• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum dan Peran Pemerintah Terhadap Kerusakan Terumbu Karang

N/A
N/A
Yeni Anjeli

Academic year: 2024

Membagikan "Perlindungan Hukum dan Peran Pemerintah Terhadap Kerusakan Terumbu Karang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Guido Vito Parulian Purba NIM : 11000120140314

Kelas : E

Metode Penelitian dan Penulisan Hukum

PERLINDUNGAN HUKUM DAN PERAN PEMERINTAH TERHADAP KERUSAKAN TERUMBU KARANG (STUDI KASUS KERUSAKAN TERUMBU KARANG DI

PERAIRAN RAJA AMPAT DAN TAMAN NASIONAL TAKABONERATE)

A. Latar Belakang

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, “Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam strategis yang terkandung di dalam bumi Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai negara.” Pasal ini menerangkan secara tegas bahwa negara yang memiliki kekuasaan untuk melakukan pengelolaan kekayaan alam yang berada dalam wilayah Indonesia. Pengelolaan didasarkan pada tujuan untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia yang disertai dengan tuntutan terhadap negara untuk memberi perlindungan hukum terhadap kekayaan alam yang di darat, air, dan udara.

Pengelolaan ekosistem laut merupakan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) yang harus dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini didasarkan pada keberadaan wilayah Indonesia yang didominasi oleh laut dengan perbandingan 2/3 dari luas wilayah indonesia diisi oleh lautan yang memiliki kekayaan biota laut seperti terumbu karang. Salah satu faktor yang menentukan dalam pembangunaan adalah lingkungan hidup, dimana lingkungan hidup adalah tempat pembangunaan berlangsung. Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun

(2)

2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Ruang lingkup lingkungan hidup indonesia meliputi ruang, tempat Negera Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, danyuridis.

Dengan demikian, maka manusia seharusnya berusaha untuk menjaga terumbu karang yang ada tetap sehat dan serasi serta terpelihara, bahkan menjadikan terumbu karang yang ada menjadi lebih baik dan lebih indah. Wilayah Kabupaten Raja Ampat dan Taman Nasional Bonerate menjadi salah satu wilayah yang memiliki terumbu karang terbesar di Indonesia dan menjadi tempat konservasi yang ditetapkan oleh pemerintah, hal ini dapat dikaitkan dengan eksistensi terumbu karang yang mengalami penurunan akibat dari perilaku manusia dan tidak adanya perlindungan hukum yang dapat mengatur secara tegas dari perilaku tersebut. Kerusakan dan hilangnya terumbu karang adalah suatu bentuk aktivitas manusia. Manusia yang melakukan kegiatan seperti eksploitasi masih kurang peduli tentang apa yang telah diatur dalam Undag-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan mengatur kerusakan terumbu karang. Bahkan, sanksi sudah ditulis dengan jelas bahwa perusakkaan kekayaan alam, seperti terumbu karang, lahan gambut, dan hutan, merupakan tindakkan kriminal dengan pidana penjara.

Permasalahan ini menjadi fokus yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia, maka dalam kajian ini akan membahas secara jelas bagaimana keberadaan terumbu karang Indonesia dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberi perlindungan hukum dan sanksi terhadap kerusakan terumbu karang di wilayah Raja Ampat dan Taman Nasional Bonerate.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keberadaan dan peran peraturan perundang-undangan yang telah dibentuk dalam memberi perlindungan hukum terhadap kerusakan terumbu karang di wilayah konservasi Raja Ampat dan Taman Nasional Bonerate?

2. Bagaimana tindakan dan peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi kasus kerusakan terumbu karang di wilayah konservasi Raja Ampat dan Taman Nasional

(3)

Bonerate?

3. Bagaimana eksitensi terumbu karang sebagai bagian dari ekosistem laut dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) yang ditinjau dari faktor penyebab kerusakan terumbu karang di wilayah Raja Ampat dan Taman Nasional Bonerate?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tentang keberadaan dan peran peraturan perundang-undangan yang telah dibentuk dalam memberi perlindungan hukum terhadap kerusakan terumbu karang di wilayah konservasi Raja Ampat dan Taman Nasional Bonerate.

2. Mengetahui tindakan dan peran pemerintah Indonesia dalam menghadapi kasus kerusakan terumbu karang di wilayah konservasi Raja Ampat dan Taman Nasional Bonerate.

3. Mengetahui eksitensi terumbu karang sebagai bagian dari ekosistem laut dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) yang ditinjau dari faktor penyebab kerusakan terumbu karang di wilayah Raja Ampat dan Taman Nasional Bonerate.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

➢ Penelitian ini diharapkan mampu memberikan perkembangan ilmu hukum dan memberikan sumber informasi tentang perlindungan hukum dan peran pemerintah tentang kelestarian terumbu karang di Indonesia yang dilihat dari segi peraturan-peraturan hukum yang berlaku.

2. Manfaat Praktis

➢ Penelitian ini untuk memberi suatu ilmu pengetahuan dari segi hukum bagi masyarakat bahwa masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat dalam memanfaatkan terumbu karang di laut Indonesia yang tidak sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

(4)

E. Landasan Teori / Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam pasal 1 angka 19 menyatakan “Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.”

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam pasal 1 angka 17 menyatakan “Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.”

3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir danPulau-Pulau Kecil dalam pasal 1 angka 5 menyatakan “Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme dan non organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas.”

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam pasal 1 angka 3 menyatakan Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

F. Objek Penelitian

Objek penelitian ialah tumbuhan terumbu karang yang berada di Taman Nasional Bonarate dan Perairan Raja Ampat yang diteliti tentang pelanggaran hukum terhadap kerusakan terumbu karang dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku serta peran pemerintah dalam mengatasi pelanggaran tersebut.

G. Jenis Penelitian

(5)

Jenis penelitiannya adalah Normatif yang mana mengkaji peraturan hukum dan perundang- undangan yang berkaitan dengan hal perlindungan hukum terhadap pelanggaran kerusakan terumbu karang yang berada di Taman Nasional Bonarate dan Perairan Raja Ampat serta mengkaji peran pemerintah dalam mengatasi pelanggaran terhadap kerusakan tersebut.

H. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bersifat doktrinal atau merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian doktrinal merupakan penelitian yang meneliti mengenai peraturan perundang-undangan, putusan hakim, dan asas hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan bagi kerusakan terumbu karang. Pendekatan lainnya adalah dengan Pendekatan Peran Pemerintah yang mana melihat dan menganalisis bagaimana peran pemerintah terhadap kasus pelanggaran terhadap kerusakan terumbu karang di Taman Nasional Bonarate dan Perairan Raja Ampat.

I. Metode Penelitian

Metode pengambilan data dalam penelitian normatif yang bersifat doktrinal, yaitu dengan melalui studi pustaka atau studi dokumen, misalnya menggunakan peraturan perundang- undangan, buku, jurnal atau karya ilmiah.

J. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam penulisan ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu penilaian terhadap seusatu atau apa yang seharusnya/realitasnya yang bertujuan untuk memberikan gambaran atas suatu permasalahan.

K. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan bahan hukum. bahan hukum terdiri dari tiga, yaitu:

1. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang memiliki ketentuan otoratif atau bersifat mengikat, contohnya adalah peraturan perundang-undangan, konvensi internasional, dll. Dalam penulisan ini peraturan perundang-undangan yang dipakai adalah Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah

(6)

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri dari buku ilmiah, artikel- artikel ilmiah/jurnal ilmiah, laporan kelembagaan, dll. bahan hukum sekunder bertujuan untuk menjelaskan bahan hukum primer.

3. Bahan hukum tersier digunakan untuk menjelaskan bahan hukum sekunder.

Misalnya kamus hukum, karena dengan kamus hukum kita lebih mengetahui makna dalam Bahasa hukum.

L. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini menggunakan metode penelitian Pustaka (library/literature research). Teknik pengumpulan data jenis metode penelitian Pustaka ini megumpulkan data dengan cara membaca literatur seperti buku, koran, serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penulisan ini.

M. Analisis Data

Metode yang digunakan ialah deskriptif kualitatif yang mana menjelaskan dan menganalisis berbentuk kata-kata verbal. Yang juga memberikan gambaran, deskripsi, penjelasan sekaligus analisis atas temuan temuan dalam penelitian. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu rumusan masalah yang memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Predasi Polip Karang Oleh Acanthaster planci Terhadap Tingkat Kerusakan Terumbu Karang Di Pantai Pulau Hari Provinsi

Penelitian ini bertujuan, untuk mengkaji kondisi terumbu karang yang ada di Perairan Sitardas, kemudian mengkaji kerusakan terumbu karang di Perairan Sitardas, selanjutnya

Pemulihan kerusakan terumbu karang dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi aktif, seperti meningkatkan populasi karang, mengurangi alga yang hidup bebas, serta

Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Akar permasalahan kerusakan terumbu karang di Kepulauan Seribu pada umumnya adalah inkonsistensi dalam implementasi kebijakan

Pengaturan mengenai penanggulangan kerusakan terhadap terumbu karang diatur dalam Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2001 tentang

(2001), faktor penyebab kerusakan terumbu karang di wiayah pesisir dan lautan Indonesia adalah penambangan batu karang untuk bahan bangunan, pembangunan jalan dan

Terumbu Karang yang rusak tidak hanya berakibat pada ketidakseimbangan dan kerusakan ekosistem namun juga berpengaruh bagi masyarakat dalam suatu negara

Jika dibandingkan dengan lokasi pengamatan di daerah perlindungan laut Pulau Kelapa kondisi kesehatan terumbu karang di daerah perlindungan laut Pulau Pramuka lebih baik di mana