TINGKAH LAKU BUAYA
OLEH
ANIK PRATIWI (0726) BIOLOGI
SEMESTER V
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2007
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman era globalisasi ini banyak sekali kemajuan dalam dunia pendidikan dan semakin canggihnya teknologi. Sebagai seorang mahasiswa ataupun seorang pelajar kita akan malu bila ketinggalan pengetahuan dan teknologi yang kemajuannya semakin cepat. Maka dari itu kita sebagai seorang mahasiswa ataupun seorang pelajar harus mampu mengembangkan diri dalam dunia pendidikan dan teknologi agar kita tidak menjadi mahasiswa ataupun pelajar yang ketinggalan ilmu akan pendidikan dan teknologi.
Dengan menambah wawasan kita melalui pembuatan suatu makalah, salah satunya pembuatan makalah tentang pola tingkah laku binatang (buaya). Kita akan banyak mendapatkan pengalaman dan bisa mendalami lebih jauh tentang buaya. Kita tidak hanya mendapatkan ilmu pendidikan itu dari buku tetapi kita bisa terjun langsung kelapangan, bahkan lebih bagus lagi kita mencari tau tentang pola tingkah laku buaya melalui internet. Di zaman yang moderan ini kita tidak akan cukup belajar hanya dengan menggunakan buku tetapi kita harus terjun langsung kelapangan bahkan kita lebih cepat mendapatkan suatu pembahasan dalam internet. Bila kita sudah dapat memahami apa itu binatang buaya, bagaimana kehidupan buaya, ada beberapa jenis buaya baik di Indonesia ataupun didunia dan bagaimana tingkah laku buaya. Kita akan dengan mudah bisa menjawabnya bila ada seseorang yang bertanya kepada kita. Dengan mengetahui seluk beluk tentang buaya, itu sudah menambah pengetahuan kita dalam dunia pendidikan.
Untuk lebih jelas dan lebih lengkapnya, kita bisa mengetahui tentang pola tingkah laku buaya dalam makalah berikut ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis mencoba membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana kehidupan buaya & sejarahnya?
1.2.2 Ada berapa macam jenis buaya di Indonesia?
1.2.3 Dan bagaimana pola tingkah laku buaya tersebut?
1.3 Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu : 1.3.1 Untuk mengetahui kehidupan buaya dan sejarahnya.
1.3.2 Untuk mengetahui beberapa macam jenis buaya di Indonesia.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana pola tingkah laku buaya tersebut.
BAB II ISI
1.2 BUAYA
Buaya adalah hewan reptil yang hidup di dalam air. Buaya meliputi seluruh spesies dalam famili Crocodylidae. Induk buaya terlebih yang betina sangat buas.
Induk buaya betina rata-rata menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan pada tanah, pasir atau dibawah tumpukan seresah daun. Dan, induk tersebut menunggu dari jarak sekitar 2 meter. Di musim bertelur buaya amat buas menjaga telurnya.
Di Indonesia ada 4 jenis buaya yang terkenal:
1. Buaya muara Crocodylus porosus
2. Buaya air tawar irian Crocodylus navaeguineae 3. Buaya Sinyulong Tumustoma schlegelli 4. Buaya siam crocodylus siamensis
Buaya siam, ialah buaya khas yang berasal dari Thailand, penampilannya tidak jauh berbeda dengan buaya muara, hanya bentuknya jauh lebih kecil. Walaupun berasal dari Thailand, buaya siam banyak juga terdapat di sumatara dan Kalimantan. Sedangkan di seluruh dunia terdapat 23 jenis buaya (termasuk seluruh famili Crocodylia, Alligator, Gharial, serta Caiman). Dari semua jenis tersebut, Buaya muara Crocodylus porosus adalah yang terbesar dan terpanjang.,
nama dalam bahasa inggris dan bahasa perdagangan internasional untuk Buaya Muara adalah Saltwater Crocodile – sebutan ini berasal dari dan dipopulerkan oleh orang Australia, sedangkan nama daerah untuk jenis ini adalah Buaya Katak, Buaya Bekatak, dan Buaya Air Asin. Buaya Muara hidup di muara-muara sungai, rawa berair payau, namun sering pula ditemui berenang ke tengah laut, yang ini terkenal karena kerap memangsa manusia.
