• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Wanprestasi dalam Pembelian Kendaraan Roda Empat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Wanprestasi dalam Pembelian Kendaraan Roda Empat"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tindakan hukum apa yang dapat diambil oleh debitur yang wanprestasi atas pembelian kendaraan roda empat?

Tujuan Penelitian

Manfaat penelitian

Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu hukum dan pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan teoritik dengan praktek yang terjadi di masyarakat.

TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

Asas-asas Perjanjian

Setiap perjanjian mempunyai seperangkat hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para pihak, hal ini disebut prestasi14. Pemutusan dalam hukum kontrak (perjanjian) mempunyai arti pengakhiran/pengakhiran suatu perjanjian (agreement) yang disepakati dan ditandatangani oleh para pihak yang mengadakannya. Salah satu asas dasar hukum kontrak adalah asas perlindungan terhadap pihak-pihak yang menderita kerugian akibat wanprestasi pihak lain dalam kontrak yang bersangkutan.

Dalam hal ini, pihak yang berhak menarik diri dari kontrak dengan tegas menyatakan melepaskan hak untuk menarik diri dari kontrak. Pemutusan kontrak oleh pihak yang dirugikan karena tidak terpenuhinya kewajiban pihak lain harus dilakukan dalam jangka waktu yang wajar. Hal ini untuk memberikan kepastian kepada pihak yang wanprestasi apakah akan melanjutkan wanprestasi yang belum dilakukan.

54 kewajiban pihak yang dirugikan untuk mengembalikan manfaat kinerja yang seharusnya dilakukan oleh pihak yang melakukan kegagalan tersebut. Bentuk-bentuk tindakan pemulihan yang dilakukan oleh pihak yang menderita kerugian karena tidak membayar terhadap pihak yang melakukan tidak membayar adalah sebagai berikut (Munir Fuady).

Bentuk Perjanjian Kredit

Pihak-pihak Dalam Perjanjian Kredit

Pada dasarnya hanya ada dua pihak dalam peminjaman, yaitu kreditur yaitu pihak bank atau pihak penyewaan atau pembiayaan, dan debitur yaitu nasabah. Kreditor berhak melakukan tindakan tertentu terhadap debitur pasif yang tidak mau memenuhi kewajibannya.

Hak dan Kewajiban Pihak-pihak Dalam Perjanjian Kredit

16 Sedangkan debitur mempunyai kewajiban pokok yaitu mengembalikan utang atau pinjamannya sesuai dengan yang telah diperjanjikan sebelumnya. Kewajiban utama pemberi pinjaman (debitur) adalah mengembalikan pinjaman dalam jumlah dan syarat yang sama serta pada waktu yang ditentukan.

Syarat-syarat Sahnya Perjanjian Kredit

Pasal 1333 KUH Perdata menyatakan bahwa: Suatu perjanjian harus mempunyai suatu obyek sekurang-kurangnya jenis tertentu sebagai tujuan pokoknya. Artinya suatu kontrak harus dibuat dengan maksud atau alasan yang sesuai dengan hukum yang berlaku.

Berakhirnya Perjanjian Kredit

Selain itu pasal 1335 KUH Perdata juga menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat tanpa alasan atau dibuat karena alasan yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan hukum. Pasal 1266 KUHPerdata menyatakan bahwa syarat pembatalan adalah suatu keadaan yang apabila dipenuhi maka berakhirnya perjanjian dan mengembalikan segala sesuatunya kepada keadaan semula, seolah-olah tidak pernah ada perjanjian.

Lembaga Pembiayaan

  • Bentuk Hukum dan Fungsi Lembaga Pembiayaan
  • Dasar Hukum Perjanjian Pembiayaan Konsumen
  • Peranan OJK Dalam Mengawasi Lembaga Keuangan

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor: 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan menegaskan pengertian Pembiayaan Konsumen, yaitu kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan jasa. Yang menjadi dasar hukum substantif keberadaan pembiayaan konsumen adalah kesepakatan para pihak berdasarkan asas.

