• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN ILMU ADMINISTRASI

Nana

Academic year: 2023

Membagikan "PERKEMBANGAN ILMU ADMINISTRASI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KULIAH PROGRAM DOKTORAL

MATA KULIAH FILSAFAT IL MU ADMINISTRASI PUBLIK Prof.Dr. Alwi, M.Si

PERKEMBANGAN ILMU ADMINISTRASI

Oleh :

NAMA : NANA PUJI LESTARI NIM : E013221026

PROGRAM STUDI DOKTOR ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

A. Perkembangan Ilmu Administrasi Publik melalui Post Normal Science

Konsep Post Normal Science itu sendiri pertama kali dijelaskan oleh Filsuf Silvio Funtowicz dan Jerome Ravetz pada tahun 1990-an (1992, 1993, 1994) untuk menawarkan pendekatan baru dalam penggunaan sains untuk kebijakan tentang isu isu-isu di mana fakta yang ada berubah-ubah (tidak pasti), perbedaan nilai dan keyakinan, lingkungan yang tidak pasti dan keharusan untuk pengambilan keputusan yang cepat. Mereka menjelaskan untuk memahami kompleksitas sosial dan etika di lingkungan maka diperlukan post normal science. Lebih lanjut mereka berdua menjelaskan bahwa post normal science adalah proses penyelidikan yang objektivitasnya tidak selalu dapat dicapai karena berbagai faktor lingkungan seperti pengaruh politik dalam pengambilan keputusan yang mengganggu pencarian objektivitas, dan akibatnya, kontrol dan prediksi menjadi sangat terbatas. Menurut Funtowicz dan Ravetz post normal science menyajikan suatu pendekatan penelitian yang relevan ketika fenomena yang diamati penuh dengan ketidakpastian, adanya konflik nilai antar pelaku dan berbagai risiko.

Funtowicz dan Ravetz menjelaskan bahwa bahwa post normal science beroperasi dengan tingkat asumsi yang berbeda dibandingkan dengan ilmu-ilmu normal. Tidak seperti ilmu pengetahuan umumnya (normal science) yang menyakini bahwa ilmu itu pasti, terukur, objektif dan bebas nilai. Funtowicz dan Ravetz (2008) mencirikan kebijakan lingkungan sebagai post normal science. Mereka akui bahwa lingkungan berada dalam domain sains. Tetapi isu lingkungan dalam prakteknya tidak bebas nilai. Kita tidak pernah menjadi “tuan dan pemilik” alam. Dalam konteks ini seringkali fakta-fakta dan bukti-bukti ilmiah tidak cukup membantu kita karena apa yang terjadi dalam proses pengambilan keputusan seringkali berbeda dengan apa yang dipelajari di buku pedoman. Ravetz (2011) menjelaskan bertentangan dengan kesan yang disampaikan oleh buku teks, sebagian besar masalah dalam praktiknya memiliki lebih dari satu jawaban yang masuk akal, dan banyak yang tidak memiliki jawaban sama sekali. Ketidakpastian dan kompleksitas isu lingkungan mendorong penggunaan alat intelektual baru untuk mempelajari struktur dan sifat fenomena yang mendasari masalah lingkungan. Dalam hal ini mereka menyerukan pluralis representasi pengetahuan. Mereka menolak konsepsi sempit positivisme sebagai satu cara

(3)

terbaik dan menyerukan pendekatan yang lebih luas dan lebih inklusif dari tradisi epistemik yang berbeda dan metodologi. Post normal science telah diterapkan pada sejumlah bidang berbeda, termasuk ekonomi ekologi (Muller 2003), keamanan pangan (Ravetz 2002), obat-obatan (Laugharne dan Laugharne 2002), dan ilmu iklim (Bray dan von Storch 1999), dan masih banyak bidang lainnya. Semuanya bidang, penelitian dan tindakan ini bergantung pada keputusan sarat nilai menghadapi ketidakpastian.

Dalam konteks pembuatan kebijakan seperti itu, ilmu pengetahuan normal (dalam pengertian Kuhnian, lihat Kuhn 1996) masih diperlukan, tetapi tidak lagi cukup.

