Pemerintah melalui Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan harus segera menetapkan peraturan mengenai pembatasan bunga pinjaman atau peraturan terkait suku bunga yang wajar untuk pinjaman dan teknologi keuangan. Selain itu, pemerintah harus memberikan kewenangan pengawasan dan memberikan perlindungan tertentu kepada pengguna dan pengelola teknologi finansial. Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus segera menetapkan peraturan mengenai pembatasan bunga pinjaman atau peraturan terkait suku bunga yang wajar untuk pinjaman dan teknologi finansial.
Selain itu, pemerintah harus memberikan kewenangan pengawasan dan memberikan perlindungan tertentu bagi pengguna dan penyedia teknologi keuangan. Saat ini terdapat sebuah teknologi yang mengarah pada inovasi keuangan dengan sentuhan teknologi modern di bidang jasa, yaitu fintech. Di Indonesia sendiri perkembangan financial technology cukup tinggi, perkembangan financial technology-nya didominasi oleh sektor keuangan.
Pada tahun 2016, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan peraturan mengenai teknologi finansial yaitu Peraturan OJK No. 77/POJK.01/2016 tanggal 29 Desember 2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Di Indonesia, perkembangan layanan teknologi keuangan terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu sistem pembayaran, perbankan digital, asuransi online/digital, peer-to-peer (P2P) lending, dan crowdfunding. 4Ika Sri Mawarni, Metodologi Penelitian: “Analisis Persepsi Masyarakat Pengguna Layanan Transaksi Digital Teknologi Finansial” Bandung, Telkom University, 2017.
Oleh karena itu perlu dikaji lebih mendalam, mulai dari Perjanjian Pinjam Meminjam Finansial Teknologi dalam Hukum Perdata dan Perjanjian Pinjam Meminjam Finansial Teknologi berdasarkan Hukum Islam serta akibat hukumnya dalam masyarakat Indonesia 7 Oleh karena itu perlu adanya kepastian hukum dan kepastian hukum. konsekuensi bagi penyelenggara dan pengguna Financial Technology.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan penelitian ini, khususnya mengenai perlunya kepastian dan keabsahan hukum serta akibat hukum dalam Financial Technology, penulis mencoba mengangkat hal tersebut dalam tema. Akad pinjam meminjam uang online (financial technology) dalam perspektif hukum perdata dan hukum Islam”. Apa akibat hukum dari akad pinjam meminjam uang online (Teknologi Finansial) ditinjau dari Hukum Perdata dan Hukum Islam.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait terkait dengan perjanjian pinjaman bagi peminjam yang menggunakan teknologi finansial, khususnya dalam penelitian ini payung hukum bagi pengguna dan pengurus perusahaan yang memberikan pinjaman keuangan melalui teknologi finansial.
Penelitian Terdahulu
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait terkait dengan kontrak pinjaman bagi peminjam yang menggunakan teknologi finansial, khususnya dalam penelitian ini perlindungan hukum bagi pengguna dan pengelola perusahaan pemberi pinjaman keuangan melalui teknologi finansial. meminjam uang secara online. financial technology) ditinjau dari pembentukan hukum perdata dan hukum Islam. Menanyakan keabsahan dan akibat hukum dari perjanjian pinjam meminjam uang online. Sedangkan akad pinjam meminjam uang secara online dikatakan sah asalkan syaratnya terpenuhi, dan ada payungnya.
Hukum perdata dan hukum Islam mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para pihak, sama seperti perjanjian pada umumnya. Namun ada yang patut Anda perhatikan yaitu suku bunga keduanya karena perjanjian tersebut memiliki suku bunga yang tinggi. Sementara itu, akad syariah pinjam meminjam uang secara online juga dikatakan sah jika syaratnya terpenuhi, di bawah payung hukum Fatwa Dewan Syariah.
Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis
Kerangka Konseptual a. Perjanjian
Subjek perjanjian adalah peristiwa di mana seseorang membuat janji kepada orang lain atau di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Dalam bentuknya, perjanjian itu berbentuk rangkaian pakatan yang mengandungi janji atau komitmen yang diucapkan atau ditulis. Dalam kitab al-Misbah al-Munir dan kitab-kitab bahasa lain disebutkan: 'aqada al-habl (mengikat tali) atau 'aqada al-bay' (mengikat jual beli) atau 'aqada al-'ahd (mengikat perjanjian) fan' aqada (maka ia terikat).
Pemahaman umum ini lebih dekat dengan pemahaman kebahasaan dan pemahaman yang tersebar luas di kalangan Maliki, Syafii, dan Hanabilis para fuqaha, yaitu bahwa apapun niat seseorang untuk berbuat baik, itu terjadi karena kemauannya sendiri. Sebagian besar ahli hukum menafsirkannya sebagai kombinasi ijab dan qabul, hubungan antara keduanya sedemikian rupa sehingga tercipta makna atau tujuan yang diinginkan dengan konsekuensi nyata. Dengan demikian, akad adalah suatu perbuatan untuk menciptakan apa yang diinginkan oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian dan qabul.
