PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WAKTU KERJA BAGI PEKERJA PEREMPUAN DI KOTA PEKANBARU BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
SKRIPSI
Di ajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Lancang Kuning Pekanbaru
Disusun Oleh :
Nama : TAUFIK HIDAYAT NPM : 1674201323
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU
2020
ABSTRAK
Pada kenyataannya perusahaan/pengusaha tempat hotel, Swalayan seperti di alfamart, indomaret, Vanhollan, Pizza pekerja wanita mulai bekerja pada pukul 08.00 WIB sampai pada pukul 11.00 malam dan bahkan sampai pukul 07.00 pagi. Pekerja wanita yang bekerja malam hari mempunyai risiko yang lebih besar dibadingkan dengan pekerjaan pada siang hari. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Perlindungan Hukum Terhadap Waktu Kerja Bagi Pekerja Perempuan Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan? Hambatan apa yang dihadapi dalam Perlindungan Hukum Terhadap Waktu Kerja Bagi Pekerja Perempuan Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan? Upaya apakah yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam Perlindungan Hukum Terhadap Waktu Kerja Bagi Pekerja Perempuan Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan?Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis, dengan metodelogi sampel Disnaker, Pekerja wanita, Masyarakat, dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa wawancara. Kesimpulan dari penulisan skripsi ini adalah Perlindungan adalah belum berjalan sesuai dengan undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, mengingat masih sering terjadi pelanggaran, dikarenakan oleh ketidakjelasan aturan tentang penerapan jam kerja, dan perusahaan tersebut tidak memberikan sepenuhnya hak-hak pekerja wanita yang dipekerjakannya terutama upah.
Hambatan adalah : a. kurangnya pengetahuan pekerja/buruh terhadap hak-hak yang telah terjamin oleh hukum, b. kurangnya kesadaran pengusaha mengenai perlindungan pekerja/buruh perempuan, c. masih rendahnya tingkat pendidikan, ekonomi, dan sosial pekerja/buruh perempuan dan kurangnya pengawasan, d. tidak adanya fasilitas antar jemput serta pengusaha kurang memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya adalah : a. Pemerintah sebaiknya segera melakukan perbaikan terhadap pengaturan pada pekerja/buruh wanita, agar para pekerja/buruh wanita mendapatkan perlindungan hukum yang lebih baik. Dengan lebih memperjelas aturan tentang pelaksanaan Perjanjian Kerja, b. demi meningkatkan perlindungan terhadap para pekerja/buruh wanita pemerintah sebaiknya membuat format perjanjian kerja waktu tertentu secara baku, c. dan Meningkatkan perlindungan terhadap para pekerja/buruh, wanita pemerintah membuat format perjanjian kerja yang secara baku untuk Perjanjian Kerja wanita, karena hal ini akan lebih memudahkan bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan, sehingga kendala yang menyangkut tentang pengawasan sebagian besar telah terbantu terselesaikan.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Pekerja, Perempuan.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari banyak perempuan yang terpaksa harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berkaitan dengan perempuan yang bekerja ini Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menentukan bahwa “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.” Ketentuan Pasal 5 ini membuka peluang kepada perempuan untuk memasuki semua sektor pekerjaan, dengan catatan bahwa perempuan itu mau dan mampu melakukan pekerjaan tersebut.1
Pada masa sekarang ini, wanita ikut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan cara bekerja merupakan hal biasa. Eksistensi kaum wanita di abad ke-20 ini tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi juga dapat bekerja membantu suami meningkatkan penghasilan karena tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Wanita memiliki beberapa potensi yang juga tidak kalah dibanding dengan kaum pria, baik dari segi intelektual, kemampuan, maupun keterampilan.
Pekerja wanita atau buruh wanita yang bekerja di perusahaan saat sekarang ini mengalami situasi dramatis. Situasi dilematis secara progresif cenderung memiliki dampak "marginalisasi" dan "privatisasi" pekerjaan wanita,
1 Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
serta mengkonsentrasikan di dalam bentuk pekerjaan pelayanan yang tidak produktif. Kenyataan ini menimbulkan fenomena menurunnya posisi kaum wanita dalam bidang pekerjaan.2
Fenomena wanita dalam bidang pekerjaan juga dikenal sebagai "industrial redeployment", terutama terjadi melalui pengalihan proses produksi di dalam industri manufaktur dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang.
