• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB HUKUM DISTRIBUTOR DAN AGEN ATAS PRODUK CACAT TERSEMBUNYI MENURUT UU NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TANGGUNG JAWAB HUKUM DISTRIBUTOR DAN AGEN ATAS PRODUK CACAT TERSEMBUNYI MENURUT UU NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)

1059

TANGGUNG JAWAB HUKUM DISTRIBUTOR DAN AGEN ATAS PRODUK CACAT TERSEMBUNYI MENURUT UU

NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Sujienda Fadillah Rahim1), Hasnati2) dan Yeni Triana3)

1)

Pascasarjana Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru Email: [email protected]

Abstract: Hidden defects are defects that are in such a way that they are not easily visible to a normal buyer, the rules regarding hidden defects are regulated in Article 1504 of the Civil Code in which the seller is required to bear hidden defects in the goods he sells which causes the goods to be unable to be used for commercial purposes. intended use or defects that reduce use. Distributors and agents as business actors bear legal responsibility for hidden defects in the goods they sell. The purpose of writing is to find out how the legal consequences of distributors and agents on consumers on hidden defective products. The method that the author uses in this article is a normative writing method. The results of this study are that what is done by business actors is detrimental to consumers, the actions of business actors are irresponsible and their actions violate the rules that have been set.

Keywords: Hidden Defects, Costumers, Responsiblity

Abstrak: Cacat tersembunyi merupakan cacat yang sedemikian rupa adanya sehingga tidak kelihatan dengan mudah oleh seorang pembeli normal, aturan mengenai cacat tersembunyi diatur di dalam pasal 1504 KUH perdata yang mana penjual diwajibkan menanggung cacat tersembunyi pada barang yang di jualnya yang menyebabkan barang tersebut tidak dapat di pakai untuk keperluan yang dimaksud atau cacat yang mengurangi pemakaian itu. Distributor dan agen selaku pelaku usaha memikul tanggung jawab hukum terhadap cacat tersembunyi pada barang yang mereka jual. Adapun tujuan dari penulisan yaitu untuk mengetahui bagaimana akibat hukum distributor dan agen terhadap konsumen pada produk cacat tersembunyi. Metode yang penulis gunakan didalam artikel ini metode penulisan normative. Hasil penelitian ini adalah yang di lakukan oleh pelaku usaha merugikan konsumen, tindakan pelaku usaha tidak bertanggung jawab dan tindakan nya melanggar peraturan yang telah di tetapkan.

Kata Kunci: Cacat tersembunyi, Konsumen, Tanggung jawab

Pendahuluan

Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat. Pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi konsumen

(2)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)

1060 yang posisinya memang lemah, disamping ketentuan hukum yang melindungi belum memadai. Penyusunan UU No 8 Tahun 1999 dilatar belakangi oleh pemikiran untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen dengan meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab.

Berdasarkan pemikiran tersebut diperlukan perangkat peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen dan pelaku usaha sehingga tercipta perekonomian yang sehat. Selain itu, upaya-upaya perlindungan konsumen lebih dimaksudkan untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen, sekaligus mendorong pelaku usaha agar dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Pasal 1365 KUHPerdata, bahwa “setiap perbuatan melanggar hukum, yang menimbulkan kerugian bagi orang lain mewajibkan orang yang karena kesalahannya mengakibatkan kerugian itu, mengganti kerugian.”

Dalam transaksi jual beli terkadang tak lepas dari keadaan Cacat tersembunyi yang merupakan cacat yang sedemikian rupa adanya sehingga tidak kelihatan dengan mudah oleh seorang pembeli normal, aturan mengenai cacat tersembunyi diatur di dalam pasal 1504 KUH perdata yang mana penjual diwajibkan menanggung cacat tersembunyi pada barang yang di jualnya yang menyebabkan barang tersebut tidak dapat di pakai untuk keperluan yang dimaksud atau cacat yang mengurangi pemakaian itu. Distributor dan agen selaku pelaku usaha memikul tanggung jawab hukum terhadap cacat tersembunyi pada barang yang mereka jual, sebagaimana diatur dalam Pasal 1508 dan Pasal 1509 KUHPerdata yang antara lain menjelaskan bahwa pelaku usaha wajib mengembalikan uang sejumlah harga barang yang dibeli oleh konsumen.