Penyebaran buaya muara meliputi perairan Indonesia dan Australia, serta negara negara lain sekitar Indonesia. Menurut pakar biologi Adam Britton, buaya muara menyebar mulai dari perairan laut India dan Sri Lanka di Samudera Hindia hingga kepulauan Fiji di Samudera Pasifik.
1.2.1 Jenis-jenis Buaya & Sejarah Buaya 1. Buaya Air Tawar Irian
Buaya air tawar irian (Crocodylus novaeguineae) adalah salah satu spesies buaya yang penyebarannya hanya di perairan tawar pedalaman Papua, Indonesia. Bentuk umum jenis ini mirip dengan buaya muara, namun lebih kecil dan warna kulitnya lebih gelap. Dengan panjang tubuh sampai sekitar 5, meter. Dan pada tekuknya terdapat 4 sisik lebar yang berderet serta melintang.
Fosil Hewan Serupa Buaya Ditemukan di Gurun Sahara
Fosil dari dua spesies hewan amfibi purba serupa buaya yang hidup sekitar 250 juta tahun lalu telah ditemukan di gurun Sahara di Negiria, Afrika, demikian diungkapkan para ilmuwan minggu lalu. Tengkorak kedua makhluk aneh itu tidak mirip hewan-hewan lain yang hidup pada periode Permian
antara290-248 juta tahun lalu. ‘”Mereka tergolong pada kelompok yang diduga telah punah jauh sebelumnya,’’kata Dr. Christian Sidor, palaentolog dari New York College of Osteopathic Medicine, AS.
Menurut Dr Sido, apa yang mereka temukan ini akan bisa memberi petunjuk mengenai hubungan antara iklim dengan eolusi kehidupan di daratan. Pada masa itu, Afrika tidak dipisahkan oleh laut-laut besar maupun pegunungan- pegunungan tinggi. Ini membut para ilmuwan bertanya-tanya mengapa keduanya tidak ditemukan di tempat lain. “Satu-satunya alas an yang mungkin adalah iklim telah mengisolasi mereka. Berdasar teori, sekitar 250 juta tahun lalu, sebagaian besar daratan di Bumi terkumpul dalam suatu benua besar bernama Pangae. Ini membuat berbagai jenis hewan bisa pergi ke mana saja di benua itu. Dan ketika benua akhirnya terpecah, maka hewan-hewan tersebar.
Tapi skenario itu tidak berlaku bagi buaya purba yang di temukan Dr Sidor.
Dalam tulisannya di journal Nature, ia mengatakan bahwa kedua spesies itu telah terisolasi di Nigeria, atau di tengah-tengah benua Pangaea. Dan ini berhubungan dengan kondisi iklim saat ini.
Antara awal dan akhir periode Permian, Bumi mengalami pemanasan yang panjang. Es ditemukan hanya pada awal periode, namun pada akhir masa itu bagian tengah Pangaea berubah menjadi wilayah seperti gurun luas, dimana fosil-fosil itu ditemukan. Semula para ilmuwan menduga jenis hewan ini telah punah sekitar 40 juta tahun sebelumnya, sehingga penemuan dua specimen dari masa Permian merupakan sesuatu yang mengejutkan. Kedua spesies yang disebut Nigerpeton ricqlesi dan Saharastega moradiensis berukuran panjang sekitar 2-2,5 meter dan 1,5-2 meter. Tengkorak Nigerpeton terlihat seperti tengkorak buaya Nil. Kedua matanya terletak lebih tinggi dan berada di bagian belakang tengkorak. Moncongnya sangat panjang dengan lubang hidung dibagian atas, sehingga ia akan tetap bisa bernafas meski tubuhnya berada di dalam air.