Pengalihan proses produksi yang meliputi transfer kapital, teknologi, mesin- mesin, dan lingkungan kerja industrial barat ke negara-negara sedang berkembang tersebut sebagaimana diketahui terutama terjadi di dalam industri-industri tekstil, pakaian, dan elektronik. Akan tetapi, dikarenakan komoditi industri-industri tersebut telah mencapai tingkat perkembangan lanjut di dalam siklus produksi, hanya tenaga kasar dan tenaga setengah kasar yang diperlukan di dalam pengalihan proses produksi dari negara-negara maju ke negara-negara sedang berkembang. Termasuk Indonesia.3
Hak-hak pekerja wanita yang perlu mendapat perlindungan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, antara lain:
pesangon yang diatur dalam Pasal 156 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UMPK (Pasal 156 ayat (3), uang pengganti perumahan dan pengobatan (Pasal 156 ayat (4)) dan uang pengganti cuti tahunan atau hamil yang bersangkutan saat penghentian hubungan kerja, serta uang gaji yang dihitung sejak diberhentikan, merupakan hak yang jarang diterima pekerja
2 Iwan Prayitno, 2003, Wanita Islam Perubah Bangsa, (Jakarta: Pustaka Tarbiatuna), hlm.
185.
3 Fauzi Ridzal 2000, Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana), hlm. 78.
wanita.4 Banyak perusahaan memberikan gaji pada buruh berupa gaji pokok dan uang makan yang besarnya minim. Para pekerja wanita tidak memperoleh tunjangan kesejahteraan, dan kesehatan. Selain itu, para pekerja juga terancam PHK secara sepihak dari perusahaan. Dengan demikian, buruh harus menerima perlakuan tersebut, karena begitu sulitnya untuk mencari pekerjaan.
Keadaan pekerja wanita yang demikian, penting diperhatikan untuk mendapat perlindungan hukum. Perlindungan hukum untuk pekerja wanita dapat dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakkan-kebijakkan yang mengatur perlindungan hukum bagi buruh, sehingga perusahaan akan lebih memperhatikan kesejahteraan buruh.
Pada tahun 2003 pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai bentuk perlindungan terhadap buruh, dengan pertimbangan bahwa beberapa undang-undang di bidang ketenagakerjaan yang lama dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan. Dengan demikian, Pasal 88 UndangUndang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur tentang pembangunan ketenagakerjaan yang berupaya untuk memberdayakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, juag memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan melalui pengupahan dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Karakter inilah yang sering menjadi bahan protes oleh investor asing (unfriendly to busines), karena perlindungan kepada tenaga
4Mulyana W. Kusuma, 2007, Buruh Wanita dan Perlindungannya, (Jakarta:Jawa Pos), hlm. 4.
kerja di dalam negeri adalah suatu hal yang umum dan normal pada sebagian besar pemerintah di negara manapun di dunia ini.5
Selanjutnya di dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 ditentukan bahwa “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.” Ketentuan Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 ini semakin memperjelas ketentuan Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja.6
Ketentuan Pasal 5 dan 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tersebut dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Dengan adanya ketentuan Pasal 5 dan 6 ini maka dapat dikatakan bahwa Undang-undang Ketenagakerjaan yang baru merupakan Undang-undang yang anti diskriminasi.
Menurut Pasal 76 ayat (3) sampai dengan ayat (4) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menentukan pengusaha mempekerjakan tenaga kerja wanita antara pukul 23.00 WIB sampai dengan pukul 07.00 WIB memberikan makanan dan minuman bergizi dan menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja, dan pengusaha wajib menyediakan fasilitas antar jemput bagi pekerja wanita yang berangkat dan pulang bekerja pukul 23.00 WIB – 05.00 WIB.
5 Sehat Damanik, 2006, Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Jakarta: Publishing, hlm. 36.
6 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pada kenyataan sekarang ini tenaga-tenaga kerja wanita yang dipekerjakan malam hari, seperti halnya pada perusahaan/pengusaha tempat hotel, Swalayan seperti di alfamart, indomaret, Vanhollan, Pizza. Penggunaan tenaga kerja wanita di malam hari tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang mengaturnya.
Ketentuan di atas mengenai bekerja waktu malam hari harus dipedomani oleh pihak perusahaan/pengusaha dalam mempekerjakan pekerja. Namun pada kenyataannya perusahaan/pengusaha tempat hotel, Swalayan seperti di alfamart, indomaret, Vanhollan, Pizza pekerja wanita mulai bekerja pada pukul 08.00 WIB sampai pada pukul 11.00 malam dan bahkan sampai pukul 07.00 pagi. Pekerja wanita yang bekerja malam hari mempunyai risiko yang lebih besar dibadingkan dengan pekerjaan pada siang hari. Risiko yang muncul antara lain riskan terhadap perlakuan tidak senonoh dari majikan atau dari pihak lain yang menganggap bahwa perempuan hiburan malam apalagi yang bekerja dimalam hari bisa dibawa, apalagi banyak kasus pelecehan seksual bahkan perkosaan yang terjadi pada pekerja wanita yang jam kerjanya pada malam hari. Tidak sedikit pula masyarakat yang mengejek dan mempunyai pandangan buruk terhadap perempuan yang bekerja di malam hari, padahal semua itu terpaksa dilakukan karena itu memang tuntutan pekerjaan dan karena desakan ekonomi yang mengharuskan wanita itu menerima pekerjaanya.
Seorang wanita, apalagi yang bekerja di malam hari harus dilindungi dari kemungkinan-kemungkinan terkena risiko atas pekerjaan yang dilakukannya.
Oleh karena itu perlindungan hukum yang seharusnya diterima oleh pekerja wanita di Kota Pekanbaru. Keadaan pekerja wanita yang demikian, penting
diperhatikan untuk mendapat perlindungan hukum. Perlindungan hukum untuk pekerja wanita dapat dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakkan-kebijakkan yang mengatur perlindungan hukum bagi pekerja wanita, sehingga perusahaan akan lebih memperhatikan kesejahteraan pekerja wanita.
Permasalahan perlindungan tenaga kerja wanita dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya.
pelaksanaannya yang diluar apa yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan. Di mana pengusaha masih banyak membuat peraturan sendiri untuk kepentingan perusahaan tanpa memperdulikan apa yang menjadi hak-hak para pekerjanya. Orang tua yang memberikan izin buat anaknya yang bekerja di malam hari tersebut karena tuntutan ekonomi dimana ia harus rela menerima pekerjaan anaknya. Kebanyakan pekerja wanita adalah orang pendatang yang jauh dari orang tuanya pada.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan tentang “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WAKTU KERJA BAGI pekerja PEREMPUAN DI KOTA PEKANBARU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah berikut :
1. Bagaimanakah Perlindungan Hukum Terhadap Waktu Kerja Bagi Pekerja Perempuan Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan?
2. Bagaimanakah Hambatan yang dihadapi dalam Perlindungan Hukum Terhadap Waktu Kerja Bagi Pekerja Perempuan Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan?
3. Bagaimanakah Upaya Apa Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Waktu Kerja Bagi Pekerja Perempuan Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk Menjelaskan Perlindungan Hukum Terhadap Waktu Kerja Bagi Pekerja Perempuan Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
b. Untuk Menjelaskan Hambatan apa yang dihadapi dalam Perlindungan Hukum Terhadap Waktu Kerja Bagi Pekerja Perempuan Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
c. Untuk Menjelaskan Upaya apa yang harus dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam Perlindungan Hukum Terhadap Waktu Kerja Bagi
Pekerja Perempuan Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum khususnya hukum perdata dengan mempraktekkan di lapangan.
b. Untuk memberikan dasar-dasar serta landasan guna penelitian lebih lanjut.
c. Untuk memperoleh data guna analisis agar dapat digunakan dalam menjawab rumusan masalah yang penulis kemukakan dan Untuk memberikan sumbangan dan masukan guna mengembangkan Ilmu Hukum Perdata.