Konsepsi Wanprestasi

  • Bentuk Wanprestasi
  • Akibat Hukum Wanprestasi

Dalam hal ini undang-undang memberikan perlindungan kepada debitur yang lalai terhadap tuntutan ganti rugi yang dilakukan oleh kreditur. Debitur yang lalai tentu akan kalah jika perkaranya dibawa ke pengadilan20.

Terminasi Suatu Kontrak

  • Ketentuan Dalam Kontrak Tentang Terminasi
  • Ketentuan Dalam Pasal 1338 Ayat (2) KUH Perdata
  • Pengesampingan Pasal 1266 KUHPerdata
  • Prinsip Perlindungan Pihak Yang Dirugikan
  • Prinsip Keseimbangan Perlindungan Pihak Yang
  • Akibat Terminasi Kontrak

Intervensi pengadilan terhadap pemutusan suatu kontrak yang semula diperuntukkan bagi pihak yang lemah dalam kontrak, dengan demikian pada akhirnya akan merugikan semua pihak. Dalam hukum teori kontrak telah diterima secara umum bahwa hak untuk mengakhiri suatu kontrak karena pihak lain telah wanprestasi tidak berlaku lagi jika pihak yang dirugikan telah melepaskan hak untuk mengakhiri kontrak tersebut. Apabila salah satu pihak yang dirugikan karena wanprestasi pihak lain telah melepaskan haknya untuk mengakhiri kontrak yang bersangkutan, maka ia tidak dapat lagi mengubah pendiriannya.

Sebab ilmu hukum kontrak menganut asas bahwa meskipun pihak yang dirugikan akibat wanprestasi telah melepaskan haknya untuk mengakhiri kontrak yang bersangkutan, ia tetap berhak mendapat ganti rugi apabila ia memang menderita kerugian akibat wanprestasi tersebut. default pihak lain. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pihak-pihak yang ingin mengakhiri perjanjian karena pihak lain telah melakukan wanprestasi, wajib untuk memperbaiki wanprestasi yang dilakukan oleh pihak tersebut. Sebagaimana disebutkan, jika salah satu pihak menderita kerugian akibat wanprestasi pihak lain, maka pihak yang dirugikan dapat mengakhiri perjanjian yang bersangkutan.

Restorasi Dalam Terminasi Kontrak

Namun apabila benda tersebut tidak dapat dikembalikan secara fisik, maka bila ingin membatalkan akad maka pihak yang dirugikan karena wanprestasi tersebut wajib memberikan ganti rugi sebesar manfaat yang diterimanya.

Repudiasi Terhadap Kontrak

  • Konsekuensi Yuridis Dari Repudiasi
  • Rationale Diperkenankannya Tuntutan Ganti Rugi

Penolakan dapat menunda atau bahkan melepaskan pihak lain dari kewajibannya untuk melaksanakan kinerja dalam kontrak; dan B. Penolakan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk menuntut ganti rugi segera, meskipun pihak yang melakukan penolakan belum mempunyai tanggal jatuh tempo untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan kontrak. Kepastian hukum juga menjadi alasan mengapa kompensasi atas penolakan dapat diberikan lebih awal, yaitu sebelum batas waktu kinerja pihak yang melakukan penolakan. Artinya, pihak yang melakukan ingkar menyatakan kehendaknya dengan tegas bahwa ia tidak mau memenuhi kewajibannya sebagaimana diatur dalam kontrak.

60 Kriteria utama penolakan inklusif adalah pihak yang menolak menunjukkan bahwa tindakan atau niatnya logis dan elegan (cukup jelas) sehingga tidak akan memenuhi kewajibannya sebagaimana tercantum dalam kontrak. Penolakan biasanya mensyaratkan ketidakmampuan untuk melaksanakan kewajibannya dengan cukup “jelas”, terlepas dari apakah ketidakmungkinan tersebut terjadi di dalam kendali atau di luar kendali pihak yang menolak. d) Penolakan karena pailit. Hukum kontrak mengajarkan bahwa suatu penolakan dapat dibatalkan sampai batas tertentu oleh pihak yang melakukan tindakan penolakan tersebut.