Seperti halnya buaya masa kini, Nigerpeton diduga menerkam dan menyantap hewan-hewan yang cukup dekat dengan moncongnya, baik itu
hewan darat maupun air. Sedangkan Saharastega lebih tidak mirip buaya. Ia memiliki tengkorak yang lebih lebar dan datar. Moncongnya ditumbuhi ratusan gigi kecil yang menunjukkan hewan ini lebih memiliki ikan disbanding mangsa besar lain. Sebelumnya, di wilayah yang sama, para peniliti juga menemukan fosil reptile seukuran kerbau dan reptile besar lain yang memiliki kepala sebesar bola pantai, dan uniknya, memiliki lajur gigi hingga dua puluh baris. Mereka semua adalah hewan air seperti buaya. Dan karena kedua temuan terakhir adalah hewan amfibi, maka Dr Sidor semakin yakin pastilah ada air di wilayah tersebut pada masa lalu.
Nenek Moyang Buaya Ditemukan di Musium
Sketsa tengkorak nenek moyang buaya yang ditemukan
Nenek moyang buaya berkaki dua, tanpa gigi, yang berjalan tegak dan memiliki paruh bukannya gigi, telah ditemukan dilantai dasar Museum Sejarah Alam Amerika di New York. Fosil berusia 210 juta tahun itu telah berada di gudag museum selama 60 tahun, dan ditemukan secara tidak sengaja, kata para palaeontolog yang melaporkan penemuannya di Royal Society B, journal ilmu pengetahuan inggris. Hewan ini sangat menarik karena ia mirip dengan hewan yang tidak terkait dengan dinosaurus namum disebut dinosaurus burung onta – hidup 80 juta tahun kemudian. “Banyak orang, setelah melihat film Jurassic Park, tahu seperti apa bentuk dinosaurus burung onta,” kata curator museum Mark Norell. “Dalam beberapa hal fosil ini mungkin berkaitan dengan dinosaurus onta.” Fosil sepanjang 2 meter itu
dikenal sebagai archosaur, jenis hewan sudah punah yang digolongkan sebagai nenek moyang dinosaurus, buaya, dan burung. Mereka hidup di walayah yang kini menjadi New Mexico. Fosil ditemukan di bongkahan batu di wilayah Ghost Ranch Quarry yang digali tahun 1947 dan 1948. Awalnya para ilmuwan menyangka semua fosil yang ditemukan disana adalah Coelophysis, dinosaurus pemakan daging kecil yang hidup pada masa yang sama. “Ia dikumpulkan dari lokasi yang menyimpan ratusan fosil didalamnnya, “kata Norell. Tetapi setelah ditemukan kembali, ternyata fosil ini sama sekalibukan Coelophysis, melainkan apa yang diyakini sebagai nenek moyang.
Nama Pelukis
Norell dan seorang mahasiswa bernama Sterlling Nesbitt memang sedang mencari fosil Coelophysis ketika mereka membuka cetakan berisi archosaur. Hewan ini kemudian merak namai Effigia Okeeffeae, sesuai nama lokasi penemuan dan nama pelukis Georgia O’Keefe, yang juga tertarik pada lokasi temuan fosil tersebut. Effigia diduga berkerabat dekat dengan kelompok reftil purba yang di sebut crocodilian, yang hari ini mencakup bangsa buaya dan alligator. Mereka bukanlah dinosaurus, dan seperti kebanyakan crocodilian masa itu, ia memiliki mata besar. Para peneliti kini mencari specimen-spesimen lain dari masa Triassic untuk meneliti apakah hewan-hewan seperti Effigia banyak terdapat di masa itu. Bisa jadi hewan- hewan itu pernah mendominasi Amerika, sebelum punah dan di gentian dinosaurus.
2. Buaya Katak
Buaya katak atau buaya air masin (saltwater atau estuarine crocodile), (Crocodylus porous) adalah reptilian terbesar, dan sering dikatakan paling berbahaya bagi manusia. Ia terdapat terdapat dalam habitat yang sesuai di Asia Tenggara dan utara Australasia. Buaya katak diketahui di jajahan utara Australia sebagai ‘salties’.
