Perjanjian Kelautan Internasional UNCLOS
Disusun guna memenuhi tugas UTS mata kuliah DIPLOMASI
Dosen Pengampu:
Dr. Nurfitri Nugrahaningsih, S.IP., M.Si.
Oleh:
Tasya Syahputri
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK TAHUN 2023
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai jadwal, tanpa keterlambatan yang berarti, sesuai dengan harapan.
Dalam rangka penyusunan makalah ini, saya terlebih dahulu mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nurfitri Nugrahaningsih, S.IP., M.Si., atas bimbingan dan arahan sebagai dosen mata kuliah Diplomasi.
Saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam makalah ini karena keterbatasan yang saya miliki. Demi kesempurnaan makalah ini, penyusun sangat mengharapkan masukan dan saran. Informasi yang diberikan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Pontianak, 7 Oktober 2023
Tasya Syahputri
3 DAFTAR ISI
Hlm
COVER………. i
KATA PENGANTAR………. ii DAFTAR ISI……… iii BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……… 4
1.4 Tujuan Penulisan ………... 5 BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dibentuknya UNCLOS………... 6
2.2 Aspek Hukum Laut UNCLOS………..……… 7
2.3 Penanganan Sengketa Laut China Selatan oleh UNCLOS………... 8 BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan………... 10
DAFTAR PUSTAKA……… 11
4 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjanjian Maritim Internasional, juga dikenal sebagai UNCLOS atau Konvensi PBB tentang Hukum Laut, adalah salah satu perjanjian paling signifikan dalam bidang ini. UNCLOS merupakan titik balik yang signifikan dalam perkembangan hukum maritim internasional dan merupakan hasil negosiasi ekstensif dalam jangka waktu yang panjang. UNCLOS merupakan produk diplomasi ekstensif yang melibatkan banyak negara di seluruh dunia. Kerangka hukum bagi eksploitasi sumber daya kelautan, pertahanan lingkungan laut, kebebasan navigasi, serta hak dan kewajiban negara-negara di perairan maritim internasional diatur dalam perjanjian ini. UNCLOS juga menetapkan sistem untuk menyelesaikan perselisihan antar negara secara damai.
UNCLOS juga memberikan kontribusi signifikan dalam menjaga ketenangan dan stabilitas di perairan maritim internasional. UNCLOS mengatur hak dan kewajiban negara di laut, mencegah perselisihan yang timbul akibat persaingan sumber daya laut atau klaim teritorial di laut. Selain itu, organisasi ini juga mengadvokasi konservasi kehidupan laut dan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan, yang keduanya sangat penting dalam memerangi isu-isu global seperti perubahan iklim. Sejarah UNCLOS, proses diplomasi yang menghasilkan perjanjian ini, pengaruhnya terhadap hukum maritim internasional, dan peran pentingnya dalam diplomasi internasional akan dieksplorasi lebih jauh dalam makalah ini. Kita akan mengkaji bagaimana UNCLOS mempengaruhi hubungan maritim internasional, mendorong keharmonisan dan kolaborasi, dan menawarkan kerangka kerja untuk pemanfaatan sumber daya laut secara bijaksana.
5 1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah tentang "Perjanjian Kelautan Internasional UNCLOS" akan membantu Anda memahami aspek-aspek yang akan dijelaskan dalam makalah Anda. Berikut adalah beberapa contoh rumusan masalah yang dapat Anda pertimbangkan:
a. Bagaimana sejarah dan perkembangan diplomasi yang mengarah pada terbentuknya Perjanjian Kelautan Internasional UNCLOS?
b. Apa saja aspek hukum laut yang diatur oleh UNCLOS?
c. Bagaimana UNCLOS menangani perkembangan baru dalam permasalahan hukum maritim, seperti sengketa wilayah di Laut Cina Selatan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah tentang Perjanjian Kelautan Internasional UNCLOS adalah memberikan pemahaman yang komprehensif tentang perjanjian tersebut dan bagaimana hal itu mempengaruhi diplomasi internasional serta tatanan hukum laut di seluruh dunia. Berikut adalah beberapa tujuan khusus yang dapat Anda ingat:
a. Salah satu tujuan utama adalah untuk menjelaskan sejarah terbentuknya UNCLOS, perkembangannya, serta latar belakang dan konteks perjanjian ini.
b. Tujuan lain adalah untuk menguraikan berbagai aspek hukum laut yang diatur oleh UNCLOS, seperti pembagian zona laut, hak dan kewajiban negara- negara pantai, kebebasan navigasi, dan lainnya.
c. Makalah ini juga bertujuan untuk menganalisis proses diplomasi yang melibatkan banyak negara dalam mencapai kesepakatan UNCLOS, termasuk peran berbagai aktor dalam perundingan.