Kita dapat menemukan Post Normal Science dalam kaitannya dengan strategi pemecahan masalah yang lebih tradisional pada gambar di bawah ini. Ini memiliki dua sumbu:

• 'Ketidakpastian sistem' yang menyampaikan prinsip bahwa masalahnya tidak berkaitan dengan penemuan fakta tertentu, tetapi dengan pemahaman atau pengelolaan realitas yang kompleks secara inheren.

• 'Keputusan taruhan' yang menyangkut semua berbagai biaya, manfaat, dan komitmen nilai yang terlibat dalam masalah melalui berbagai pemangku kepentingan.

Ketika ketidakpastian sistem atau taruhan keputusan kecil, kita berada di ranah Normal Science, dimana keahlian sepenuhnya efektif. Ketika ketidakpastian sistem atau taruhan keputusan meningkat maka keterampilan, penilaian, dan terkadang bahkan keberanian diperlukan. Ini adalah bidang konsultasi profesional. Dan ketika salah satu atau kedua sistem ketidakpastian atau taruhan keputusan tinggi, ini adalah ranah Post Normal Science (sains pasca-normal).

Dalam Post Normal Science, masalahnya ditetapkan, dan solusinya dievaluasi, berdasarkan kriteria komunitas yang lebih luas yang terpengaruh. Namun demikian, Post Normal Science adalah bentuk penyelidikan yang valid – sejenis sains – dan bukan hanya politik atau partisipasi publik. Ilmu pengetahuan pasca-normal memiliki ciri paradoks bahwa dalam aktivitas pemecahan masalah dominasi tradisional 'fakta keras' atas 'nilai-nilai lunak' telah terbalik.

Penting untuk dipahami bahwa Post Normal Science melengkapi sains terapan dan konsultasi profesional. Ini bukan pengganti bentuk sains tradisional, juga tidak

(4)

menentang klaim atas pengetahuan yang dapat diandalkan atau keahlian bersertifikat yang dibuat atas nama sains dalam konteksnya yang sah.

Dalam Post Normal Science, aktivitas sains mencakup pengelolaan ketidakpastian yang tidak dapat direduksi dalam pengetahuan dan etika, dan pengakuan terhadap berbagai perspektif dan cara mengetahui yang sah. Analisis epistemologis Post Normal Science, yang berakar pada tugas-tugas praktis jaminan kualitas, menunjukkan bahwa perluasan komunitas sebaya, dengan perluasan fakta yang sesuai, diperlukan untuk efektivitas sains dalam memenuhi tantangan baru masalah lingkungan global. Berikut gambaran perkembangan Post Normal Science :

Kemudian Pada tahun 2010, Riccucci menyatakan bahwa administrasi publik sebagai post normal science. Klaim Riccucci ini didasarkan pada analisis yang ia lakukan terhadap penelitian-penelitian yang ada dalam disiplin administrasi publik di Amerika dan Eropa. Dalam bukunya Riccucci menjelaskan jika administrasi publik tidak dapat dikategorikan sebagai normal science, mungkin post normal science adalah klasifikasi yang lebih pas. Jika demikian, bagaimanakah pendekatan penelitian dalam ilmu ini dikembangkan? Bagaimana seharusnya penyelidikan ilmiah dilakukan dalam disiplin ilmu administrasi publik? Bagaimanakah pendekatan penelitian mendalilkan realitas dan kebenaran, dan dengan cara apa kita sampai pada kebenaran dalam administrasi publik - atau, lebih luas lagi, sosial ilmu? Apakah metode “ilmiah” yang mengarahkan kita pada kebenaran? Bagaimana kita tahu jika atau ketika kita telah sampai pada kebenaran? Riccucci

(5)

mengungkapkan ini dalam kontek krisis identitas yang dihadapi oleh disiplin administrasi publik dan disiplin ilmu sosial lainnya pada masyarakat modern saat ini.

Walaupun pemikiran Riccucci ini banyak diperdebatkan, namun setidaknya mampu menggugah dan mengajak dialog para sarjana administrasi publik tentang ragam tradisi penelitian. Tujuannya adalah untuk memperdalam pemahaman dan penerimaan lapangan dari berbagai pertanyaan epistimologis.