Resesi Terhadap Kontrak dan Reformasi Kontrak

  • Resesi Terhadap Kontrak

Hak untuk menerima ganti rugi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Perlindungan hukum terhadap konsumen sebagaimana diatur dalam UUPK Nomor 8 Tahun 1999 adalah segala upaya untuk menjamin kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Pendekatan hukum empiris digunakan untuk memberikan gambaran kualitatif mengenai perlindungan hukum terhadap debitur yang wanprestasi atas pembelian kendaraan roda empat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan bentuk-bentuk perlindungan hukum dan upaya perlindungan hukum yang dapat dilakukan oleh debitur untuk menyelesaikan permasalahan tidak terbayarnya pembelian kendaraan roda empat. Penerapan Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Berdasarkan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 21 Tahun 2011. Mandiri Tunas Financa dalam lampiran ketentuan perjanjian pembiayaan masih memuat klausul baku, tindakan tersebut jelas sangat merugikan konsumen atau debitur sebagai pengguna barang dan/atau jasa.

Reformasi Kontrak

  • Tinjauan Tentang Eksekusi
    • Jenis-jenis Eksekusi
    • Dasar Eksekusi Penarikan Unit Kendaraan Oleh Kreditur
  • Perlindungan Konsumen
    • Pengertian dan Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
    • Perlindungan Hukum Debitur Berdasarkan Undang-Undang

Kerangka Pikir

Sistem pembayaran angsuran pada pembelian barang secara kredit berupa kendaraan roda empat memungkinkan timbulnya kredit macet dan mendorong perusahaan pembiayaan sebagai kreditur untuk melakukan penarikan paksa kendaraan roda empat milik debitur, hal yang sering dilakukan. sewenang-wenang karena ketidakpatuhan terhadap peraturan atau .

Definisi Operasional

Penerapan suatu bentuk perlindungan hukum terhadap debitur yang wanprestasi diartikan sebagai wujud peraturan, norma, kaidah, baik tertulis maupun tidak tertulis, sebagai titik temu antara kreditur dan debitur untuk mencapai mufakat apabila terjadi wanprestasi. Hal ini memberikan hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta benda konsumen yang hanya dapat diperjualbelikan. Hal ini menunjukkan pemberian kewenangan oleh konsumen kepada pelaku usaha, baik langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli langsung oleh konsumen.

Pembentukan OJK ditujukan kepada masyarakat dalam hal ini debitur, agar seluruh kegiatan di sektor keuangan dapat melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sektor keuangan. 10 Tahun 1998 adalah suatu peraturan perundang-undangan berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perbankan sebagai suatu lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari yang berkaitan dengan hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab suatu bank, baik antara pejabat dan pejabat bank. petugas dan petugas serta konsumen dan pihak lain yang berkaitan dengan perbankan. Tercapainya perlindungan hukum yang adil terhadap debitur yang wanprestasi berarti dengan adanya perlindungan hukum yang adil maka baik kreditur maupun pelaku usaha, penyedia fasilitas barang dan debitur serta pengguna fasilitas akan sama-sama diberikan hak dan kewajiban yang sama.

METODE PENELITIAN

Tipe Penelitian

Populasi dan Sampel

Jenis dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Analisis Data

  • Visi dan misi perusahaan PT. Mandiri Tunas Finance
  • Tujuan Perusahaan PT. Mandiri Tunas Finance
  • Struktur Organisasi PT. Mandiri Tunas Finance

Sejak tahun 2009 sampai sekarang, PT. Mandiri Tunas Finance dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 51% (lima puluh satu persen) dan PT. Lokasi penelitian adalah PT Mandiri Tunas Finance Makassar dan mengunjungi kediaman debitur yang menjadi responden. Sebelum mengadakan perjanjian akad, Mandiri Tunas Finance menjelaskan isi perjanjian kredit jika debitur ingin perjanjian tersebut dibacakan agar debitur yang akan melakukan pengajuan kredit memahami isi perjanjian tersebut.

Dengan klausul baku ini maka pihak kreditur (PT. Mandiri Tunas Finance) membebankan debitur sebagai konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa PUJK berhak menolak pengembalian uang yang dibayarkan konsumen atas produk dan/atau jasa yang dibeli. Sedangkan risiko yang ditanggung nasabah debitur meliputi risiko yang ditanggung debitur akibat bentuk standar perjanjian kredit bank.

Perjanjian pinjaman bank di Indonesia disebut perjanjian, sedangkan perjanjian non bank atau perjanjian sewa menyewa merupakan perjanjian tanpa hak milik. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka para pihak yang akan menandatangani suatu perjanjian, khususnya perjanjian kredit, hendaknya mempelajari secara cermat hak dan kewajiban apa saja yang harus dipenuhi sebelum menandatangani kontrak.

Upaya Perlindungan Hukum Yang Dapat Di Tempuh

Pelaksanaan Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Debitur

Hal ini terlihat dari adanya kontrak atau perjanjian yang sah dan mengikat bagi konsumen mengenai penggunaan produk dan/atau jasa yang dimiliki PUJK. Ketentuan berupa pasal-pasal dalam perjanjian baku yang menambah hak dan/atau mengurangi kewajiban pelaku usaha, atau mengurangi hak dan/atau kewajiban konsumen. Konsumen tidak mempunyai pilihan selain menerima isi perjanjian baku, meskipun dirasa memberatkan konsumen, dan/atau.

124 dan/atau jasa-jasa yang tersedia dalam perusahaan, baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga maupun bukan untuk diperdagangkan. Kalau dari pasal ini jelas, yang dimaksud dengan unsur konsumen adalah setiap orang yang mempergunakan barang dan/atau jasa bank bukan untuk diperdagangkan. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan adil mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

PENUTUP

Saran

Mandiri Tunas Finance lebih berhati-hati dalam memilih dan menganalisis karakter seseorang yang akan menjadi klien perusahaan agar terhindar dari permasalahan non-pembayaran. Konsumen juga harus memperhatikan dan memahami dengan baik isi kontrak sebelum melakukan kontrak pembelian kendaraan. Dalam menindak oknum debitur yang dianggap lalai atau wanprestasi, perusahaan keuangan PT. Mandiri Tunas Finance mampu mengedepankan penyelesaian damai dengan tidak mempekerjakan Depcollector pihak ketiga sebagai indikator penyelesaian permasalahan non-pembayaran. yang dilakukan oleh debitur sering kali disebabkan oleh penipuan.

Penyelenggaraan kendaraan yang menjadi dasar perjanjian tidak boleh dilakukan secara sembarangan, melainkan melalui mekanisme aturan yang berlaku. Pemerintah ingin lebih memperkuat peraturan perundang-undangan yang mengatur pembiayaan konsumen dengan meningkatkan kesadaran masyarakat agar masyarakat lebih memahami dan paham ketika hendak melakukan perjanjian jual beli kredit. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penyelenggaraan Lembaga Keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini adalah perlindungan hukum yang diperoleh konsumen ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

MEMPEROLEH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DEBITUR YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DENGAN JAMINAN FIDUSIA ” dengan baik untu memenuhi salah satu

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur/Nasabah Dalam Perjanjian Kredit Bank pada PT. Bank Mandiri Regional I/Sumatera I Persero

Perlindungan Hukum terhadap nasabah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UUPM) menentukan dan mengatur bahwa otoritas

Penelitian ini membahas tentang “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN DEBITUR DALAM PERJANJIAN ASURANSI JIWA” yang bertujuan untuk mengkaji/ menganalisis

Upaya perlindungan hukum kon- sumen perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan dapat dilihat dari telah dikel- uarkannya beberapa peraturan-peraturan yakni Peraturan Otoritas Jasa

89 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN: Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Peraturan

PERLINDUNGAN HUKUM DEBITUR DALAM KEGIATAN PERBANKAN BERKAITAN DENGAN WANPRESTASI YANG TIMBUL AKIBAT PANDEMI Komang Tri Krisnayana, Fakultas Hukum Universitas Udayana, e-mail: