1 A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan ekonomi Nasional suatu Negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun masyarakat. Dalam pencerminan kehendak untuk terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam rangka mencapai hal tersebut diperlukan berbagai sarana penunjang, antara lain berupa tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi, yaitu pada pasar modal yang dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan sehingga sasaran yang diinginkanpun dapat tercapai.1 Di dalam penjelasan Undang- Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan tujuan pasar modal adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pasar modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha kecil dan menengah untuk pembangunan usahanya. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kerangka hukum salah satunya yang dapat memberikan
1 Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Rev.Ed, Cet II, Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2008) hlm 16.
perlindungan kepada para investor, sehingga menumbuhkan kepercayaan para pemodal untuk berinvestasi.
Kepercayaan dan kredibilitas pasar merupakan hal utama yang harus tercermin dari keberpihakan sistem hukum pasar modal pada kepentingan investor dari perbuatan-perbuatan yang dapat menghancurkan kepercayaan investor.
Keberpihakan hukum kepada investor dapat dilihat dari penegakan hokum pasar modal oleh otoritas pasar modal. Hal ini merupakan bagian dari penegakan hukum pasar modal oleh otoritas pasar modal. Hal ini merupakan bagian terpenting dalam rangka melahirkan industri pasar modal yang efisisen, transparan, dan terpercaya bagi setiap pihak yang melakukan kegiatan investasi di dalamnya.
Penegakan hukum di pasar modal merupakan bagian terpenting dalam rangka melahirkan industri pasar modal yang efisien, transparan, dan terpercaya bagi setiap pihak yang melakukan kegiatan investasi di dalamnya sekaligus untuk melindungi asset investor melalui Dana Perlindugan Pemodal (DPP). Dana Perlindungan Pemodal merupakan salah satu bahan dalam pengkajian hukum bisnis yang menjadi suatu sasaran yang tepat, mengingat fungsi dan eksistensi dana perlindungan pemodal dalam derap perlindungan hukum terhadap asset investor.
Dana Perlindungan Pemodal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas terhadap asset investor yang meningkatkan kesehjateraan dalam rangkai mencapai tujuan tersebut, pasar modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha , termasuk usaha menegah dan kecil untuk pembangunan usahanya, sedangkan di sisi lain pasar modal
merupakan sarana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan menengah.
Bagi investor pemodal pemula, masih minimnya informasi yang didapatkan, pengetahuan dan pemahaman yang kurang, serta jaminan terhadap perlindungannya. Ditambah lagi pemikiran mereka tidak mau berinvestasi karena takut terhadap isu investasi bodong yang menjanjikan berbagai keuntungan.
Apalagi disebabkan berbagai hal yang tidak diduga atau diluar sepengetahuan investor, beberapa masalah yang sering terjadi dilingkungan masyarakat adalah :
Wanprestasinya manajer investasi memberikan tawaran-tawaran yang menggiurkan agar banyak orang yang masuk investasi kedalam siklus dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa bahwa ada orang yang berhasil berkat investasi itu yang mengakibtakan kerugian kepada konsumen seperti kasus yang terjadi dikota medan yaitu Indra kenz, ada juga isu Perusahaan bangkrut, kesulitan di dalam likuidasi, dan defaultnya bank kustudion sebagai tempat penitipan kolektif. Hal ini terlihat pada perkembangan nilai transaksi pasar modal pada 7 kuartal I/2014 meningkat 50% berdasarkan data dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Riau . Namun jumlah investor berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada kuartal I/2014 baru mencapai 4.693 investor. Tentu sangat jauh dari jumlah penduduk Propinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat Statistisk (BPS), dari sensus penduduk 2010 dimana jumlah penduduk mencapai 5,5 juta jiwa. Perlindungan pemegang unit penyertaan ini sangat penting bagi mereka dalam mendapatkan kepastian dan penegakan hukum.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai penelitian yang berjudul, “Perlindungan Hukum Terhadap Asset Investor Pada Pasar Modal Melalui Dana Perlindungan Pemodal (DPP)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa bentuk upaya perlindungan hukum untuk melindungi asset investor pada pasar modal melalui Dana Perlindungan Pemodal (DPP)?
2. Bagaimanakah cara perlindungan hukum terhadap asset investor pada pasar modal melalui Dana Perlindungan Pemodal (DPP)?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk upaya perlindungan hukum untuk melindungi asset investor pada pasar modal melalui Dana Perlindungan Pemodal (DPP)
2. Untuk mengetahui cara perlindungan hukum terhadap asset investor pada pasar modal melalui Dana Perlindungan Pemodal (DPP)
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun kegunaan penelitian tersebut adalah antara lain sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Manfaat penelitian ini antara lain untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya pengembangan ilmu hukum pada umumnya, serta khususnya untuk pengembangan ilmu hukum yang berkaitan dengan Perlindungan aset investor dipasar modal
2. Secara Praktis
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sepeti penegak Hukum, yaitu Hakim, Jaksa, Pengacara, Kepolisian dan Penyelesaian kasus-kasus tentang dipasar modal dan juga bagi masyarakat serta para pelaku bisnis didalam rangka peningkatan dan efisiensi serta efektivitas bisnis, terutama dengan cara mengetahui Perlindaungan aset inverstor dipasar modal melalui Dana Perlindungan Pemodal (DPP)
2.1 Manfaat bagi Peneliti
a. Memperdalam ilmu khususnya mengenai Perlindaungan aset inverstor dipasar modal melalui Dana Perlindungan Pemodal (DPP)
b. Sebagai syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Hukum (S1) di Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen.