D. Kerangka Teori
1. Pengertian Ketenagakerjaan
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan, “Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, sesudah masa kerja.“ Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan beserta peraturan pelaksanaannya, dari peraturan pemerintah, peraturan menteri, hingga keputusan-keputusan menteri yang terkait, dapat ditarik kesimpulan adanya beberapa pengertian ketenagakerjaan, sebagai berikut.7
7 Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
a. Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan setelah selesainya masa hubungan kerja.
b. Tenaga kerja adalah objek, yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa, untuk kebutuhan sendiri dan orang lain.
c. Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain dengan menerima upah berupa uang atau imbalan dalam bentuk lain.
d. Pemberi kerja adalah orang perseorangan atau badan hukum yang memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
2. Pengertian Tentang Perlindungan Hukum
a. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon adalah “Berpendapat bahwa, perlindungan hukum selalu berkaitan dengan kekuasaan yang selalu menjadi perhatian, yakni kekuasaan pemerintah, permasalahan perlindungan hukum bagi rakyat (yang diperintah) terhadap perintah (yang memerintah). Dalam hubungan dengan8 kekuasaan ekonomi, permasalahan perlindungan hukum adalah perlindungan bagi si lemah (ekonomi) terhadap si kuat (ekonomi), misalnya perlindungan bagi penggarap tanah terhadap pemilik (tuan tanah).
8 Adrian Sutedi,2009, hukum Perburuhan, penerbit: sinar grafika, jakarta, hlm. 13.
b. Pengertian Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan pemberian perlindungan hukum bagi pekerja menurut Imam Soepomo meliputi lima bidang hukum perburuhan, yaitu:
1) Bidang pengerahan/penempatan tenaga kerja Perlindungan hukum yang dibutuhkan oleh pekerja sebelum ia menjalani hubungan kerja. Masa ini sering disebut dengan masa pra penempatan atau pengerahan.
2) Bidang hubungan kerja Masa yang dibutuhkan oleh pekerja sejak ia mengadakan hubungan kerja dengan pengusaha. Hubungan kerja itu didahului oleh perjanjian kerja. Perjanjian kerja dapat dilakukan dalam batas waktu tertentu atau tanpa batas waktu yang disebut dengan pekerja tetap.
3) Bidang kesehatan kerja Selama menjalin hubungan kerja yang merupakan hubungan hukum, pekerja harus mendapat jaminan atas kesehatan tubuhnya dalam jangka waktu yang relatif lama.
4) Bidang keamanan kerja Adanya perlindungan hukum bagi pekerja atas alat-alat kerja yang dipergunakan oleh pekerja. Dalam waktu relatif singkat atau lama akan aman dan ada jaminan keselamatan bagi pekerja. Dalam hal ini negara mewajibkan kepada pengusaha untuk menyediakan alat keamanan kerja bagi pekerja.
5) Bidang jaminan sosial buruh telah diundangkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja wanita berpedoman pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Pasal 76, 81, 82, 83, 84, Pasal 93, Kepmenaker No. 224 tahun 2003 serta Peraturan Perusahaan atau perjanjian kerja bersama perusahaan yang meliputi:9
a. Perlindungan Jam Kerja
Perlindungan dalam hal kerja malam bagi pekerja wanita (pukul 23.00 sampai pukul 07.00). Hal ini diatur pada pasal 76 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Tetapi dalam hal ini ada pengecualiannya yaitu pengusaha yang mempekerjakan wanita pada jam tersebut wajib:
1) Memberikan makanan dan minuman bergizi
2) Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
3) Menyediakan antar jemput bagi pekerja perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 – 05.00. Tetapi pengecualian ini tidak berlaku bagi pekerja perempuan yang berum7ur di bawah 18 (delapan belas) tahun ataupun perempuan hamil yang berdasarkan keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya apabila bekerja antara pukul 23.00 – 07.00. Dalam pelaksanaannya masih ada perusahaan yang tidak memberikan makanan dan minuman bergizi tetapi diganti dengan uang padahal ketentuannya tidak boleh diganti dengan uang.