Hukum tanggung jawab Produk merupakan instrumen hukum yang dimaksudkan untuk memberikan jaminan terhadap hak-hak konsumen, khususnya terhadap hak atas keselamatan, kesehatan, dan hak untuk mendapat ganti kerugian. Instrumen ini diperlukan karena pengaturan di bidang berproduksi dan perdagangan barang, belum memadai untuk mencegah atau menghindari serta melindungi konsumen yang menderita kerugian, baik kerugian berupa cacat atau kerusakan pada tubuh konsumen maupun kerusakan pada harta benda lain,Adapun pengaturan tentang kerusakan barang dalam Pasal 8 ayat (2) UUPK bahwa: “Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang, rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud”. Jadi ketika terdapat pelaku usaha yang memperdagangkan usahanya ternyata ada kerusakan barang menjadi tanggung jawab pelaku usaha. Hal ini dikarenakan konsumen tidak mendapatkan informasi secara lengkap sehingga barang yang dibeli ternyata ada kerusakan barang ataupun ke cacatan seperti pada contoh kasus berikut ini, yaitu pada Selanjutnya Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 77/Pdt/2018/Pt.Dki, Kasus PT. Dowa Hanandy Utama, dalam hal ini diwakili oleh Hj, Dra. Delia Murwihartini selaku Direktur Utama dengan PT. Wangsa Indra Permana, Subsidiary of Indomobil Group sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif.

Kronologis kasusnya bahwa Bahwa PT. Dowa Hanandy Utama (Penggugat) merupakan pembeli mobil pada PT. Wangsa Indra Permana (Pelaku usaha I) yang melakukan pembelian 1 (satu) unit mobil AUDI dengan tipe AUDI Q5 2.0 TFSI AT warna Brilliant Black dengan No. Rangka WAUZZZ8R5DA040897 dan No. Mesin CNC006953. Bahwa Penyejuk udara atau AC mobil mati, tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan karena kerusakan tersebut, akhirnya mobil tersebut dikirim ke kembali ke dealer AUDI di Yogyakarta untuk perbaikan/service karena kerusakan AC (Bukti P-11) dan hingga kini mobil tersebut masih di bengkel Audi Yogyakarta beralamat di PT.

Sumber Baru Wahana Motor Jl. Laksda Adisucipto Km.7,4 Yogyakarta 55281 Telp.

0274-487717 (Hunting) Fax. 0274-485483 dan belum diserahkan kembali kepada

(3)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)

1061 penggugat dan tergugat mendiamkan saja mobil tersebut dan pembeli tidak mengetahui bagaimana kabar mobilnya. Dalam hal ini tergugat merasa kecewa karna sudah mencoba menanganinya secara kekeluargaan tetapi tidak ada tanggapan dari pihak tergugat sehingga penggugat menuntut ganti kerugian pengantian kendaraan mobil tersebut karna mobil yang sebelumnya terdapat cacat tersembunyi. Akan tetapi gugatan pengugat dia anggap rekaan semata sehingga pengugat berada di pihak yang kalah dan pengugat harus membayar biaya perkara sebesar Rp. 522.000 ( limaratus dua puluh dua ribu rupiah)

Berdasarkan kasus di atas bahwa penting adanya pertanggung jawaban hukum terhadap barang cacat tersembunyi guna memberikan perlindungan hukum bagi konsumen yang dirugikan dengan adanya produk cacat tersembunyi yang memberikan rasa keadilan. Maka perlunya pemikiran untuk melindungi konsumen dari kemungkinan produk yang merugikan dari produk cacat yang tersembunyi, sebagai alternatifnya adalah dapat menerapkan prinsip pertanggung jawaban produk dengan prinsip pertanggung jawaban yang ketat sesuai dengan cita-cita negara dan aspirasi hukum Indonesia yaitu melalui penyelesaian dengan perkembangan perbuatan melawan hukum.

Oleh karena itu dari pebahasan latar belakang ini penulis mengambil sebuah pebahasan yaitu, Bagaimana Akibat Hukum Distributor Dan Agen Terhadap Konsumen Pada Produk Cacat Tersembunyi Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen?

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum normatif, yaitu suatu proses menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, ataupun doktrin-doktrin hukum, untuk menjawab isu hukum yang di hadapi. Selanjutnya dapat dijelaskan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus, pendekatan konseptual, pendekatan analisis. Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan yang digunakan untuk menelaah seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan atau isu hukum yang dihadapi. pendekatan perundang- undangan ini dilakukan dengan mempelajari konsistensi/kesesuaian aturan hukum yang berlaku.

Pendekatan ini digunakan untuk meneliti berbagai aturan hukum yang manjadi fokus suatu penelitian. Pendekatan kasus adalah pendekatan yang digunakan untuk menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi. Kasus-kasus yang ditelaah merupakan kasus dari putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap terkait dengan permasalahan penelitian. Penelitian hukum normatif bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma dalam prkatik hukum terutama mengenai kasus-kasus yang telah diputus sebagaimana yang terdapat dalam yurisprudensi terhadap perkara-perkara yang mejadi fokus penelitian.

Pendekatan konseptual adalah pendekatan yang digunakan yang berangkat dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.

pendekatan ini menjadi sangat penting karena pemahaman terhadap pandangan/doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum dapat menjadi pijakan untuk membangun argumentasi hukum dalam menyelesaikan isu hukum yang dihadapi. Pendekatan Analitis adalah pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam aturan perundang-undangan secara konsepsional dan menjelaskan penerapannya dalam praktik dan putusan- putusan hukum. Peneliti berusaha memperoleh makna baru yang terkandung dalam aturan hukum dan menguji istilah istilah hukum dalam praktik melalui analisis terhadap putusan-putusan hukum

(4)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)

1062 Hasil dan Pembahasan

Akibat Hukum Distributor Dan Agen Terhadap Konsumen Pada Produk Cacat Tersembunyi Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Akibat hukum ialah akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Tindakan ini dinamakan tindakan hukum. Akibat hukum dapat berwujud sebagai berikut:

1. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu keadaan hukum.

2. Lahirnya, berubahnya atau lenyapnya suatu hubungan hukum, antara dua atau lebih subyek hukum, di mana hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain

3. Dijatuhkannya sanksi apabila dilakukannya tindakan yang melawan hukum.

4. Setiap tuntutan pertanggungjawaban dalam hukum harus mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan seseorang harus wajib bertanggung jawab.

Pelaku usaha yang menjual barang terdapat cacat tersembunyi wajib bertanggung jawab dan harus menerima akbat hukum dari perbuatannya yang melakukan pelanggaran hukum atas tindakan-tindakan yang merugikan konsumennya selaku pengguna dan pemakai jasa, pelaku usaha dalam menjaankan kewajibannya harus memberikan hak dan kewajiban konsumen begitu pula sebaliknya karena hubungan antara pejual dan pembeli sangat erat kaitannya dan harus saling menguntungkan, dalam hal tersebut distributor ataupun agen harus berhati-hati terhadap produk dagangannya.dalam perlindungan hukum diperlukan perlindungan hukum represif yaitu perlindungan hukum yang dilakukan dengan cara menerapkan sanksi terhadap pelaku agar dapat menegakkan hukum sebenarnya yang biasanya dilakukan di pengadilan.

Dalam menjalankan usaha pelaku usaha wajib bertanggung jawab dalam hal-hal yang tidak terduga seperti kecacatan pada barang ataupun kerusakan sehingga dengan bertanggung jawab kepercayaan konsumen selaku pengguna barang atau jasa dapat terjaga dan kosumen merasa aman nyaman dan dapat menjalin kepercayaan antara penjual dan pembeli. Dalam hal jual beli mobil yang terdapat kecacatan poduk yang berupa AC pada mobil tersebut yang tidak menyala dan distributor maupun agen tidak ada pertanggung jawaban yang membiarkan mobil konsumen tersebut di biarkan tanpa di perbaiki tentu saja hal tersebut melanggar ketentuan ketentuan yang yang berlaku di dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen tercantum dalam pasal 7 tentang kewajiban peku usaha yang mana berbunyi:

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

(5)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022)

1063 Seharusnya sesuai dengan peraturan diatas seharusnya pelaku usaha menerima akibat dari perbuatannya yang melalaikan kendaraan konsumen berupa konsekuensi penganti kerugian yang sesuai dengan bentuk kerugian yang di terima konsumen atau pun perbaikan sehingga konsumen terasa nyaman hal ini juga berarti pelaku usaha telah melanggar pasal 7 undang-undang perlindungan konsumen yaitu tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang di persyaratkan dan ketentuan peraturan perundang- undangan. Akan tetapi karena beberapa hal yang kurang atas kelalaian penggugat dalam memberikan gugatan sehingga gugatan si konsumen tersebut mngakibatkan konsumen ataupun penggugat berada di pihak yang kalag dan tergugat selaku pelaku usaha tidak melakukan kewajibannya dalam bertanggung jawab terhadap kerusakan pada barang milik konsumen.

Simpulan

Dalam hal ini penulis menarik kesimpulan dari pembahasan di atas bahwasanya distributor ataupun agen dalam melakukan jual beli tidak bertanggung jawab atas kerugian yang menimpa konsumen berupa cacat tersembunyi dan malah tidak menghiraukan permintaan konsumen untuk memperbaikinya, hal tersebut merupakan perbatan melawan hukum yang melanggar peraturan perundang undangan yang berlaku yang tertera di dalam undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen baik tentang hak dan kewajiban antara konsumen dan pelaku usaha.

Adapun saran dari penulis dalam cacat tersembunyi tersebut sebaiknya pelaku usaha bertanggung jawab atas barang yang di perdagangkan dan berlaku jujur terhadap pembeli selaku konsumen pengguna jasa sehingga teralin kepercayaan satu sama lainnya.

Karena konsumen telah membayarka sejumlah uang tentu ia harus mendapatkan barang sesuai dengan uang yang di bayarkan dengan kualitas yang telah di janjikan.

Daftar Pustaka

[1] A.Z. Nazution, Sekilas Hukum Perlindungan Konsumen, Hukum Pembangunan No.4 Tahun XVI, PT, Citra Aditya, Bandung, 1989

[2] M.Sofyan Lubis, “Mengenal Hak Konsumen dan Pasien”, (Yogyakarta:

Pustaka Yustisia, 2009)

[3] Piliphus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat di Indonesia, Graha ilmu, Yogyakarta

[4] R. Soeroso. 2014. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika [5] Frank Zaid, “The Emerging Law on Product Liability and Consumer

Product

[6] Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

[7] Warranties”, Canadian Business Law Journal, 4, 1999,

[8] Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Tergugat PT.Wangsa Indra Darma, Nomor 77/Pdt/2018/Pt.Dki

[9] Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Referensi

Dokumen terkait

Adapun pokok permasalahan yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaturan dan bentuk obat yang mengandung cacat tersembunyi, kerugian yang dialami konsumen

Pentingnya hukum perlindungan konsumen tentang tanggung jawab pelaku usaha atas produk yang merugikan konsumen yang menganut prinsip-prinsip hukum salah satunya tanggung jawab

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hukum antara pelaku usaha taksi uber dengan konsumen, tanggung jawab pelaku usaha taksi uber dalam hal terjadi kecelakaan

Tanggung jawab hukum produsen sebagai pelaku usaha terhadap konsumen akibat perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi konsumen menurut Undang-Undang Nomor

Notaris bertanggung jawab terhadap akta yang dibuat dihadapannya yang mengandung cacat hukum, atau tidak memenuhi syarat formal.Disini notaris mempunyai tanggung

Masker pun menjadi sangat langka dan cenderung mahal harganya, dikarenakan pelaku usaha melihat situasi ini sebagai hal yang sangat menguntungkan, akibatnya

Tanggung jawab pelaku usaha timbul karena adanya hubungan antara produsen dengan konsumen.Pelaku usaha dapat dikenakan pertanggung jawaban apabila barang dan atau

Tanggung jawab mutlak tanpa kesalahan sebagaimana terdapat dala pasal 1367 KUHPerdata yaitu: 1 seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya