• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum bagi Konsumen NFT dari Pelanggaran Hak Cipta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Perlindungan Hukum bagi Konsumen NFT dari Pelanggaran Hak Cipta"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PEMILIK NFT YANG MENGANDUNG PELANGGARAN HAK CIPTA DITINAJU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Vania Rubetta Sari

Fakultas Hukum Universitas Surabaya

Dr. Yoan Nursari Simanjuntak, S.H.,M.Hum., Bebeto Ardyo, S.H.,M.H.

ABSTRAK

Era digital memungkinkan hadirnya hal-hal yang baru. Salah satunya yakni, Non-Fungible Token (NFT) yang merupakan suatu bentuk kekayaan dalam bentuk digital dari kode unik sehingga tidak dapat dilakukan plagiarisme. Keunikan tersebut mendorong konsumen untuk menjadi pemilik tunggal dari suatu Non-Fungible Token (NFT). Namun,

“TwistedVacancy” sebagai pelaku usaha menjual Non-Fungible Token (NFT) yang mengandung pelanggaran hak cipta berupa plagiarisme. Hal tersebut tentu merugikan konsumen karena Non-Fungible Token (NFT) tidak lagi menjadi unik. Baik konsumen maupun pelaku usaha, memiliki hak dan kewajiban yang diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen. Salah satu kewajiban pelaku usaha yang seharusnya dilakukan

“TwistedVacancy” adalah beritikad baik dan memberikan informasi yang jujur kepada konsumen sesuai dengan Pasal 7 Undang-undang Perlindungan Konsumen. Perlindungan hukum bagi konsumen yang dirugikan bisa berupa tanggung jawab secara langsung sesuai Pasal 19 atau penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau di luar pengadilan sesuai dengan Pasal 45 Undang-undang Perlindungan Konsumen.

Kata kunci: Perlindungan Konsumen, NFT, Plagiarisme

(2)

LEGAL PROTECTION FOR CONSUMERS OF NFT OWNERS WHICH CONTAIN COPYRIGHT VIOLATION ACCORDING TO UNDANG-

UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Vania Rubetta Sari

Fakultas Hukum Universitas Surabaya

Dr. Yoan Nursari Simanjuntak, S.H.,M.Hum., Bebeto Ardyo, S.H.,M.H.

ABSTRACT

The digital era supports the presence of new things. One of them is the Non-Fungible Token (NFT), which is a form of wealth in digital form from a unique code so that plagiarism cannot be done. This uniqueness encourages consumers to become the sole owner of a Non- Fungible Token (NFT). However, "TwistedVacancy" as a business actor sells Non- Fungible Tokens (NFT) which violates copyright in the form of plagiarism. This is certainly detrimental to consumers because Non-Fungible Tokens (NFT) are no longer unique. Both consumers and business actors have rights and obligations regulated in the Consumer Protection Act. One of the obligations of business actors that must be carried out by

"TwistedVacancy" is to have good intentions and provide honest information to consumers in accordance with Article 7 of the Consumer Protection Law. Legal protection for consumers who are harmed can be directly responsible according to Article 19 or dispute resolution through courts or out of court in accordance with Article 45 of the Consumer Protection Law.

Keywords: Consumer Protection, NFT, Plagiarism

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 16 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatakan: Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk:

Iklan merupakan salah satu bentuk penyampaian informasi mengenai barang dan atau jasa dari pelaku usaha kepada konsumen, maka dari itu iklan tersebut sangat

Hak bagi konsumen adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha dan kewajiban konsumen adalah merupakan hak yang akan diterima pelaku usaha hakekatnya

Tanggung jawab pelaku usaha akibat kerugian yang dialami oleh konsumen termuat dalam Pasal 41 ayat (1) Undang- Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, dijelaskan bahwa

Genesis Komunika Internasional terhadap layanan-layanan diatas, hal ini sudah sesuai dengan Pasal 7 huruf g Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengenai kewajiban pelaku

Bab IV Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 8 sampai dengan Pasal 17 memuat ketentuan mengenai perbuatan yang dilarang bagi para pelaku usaha. Intinya pelaku usaha

Telah disebutkan dalam pasal 8 Undang-undang perlindungan konsumen tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, diantaranya yaitu pelaku usaha dilarang menjual

Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa kewajiban pelaku usaha yaitu beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;