9 Abdul Hakim, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti, hlm. 12.
b. Perlindungan dalam masa haid
Padal Pasal 81 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur masalah perlindungan dalam masa haid.
Perlindungan terhadap pekerja wanita yang dalam masa haid tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid dengan upah penuh.
Dalam pelaksanaanya lebih banyak yang tidak menggunakan haknya dengan alasan tidak mendapatkan premi hadir.
c. Perlindungan Selama Cuti Hamil
Sedangkan pada pasal 82 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur masalah cuti hamil. Perlindungan cuti hamil bersalin selama 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan dengan upah penuh. Ternyata dalam pelaksanaannya masih ada perusahaan yang tidak membayar upah secara penuh.
d. Pemberian Lokasi Menyusui
Pasal 83 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur masalah ibu yang sedang menyusui. Pemberian kesempatan pada pekerja wanita yang anaknya masih menyusui untuk menyusui anaknya hanya efektif untuk yang lokasinya dekat dengan perusahaan.
Peran Dinas Tenaga Kerja dalam memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja wanit yakni dengan melalui pengesahan dan pendaftaran PP dan
PKB Perusahaan pada Dinas Tenaga Kerja, Sosialisasi Peraturan Perundangan di bidang ketenagakerjaan dan melakukan pengawasan ke Perusahaan.10
E. Metode penelitian
Dalam hal melakukan penelitian ini dan untuk melengkapi data yang konkrit, jawaban yang objekif dan ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan dalam hal kebenarannya, maka penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penulis, maka jenis penelitian adalah penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum sosiologis adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan identifikasi hukum bagaimana efektivitas hukum itu berlaku dalam masyarakat.11Pengumpulan data dimulai dari data sekunder bahan hukum primer kemudian bahan hukum sekunder dan dilanjutkan dengan pengumpulan data primer di lapangan. Yuridis empiris ini menerangkan pada aspek hukum sistem perundang-undangan kepada usaha untuk mencapai tujuan- tujuan serta memenuhi kebutuhan dalam masyarakat.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian di Kota Pekanbaru karena Perlindungan Hukum Terhadap Waktu Kerja Bagi Pekerja Perempuan Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan masih belum
10Djumadi, 1993, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, Hlm 24
11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta: 1982, Hlm. 30.
terlindungi serta terdapat sejumlah narasumber yang relevan dengan penelitian ini yang akan mendukung data-data kepustakaan.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama.12 Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang dapat mewakili keseluruhan objek penelitian untuk mempermudah penelitian dalam menentukan penelitian.13Penelitian ini pada dasarnya menerapkan purposive sampling. Sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan atau penelitian subyektif dari penelitian, jadi dalam hal ini penelitian menetukan sendiri responden mana yang dianggap dapat mewakili populasi. Metode sensus yaitu menetapkan sampel berdasarkan jumlah populasi yang ada. Metode purposive yaitu menetapkan sejumlah sampel yang mewakili sejumlah populasi yang ada’
yang kategori sampelnya itu telah ditetapkan sendiri oleh sipeneliti. Metode random yaitu menetapkan sejumlah sampel yang ada, yang kategori sampelnya itu ditetapkan secara acak oleh peneliti.
a. Populasi
Penelitian ini melalui proses wawancara dengan beberapa narasumber yaitu:
1) Sekretaris Ketenagakerjaan Kota Pekanbaru sebanyak 1 (satu) orang, 2) Pengawas K3 Disnaker Kota Pekanbaru sebanyak 1 (satu) orang.
3) HRD perusahaan/pengusaha sebanyak 3 (tiga) orang, 4) Pekerja Wanita 3 (tiga) orang.
12 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo, Jakarta: 2005, hlm. 118.
13 Ibid, hlm. 119.
b. Sampel
1) Sekretaris Ketenagakerjaan Kota Pekanbaru berjumlah 1 orang ditetapkan dengan metode sensus.
2) Pengawas K3 Disnaker Kota Pekanbaru berjumlah 1 orang ditetapkan dengan metode sensus.
3) HRD perusahaan/pengusaha berjumlah 3 orang ditetapkan dengan metode random.
4) Pekerja Wanita 3 orang ditetapkan dengan metode random.
Tabel I.1 Populasi dan Sampel No. Jenis Populasi Jumlah
populasi
Jumlah sampel
Persentase (%) 1. Sekretaris Ketenagakerjaan
Kota Pekanbaru 1 1 100
2. Pengawas K3 Disnaker Kota
Pekanbaru 1 1 100
3. HRD perusahaan/pengusaha 3 3 100
4. Pekerja Wanita 3 3 100
Jumlah 8 8 100
Sumber Data Tahun 2019 s/d 2020 4. Sumber Data
Sebagai usaha untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, maka data yang dibutuhkan yakni berupa data primer, data sekunder dan data tersier.
a. Data Primer
Yakni data yang diperoleh dari serangkaian wawancara terhadap responden atau narasumber dan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian yang terkait dengan penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder yakni data yang diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi yang didapat dari berbagai pustaka tentang laporan penelitian, mass media maupun jurnal-jurnal, situs-situs dalam internet dan data-data lain yang berkolerasi dengan tema yang diangkat.
c. Data tersier
Yakni data-data yang diperoleh dari kamus dan ensiklopedia dan sejenisnya yang berfungsi untuk mendukung data primer dan data sekunder.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan beberapa metode berikut:
a. Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian, terkait dengan penelitian ini, penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap Perlindungan hukum terhadap Wanita Pekerja.
b. Wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara non struktur sehingga lebih membuka peluang bagi peneliti untuk mendapatkan penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam guna menjawab pertanyaan penelitian.
c. Kajian kepustakaan Metode pengumpulan data melalui metode ini di butuhkan peran aktif si peniliti untuk membaca literature-literatur kepustakaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang sedang di
telitinya metode ini digunakan dalam penelitian hukum sosiologis sebenarnya ini untuk mendukung data sekunder guna mendukung data primer.
6. Analisis Data
Dalam hal analisis data, penelitian ini menggunakan pengolahan data secara kualitatif yaitu berupa uraian-uraian yang dilakukan terhadap data-data yang terkumpul dan tidak berbentuk angka-angka yang disusun secara logis dan sistematis tanpa menggunakan rumus statistik, sehingga data dapat dimengerti.
Kemudian dilakukan penarikan kesimpulan secara deduktif yaitu kesimpulan yang diambil dari hal-hal yang umum kepada hal yang bersifat khusus.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku
Abdul Hakim, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Adrian Sutedi,2009, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika.
Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2019, Pekanbaru dalam Angka Tahun 2019, Cetakan I, Pekanbaru, BPS Kota Pekanbaru.
Bambang Sunggono, 2005, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan-Balai Pustaka, 2001, Edisi Ketiga, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Pekanbaru.
Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2019.
Djumadi, 1993, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Dr. Indra Afrita, SH.,MH, Hukum Ketenagakerjaan dan Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial di Indonesia, Beran, RT 07 No. 56 Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta: Absolute Media.
Fauzi Ridzal 2000, Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia, Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Iwan Prayitno, 2003, Wanita Islam Perubah Bangsa, Jakarta: Pustaka Tarbiatuna.
Mariam Darus Badrulzaman, dkk., 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
Mulyana W. Kusuma, 2007, Buruh Wanita dan Perlindungannya, Jakarta: Jawa Pos.
R. Subekti, R. Tjitrosudibio, 2001, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Cet.
Ke-31, Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Sehat Damanik, 2006, Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Jakarta: Publishing.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press.
Suwarto, 2003, Hubungan Industrial Dalam Praktek, Cet. I, Jakarta: Penerbit Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia (AHII).
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Wirjono Prodjodikoro, 1983, Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Penerbit Sumur Bandung.
B. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
C. Jurnal
Jurnal Komunikasi Hukum Vol. 3 Nomor 2, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Perempuan Di Bidang Ketenagakerjaan, Fakultas Hukum Universitas Riau, 2017.
Jurnal Hukum Vol. 15 Nomor 1, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Perempuan Tahun 2014.
Jurnal Avokasi Eva UNMAS Vol. 6 Nomor 2, Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perempuan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, 2016.