• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DRIVER OJEK ONLINE AKIBAT PEMBATALAN SEPIHAK OLEH PEMESAN MAKANAN MENURUT HUKUM POSITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DRIVER OJEK ONLINE AKIBAT PEMBATALAN SEPIHAK OLEH PEMESAN MAKANAN MENURUT HUKUM POSITIF"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 615

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DRIVER OJEK ONLINE AKIBAT PEMBATALAN SEPIHAK OLEH PEMESAN MAKANAN MENURUT HUKUM POSITIF

M. Yusuf Rasyad1), Suhendro1), dan Indra Afrita1)

1)

Magister Ilmu Hukum Pascasarjana, Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru Email: [email protected]

Abstract: The purpose of this research is to analyze the validity of the sale and purchase agreement/order food through an online application and to analyze the legal protection against online motorcycle taxi drivers due to unilateral cancellation of food orders. The method used is normative legal research. Based on the results of research that the validity of the Sale and Purchase Agreement or Ordering Food Through Online Applications that the beginning of the emergence of online-based transportation services in Indonesia at this time raises many questions in the community due to unclear arrangements and many inconsistencies in the business journey so that the community and drivers or partners feel harmed by this service. What the community and drivers/partners need is legal certainty from the GO-JEK, UBER, and GRAB applications.

Keywords: Legal protection, Online Ojek, Unilateral Cancellation

Abstrak: Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis Keabsahan Perjanjian Jual Beli/Pemesanan Makanan Melalui Aplikasi Online dan untuk menganalisis Perlindungan Hukum Terhadap Driver Ojek Online Akibat Pembatalan Sepihak Pemesanan Makanan Menurut Hukum Positif. Metode yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Keabsahan Perjanjian Jual Beli/Pemesanan Makanan Melalui Aplikasi Online bahwa awal dari munculnya layanan tranportasi berbasis online di Indonesia pada saat ini memunculkan banyak pertanyaan dalam masyarakat di karenakan pengaturan yang belum jelas serta banyak ketidaksesuaian pada perjalanan usahanya sehingga masyarakat dan driver/mitra merasa dirugikan oleh layanan ini. Yang dibutuhkan masyarakat dan driver/mitra ialah kepastian hukum dari aplikasi GO-JEK, UBER, maupun GRAB.

Kata Kunci: Perlindungan hukum, Ojek Online, Pembatalan Sepihak

Pendahuluan

Pemerintah untuk melindungi driver online yaitu pemerintah membuat Undang- Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik dan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik guna dibuatnya peraturan tersebut agar para pihak dapat berhati-hati dalam transaksi e-commerce dan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 12 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor Yang Digunakan Untuk Kepentingan Masyarakat. Layanan driver online berhasil menawarkan

(2)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 616

berbagai keunggulan dibandingkan angkutan umum lain yang tersedia. Hingga saat ini telah banyak yang menawarkan jasa angkutan umum yang menggunakan kendaraan sepeda motor (ojek) dengan berbasis online atau aplikasi seperti Go-Jek, Grab, Maxim.

Aplikasi Go-Jek, Grab dan Maxim pada umumnya terdapat berbagai macam layanan antara lain: mengirim barang (Go-Send), antar-jemput penumpang (Go-Bike/ Go-Car), dan mengantarkan makanan (Go-Food).

Banyak kerugian yang dialami driver pada saat layanan antar jemput penumpang, dimana penumpang yang sudah memesan tadi memutuskan sepihak atas pesanan tersebut dan juga ada orderan fiktif sehingga driver tadi mengalami kerugian waktu, sedangkan pada layanan mengantarkan makanan (Go-Food,) yang dimana para konsumen akan memesan makanan melalui aplikasi Go-Jek ataupun Grab selanjutnya konsumen memilih makanan apa yang akan dia pilih yang tersedia dalam layanan Go-Food, setelah konsumen memilih makanannya maka secara otomatis akan muncul bukti transaksi antara konsumen dengan driver online di dalam smartphone kedua belah pihak, proses pembayaran pengiriman makanan (Go-Food) ini ada 2 (dua) cara, yakni : pertama, dengan cara Cash On Delivery (COD) adalah metode pembayaran dimana konsumen bisa membayar pesanan secara tunai pada saat pesanan tiba di tujuan. Yang keduanya ialah dengan cara pembayaran elektronik (uang digital) dimana konsumen telah mempunyai saldo dalam aplikasi Go-Jek atau Ovo tersebut, sehingga konsumen sudah membayar langsung biaya pesanan tersebut sebelum pesanan datang di tempat tujuan.