6 A. Tinjauan Tentang Perlindungan Hukum
Menurut R. La Porta dalam Journal of Financial Economics, bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).2 Bentuk perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi- institusi penegak hukum seperti pengadilan, kepolisian dan lembaga penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Hal ini sejalan dengan pengertian hukum menurut Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan bahwa hukum memiliki pengertian beragam dalam masyarakat dan salah satu yang paling nyata dari pengertian tentang hukum adalah adanya institusi- institusi penegak hukum.3
Perlindungan hukum sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan.
Menurut pendapat Soediman Kartohadiprodjo, pada hakikatnya tujuan adanya hukum adalah mencapai keadilan. Maka dari itu, adanya perlindungan hukum merupakan salah satu medium untuk menegakkan keadilan salah satunya penegakkan keadilan di bidang ekonomi khususnya pasar modal. Penegakan hukum dalam bentuk perlindungan hukum dalam kegiatan ekonomi bisnis khususnya pasar modal tidak bisa dilepaskan dari aspek hukum perusahaan4.
Khususnya mengenai perseroan terbatas, karena perlindungan hukum dalam pasar modal melibatkan para pihak pelaku pasar modal terutama pihak
2 Rafael La Porta, “Investor Protection and Corporate Governance”, Journal of Financial Economics, no. 58, (Oktober 1999): hlm. 9
3 Soedjono Dirdjosisworo Investor Protection and Corporate Governance”, Journal of Financial Economics, no. 58, (Oktober 1999): hlm. 78
4 RT Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan:
Bentuk-bentuk perusahaan yang berlaku di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 5-8
7
emiten, investor dan lembaga-lembaga penunjang kegiatan pasar modal yang mana para pihak tersebut didominasi oleh subjek hukum berupa badan hukum berbentuk perseroan terbatas.
Subjek hukum dalam hukum perdata terdapat dua subjek hukum, yaitu subjek hukum orang pribadi dan subjek hukum berupa badan hukum. Subjek hukum orang pribadi atau natuurlijkepersoon adalah orang atau manusia yang telah dianggap cakap menurut hukum. Orang sebagai subjek hukum merupakan pendukung atau pembawa hak sejak ia dilahirkan hidup sampai ia mati 5. walaupun ada pengecualian bahwa bayi yang masih dalam kandungan ibunya dianggap telah menjadi sebagai subjek hukum sepanjang kepentingannya mendukung untuk itu. 6
Selanjutnya, subjek hukum dalam hukum perdata adalah badan hukum atau rechtspersoon. Badan hukum merupakan kumpulan manusia pribadi atau pula dapat merupakan kumpulan dari badan hukum. Pembagian badan hukum ada dua bentuk, yaitu badan hukum publik atau Publiek Rechtspersoon dan badan hukum privat atau Privaat Rechtspersoon.
Menurut Satjipto Rahardjo, hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya secara terukur. Kepentingan merupakan sasaran dari hak karena hak mengandung unsur perlindungan dan pengakuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum atau legal protection merupakan kegiatan untuk
5 H.R. Sardjono dan Frieda Husni Hasbullah, Bunga Rampai Perbandingan Hukum Perdata, hlm. 143
6 Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menjaga atau memelihara masyarakat demi mencapai keadilan. Kemudian perlindungan hukum dikonstruksikan sebagai; 7
a) Bentuk pelayanan, pelayanan ini diberikan oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan,
b) Subjek yang dilindungi
B. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Investor
Satjipto Raharjo mengatakan bahwa hukum hadir dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertentangan satu sama lain. Pengkoordinasian kepentingan- kepentingan tersebut dilakukan dengan cara membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut.
Perlindungan hukum dalam Bahasa Inggris disebut legal protection, sedangkan dalam bahasa belanda disebut rechtsbecherming. Harjono mencoba memberikan pengertian perlindungan hukum sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum, ditujukan kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu dengan menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam sebuah hak hukum. Dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan dengan berlandaskan hukum dan perundang-undangan.
Perlindungan hukum bagi setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali, dapat ditemukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, untuk itu setiap produk yang dihasilkan oleh legislatif harus senantiasa mampu memberikan jaminan perlindungan hukum bagi semua orang, bahkan
7 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini, “Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi”, cet.I, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 261.
harus mampu menangkap aspirasi-aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan yang mengatur tentang adanya persamaan kedudukan hukum bagi setiap warga negara8.
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dikemukakan, penanam modal atau investor adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.9 Investor adalah pihak terpenting yang berperan dalam kegiatan pasar modal.Bisa dikatakan salah satu indikator terpenting dalam pasar modal adalah keberadaan investor. Investor yang terlibat dalam pasar modal Indonesia adalah investor domestik dan asing, perorangan dan institusi yang mempunyai ciri berbeda.