Permakanan
Buaya Katak merupakan pemangsa peluang berupaya menangkap hewan sebesar kerbau, sama aja di air atau di darat. Anak buaya makan hewan lebih kecil seperti serangga, amfibia, crustaceans, reptilian kecil dan ikan. Semakin besar buaya itu, semakin besar mangsa yang dimakannya, walaupun mangsa kecil masih merupakan sebagaian besar diet buaya dewasa. Buaya Katak mampu menangkap monyet, babi termasuk manusia. Kebiasaannya amat lesu, kecendrungan yang membantunya hidup berbulan-bulan semasa ketiadaan makanan, ia biasanya berkeliaran berhampiran dengan air atau bermandikan sinar surya sepanjang hari, biasanya cenderung untuk memburu pada waktu malam. Ia bagaimanapun mampu bergerak dengan kepantasan yang mengkagumkan apabila perlu, mampu menjangkau sejauh 10 m daripada diam lebih pantas berbanding kuda lumba, terutamanya dari tebing sungai, dimana kedua kaki dan ekor digunakan bagi menghasilkan tujuan. Sebagai pemangsa hendap, ia biasanya menuggu mangsanya menghampiri tebing sebelum
mengerang tanpa amaran dan menggunakan kekuatannya untuk menarik hewan kedalam air dimana ia biasanya lemas (sesungguhnya sekiranya terdapat lebih daripada seekor buaya, mangsa mungkin berkecai). Ia adalah hewan yang amat perkasa, mempunyai kekuatan untuk mematahkan kaki hewan besar dengan ekornya, menarik kerbau dewsa kedalam sungai, kuat memecahkan tengkorak lembbu dewasa dengan menggunakan rahangnya.
Serangan paling membahayakan, dikenali sebagai “Gelungan Maut,” ia mengenggam mangsa dan berputar dengan kuat, yang kebiasaannya mematahkan leher atau menceraikannya. Dalam satu kes di Australia Utara pada tahun 1939, lembu jantan Suffolk juara yang seberat (2,205 paun) dibunuh, kelihatannya kurang dari 1 menit, oleh buaya besar.
Saiz
Buaya katak dewasa biasanya berukuran antara 4.8 meter hingga 5 meter (15,4 hingga 16.6 kaki) panjang, seberat sekitar 770 kilogram (1697 lb).
sesungguhnya individual lebih besar mampu mencegah melebihi 6 meter (20 kaki) atau 7 meter (23 kaki) panjang dan seberat melebihi 1,500 kg (3707 lb).
sebenarnya spesies ini mampu membesar sehingga 8 meter (27 kaki) atau 9 meter (30 kaki). Buaya betina biasanya lebih kecil daripada buaya jantan, dengan kebiasaannya dalam julat 2.5-3 meter. Salah satu buaya besar direkorkan adalah 8 meter 64 cm (28 kaki 4 inci) ditembak oleh krystina Pawloski (Guru sekolah, kemudiannya pencinta alam) di sungai Norman di utara Queensland, Australia pada tahun 1957. Ia dikatakan buaya katak mampu sekuat jerung putih dewasa. Kulit bertulang mereka sekeras batu.
Habitat dan Julat
Buaya katak berjemur di Corrobore di Jajahan Utara Australia. Buaya Katak biasanya menghabiskan masa musim hujan tropika di sungai dan paya air tawar, bergerak kehulu kekula pada musim kering, dan kadang kala bergerak jauh kelaut. Buaya bertarung dengan bengin bagi mempertahankan
kawasan, dengan jantan berkuasa kebiasaannya menduduki kawasan anak sungai dan alur terbaik. Buaya remaja dengan itu terpaksa kesistem sungai lebih kecil atau kadang kala ke laut. Ini menjelaskan mengapa taburan meluas Baya Ktak (dari pantai barat India sehingga Utara Australia) dan juga mengapa ia kadang kala didapati dikawasan pelik (seperti Laut Japan).
Kepantasan Baya katak di bawah air boleh mencecah sehingga 12 hingga 15 batu sejam dalam jarak pendek, tetapi mampu bergerak 2 hingga 3 batu.
Kecergasan
Dr. Adam Britton, penyelidik dengan (Pengurusan Himpunan Liar Antarbangsa – Wildlife Management Internasional), telah mengkaji kecergasan buaya. Ketika melakukannya, dia mengumpulkan bunyi buaya katak Australia , dan mengkaitkannya dengan tabiat buaya katak. Pendapatnya adalah, sesungguhnya otak buaya lebih kecil berbanding mamalia (serendah 0,05 % bagi buaya katak), dia melakukan tugasan dengan sedikit pembentukan (conditioning). Dia turut membayangkan bahwa bunyi buaya mempunyai keupayaan bahaya yang lebih dalam dalam berbanding apa yang diterima kini. Buaya katak kemungkinannya reptilian terbijak di dunia.
3. Buaya Sepit
Buaya sepit atau seyulong (tomistoma schlegelii) adalah spesies buaya yang ukuran tubuhnya lebih kecil dan pendek, dengan panjang maksimal hanya 3,5 meter. Bentuk moncong runcing seta sempit. Dan habitat aslinya
banyak ditemukan di sungai-sungai pedalaman sulawesi, sumatera maupun Kalimantan.
4. Buaya Jejolong
Buaya Jejolong atau nama inggrisnya Malayan gharial (tomistoma schleglii) adalah reptilia air tawar, menyerupai buaya dengan muncung panjang tirus yang menyerupai gharial, dengan itu nama inggrisnya. Buaya Jejolong adalah tempatan bagi enam sistem sungai di Sumatra dan Malaysia.
Ia turuti di dapati di Borneo, jawa, Vietnam , Thailand (tidak kelihatan semenjak tahun 1970) dan kemungkinannya di sulawesi. Jumpaan fosil di china selatan, menunjukkan pada satu ketika dahulu spesies ini turut terdapat di situ. Buaya Jejolong False gharial, sebagaimana spesies buaya lain, bertelur. Bagaimanapun, disebabkan kekurangan maklumat mengenai habitatnya ketika hidup liar, ianya tidak diketahui bila spesies ini membiak dan bila waktu ia bertelur. Ia merupakan pembuat sarang timbunan. Jejulong betina biasanya matang apabila bersaze antara 2-3 meter. Dia bertelur sekelompok 30-60 biji telur dalam timbunan daun kering atau tanah gambut peat. Tidak sebaimana spesies buaya lain, anak muda tidak menerima penjagaan ibu bapak dan terdedah kepada serangan pamangsa seperti babi liar, mongooses, kucing besar seperti harimau bintang dan singa, civet dan anjing liar. Anak Jejulong menetas setelah 90 hari dan ditinggalkan hidup sendirian.
Dari segi morphologi ia telah lama dikelaskan dalam keluarga Crocodyle.
Bagaimanapun kajian immunological terkini menunjukkan ia lebih berkait
rapat dengan gharial berbanding apa yang dipercayai sebelum ini, dan telah dikelaskan dalam famili Gavialidae. Buaya Jejulong diancam kepupusan di keseluruhan tempat tinggalnya disebabkan pengeringan kawasan berpaya dan penebangan hutan hujan disekeliling tempat ia tinggal. Spesies ini sering diburu untuk diambil kulit dan dagingnya serta telurnya yang dijadikan sebagai makanan manusia. Bagaimanapun langkah positif telah diambil oleh kerajaan Malaysia dan Indonesia untuk mencegah kepunahan Jejulong liar.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Buaya adalah hewan reptile yang hidup di dalam air. Induk buaya terlebih yang betina sangat buas, meskipun buaya terkenal sangat buas itu tidak mengurangi rasa ingin tahu semua orang tentang buaya. Bahkan dijadikan inspirasi dalam pembuatan teknologi yang banyak terdapat di sekitar kita. Selai itu jaringan informasi pada buaya dapat mengungguli internet.
3.2 Saran
Pola tingkah laku buaya tersebut nantinya dapat dijadikan inspirasi oleh para peneliti, baik bagi siswa tingkat menengah, perguruan tinggi ataupun para ilmuwan untuk mengembangkan berbagai teknologi baru yang lebih baik atau inovatif. Maka dari itu, sudah sepantasnya kita sebagai manusia turut menjaga dan melestarikan habitat buaya.
DAPTAR PUSTAKA Http : // id. wikipedia. org / wiki / Buaya