Jika terjadi pembatalan makanan yang dilakukan oleh konsumen dan mengakibatkan kerugian pada driver online maka konsumen dalam hal ini harus bertanggungjawab atas kerugian yang dialami driver online. Pembatalan orderan makanan yang dilakukan oleh konsumen merupakan tindakan wanprestasi, dimana driver online telah melakukan kewajibannya yaitu membeli makanan yang diinginkan konsumen, namun konsumen membatalkan orderannya sehingga mengakibatkan kerugian terhadap driver online. Dalam kasus ini sering terjadi, ketika pada layanan antar-jemput penumpang (Go-Bike/Go-Car) biasanya ketika driver sudah jalan konsumen sepihak mengcansel orderan tersebut bahkan ada yang fiktif juga dan pada layanan mengantarkan makanan (Go-Food), konsumen pada layanan memesan makanan sesuai aplikasi, maka driver tadi membeli makanan tersebut, sehingga ada beberapa konsumen menghilang dan bahkan mengcansel makanan yang dibeli. Pada kenyataanya driver tadi yang menanggung kerugian materi dan waktu akibat pembatalan sepihak pemesanan makanan tersebut.

Dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang diambil yaitu Bagaimanakah Keabsahan Perjanjian Jual Beli / Pemesanan Makanan Melalui Aplikasi Online?. Bagaimanakah Perlindungan Hukum Terhadap Driver Ojek Online Akibat Pembatalan Sepihak Pemesanan Makanan Menurut Hukum Positif?

Metode Penelitian

Dalam Penelitian hukum normatif menggunakan juga prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.

Logika keilmuan yang dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan displin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri. Selanjutnya dijelaskan pula pendekatan penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah Pendekatan Peraturan Perundang-undangan (Statute Approach) adalah pendekatan yang digunakan untuk menelaah seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan atau isu hukum yang dihadapi.

Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) adalah pendekatan yang digunakan yang berangkat dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam

(3)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 617

ilmu hukum. Pendekatan Kasus (Case Approach) adalah pendekatan yang digunakan untuk menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi.

Hasil dan Pembahasan

1. Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pinjaman Yang Berbasis Teknologi Keabsahan Perjanjian Jual Beli / Pemesanan Makanan Melalui Aplikasi Online Teknologi aplikasi merupakan hasil kreativitas para pelaku usaha yang melihat adanya peluang bisnis dalam wilayah di antara pembeli dan penjual jasa. Wilayah itulah yang dikembangkan para pelaku usaha untuk berbisnis dengan menciptakan teknologi aplikasi yang digunakan untuk menghubungkan masyarakat dan pelaku usaha. Kini bermunculan berbagai perusahaan jasa berbasis teknologi aplikasi yang berfungsi untuk mempertemukan masyarakat sebagai pembeli dan penjual secara cepat dan praktis.

Sebagaimana yang juga telah dinyatakan oleh pihak manajemen PT. Go-Jek, PT. GRAB, PT. UBER di Indonesia bahwa perusahaannya bukan perusahaan transportasi, melainkan perusahaan aplikasi yang mana kegiatannya menggunakan teknologi aplikasi sebagai salah satu cara transaksi dalam rangka memberikan kemudahan akses bagi konsumen dalam memesan ojek dang pengiriman barang.

Berdirinya PT. Go-Jek, PT. GRAB, PT. UBER Indonesia ini adalah berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, sehingga Go-Jek menjadi perusahaan yang telah berbadan hukum. Tetapi pada kenyataannya, PT. Go-Jek, PT. GRAB, PT. UBER Indonesia terdaftar di KEMENKUMHAM sebagai perusahaan penyedia jasa aplikasi. Oleh karena itu, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa PT. Go- Jek, PT. GRAB, PT. UBER di Indonesia sebagai suatu perusahaan aplikasi hanya berstatus sebagai pelaku usaha penghubung. Dengan status sebagai pelaku usaha penghubung, maka dapat dicermati bahwa driver Go-Jek, Grab maupun Uber tidak memiliki hubungan kerja dengan PT. Go-Jek, PT. GRAB, PT. UBER. Pada Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan didefinisikan hubungan kerja sebagai hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.