Investor sangat berpengaruh dalam perkembangan Pasar Modal. Dewasa ini investor asing lebih memiliki peran aktif untuk menyatakan kebutuhan dan kepentingannya, investor domestik lebih banyak bersikap pasif mengikuti investor asing. Seluruh elemen yang terlibat diharapkan dapat mengondisikan investor dengan informasi mengenai kebijakan dan penerbitan peraturan perundang- undangan.10
1. Jenis Investor
a. Investor Domestik
Kehadiran investor domestik di pasar modal sangatlah diharapkan, karena hanya dengan investor domestik yang kuat akan mendukung pasar modal yang stabil dan tidak mudah dipermainkan oleh pihak-pihak tertentu,
8https://www.researchgate.net/publication/318927496, diakses pada tanggal 01 Oktober 2022 pada pukul 15.00 Wib
9 Hendrik Budi Untung. 2010. Hukum Investasi.Jakarta: Sinar Grafika, hlm 3.
10 M. Irsan Nasarudin, Op.Cit., hlm 165-166.
seperti investor asing yang dengan mudah memindahkan investasinya.
Perkembangan investor domestik di pasar modal Indonesia belumlah dapat dibanggakan, karena masih jauh dari yang diharapkan.Dapat digambarkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih 220 juta jiwa, tetapi yang terlibat berinvestasi di pasar modal kurang dari 1 %.Dapat dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Contoh Malaysia, dengan penduduk 20 juta jiwa, jumlah pemodal domestiknya mencapat 7 juta orang berarti 35%. Bayangkan jika investor domestik Indonesia cukup 20% saja maka sudah menjadi kekuatan yang luar biasa. Hal ini meenjadi pemikiran semua pihak agar pasar modal Indonesia dapat sejajar dengan pasar modal yang lain. Tren di pasar modal di Negara-negara yang sudah maju ataupun yang sudah berkembang memiliki kecenderungan bahwa kegiatan industri sekuritas diarahkan kepada kegiatan bisnis yang mirip dengan industri perbankan, yaitu penggarapan yang sangat sensitif atas pasar ritel melaui penyediaan jasa yang variatif dan kompetitif dan berkualitas tinggi serta ditunjang oleh jaminan keamanan investasi yang dapat dipercaya.untuk menggarap lebih banyak pemodal domestik, industri efek perlu mengikuti langkah yang dilakukan oleh industri perbankan yaitu melalui perluasan jaringan bisnis(networking) dengan inovasi-inovasi produk yang menarik agar lebih banyak investor domestik mengalihkan investasinya ke pasar modal dengan tingkat provit yang lebih kompetitif.
b. Investor Asing
Masih banyaknya persoalan politik dan ekonomi yang terjadi di Indonesia, serta penegakan hukum yang lemah, tidak adanya jamianan keamanan
(country risk) yang memadai membuat banyak sekali investor asing mundur dari pasar modal. Terjadinya penurunan baik dari segi jumlah maupun nilai investasi asing di Indonesia menunjukan bahwa saat ini Indonesia semakin tidak menarik untuk iklim berinvestasi.Persoalan politik, keamanan, dan ekonomi yang tidak kunjung selesai, membuat para investor asing menunggu saat yang tepat untuk dating kembali. Akan tetapi, apabila persoalan-persoalan di atas dapat di atasi, tanpa di undang investor itu akan masuk lagi karena Indonesia sangat menjanjikan dengan pasar yang demikian besar.11
2. Bentuk Tujuan Investor
a. Investor dengan tujuan mendapatkan deviden investor yang membeli saham suatu perusahaan untuk memperoleh deviden akan mencari perusahaan- perusahaan yang sudah sangat stabil dan dapat memberikan kepastian keuntungan yang diharapkan dapat memberikan deviden yang cukup dan terjamin setiap tahunnya. Keinginan untuk memperoleh kenaikan harga saham (capital gain). Investor yang termasuk dalam kelompok tersebut yaitu orang atau lembaga yang mengharapkan penghasilan tetap seperti pensiunan, pengelola dana pensiun dan asuransi.
maka, para investor ini kurang aktif dalam perdagangan saham dibursa.
b. Investor dengan tujuan berdagang
Pada lantai bursa kekuatan permintaan dan penawaran yang menimbulkan naik turun nya harga saham memberikan daya tarik bagi para investor tertentu guna mendapatkan posisi sebagai pedagang dengan
11 Ibid., hlm 168-169.
memperjualbelikan saham mereka di. Dengan maksud mendapatkan keuntungan dari selisih positif harga beli dengan harga jual (capital gain) sebagai sumber pendapatan mereka. Mereka inilah para pihak yang aktif dalam kegiatan perdagangan di bursa, yaitu ketika suatu saham terjadi penurunan harga mereka melakukan aksi beli, dan ketika harga saham tersebut mengalami kenaikan harga merka menjualnya. Berbeda dengan kelompok pemodal pertama di atas, orang-orang yang berjiwa pedagang akan terjun secara perseorangan atau membentuk perusahaan untuk bergerak di bidang perdagangan efek atau dalam kegiatan pasar modal.
c. Investor dengan tujuan memiliki perusahaan
Investor ini sesungguhnya tidak tertarik untuk memperoleh deviden atau capital gain, namun memiliki kepentingan untuk memiliki perusahaan (owner), sehingga investor ini lebih mencari saham perusahaan dengan nama dan reputasi yang baik. Kelompok ini tidak aktif dalam perdagangan saham di bursa dan biasanya merupakan pemodal yang telah memiliki kehidupan mapan dan benar-benar melakukan investasi dalam perusahaan.
