenis tanggung jawab maskapai penerbangan dan mengatur besaran ganti rugi yang ditanggung maskapai penerbangan.

Perjanjian dalam Pengangkutan Udara

Kontrak pengangkutan bersifat timbal balik, yaitu kedua belah pihak mempunyai kewajiban dan hak yang harus mereka penuhi dan penuhi. Asas persetujuan, dimana perjanjian pengangkutan cukup dengan adanya perjanjian lisan antara para pihak, tidak perlu dibuat secara tertulis. Banyak perjanjian angkutan darat, laut, dan udara yang dibuat secara lisan namun tetap didukung dengan dokumen pengangkutan.

Perjanjian pengangkutan dibuat secara tertulis karena hak dan kewajiban para pihak dicatat dan diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait. Asas koordinasi, asas ini menghendaki adanya kedudukan yang setara atau seimbang antara para pihak dalam perjanjian pengangkutan. Asas campuran, dimana kontrak pengangkutan merupakan gabungan dari tiga jenis kontrak, yaitu pemberian kuasa dari pengirim kepada pengangkut, penitipan barang dari pengirim kepada pengangkut, dan pelaksanaan usaha pengangkutan yang ditugaskan oleh pengirim kepada pengangkut.

Asas tidak adanya hak retensi, dimana fungsi dan tujuan pengangkutan bertentangan dengan hak retensi, sehingga hak retensi tidak dapat digunakan dalam kontrak pengangkutan.

Prinsip Tanggung Jawab dalam Pengangkutan Udara

Selain itu yang dimaksud dengan “tanggung jawab tanggung jawab” juga adalah kewajiban membayar ganti rugi, misalnya dalam suatu perjanjian angkutan udara perusahaan angkutan “bertanggung jawab” atas keselamatan penumpang dan barang yang dikapalkan, apabila terjadi kerugian demikian maka perusahaan angkutan tersebut diwajibkan untuk "memegang tanggung jawab".44. Prinsip-prinsip tersebut menjelaskan proses tanggung jawab yang diberikan oleh pengangkut kepada penumpang atau pengirim barang sebagai pengguna jasa yang mengalami kerugian dengan membayar ganti rugi atas kerugian tersebut. Asas tanggung jawab berdasarkan rasa bersalah (based on bersalah) Asas ini diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang menentukannya.

Dapat dikatakan bahwa menurut pasal ini tanggung jawab atas kesalahan itu harus dibuktikan oleh penggugat atas kerugian. Sedangkan tanggung jawab seseorang berdasarkan Pasal 1366 KUH Perdata dapat juga disebabkan oleh kelalaian atau kekuranghati-hatian. Asas Tanggung Jawab Atas Praduga Kesalahan (Presumption of Liability) Asas praduga tanggung jawab menyatakan bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab atas kerugian yang diderita penumpang dan pengirim barang selama pengangkutan, namun apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa jika ia tidak bersalah, maka pihak pengangkut dapat membuktikan bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab atas kerugian yang diderita penumpang dan pengirim barang selama pengangkutan. pengangkut dibebaskan dari tanggung jawabnya untuk membayar ganti rugi.

Berdasarkan asas praduga bebas dari tanggung jawab, maka pengangkut dianggap tidak bertanggung jawab atau disebut dengan asas “anggapan bahwa pengangkut selalu tidak bertanggung jawab”. Asas ini memungkinkan pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang penumpang, yaitu apabila penumpang menyatakan telah melakukan segala upaya untuk menjaga barangnya, namun pengangkut telah memberikan bukti bahwa kerugian tersebut tidak mungkin dicegah. Asas ini khusus ditujukan terhadap barang-barang milik penumpang, yang berada di bawah penguasaannya, berdasarkan kesepakatan para pihak, dan beban pembuktian ditanggung oleh penumpang, karena barang-barang tersebut berada di bawah penguasaannya dan menjadi tanggung jawab penumpang sepenuhnya. penumpang itu sendiri.

Prinsip tanggung jawab ketat menyatakan bahwa pengangkut terikat secara hukum untuk menerima tanggung jawab tanpa adanya beban pembuktian. Artinya pengangkut wajib memikul tanggung jawab tanpa mempertimbangkan ada tidaknya unsur kesalahan dan siapa pelakunya. Menurut Komar Kantaatmadja, strict liabilitas berbeda dengan tanggung jawab absolut, Komar mengatakan bahwa prinsip tanggung jawab mutlak tidak memerlukan pertimbangan ada atau tidaknya suatu kesalahan, dan tidak ada batasan besaran ganti rugi, sedangkan tanggung jawab tegas mempunyai batasan. proses pembuktian, sehingga ada batasan dalam hal ganti rugi. 48 Akan tetapi, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab tegas merupakan tanggung jawab langsung, memerlukan hubungan sebab akibat antara kerugian dengan tindakan pengangkut, mengakui semua alasan pembenaran dan mempunyai batasan ganti rugi. . 49.

Batasan tanggung jawab pengangkut adalah batasan yang diberikan terhadap besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pengangkut berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengangkutan. Asas ini digunakan dengan alasan bahwa pertama risiko yang paling besar dalam penyelenggaraan pengangkutan adalah risiko terhadap pengangkut sehingga risiko tersebut harus dibatasi, kedua pengangkut tidak boleh mengingkari tanggung jawabnya melalui syarat-syarat perjanjian pengangkutan, dan yang terakhir yaitu adanya batasan-batasan tertentu yang memberikan dasar bagi penyelesaian tuntutan ganti rugi secara cepat dan mudah tanpa campur tangan hakim. Asas pembatasan tanggung jawab ini mempunyai dua macam ciri, yaitu: 1. Batas rapuh, batas yang dapat dilampaui dan sifatnya. Hal ini tidak bersifat mutlak dan ganti rugi pengangkut dapat dibayarkan melebihi jumlah yang telah ditentukan atas kerugian yang timbul akibat kesengajaan atau kelalaian pengangkut.

UU No. 1 tentang penerbangan mulai tahun 2009. Penetapan batas kompensasi yang dibayarkan pengangkut kepada pengguna jasa diatur dengan peraturan. Istilah pembatasan tanggung jawab yang ditetapkan oleh pengangkut atas kerugian yang diderita oleh penumpang dan pengirim barang atau sebagai pengguna jasa, yang dikenal dengan istilah pembatasan tanggung jawab, biasanya dimaksudkan untuk membatasi ganti rugi yang diberikan oleh pengangkut berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 1 Tahun 2009. tentang Tahun,.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka rumah sakit (sebagai atasan atau employer ) dapat bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat oleh dokter atau tenaga

Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan

Perusahaan penerbangan sebagai badan usaha wajib bertanggung jawab atas segala sesuatu yang menjadi ruang lingkup tanggung jawabnya kepada para penumpang apabila

Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana peran asuransi tanggung jawab produk dalam memproteksi kepentingan konsumen yang menderita kerugian

Penjelasan pasal tersebut menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan bertanggung jawab mutlak atau strict liability adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak

amandemen UUPK tidak dimasukkan mengenai pemberlakuan prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability), maka kewajiban bagi para perancang kebijakan untuk

Pelaku usaha yang menjual barang terdapat cacat tersembunyi wajib bertanggung jawab dan harus menerima akbat hukum dari perbuatannya yang melakukan pelanggaran hukum atas

Yang mana pada intinya dalam pasal 1365 - 1367 KUHPerdata menjelelaskan bahwa setiap orang yang telah melakukan perbuatan melawan hukum harus bertanggung jawab atas kerugian yang telah