Perusahaan Transportasi Online melakukan perjanjian kemitraan dengan para Driver. Hubungan yang timbul dari perjanjian tersebut membuat Perusahaan Transportasi Online sebagai perusahaan penyedia aplikasi transportasi berfungsi sebagai penghubung atau channel. Kegiatan usaha Perusahaan Transportasi Online adalah menjalankan dan mengembangkan suatu teknologi aplikasi yang kemudian digunakan untuk menghubungkan penyedia jasa dan pengguna jasa. Perjanjian kemitraan ini adalah bentuk umum suatu hubungan hukum antara satu pihak dengan pihak lainnya atas dasar hubungan kemitraan (partnership agreement). Ketentuan umum perjanjian kemitraan adalah Pasal 1338 jo Pasal 1320 KUHPerdata. Sedangkan ketentuan khusus, bisa merujuk pada ketentuan persekutuan perdata dalam Pasal 1618 KUH Perdata Pasal 1641 KUH Perdata, yakni hubungan hukum para pihak antara mitra satu dengan mitra lainnya dengan memasukkan suatu “modal” sebagai pertukaran.

Dalam Perjanjian Kerjasama Kemitraan Elektronik tersebut disebutkan bahwa segala resiko maupun kewajiban yang timbul sebagai akibat dari kelalaian Mitra/Driver merupakan tanggung jawab Mitra/Driver. Apabila Mitra/Driver melanggar kode etik atau ketentuan dalam perjanjian maka PT Go-Jek berhak untuk memberikan sanksi berupaPeringatan tertulis; pembatasan atau penolakan akses mitra/driver kedalam akun aplikasi; pemutusan perjanjian; memproses tindakan mitra/driver secara keperdataan maupun pidana sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh mitra/driver.

Layanan Transportasi Dalam Aplikasi GO-JEK, UBER, maupun GRAB melihat dari ketentuan penggunaan aplikasi GO-JEK, UBER, maupun GRAB saat ini bahwa

(4)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 618

secara keseluruhan isi dalam aplikasi tersebut sudah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata namun apabila kita lihat lebih teliti lagi bahwa terdapat beberapa point yang bersifat bahwa ketentuan penggunaan ini harus patuh dan tunduk terhadap layanan ini.Dalam ketentuan penggunaan aplikasi GO-JEK, UBER, maupun GRAB yang coba penulis uraikan disini, pada point pertama yaitu: "Dengan mengunduh, memasang,dan/atau menggunakan Aplikasi GO-JEK, UBER, maupun GRAB, anda setuju bahwa anda telah membaca, memahami dan menerima dan menyetujui ketentuan penggunaan ini. Ketentuan Penggunaan ini merupakan suatu perjnjian sah antara anda dan PT GO-JEK, PT. UBER, maupun PT. GRAB Indonesia dan Layanan dan Aplikasi (sebagaimana didefinisikan dibawah ini) berlaku pada kunjungan dan penggunaan anda pada situs resmi.

Aplikasi ini memungkinkan konsumen untuk mengirimkan permintaan untuk suatu Layanan kepada Penyedia Layanan. Penyedia Layanan memiliki kebijakan sendiri dan menyeluruh untuk menerima atau menolak setiap permintaan konsumen serta arahan arahan yang diberikan aplikasi ini atas Layanan. Adapun contoh kasus yang pernah terjadi pada driver tersebut baik pada layanan antar-jemput penumpang (Go-Bike/Go- Car), dan mengantarkan makanan (Go-Food) yaitu kasus bahwa order fiktif makanan dengan total pesanan hingga Rp 1 juta Penipuan itu dialami oleh seorang pengemudi ojek online di Yogyakarta pada 31 Mei 2021. Pesanan customer berupa makanan. Driver itu bahkan sampai memerlukan kardus besar untuk membawanya. Driver baru sadar ketika tiba di McD total pesanannya sebesar Rp 1 juta dan mulai curiga order fiktif.

Kecurigaannya semakin menguat saat dia mencoba melakukan konfirmasi lewat telepon.

Suara orang yang mengangkat laki-laki, padahal di aplikasi tertulis nama perempuan.

Orang itu membenarkan orderannya sebanyak Rp 1.077.000 berupa makanan. Setelah itu, driver mengantar ke alamat yang tertera. Ketika tiba di tujuan, rumah dengan alamat itu merupakan rumah tingkat sehingga Mukhoini beranggapan pesanan itu datang dari orang berada. Dia memotret rumah itu dan mengirimkannya kepada customer, tetapi dibalas lokasinya masih harus bergeser, yaitu rumahnya berpagar hijau. Mereka berkomunikasi melalui chat. Akhirnya, driver itu tidak menemukan orang yang dimaksud (Eva).