Kelompok pemodal ini tidak mudah panik atau gelisah jika terjadi perubahan harga saham yang kurang berarti, dan mereka tidak tertarik menjual saham nya hanya karena pertimbangan deviden atau harga.
d. Investor spekulator
Kelompok spekulator adalah pemodal yang aktif dalam kegiatan jual beli suatu saham berdasarkan faktor-faktor spekulasi. Resiko investasi seperti informasi-informasi tentang perusahaan, politik, ekonomi dianalisis secara rasional dalam mengambil keputusan investasi sehingga dapat mengukur
resiko investasi. Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya pengambilan keputusan secara rasional ini tidak dilakukan oleh para spekulator, yang mengakibatkan tindakan para spekulator di anggap perjudian oleh masyarakat. Spekulator lebih mencari saham suatu perusahaan yang belum berkembang namun mereka yakin akan memiliki prospek yang baik kedepannya.12
C. Tinjauan Umum Tentang Pasar Modal
Pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual- belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta Pada dasarnya pasar modal hampir sama dengan pasar-pasar lain.13 Untuk setiap pembeli yang berhasil, selalu harus ada penjual yang berhasil.
Jika jumlah orang yang ingin membeli lebih banyak dibandingkan dengan orang yang ingin menjual, harga akan menjadi semakin tinggi dan bila tidak ada seorangpun yang membeli dan banyak yang mau menjual maka harga akan jatuh.
Yang membedakan pasar modal dengan pasar lain adalah komoditas yang diperdagangkan.
Pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar abstract, karena yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Menurut Usman , umumnya surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat pemilikan. Surat berharga yang
12 M Paulus Situmorang. 2008. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana Media, hlm 83-85.
13 Rafael La Porta, “Investor Protection and Corporate Governance”, Journal of Financial Economics, no. 58, (Oktober 1999): hlm. 9
bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham.14
Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahaan.Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek .
Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, maka jelaslah bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat. Pasar uang dan pasar modal berkembang dengan pesat, baik dalam bentuk saham maupun instrumen hutang.
Banyak perusahaan yang relatif kuat tidak lagi menggantungkan dana kepada bank, mereka memandang pasar modal sebagai alternatif pembiayaan yang sering sekali dianggap lebih murah serta lebih menguntungkan. Semakin banyak perusahaan yang membiayai investasinya dengan mengeluarkan surat hutang sebagai alternatif dari kredit bank. Peran tradisonal bank sebagai intermediasi cendrung menurun, sebaliknya peran lembaga keuangan bukan bank semakin meningkat. Pasar modal merupakan sarana yang memungkinkan bagi
14 Usman Nugroho Penerapan Teori Hukum”, cet.I, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2015),hlm. 269
investor untuk melakukan pilihan investasi pada berbagai alternatif aset, sedangkan bagi perusahaan, pasar modal digunakan untuk mendapatkan tambahan dana jangka panjang guna membiayai kegiatan usahanya. Pasar modal sebagai salah satu alternatif investasi berfungsi sebagai penyalur dana dari lender (pihak yang kelebihan dana) kepada borrower (pihak yang membutuhkan dana) dalam waktu jangka panjang. Hal ini sesuai dengan Efek-efek yang terdapat dalam pasar modal diperdagangkan pada dua jenis pasar. 15
a. Pasar Perdana, pasar perdana merupakan pasar tempat perusahaan pertama kali menawarkan efek secara langsung oleh emiten kepada investor tanpa melalui bursa efek. Pemasaran efek dalam pasar perdana dilakukan oleh penjamin emisi (underwriter), broker, atau perusahaan efek sehingga harga perdana atau harga yang pertama ditawarkan merupakan keputusan bersama antara perusahaan go public dengan underwriter. Selain sebagai pemberi saran (advisory function), underwriter juga berfungsi sebagai pembeli saham (underwritingfunction) dan sebagai pemasar saham ke investor (arketing function). Sebagai underwritingfunction, apabila sebagian saham atau obligasi yang ditawarkan dalam pasar perdana tidak terjual, underwriter akan membeli sendiri efek yang tidak terjual. Ini merupakan salah satu resiko penjamin emisi, oleh karena itu biasanya penjamin emisi merupakan kelompok (konsorsium) yang secara bersama- sama menjamin penjualan saham atau obligasi emiten dengan tujuan untuk memperkecil resiko penjamin emisi.
15 Usman Nugroho Penerapan Teori Hukum”, cet.I, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2015),hlm. 274
b. Pasar Sekunder, pasar sekunder merupakan tempat terjadinya transaksi jual-beli efek antar investor, baik secara langsung maupun melalui Perantara Pedagang Efek (PPE) di bursa efek. Bila pada pasar perdana harga efek adalah tetap, maka di pasar sekunder harga masing- masing efek berfluktuasi dengan kekuatan permintaan dan penawaran atas efek tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan efek atau surat-surat berharga mulai dari transaksi di pasar perdana dan pendaftaran sekuritas di pasar sekunder, serta pasar-pasar publik yang menerbitkan saham seperti Bursa Efek Indonesia (BEI). pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah.