Ricucci menolak gagasan untuk percaya bahwa usaha ilmiah itu haruslah didefinisikan hanya oleh satu dari beberapa kemungkinan filosofi pengetahuan saja, yang cenderung mendominasi pendekatan penyelidikan kontemporer di semua ilmu. Riccucci menunjukkan kekeliruan ini dan intoleransi menuju keragaman yang terkadang ditemukan di lapangan.

Salah satu contoh dari masalah yang membutuhkan Post Normal Science adalah Isu Perubahan Iklim. Ilmu iklim, selama beberapa dekade terakhir telah menghasilkan konsesus yang cukup tentang fakta bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam suhu permukaan bumi sejak revolusi industri. Peningkatan suhu ini sebagian besar disebabkan oleh faktor antropogenik atau manusia dan perubahan iklim itu bertanggung jawab perubahan iklim global berskala besar seperti kenaikan permukaan laut, mencairnya lapisan es di kutub, meningkatnya wabah kebakaran hutan menurunkan produktivitas pertanian dan meningkatkan kejadian cuaca ekstrem. Jadi terlepas dari kemajuan ilmu perubahan iklim ini, perlu untuk mengambil tindakan untuk pemecahan masalah sebab perubahan iklim ini merupakan masalah yang masuk dalam kategori sesuatu yang disebut masalah besar dan kompleks yang berarti bahwa ada banyak ketidakpastian dalam sistem dan ada banyak pemangku kepentingan yang terlibat dengan prioritas dan preferensi yang sangat berbeda membuat masalah ini jauh lebih kompleks dan sulit untuk diatasi.

Masalah perubahan iklim disebabkan salah satunya disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dalam bentuk polusi udara namun karena udara yag menyebar dalam skala global, itu bisa sangat sulit bagi suatu negara untuk menentukan penyebab lokal polusi udara dalam wilayah geografis mereka, dan mengambil tindakan yang berarti

(6)

untuk mengurangi polusi udara contoh polusi udara di kota Delhi yang merupakan ibukota negara India.

Pada setiap musim dingin, Delhi diselimuti kabut asap ditebal dan penyebab polusi udara ini bisa apa saja dari emisi kendaraan dari mobil di kota atau di jalan, pembakaran jerami di ladang pertanian di india utara, atau pembakaran petasan pada acara diwali atau kontribusi dari semua faktor ini atau penyebab lainnya. Dari semua penyebab akan sulit ditetapkan sumber polusi yang tepat secara ilmiah atau sebesarnya apa kontribusinya karena sifat masalahnya. Jadi, jika kita mengambil tindakan untuk mengurangi polusi di Delhi dengan mengurangi emisi kendaraan, menhentikan pembakaran jerami, pembakaran petasan saat diwali maka perlu dipahami ada berbagai pemangku kepentingan yang berbeda yang terlibat dalam setiap rangkaian tindakan maka sangat mudah bagi pemangku kepentingan untuk saling menyalahkan satu sama lain dan menghindari tanggung jawab untuk mengambil tindakan. Contoh ini menunjukkan bahwa tindakan sains saja tidak cukup menjadi solusi. Permasalahan perubahan iklim tidak bisa diatasi hanya dengan Sains, ini berarti bahwa perlu dipikirkan kembali pendekatan linier tradisional terhadap kebijakan sains. Pemahaman tradisional kita tentag kebijakan sains adalah bahwa sains harus menginformasikan kebijakan bagi masyarakat kita atau fakta bahwa melakukan lebih banyak sains yaitu mengumpulkan lebih banyak data dan membuat rekomendasi kebijakan berdasarkan sains bukti akan secara otomatis menghasilkan hasil yang lebih baik bagi masyarakat.

Science Policy Society

Tetapi model kebijakan sains ini tidak bekerja dalam permasalahan yang kompleks dan untuk mengatasi masalah sosial yang kompleks dibutuhkan pendekatan lain dimana lembaga ilmiah bekerja sama dengan masyarakat untuk kebijakan desain bersama.