Aplikasi GO-JEK, UBER, maupun GRAB belum secara sempurna termasuk ke dalam unsur-unsur pada pasal 1320 KUHPerdata. Mengingat dalam klausula Penggunaan Aplikasi GO-JEK, UBER, maupun GRAB menyebutkan bahwa batas minimal usia penggunaan apliasi adalah 21 Tahun. Kenyataan lain bahwa pengguna aplikasi dan penumpangnya adalah anak sekolah yang berusia d i bawah 21 Tahun sehingga pihak GO-JEK, UBER, maupun GRAB dalam aplikasi tersebut tidak bisa secara jelas menyatakan perjanjian ini sah secara hukum. Perlindungan Hukum bagi Konsumen GO-JEK, UBER, maupun GRAB menurut Pasal 1320 KUHPerdata. Sanksi pidana bukanlah yang diharapkan konsumen. Konsumen lebih mengharapkan ganti rugi atas kerugian yang dideritanya. Dalam hal konsumen Layanan Tranportasi dalam Aplikasi GO-JEK, UBER, maupun GRAB dimungkinkan untuk mengajukan gugatan ganti rugi berdasarkan wannprestasi atau perbuatan melawan hukum.

Perlindungan hukum bagi konsumen aplikasi online belum dapat terpenuhi dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen oleh karena itu harus adanya pembaharuan yang terus menerus. Sehingga sendi-sendi perlindungan hukum bagi konsumen yang salah satunya adalah kesederajatan antara pelaku usaha dan konsumen dapat tercapai.

2. Perlindungan Hukum Terhadap Driver Ojek Online Akibat Pembatalan Sepihak Pemesanan Makanan Menurut Hukum Positif

Di dalam proses pembuatan akun, mitra pengendara diwajibkan untuk menyetujui kontrak perjanjian kemitraan yang berada di dalam aplikasi Go-jek, Grab maupun Uber Driver. Kontrak tersebut berbentuk kontrak elektronik dan dibuat secara sepihak oleh

(5)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 619

PT. GO-JEK Indonesia, Grab maupun Uber tanpa melalui proses negosiasi dengan Mitra pengendara. Kontrak tersebut telah disiapkan dan dibuat sedemikian rupa. Mitra pengendara dituntut untuk menyetujui semua klausul yang telah dipersiapkan jika ingin meneruskan kerjasama kemitraan tersebut. Jika ada suatu klausul yang menurut mitra pengendara kurang sesuai dengan kehendak hatinya, mitra pengendara tidak bisa melakukan negosiasi untuk merubah isi klausul kontrak tersebut. Mitra pengendara hanya diberi pilihan untuk menerima seluruh klausul atau mengakhiri kerjasama kemitraan tersebut.

Pelaku bisnis sering kali menyesal ketika suatu kontrak yang dibuatnya bermasalah. Padahal, persoalan hukum tersebut timbul karena ketidakhati-hatian pelaku bisnis ketika menyetujui kontrak tersebut.Umumnya, kesadaran hukum baru terbangun ketka kontrak bermasalah. Terkait dengan seringkali terjadinya kontrak- kontrak bermasalah, maka penting dipahami bahwa hampir seluruh aktivitas bisnis adalah perbuatan hukum dalam ranah hukum bisnis, khususnya hukum kontrak. Menurut Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak yang membuatnya.

Selanjutnya, berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008, informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Dengan demikian, informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagai alat bukti merupakan penambahan terhadap alat bukti yang telah ada dan dikenal sebelumnya dalam hukum.

Berdasarkan Pasal tersebut berarti perjanjian tersebut terjadi ketika Mitra pengendara menggunakan aplikasi GO-JEK, GRAB, maupun UBER Driver saat pertama kali, jika Mitra pengendara tidak melakukan tindakan klik persetujuan maka Mitra pengendara tidak akan bisa menggunakan aplikasi GO-JEK, GRAB, maupun UBER Driver untuk mencari penumpang. Dalam hal ini para pihak telah menyepakati bagaimana cara masing-masing pihak menyatakan bentuk persetujuan. Pada bagian akhir kontrak juga dipertegas kembali pada Pasal 5.7 tentang persetujuan Para Pihak yang berbunyi Perjanjian ini dibuat dan diberikannya persetujuan secara elektronik oleh Driver / Mitra dan Perusahaan Transportasi Online dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga. Setelah tindakan mengklik persetujuan secara elektronik atas Perjanjian ini, maka Driver / Mitra dan Perusahaan Transportasi Online setuju untuk dianggap bahwa Mitra telah membaca, mengerti serta menyetujui setiap dan keseluruhan pasal dalam Perjanjian ini dan akan mematuhi dan melaksanakan setiap pasal dalam Perjanjian dengan penuh tanggung jawab.