Pemerintah sangat berkepentingan dalam dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasar modal bisa mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri. Oleh karena itu pasar modal mempunyai beberapa fungsi antara lain:
a. Sebagai Sumber Penghimpun Dana Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal. Selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan secara konvensional. Ada beberapa keterbatasan apabila perusahaan memanfaatkan bank sebagai sumber dana. Keterbatasan tersebut adalah jumlah dana yang bisa ditarik dari perbankan terbatas, karena pada industry perbankan dikenal dengan adanya legal lending limit atau Batas
Maksimal Pemberian Kredit (BMPK). Sehingga bila peruahaan ingin menggalang dana yang jumlahnya relatif besar akan terhambat dengan aturan perbankan tersebut. Oleh karena itu perusahaan bisa masuk ke pasar modal untuk menggalang dana yang besarnya sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada batasan besarnya dana.
b. Sebagai Sarana Investasi Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek- efek yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Sementara, pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntungan yang relative kecil. Dengan adanya surat berharga yang mudah diperjualbelikan, maka bagi investor merupakan alternative instrument invetasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan mudah memindahkan dananya dan satu perusahaan ke perusahaan lainnya atau dan satu industry ke industri lainnya. Oleh karena itu pasar modal sebagai salah satu alternative instrument penempatan dana bagi investor selain di perbankan atau investasi langsung lainnya.
c. Pemerataan Pendapatan Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik perusahaan terbatas pada personal- personal pendiri perusahaan yang bersangkutan. Dengan go publicnya peruahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen, sehingga semula hanya dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat.
d. Pendorong Investasi Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk memajukan pembangunan dan perekonomian negaranya.Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memajukan pembangunanmembutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing. Untuk mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka. Salah satu iklim investasi yang kondusif adalah likuidnya pasar modal. Semakin baik pasar modal, semakin banyak perusahaan yang akan masuk.
D. Tinjauan Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 1. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 55 UU No. 21 Tahun 2011, disahkan pada tanggal 22 November 2011 dan diundangkan pada tanggal 22 November 2011. Tanggal 31 Desember 2012 pengaturan dan pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan non bank lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal ke Otoritas Jasa Keuangan. Tanggal 31 Desember 2013 pengaturan dan pengawasan perbankan beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 1 Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas jasa keuangan merupakan lembaga independen dan berkedudukan di luar pemerintah sehingga OJK dalam mengambil keputusan, menjalankan fungsi, tugas dan wewenangnya bebas dari segala macam intervensi ataupun campur tangan dari pihak manapun. Sifat independensi yang dimiliki OJK diharapkan mampu memberikan energi posfitif bagi pelaksanaan kegiatan di sektor jasa keuangan.
2. Tugas dan Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan a. Tugas Otoritas Jasa Keuangan
Ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 bahwa Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
1) Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;
2) Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan 3) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
OJK mengatur dan mengawasi lembaga keuangan bank dan non bank sehingga ada penyatuan antara tugas pengaturan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh OJK. Pengawasan harus diimbangi dengan pengaturan. Tugas pengaturan OJK dititikberatkan pada pemenuhan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan baik perbankan maupun non bank serta mencegah dan mengurangi
kerugian konsumen dan masyarakat, sedangkan tugas pengawasan OJK dititikberatkan kepada pengawasan (kontrol) terhadap kegiatan jasa keuangan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen dan menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.
b. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan
Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan menetapkan peraturan pengawasan di sektor jasa keuangan dan menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan berdasarkan ketentuan Pasal 7 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 meliputi:
a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:
1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank;
dan
2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
3. sistem informasi debitur;
4. pengujian kredit (credit testing); dan 5. standar akuntansi bank;
c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
1. manajemen risiko;
2. tata kelola bank;
3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan
4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan d. pemeriksaan bank.
Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dan bekerjasama dengan Bank Indonesia. Koordinasi kedua lembaga diwujudkan dalam beberapa hal yaitu OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam pembuatan peraturan pengawasan di bidang perbankan dan Bank Indonesia bersama OJK akan bertukar informasi perbankan, serta Bank Indonesia dalam kondisi khusus dapat melakukan pemeriksaan kepada bank setelah berkoordinasi dengan OJK. OJK juga menjaga koordinasi dengan lembaga lain yaitu Kementrian Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan dengan tujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.16 Penjelasan Pasal 7 Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan mengatakan bahwa Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, sedangkan lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
16 Metia Winati Muchda, Maryati dan Dasrol, 2014, “Pengalihan Tugas Pengaturan dan Pengawasan Perbankan Dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan”, Jurnal Ekonomi, Vol- 22/No-02/Juni/2014, Fakultas Hukum Universitas Riau, Riau, hlm. 9.
OJK membantu Bank Indonesia melakukan pengawsan secara macropudential melalui himbauan moral kepada sektor jasa perbankan, misalnya menghimbau perbankan pemberi kredit agar berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar. Kewenangan OJK dalam melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana tercantum dalam Pasal 8 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan meliputi:
a. Menetapkan peraturan pelaksana Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan;
b. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
c. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
d. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
e. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
f. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan;
h. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan
i. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Kewenangan OJK melaksanakan tugas pengaturan dilaksanakan oleh pengelola statuter yaitu orang perseorangan atau badan hukum yang ditetapkan OJK. Pengelola statuter melaksanakan kewenangan OJK, antara lain untuk memenuhi peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan, mencegah dan
mengurangi kerugian Konsumen dan masyarakat, dan sektor jasa keuangan dan/atau pemberantasan kejahatan keuangan yang dilakukan pihak tertentu di sektor jasa keuangan. Langkah yang dilakukan antara lain melalui penyelamatan kelangsungan usaha Lembaga Jasa Keuangan tertentu, pengambilalihan seluruh kewenangan dan fungsi manajemen oleh pengelola statuter, pembatalan atau pengakhiran perjanjian serta pengalihan kekayaan atau usaha dari Lembaga Jasa Keuangan.17
OJK menetapkan peraturan dan kebijakan di sektor jasa keuangan dengan tujuan mencegah terjadinya kejahatan keuangan dan melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat sektor jasa keuangan. Peraturan dan kebijakan yang ditetapkan OJK diharapkan dapat mendukung terselenggaranya keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan secara teratur, adil, transparan dan akuntabel seta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara stabil dan berkelanjutan. Kewenangan OJK dalam tugas pengawasan sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan meliputi:
a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku,
17 Tim Redaksi Tatanusa, 2012, Otoritas Jasa Keuangan, PT. Tatanusa, Jakarta, hlm. 15- 16
dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;
e. Melakukan penunjukan pengelola statuter;
f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan; dan
h. Memberikan dan/atau mencabut: Izin usaha; Izin orang persorangan;
Efektifnya pernyataan pendaftaran; Surat tanda terdaftar; Persetujuan melakukan kegiatan usaha; Pengesahan; Persetujuan atau penetapan pembbubaran; dan penetapan lain sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Sistem pengawasan yang dilakukan oleh OJK adalah sistem pengawasan terintegrasi, artinya seluruh kegiatan di sektor jasa keuangan yang dilakukan oleh lembaga keuangan tunduk pada sistem pengawasan OJK. OJK menggantikan Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan secara micropudential dengan tujuan mencegah terjadinya krisis pada suatu lembaga keuangan yang dapat menyebabkan kerugian bagi nasabah atau investor sebagai konsumen di sektor jasa keuangan.
Fungsi pengawasan secara terintegrasi OJK dilakukan dengan langkah- langkah persiapan dan periode transisi yang telah ditetapkan, sehingga pada 1 Januari 2014 OJK telah siap melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Lembaga
Pengawas Jasa Keuangan secara terintegrasi. Proses transisi pengawasan industri jasa keuangan dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama, kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal dan kegiatan jasa keuangan di sektor persuransian, dana pesiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya yang dilakukan oleh Bapepam-LK dialihkan diakhir tahun 2012, tahap kedua pengawasan bank dialihkan dari Bank Indonesia kepada OJK pada akhir tahun 2013.18 Sistem pengawasan yang terintegrasi yang dilaksanakan OJK difokuskan terhadap semua kegiatan dan aktivitas yang dilakukan dalam industri sektor jasa keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan perlindungan terhadap konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat sesuai dengan ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 meliputi:
a. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;
b. Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan
c. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Perlindungan konsumen menjadi bagian penting bagi OJK dalam mewujudkan sistem keuangan nasional yang baik. Tingkat kepercayaan konsumen untuk terlibat dalam industri keuangan akan meningkat karena hak-hak konsumen
18 Zulkarnain Sitompul, 2012, “Konsepsi Dan Transformasi Otoritas Jasa Keuangan (Conceptional And Transformation Financial Services Authority)”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol-9/No.03/Oktober/2012, Jakarta, hlm. 28.
dilindungi dan lembaga jasa keuangan akan berkembang secara adil, transparan dan
akuntabel sehingga akan mengurangi kejahatan keuangan yang dilakukan oleh pelaku usaha jasa keuangan. Informasi dan edukasi mengenai karakteristik sektor jasa keuangan, layanan dan produknya dilakukan OJK melalui edukasi dan sosialisasi dengan mendatangi masyarakat dan memberikan sosialisasi serta penyuluhan, dan informasi mengenai lembaga keuangan yang ada dilakukan OJK melalui media massa.
E. Tinjauan Umum tentang Securities Investor Protection Fund (SIPF) a. Sejarah
Sebagai sebuah lembaga negara, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki komitmen untuk melaksanakan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan pasar modal di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, tim studi OJK melakukan sebuah riset lebih lanjut mengenai pentingnya peran dana proteksi pasar modal di Indonesia. Pada tahun 2010, Kementrian Keuangan menuangkan rencana pembentukan program tersebut dalam Master Plan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank (2010-2014), dan mendorong OJK untuk segera mendirikan Dana Perlindungan Pemodal dengan menyediakan dasar hukum bagi pembentukan dan kegiatan operasionalnya. Hingga tahun 2012, banyak riset yang telah dilakukan dalam rangka mempersiapkan Dana Perlindungan Pemodal. Riset pertama dilakukan oleh tim BEI mengenai Kelayakan Pembentukan Dana Perlindungan Pemodal. Riset kedua diadakan oleh technical assistant dari Asian Development Bank (ADB) no. 7466 (INO), dan yang ketiga dilakukan oleh Mr.
David White pada 23 September 2012 yang merekomendasikan pendirian New Co sebagai wadah Dana Perlindungan Investor.
Pada 28 September 2012, konsultan hukum Hiswara Bunjamin dan Tanjung merekomendasikan beberapa Aspek Hukum Perlindungan Pemodal dalam Konsultasi Hukum Pembentukan Dana Perlindungan Pemodal. Hal ini menghantarkan pada pembuatan Akta Pendirian PT Penyelenggara Program Perlindungan Investor Efek Indonesia (PPPIEI) Nomor 16 pada 7 Desember 2012, yang dibuat oleh Notaris Ashoya Ratam sebagai perusahaan yang menyelenggarakan program Dana Perlindungan Pemodal. Perusahaan ini kemudian mendapatkan SK Menteri Hukum dan HAM nomor: AHU- 64709.AH.01.01.Tahun2012 tentang Badan Hukum Perseroan pada tanggal 18 Desember 2012.
b. Maksud dan Tujuan
Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal didirikan dengan beberapa maksud dan tujuan:
1. Menatausahakan serta mengelola Dana Perlindungan Pemodal di pasar modal Indonesia.
2. Melakukan investasi atas Dana Perlindungan Pemodal di Pasar Modal Indonesia.
3. Melakukan pemeriksaan, verifikasi, membuat analisa untuk melakukan pembayaran, serta tindakan lain yang diperlukan sehubungan dengan klaim yang dilakukan oleh pemodal.
4. Menerima tambahan dana dan atau memungut biaya sehubungan dengan kegiatan perlindungan pemodal di Pasar Modal Indonesia.
5. Melakukan tindakan untuk pengembalian (recovery) dana yang telah dikeluarkan dari Dana Perlindungan Aset Pemodal untuk pembayaran klaim berdasarkan subrogasi atas hak pemodal terhadap pihak yang telah menimbulkan kerugian, namun tidak terbatas untuk ikut serta dalam proses hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan.
6. Melakukan segala kegiatan pendukung lainnya yang berkaitan dengan maksud dan tujuan di atas.
c. Fungsi
Indonesia SIPF memiliki 3 fungsi utama:
1. Fungsi Investasi
a. Menyusun dan melaksanakan rencana investasi atas Dana Perlindungan Pemodal.
b. Mengawasi perkembangan investasi atas jumlah yang tidak akan digunakan secara segera dari Dana Perlindungan Pemodal.
c. Melakukan proses setor hasil investasi Dana Perlindungan Pemodal ke dalam Dana Perlindungan Pemodal.
2. Fungsi Pembukuan dan Keuangan
a. Membuat dan menyelenggarakan pencatatan serta pembukuan atas seluruh transaksi dari Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal
b. Membuat dan menyelenggarakan pencatatan serta pembukuan atas seluruh transaksi dan kegiatan yang berhubungan dengan Dana Perlindungan Pemodal. Hal ini bersifat terpisah dari pencatatan dan pembukuan untuk Penyelenggaraan Dana Perlindungan Pemodal.
c. Memastikan bahwa pencatatan dan pembukuan tersebut terselenggara dan tersimpan dengan baik, sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
d. Menyusun laporan keungan Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
e. Melakukan kegiatan perbendaharaan, antara lain menerima dana, memungut iuran, serta mengeluarkan biaya yang terkait dengan Dana Perlindungan Pemodal.
f. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) dengan berpedoman pada prinsip efisiensi pasar modal.
g. Apabila terdapat keraguan atau perbedaan dalam pencatatan yang dilakukan oleh Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal dengan pihak lain, Penyelenggara Dana Perlindungan pemodal wajib mengadakan rekonsiliasi dengan pihak terkait untuk memastikan akurasi pembukuan.
3. Fungsi Audit dan Kepatuhan
a. Memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta prosedur operasi standar dan kode etik Penyelenggaraan Dana Perlindungan Pemodal yang berlaku.
b. Memproses setiap pengaduan pemodal dan masyarakat yang terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal
c. Memastikan bahwa pegawai pengawasan internal dan kepatuhan memiliki akses ke pembukuan setiap waktu.
d.Kewajiban
Indonesia SIPF memiliki kewajiban untuk:
1. Memisahkan penyimpanan, pencatatan, dan pembukuan antara harta kekayaan Penyelenggara Dana perlindungan Pemodal dengan harta kekayaan Dana Perlindungan Pemodal.
2. Menyimpan Efek dalam rangka investasi Dana Perlindungan Pemodal, sebagaimana dimaksudkan dalam peraturan OJK nomor 49/POJK.04/2016 tentang Dana Perlindungan Pemodal pada Bank Kustodian.
3. Menempatkan uang tunai dari Dana Perlindungan Pemodal pada rekening bank dan/atau tempat penyimpanan yang terpisah dari rekening operasional dan/atau tempat penyimpanan uang tunai Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal
4. Membuat dan menyampaikan laporan yang mencakup kegiatan dan posisi keuangan bulanan, laporan keuangan tengah tahun dan laporan keuangan tahunan Dana Perlindungan Pemodal kepada OJK.
5. Menyediakan tempat penyimpanan yang aman atas harta kekayaan Dana Perlindungan Pemodal.
e. Kewenangan
Indonesia SIPF memiliki beberapa kewenangan, yaitu:
1. Mewakili Dana Perlindungan Pemodal baik di dalam maupun di luar pengadilan.
2. Melakukan investasi atas Dana Perlindungan Pemodal sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 49/POJK.04/2016 tentang Dana Perlindungan
Pemodal, dengan tujuan meningkatkan nilai Dana Perlindungan Pemodal secara optimal dengan mempertimbangkan hasil dan risiko investasi.
3. Memungut iuran dari anggota Dana Perlindungan Pemodal sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK Nomor 49/POJK.04/2016 tentang Dana Perlindungan Pemodal.
4. Mewakili Dana Perlindungan Pemodal untuk melaksanakan upaya pengembalian atau penggantian dana dari Dana Perlindungan Pemodal yang telah dibayarkan kepada Pemodal, dari Kustodian yang menyebabkan Aset Pemodal dimaksud hilang.
5. Menerima dan memasukkan ke dalam harta kekayaan Dana Perlindungan Pemodal atas:
1) Dana yang diperoleh Dana Perlindungan Pemodal dari Kustodian sebagai pengganti dari Pemodal sebagai pelaksanaan hak subrogasi
2) Hasil investasi dan/atau
3) Dana dan/atau aset dari sumber lain yang ditetapkan oleh OJK
6. Membayar biaya-biaya sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan Dana Perlindungan Pemodal.
7. Menetapkan persyaratan, prosedur atau petunjuk teknis mengenai keanggotaan, penanganan ganti rugi, dan kebijakan investasi Dana Perlindungan Pemodal, dan hal lain yang berkaitan dengan tugas Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal, dengan ketentuan
persyaratan, prosedur, atau petunjuk teknis dimaksud termasuk perubahannya mulai berlaku setelah mendapatkan persetujuan dari OJK.
8. Mengusulkan kepada OJK jumlah maksimal klaim untuk setiap Pemodal dan/atau keseluruhan Pemodal dalam 1 (satu) Kustodian dengan mempertimbangkan rekomendasi komite klaim.
9. Melakukan pemeriksaan, verifikasi, dan membuat analisa dalam rangka pengambilan keputusan menerima atau menolak pembayaran klaim Pemodal.
10.Menunjuk pihak ketiga untuk membantu proses pemeriksaan dan verifikasi klaim Pemodal.
11.Meminta Kustodian dan Pemodal untuk memberikan kuasa dalam rangka mendapatkan informasi dan dokumen yang diperlukan dalam rangka verifikasi klaim Pemodal, dengan tetap memperhatikan ketentuan kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12.Melakukan pembayaran dan tindakan lainnya sehubungan dengan klaim Pemodal yang telah dinyatakan sah untuk dibayarkan.
13.Memberikan masukan kepada OJK mengenai tahapan perlindungan, keanggotaan, dan cakupan perlindungan berdasarkan kemampuan Dana Perlindungan Pemodal dengan memperhatikan kemampuan dan kebutuhan Dana Perlindungan Pemodal.
BAB III
METODEDELOGI PENELITIAN A.Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan ini bertujuan untuk membatasi sejauh mana masalah yang di bahas didalam penulisan skripsi ini. Adapun masalah penulisan skripsi adalah Apa bentuk upaya perlindungan hukum untuk melindungi asset investor pada pasar modal melalui Dana Perlindungan Pemodal (DPP) Dan Bagaiman cara perlindungan hukum terhadap asset investor pada pasar modal melalui Dana Perlindungan Pemodal (DPP)
B.Sumber Bahan hukum a. Sumber data primer
Adapun sumber data primer yang diperoleh peneliti dari hasil Penelitian yang dilakukan penulis berdasarkan Peraturan Perundang-undangan dan Kepustakaan
b. Sumber data sekunder
Yakni bahan-bahan yang berkaitan yaitu segala peraturan tentang Perlindungan aset bagi investor yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya Buku-buku, Peraturan Perundang-undangan. Agar diperoleh informasi yang terbaru dan berkaitan erat dengan permasalahannya, maka kepustakaan yang di cari dan di pilih harus relavan dan mutakhir.
c. Sumber data Tertier
Yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya internet dan kamus bahasa indonesia yang berkaitan dengan hukum. Agar diperoleh informasi yang terbaru dan berkaitan erat dengan permasalahannya, maka kepustakaan yang di cari dan di pilih harus relavan dan mutakhir.
C.Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data di dalam penulisan ini adalah metode library research (kepustakaan). yaitu dengan melihat buku-buku, menganalisa buku-buku,
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perbankkan dan bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan literatur-literatur majalah, mas media, internet dan juga media informasi lainnya yang berkaitan dengan perumusan masalah dalam penulisan ini,
D.Metode Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penulisan ini adalah yuridis deskriptif yaitu dengan menggambarkan sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada dalam ruang lingkup masyarakat dan hal tersebut juga dikaitkan Peraturan dengan perundang-undang yang berlaku saat ini agar memiliki dasar Hukum yang kuat akan permasalahan yang hendak dibalas.