6 BAB II PEMBAHASAN
Konvensi Hukum PBB tahun 1982, juga dikenal sebagai UNCLOS 1982 atau Konvensi PBB tentang Hukum Laut, adalah kerangka hukum internasional yang sekarang berlaku di industri kelautan. Dimulai dengan zona maritim yang dapat diklaim oleh suatu negara, UNCLOS 1982 memiliki banyak peraturan, mulai dari penelitian kelautan dan pencemaran hingga proses penyelesaian sengketa internasional. Kedalaman dan landasan undang-undang UNCLOS tahun 1982 telah menyebabkan beberapa pakar hukum internasional menyebut UNCLOS sebagai
"Konstitusi Lautan".
Manfaat UNCLOS 1982 tidak hanya dirasakan dalam skala global. Secara khusus, Indonesia telah memperoleh banyak manfaat dari UNCLOS 1982. Manfaat UNCLOS 1982 telah dirasakan Indonesia di berbagai bidang. Luas zona laut yang bisa diklaim Indonesia meningkat beberapa kali lipat secara damai, hal ini menjadi salah satu faktor adanya manfaat yang cukup signifikan yang dirasakan Indonesia.
2.1 Sejarah terbentuk UNCLOS
Sebelum mencapai kesepakatan dan diratifikasi pada tahun 1982, UNCLOS (Konvensi PBB tentang Hukum Laut) mengalami proses negosiasi yang berlarut-larut dan sulit hingga bertahun-tahun. Garis besar masa lalu UNCLOS disajikan di bawah ini:
1) Titik awal (1945–1958):
Ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan pada tahun 1945 setelah berakhirnya Perang Dunia II, permasalahan hukum maritim semakin penting dalam agenda global. PBB membentuk Komisi Hukum Laut pada tahun 1949, dan diberi tanggung jawab untuk menciptakan hukum maritim internasional.
7
2) 1956–1958: Konferensi Hukum Laut Pertama
Konferensi Hukum Laut yang pertama dilaksanakan di Jenewa, Swiss, pada tahun 1956. Perjanjian Zona Teritorial dan Zona Kontinental, serta empat perjanjian hukum laut pertama lainnya, dihasilkan pada pertemuan ini.
3) 1960–1967: Konferensi Hukum Laut Kedua
Dimulai pada tahun 1960, Konferensi Hukum Laut Kedua berlanjut selama tujuh tahun.
4) 1973–1974: Hukum Pertama KTT Laut
Pada tahun 1973, Kota New York di Amerika Serikat menjadi tuan rumah Konferensi Khusus Hukum Laut yang pertama (UNCLOS I).
Antara tahun 1974 hingga 1977, Jenewa menjadi tempat diselenggarakannya Konferensi Hukum Laut Kedua (UNCLOS II).
5) (1973–1982) UNCLOS III:
Di markas besar PBB di New York, perundingan UNCLOS III dimulai pada tahun 1973 dan berlangsung selama sembilan tahun.
6) UNCLOS (1994) Ratifikasi dan Pemberlakuan:
UNCLOS diratifikasi oleh lebih dari 60 negara sebelum ditandatangani pada 10 Desember 1982 di Teluk Montego, Jamaika. Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal 16 November 1994.
2.2 Aspek Hukum Laut UNCLOS:
Beberapa aspek hukum maritim diatur dalam UNCLOS, termasuk pembagian zona maritim, hak dan kewajiban pemerintah pesisir, kebebasan navigasi, pelestarian lingkungan laut, dan penyelesaian sengketa. Ini termasuk:
a. Kemampuan negara pantai untuk membentuk ZEE dan memiliki akses tunggal terhadap sumber daya alamnya.
b. Gagasan navigasi tanpa batas di perairan luas.
8
c. Ketentuan yang berkaitan dengan perbatasan laut antara negara-negara yang berdekatan.
d. Konservasi sumber daya maritim dan perlindungan terhadap pencemaran laut.
2.3 Penanganan Sengketa Laut China Selatan oleh UNCLOS
Sejauh ini, UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) telah digunakan sebagai dasar hukum dalam beberapa kasus penanganan sengketa Laut Cina Selatan. Salah satu kasus yang paling terkenal adalah sengketa antara Filipina dan Tiongkok mengenai klaim teritorial di Laut Cina Selatan. Berikut adalah rangkaian peristiwa utama dalam penanganan sengketa tersebut oleh UNCLOS
1. Permohonan Filipina ke Pengadilan Arbitrase Internasional (2013):
Tanggal: 22 Januari 2013
Aktor: Filipina mengajukan permohonan ke Pengadilan Arbitrase Internasional di bawah UNCLOS
Latar Belakang: Filipina mengajukan permohonan untuk menyelesaikan sengketa mereka dengan Tiongkok mengenai klaim teritorial di Laut Cina Selatan, termasuk klaim Tiongkok atas "Sembilan Garis Putus-putus."
2. Keputusan Pengadilan Arbitrase Internasional (2016):
Tanggal: 12 Juli 2016
Aktor: Pengadilan Arbitrase Internasional
Hasil: Pengadilan mengeluarkan keputusan yang mendukung klaim Filipina dan menolak klaim Tiongkok yang meluas hingga ke "Sembilan Garis Putus- putus." Keputusan ini menyatakan bahwa klaim Tiongkok tidak memiliki dasar hukum yang kuat berdasarkan UNCLOS.
3. Tindak Lanjut Diplomatik:
Aktor: Filipina, Tiongkok, dan negara-negara lain di kawasan Laut Cina Selatan seperti Vietnam, Malaysia, dan Brunei.
9
Latar Belakang: Setelah keputusan arbitrase, Tiongkok menolak mengakui atau mengikuti keputusan tersebut. Negara-negara yang terlibat dalam sengketa ini terus melakukan negosiasi diplomatik dan diskusi di tingkat regional untuk mencari solusi damai.
4. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations):
Aktor: Negara-negara anggota ASEAN, termasuk beberapa yang terlibat dalam sengketa.
Latar Belakang: ASEAN telah mencoba berperan sebagai mediator dan fasilitator dialog antara negara-negara yang terlibat dalam sengketa. Ini termasuk menciptakan Kode Etik Konduite (COC) di Laut Cina Selatan untuk mengelola sengketa.
5. Aktivitas Militer dan Ketegangan (Berlanjut):
Aktor: Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara-negara lain di kawasan.
Latar Belakang: Ketegangan militer dan aktivitas militer di Laut Cina Selatan, termasuk klaim-klaim wilayah dan penempatan pasukan, terus memperumit sengketa tersebut dan memengaruhi stabilitas di kawasan tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa penanganan sengketa Laut Cina Selatan masih berlanjut, dan meskipun UNCLOS dan keputusan arbitrase internasional memberikan kerangka hukum, sengketa ini tetap memiliki aspek-aspek politik, diplomasi, dan kepentingan nasional yang sangat kompleks. UNCLOS dan mekanisme penyelesaian sengketa yang dimilikinya tetap menjadi alat penting dalam upaya untuk mencapai penyelesaian yang damai dan berkelanjutan untuk sengketa ini.
10 BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
UNCLOS mendorong perlindungan dan pelestarian lingkungan laut melalui ketentuan-ketentuan yang mengatur polusi laut dan tindakan lain yang dapat merusak ekosistem laut. Ini menunjukkan pentingnya menjaga ekosistem laut yang berkelanjutan. Meskipun UNCLOS telah mencapai banyak keberhasilan, masih ada tantangan yang perlu diatasi, seperti sengketa wilayah di Laut Cina Selatan dan dampak perubahan iklim pada laut. Masa depan UNCLOS akan terus berkembang seiring dengan perubahan dalam tatanan dunia. UNCLOS adalah alat penting dalam menjaga keberlanjutan, perdamaian, dan keamanan laut global.
11
DAFTAR PUSTAKA
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). 2002. China Declaration on the Conduct of the Parties.
Aliño, Porfirio M. 2001. The South China Sea-Revisiting The Large Marine Ecosystem Approach. The Marine Science Institute University of the Philippines, Dilliman.
An Arbitral Tribunal Constituted Under Annex VII to The 1982 United Nation Convention On the Law of The Sea, diakses pada https://docs.pcacpa.org/2016/07/PH-CN-20160712-Award.pd
Tirtamulia, Tjondro (2017) Unclos dan Implementasinya. Universitas Surabaya, Surabaya.
https://repository.ubaya.ac.id/30779/
Tirtamulia, Tjondro (2011) Zona-Zona Laut Unclos. Brillian Internasional, Surabaya.
https://repository.ubaya.ac.id/28747/