Menurut Az-Zarqa, dalam pandangan Islam, akad adalah suatu kewajiban hukum yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang sama-sama ingin mengikatkan diri. Persetujuan merupakan pernyataan pertama oleh salah satu pihak, yang mengandung arti keinginan yang jelas untuk mengikat diri. Perjanjian pinjam meminjam termasuk dalam jenis perjanjian pinjam meminjam. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 1754 KUHPerdata yang menyatakan: “Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana suatu pihak memberikan kepada pihak lain sejumlah barang yang dikonsumsi untuk dipakai, dengan syarat pihak yang bersangkutan memberikan jumlah yang sama dalam jenis dan keadaan yang sama. membayar kembali.”
Suatu perjanjian pinjam meminjam dapat timbul karena dilatarbelakangi oleh dua hal, yaitu karena perjanjian pinjam meminjam itu murni dan karena dilatarbelakangi oleh perjanjian lain. Pinjam meminjam yang terjadi semata-mata atas dasar perjanjian pinjam meminjam di sini tidak mempunyai latar belakang terhadap permasalahan tersebut, dan perjanjian tersebut dibuat semata-mata untuk tujuan pinjam meminjam. Kamus Oxford menyebut fintech sebagai program komputer dan teknologi lain yang digunakan untuk mendukung atau mengaktifkan layanan perbankan dan keuangan.
Adapun Fintech diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK/01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Pasal 1 Nomor 3 POJK 77/POJK.01/2016 menyatakan bahwa Layanan Pinjam Meminjam Uang berbasis Teknologi Informasi (Fintech) adalah penyediaan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman dan peminjam dalam rangka melaksanakan perjanjian pinjam meminjam uang dalam rupiah. . mata uang secara langsung melalui sistem elektronik dengan menggunakan Internet. Teknologi Informasi Berbasis Syariah menjelaskan bahwa layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi syariah adalah penyediaan jasa keuangan berbasis syariah yang mempertemukan atau menghubungkan pemberi pembiayaan dengan penerima pembiayaan dengan cara merealisasikan akad pembiayaan melalui sistem elektronik. menggunakan internet.
Sistematika Penulisan
KAJIAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.77/POJK.01/2016 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/12/PBI/2009 tentang uang elektronik. Sementara itu, akad pinjam meminjam uang online dalam syariat Islam juga dikatakan sah jika memenuhi syarat-syaratnya, berdasarkan payung hukum Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia nomor 117/DSN-MUI/II/2018, yang diperbolehkan asalkan sesuai dengan prinsip syariah. Akibat hukum suatu perjanjian pinjam meminjam uang online yang dibuat secara sah menurut hukum perdata dan hukum Islam mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para pihak, sama seperti perjanjian pada umumnya.
Namun, harus diperhatikan tingginya suku bunga pinjaman dan perjanjian pinjaman menurut hukum perdata. Sedangkan hukum Islam melarang bunga dalam akad pinjam meminjam uang karena mengandung riba.
Saran
Fintech Office Bank Indonesia, Perkembangan Teknologi Finansial dan Respons Kebijakan Bank Indonesia, Jakarta, Bank Indonesia. Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Seri Hukum Kontrak (Perjanjian yang Lahir dari Perjanjian), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003. Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Kontrak dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010 .
Mariam Darus Badrulzaman, Berbagai permasalahan hukum dalam perjanjian kredit bank dengan jaminan hipotek dan kendala dalam prakteknya di Medan, PT. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan. Abdul Rokhim, Kekuatan Pembatas Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Kontrak, dalam Jurnal Negara dan Keadilan, Program Pascasarjana Unisma Malang, Vol.
Alfhica Rezita Sari, Metode Penelitian: “Perlindungan hukum bagi peminjam dalam penerapan financial technology berbasis peer-to-peer lending di Indonesia”, Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, 2018 Arief Syaifudin, Perlindungan hukum bagi pihak dalam pelayanan. Teknologi Finansial Berbasis Peer-to-Peer Lending (Studi Kasus Pada PT Pasar Dana Loan Jakarta), Dinamika, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. Ika Sri Mawarni, Metodologi Penelitian: “Analisis Persepsi Masyarakat Pengguna Layanan Transaksi Digital pada Teknologi Finansial”.
Ismiatul Arifiyah, Metodologi Penelitian: “Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Dalam Transaksi Bisnis Teknologi Finansial Berdasarkan Prinsip Syariah”, Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, 2018. Siti Humairoh, dapat diakses dari https://www.islampos.com/financial-technology-dan - finance-syariah-57461/, pukul 14:16 WIB Ethis, dapat diakses melalui https://www.ethis.co.id/cara-membedakan-fintech-dan-.