(7)

Science

Policy

Society

B. Artikel yang mendukung pada jurnal internasional bereputasi (scopus) untuk mendukung penjelasan perkembangan ilmu administrasi publik yang berjudul : Post-Normal Science and the complexity of transitions towards sustainability

Dalam artikel dibahas terkait Teori Post-Normal Science. Teori Post-Normal Science kini mendekati keusangan; itu perlu diperbarui dan diperkaya. Dalam perspektif sejarah, PNS berevolusi dari kritik terhadap Risiko Probabilistik Analisis, dan letakkan gagasan politik yang esensial dari Komunitas Sebaya yang Diperluas pada intinya. Menetapkan legitimasi EPC membutuhkan tinjauan metodologi ilmu pengetahuan diproses kebijakan. Waktunya belum matang untuk modifikasi PNS, jadi langkah terbaik adalah mengangkat isu Keberlanjutan. Untuk itu Ravets membuat sketsa teori sistem yang kompleks, dengan perhatian khusus pada patologi dan kegagalan. Itu memberikan dasar untuk penggunaan 'kontradiksi' sebagai masalah yang tidak mampu diselesaikan dengan caranya sendiri, dan juga 'karakteristik'.

Kontradiksi acteristic' yang mendorong sistem ke krisis. Dengan bahan-bahan itu adalah mungkin untuk nyatakan kontradiksi karakteristik dari peradaban industri modern kita, dan berikan sebuah diagram dengan kekuatan heuristik.

Esai ini ditulis untuk menumbuhkan pemikiran baru tentang Post Normal Science dengan rekan-rekan yang terlibat dalam dominasi baru problematis, bukan lagi risiko teknologi melainkan kontradiksi karakteristik keberlanjutan dan kelangsungan hidup. Ini problematis yang khas, meskipun tidak dapat dihitung, tidak ada namun salah satu perhatian utama bagi mereka yang peduli dengan kompleksitas

Multiple Stakeholders Multiple

Uncertainties

(8)

masalah ekonomi ekologi. Mungkin bahkan untuk beberapa orang yang bekerja secara langsung dengan masalah baru ini, dan banyak lagi bagi mereka yang akan membaca makalah yang disajikan dalam spesial ini isu, ikon PNS masih bisa menjadi wawasan yang membebaskan. Mungkin seperti ilmu terapan, konsep Ilmu Post- Normal dapat tetap relevan, untuk situasi tertentu dan sehubungan dengan mengatasi jenis masalah tertentu. Dalam artikel asli dirancang untuk dimasukkan dalam edisi khusus ini yang mencoba mengadaptasi bahwa teori metodologi ilmiah (PNS) yang lebih tua langsung ke resolusi kontradiksi karakteristik baru dari kami peradaban (keberlanjutan dan kelangsungan hidup).

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Kuhn, T. S. (1996). The structure of scientific revolutions (3nd ed.). Chicago, IL:

International Encyclopaedia of Unified Science, University of Chicago Press Ravetz, J. R. (2006). Post-normal science and the complexity of transitions towards

sustainability. Ecological Complexity, 3.

Ravetz, J. R. (2011). “Climategate” and the maturing of post-normal science. Futures 43.

Riccucci, N. M. (2010). Public administration: Traditions of inquiry and philosophies of knowledge. Georgetown University Press.

Sujarwoto. (2020). Kerangka Ilmu (Body of Knowledge). DAPU6209. Edisi 1

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini mempelajari ruang lingkup administrasi, pengertian administrasi, fungsi administrasi, perkembangan ilmu administrasi, administrasi dan manajemen, organisasi,

Deskripsi Singkat : Buku Materi Pokok (BMP) ini membahas tentang pengertian dasar Administrasi Publik, pentingnya studi Administrasi Publik, Hubungan Administrasi Publik

 Deskripsi Mata kuliah : Mata kuliah Kebijakan Publik (3 SKS), membahas tentang pengertian kebijakan, publik dan kebijakan publik, hubungan administrasi negara dan

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK. UNIVERSITAS

Tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Administrasi yang mengangkat bahasan The Social Psychology Of

Sejarah pertumbuhan administrasi publik Silahkan pelajari perkembangannya dari mulai zaman Mesir kuno hingga perkembangan administrasi modern... Pendekatan administrasi publik

DAFTAR KELULUSAN MAHASISWA PROGRAM STUDI MAGISTER S-2 MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA No NAMA NIM

DAFTAR KELULUSAN MAHASISWA PROGRAM STUDI MAGISTER S-2 MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA No NAMA NIM