Mengenai perubahan tarif yang sering kali turun dan dikeluhkan para mitraa pengendara. Hal tersebut telah diatur dalam perjanjian kemitraan pada pasal 3.3 tentang Pembayaran Oleh Konsumen. Oleh karena itu, PT. GO-JEK Indonesia dapat mengubah tarif dan persentase bagi hasil sewaktu-waktu secara sepihak karena hal tersebut telah diperjanjikan dan mitra pengendara telah memberikan persetujuan akan hal itu. Begitu juga dengan suspend sepihak, dan pemutusan kontrak sepihak telah diperjanjikan pada Pasal 3.2 tentang Penggunaan Aplikasi. Hal tersebut untuk menjaga dari Mitra pengendara yang melakukan kecurangan dan merupakan cara PT.GO-JEK indonesia untuk mengawasi para Mitra, hal tersebut dilakukan demi menjaga kualitas pelayanan dan nama baik PT. GO-JEK Indonesia terhadap konsumen agar tercipta pelayanan yang maksimal dan nantinya akan berimbas juga ke Mitra jika konsumen menyukai pelayanan yang diberikan GO-JEK.

Dalam hal pelanggaran Persyaratan oleh Mitra, Mitra menyetujui bahwa GO- JEK mempunyai hak untuk mengambil segala macam tindakan yang dianggap perlu oleh GO- JEK untuk menyikapi pelanggaran yang dilakukan oleh Mitra atas Persyaratan atau syarat

(6)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 620

ketentuan lain yang berlaku maupun pelanggaran yang dicurigai oleh GO-JEK telah dilakukan oleh Mitra (termasuk namun tidak terbatas kepada melakukan penghimpunan fakta terhadap kegiatan Mitra melalui Aplikasi GO-JEK, pemberian surat peringatan, pemutusan akses Mitra atas Aplikasi GO-JEK baik secara permanen maupun sementara, pengakhiran Perjanjian ini maupun memproses tindakan Mitra melalui gugatan perdata maupun pidana, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku). Akses terhadap akun GO-JEK Driver sangat penting bagi mitra Pengendara, hal tersebut merupakan unsur Esensialia dalam kontrak yang mutlak harus ada, yang tanpa itu kesepakatan untuk mengikatkan diri dengan PT.GO-JEK Indonesia tidak mungkin ada karena Mitra pengendara melakukan perjanjian tersebut bertujuan untuk dapat mengakses aplikasi Go-Jek Driver untuk mencari penumpang melalui aplikasi tersebut.

Dari pembahasan di atas dapat dilihat ketika Mitra menderita kerugian yang bukan merupakan akibat dari kesalahannya, maka yang bertanggungjawab adalah Driver dan Transportasi Online Menurut Ahmadi Miru terdapat perbedaan esensial antara tuntutan ganti rugi yang didasarkan pada wanprestasi dan ganti rugi yang didasarkan perbuatan melanggar hukum. Ganti rugi yang diperoleh karena adanya wanprestasi merupakan akibat tidak dipenuhinya kewajiban utama atau kewajiban sampingan dalam perjanjian.

Dalam kasus seperti di atas ketika mitra meminta pertanggungjawaban kepada Perusahaan Transportasi Online mengenai pelayanan pemesanan makanan melalui aplikasi Go-Food, yang dimana konsumen menghilang, melakukan penipuan kepada penyedia jasa dan tidak membayar harga makanan tesebut kepada mitra, maka Transportasi Online memberikan ganti rugi kepada mitra berupa mengganti segala kerugian yang diderita mitra sesuai dengan nominal yang tertera pada struk pembelian makanan. Namun Transportasi Online tidak mengganti kerugian tenaga dan biaya yang dilakukan dalam pelaksanaan pelayanan dan keuntungan yang diharapkan.

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis antara lain Keabsahan Perjanjian Jual Beli / Pemesanan Makanan Melalui Aplikasi Online bahwa awal dari munculnya layanan tranportasi berbasis online di Indonesia pada saat ini memunculkan banyak pertanyaan dalam masyarakat di karenakan pengaturan yang belum jelas serta banyak ketidak sesuaian pada perjalanan usahanya dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata sebagai dasar dari syahnya suatu perjanjian.

Sehingga masyarakat dan driver / mitra merasa dirugikan oleh layanan ini, yang dibutuhkan masyarakat dan driver / mitra ialah kepastian hukum dari aplikasi GO-JEK, UBER, maupun GRAB mengenai kebenaran dari klausula yang menyatakan batas minimal usia penerima layanan GO-JEK, UBER, maupun GRAB. Dalam Syarat sahnya Perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata apabila tidak sesuai dengan keseluruhan dari 4 ayat dalam Pasal 1320 KUHPerdata tersebut, maka perjanjian ini dapat menjadi Batal Demi Hukum atau apabila perjanjian. Perlindungan Hukum Terhadap Driver Ojek Online Akibat Pembatalan Sepihak Pemesanan Makanan Menurut Hukum Positif bahwa pemesanan makanan melalui aplikasi Go-Food, dan pemesanan makanan tersebut dibatalkan konsumen, sehingga konsumen menghilang dan tidak membayar harga makanan tesebut kepada driver / mitra, maka driver / mitra seharusnya meminta kepada Perusahaan Transportasi Online untuk memberikan ganti rugi kepada mitra berupa mengganti segala kerugian yang diderita mitra sesuai dengan nominal yang tertera pada struk pembelian makanan.

(7)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 621

Daftar Pustaka

[1] Ahmadi Miru, 2010, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta:

Rajawali Press.

[2] __________, Sutarman Yodo, 2015, Hukum Peerlindungan Konsumen, Jakarta: Grafindo Persada.

[3] Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas, 2011, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, Jakarta: Salemba Empat.

[4] Bernard L Tanya dkk, 2013, Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Yogyakarta: Genta Publising.

[5] Janus Sidalabok, 2014, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Medan: Citra Aditya Bakti.

[6] M. Ali Mansyur, 2007, Penegakan Hukum Tentang Tanggung Gugat Produsen Dalam Perwujudan Perlindungan Konsumen, Yogyakarta: Genta Press.

[7] Nining Latianingsih, berjudul “Prinsip Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Transaksi Elektronik Menurut Undang-Undang Informasi Dan Transaksi Elektronika, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol 11, No. 2, Desember 2012.

[8] Peter Mahmud Marzuki, 2016, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Cetakan XII, Jakarta: Prenada Media Group.

[9] Ridwan Khairandy, 2014, Pokok-Pokok Hukum Dagang, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta : Press.

[10] Salim HS, 2010, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika.

[11] Samuel M. P Hutabarat, 2010, Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum Perjanjian, Jakarta: Garsindo.

[12] Suhendro, 2020, Tumpang Tindih Pemahaman Wanprestasi Dan Perbuatan Melawan Hukum Dalam Wacana Akademik Dan Praktik Yudisial, Cetakan Kedua, Pekanbaru: Unilak Press.

[13] Sylvia Diansari dkk, 2010, “Pertanggungjawaban Hukum Pelaku Usaha dalam Hukum Perlindungan Konsumen” Makalah diterbitkan, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan.

[14] Zulham, 2013, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penulisan tugas akhir, untuk mengetahui akibat hukum dan perlindungan hukum terhadap calon jamaah haji dari pembatalan perjanjian sepihak yang dilakukan oleh

berbentuk tesis dengan judul: “ PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR AKIBAT PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN KREDIT KARENA OBJEK JAMINAN YANG TIDAK SAH .”.

Penulis telah menemukan masalah dalam penulisan skripsi ini dan menyusun rumusan masalah yaitu yang pertama adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap penumpang ojek

Hambatan-hambatan dalam perlindungan hukum terhadap customer ojek online sebagai korban tindak pidana pelecehan seksual dalam transportasi online di Kota Denpasar, terdapat

Faktor risiko microsleep akibat lama durasi kerja pada driver ojek online di Antapani Bandung didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat kecenderungan

Pada layanan Go-Food ada pihak-pihak yang berkaitan satu dengan yang lain yaitu: Konsumen yang melakukan pemesanan makanan yang melalui aplikasi Go-Jek dan memilih pembayaran tunai

Hasil penelitian Insan Kharistis Dakhi dan Dwita Sari Br Sembiring dalam jurnal yang berjudul “Pembatalan Sepihak Pada Perjanjian Jual Beli Online dengan Metode Cash On Delivery”

Berdasarkan analisis pada penelitian ini, ditemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen pria dalam melanjutkan pemesanan terhadap driver ojek online wanita adalah