• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Keanekaragaman Hayati dalam Tinjauan Hukum Islam

N/A
N/A
siti nurazizah

Academic year: 2025

Membagikan "Perlindungan Keanekaragaman Hayati dalam Tinjauan Hukum Islam"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

Adnan Shidqi Anggara1*, Dyah Ayu Kurniawati1**, Siti Nurazizah1***, Ahmad Fauzan Hidayatullah1

1Departemen Teknik Lingkungan, Universitas Islam Negeri Walisongo, Indonesia Email: [email protected]*

[email protected]**

[email protected]***

ABSTRACT

Islam is a religion that talks a lot about nature and everything in it. It discusses how to utilize it and the importance of maintaining its health and the prohibition of all actions that harm and pollute it. In this article, we discuss the importance of humans in protecting biodiversity based on Islamic sharia. In the Qur'an, there are 750 verses that discuss natural phenomena such as animals, plants, soil, water, and air. This is supported by hundreds of saheeh hadith and ijtihad from the companions and tabiin. This research aims to deepen knowledge related to the utilization of biodiversity that takes its basis from the Qur'an and hadith, providing a role in the advancement of understanding. The research method used is an analytical study, analyzing data literature from relevant sources is also analyzed. The results of the study show that Islam provides a view of the importance of maintaining and protecting biodiversity based on sharia. By applying important principles in the protection of water, soil, plants and animal species. Muslims can improve the quality of preserving and maintaining the environment around them. Such actions are a form of worship to Allah SWT. This article concludes that Islamic essential principles can provide strong guidance to deal with biodiversity problems and make a real treatment of nature conservation on a regular basis.

Keywords: biodiversity, Sharia, Protection, Environmental Fikih

ABSTRAK

Islam merupakan agama yang banyak membicarakan alam dan seluruh isinya. Membahas cara pemanfaatannya dan pentingnya menjaga kesehatan dan larangan segala tindakan yang merugikan dan pencemarannya. Dalam artikel ini, membahas pentingnya manusia dalam melindungi keanekaragaman hayati berdasarkan syariah islam, dalam Al-Qur’an terdapat 750 ayat yang membahas fenomena alam seperti Binatang, tumbuhan, tanah, air, dan udara. Hal ini didukung oleh ratusan hadits shahih dan ijtihad dari para sahabat dan tabiin Penelitian ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan terkait pemanfaatan keanekaragaman hayati yang mengambil landasan dari Al-Qur’an dan hadist, memberikan peran serta tentang kemajuan pemahaman.

Metode penelitian yang digunakan adalah studi analitik, menganalisis literatur data dari sumber

(2)

yang relevan juga dianalisis. Hasil dari kajian menunjukan bahwa Islam memberikan pandangan mengenai arti penting dalam menjaga dan melindungi keanekaragaman hayatinya berdasarkan syariah. Dengan menerapkan prinsip penting dalam perlindungan terhadap air, tanah, tumbuhan dan spesies hewan. Umat islam dapat meningkatkan kualitas dalam menjaga dan memelihara lingkungan disekitarnya Tindakan tersebut sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Artikel ini menyimpulkan bahwa Prinsip penting islam dapat memberikan panduan yang kuat untuk menghadapi permasalahan keanekaragaman hayati dan membuat sebuah perlakuan nyata pada kelestarian alam secara berkala.

Kata kunci: keanekaragaman hayati, Syariah, Perlindungan, Fikih Lingkungan

PENDAHULUAN

Dalam pandangan islam, konsep penciptaan alam semesta tercantum dalam Al-Qur’an, yang mengatakan bahwa semua hal yang terdapat di jagad raya adalah manifestasi dari kebesaran Allah. Allah menciptakan alam semesta ini jauh sebelum manusia ada, dan bagi-Nya sangat mudah untuk mengatur segala sesuatunya termasuk pada salah ciptaannya yaitu keanekaragaman hayati (Nanda Prasmeti, 2020)

Keanekaragaman hayati ialah suatu kawasan yang berkaitan dengan keberagaman di dalam dan di antara organisme hidup, kumpulan organisme, komunitas biotik dan proses biotik yang masih bersifat alalmiah ataupun yang sudah diubah oleh manusia. Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati (Ridhwan, 2012). Keanekaragaman atau berbagai macam makhluk hidup dapat terjadi akibat perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifar-sifat lainnya. Keanekaragaman hayati merupakan salah satu dasar dalam lingkungan sehat dan Allah menciptakannya dengan sempurna juga banyak manfaat yang ada di dalamnya.

namun saat ini Indonesia tengah menghadapi ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati (Siboro, 2019)

Keanekaragaman hayati telah menjadi suatu ekosistem yang utuh, dan semua ekosistem mempunyai bentuk yang penting bagi kehidupan. Hal terpenting dalam suatu ekosistem adalah menjaga keseimbangan ekologi yang menunjang kehidupan di bumi Pelestarian keanekaragaman hayati sebagai komponen pembentuk ekosistem sangatlah penting (Muhammad, 2016).

Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keanekaragaman hayati. Indonesia memandang keanekaragaman hayati sebagai salah satu asas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Prinsip ini mensyaratkan perlunya perhatian yang besar terhadap perlindungan lingkungan hidup dan perlindungan lingkungan hidup dalam berbagai upaya untuk melestarikan keberadaan, keanekaragaman dan kelestarian sumber daya alam hayati.

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar dan negara yang kaya akan keanekaragaman hayatinya, tentunya memiliki kesempatan untuk berperan penting dalam banyaknya usaha perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (Syaira, 2024). Dalam

(3)

menjaga berbagai usaha yang sudah dilakukan, perlu mempelajari tradisi hukum islam dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Setelah itu, dapat dengan mudah menemukan solusi cepat pada tindakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (Amdar, 2016).

Pemanfaatan dalam keanekaragaman hayati sendiri memiliki etika dan penting untuk memahaminya. Pada era ini, banyak yang tidak memiliki pengetahuan terhadap pentingnya memanfaatkan sumber daya alam dengan baik. Penyalahgunaan yang terus berlanjut menyebabkan kerusakan pada sumber daya alam. Maka dari itu, harus ada usaha dalam merumuskan gagasan pada etika yang dilandasi dalam Al-Qur’an tentang manusia menjaga keanekaragaman hayati dengan baik (Alifia, 2023)

Al-Qur'an adalah kitab suci agama Islam dan pedoman penting bagi umat Islam. Banyak ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan perbuatan manusia yang merusak bumi dan lingkungan.

Oleh karena itu, Al-Quran mempunyai potensi besar untuk memperluas pengetahuan tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati (Alifia, 2023).

Pada artikel ini, pembahasan akan mendalami pandangan Al-Qur’an tentang keanekaragaman hayati, kegunaannya, juga etika yang harus bisa diterapkan. Selanjutnya, tujuan artikel ini dibuat dengan tujuan memperdalam pengetahuan terkait pemanfaatan keanekaragaman hayati yang mengambil landasan dari Al-Qur’an dan hadist, memberikan peran serta tentang kemajuan pemahaman , salah satunya terhadap kajian Al-Qur’an. Dengan memiliki pengetahuan ini dengan baik, diinginkan dapat memanfaatkan keseimbangan hubungan manusia dengan alam berdasarkan syariah juga menghindari kerusakan yang berlanjut terhadap keanekaragaman hayati yang sudah dijaga dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam konteks perlindungan keanekaragaman makhluk hidup, manusia memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan dan memperhatikan komponen lingkungan. Pada setiap komponen lingkungan hidup pasti memiliki nilai tersendiri. Oleh karena itu, pada tiap komponen lingkungan hidup tidak hanya menilai bagi persepsi manusia melainkan komponen tersebut pun memiliki nilai pada komponen lainnya (Efendi, 2011).

Penting dalam memperhatikan hak seluruh komponen lingkungan hidup mencapai beberapa bentuk keseimbangan lingkungan, konservasi sumber daya alam. Kualitas hidup yang lebih baik secara umum, bukan sekedar kualitas pandangan hidup yang didasarkan pada keinginan dan keserakahan manusia. Penerapan metode perspektif terhadap lingkungan ini adalah sesuatu yang hanya dapat dicapai oleh manusia. Manusia menggunakan pola moral dan agama secara internal (tawhidan) dalam mengatasi dan mengelola berbagai sumber daya alam (Subagyo, 2002).

Dalam hal memanfaatkan sumber daya alam, islam pun mengarahkan manusia agar melawan keindividuan. Perilaku antroposentrisme atau yang disebut juga pandangan filosofi yang menilai individu sebagai pusat alam semesta dan menganggap manusia adalah makhluk yang penting. Dalam ajaran antroposentrisme manusia beserta kewajibannya diperhatikan. Faktor yang memutuskan pada struktur ekosistem serta prosedur yang terkait dengan kontak langsung ataupun tidak langsung dengan alam (Keraf, 2010). Sikap antroposentris ini mengubah pola hidup manusia

(4)

yang hedonis dan konsumtif. Gaya hidup inilah menjadi salah satu penyebab eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan yang pada akhirnya merusak merusak lingkungan. Sedangkan, dalam islam mengajarkan untuk hidup lebih bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam (ROBBI, 2020).

Islam mengajarkan untuk memberikan perhatian yang baik dalam lingkungan hidup, karena dalam islam sendiri atau pada ayat-ayat Al-Qur’an berisi prinsip tentang adab terhadap lingkungan (Erwin, 2008). Maka dari itu, islam adalah petunujuk atau arahan tentang salah atau tidaknya dalam perbuatan manusia (Soerjani, 2008). Selanjutnya islam adalah agama yang memberikan mengajarakan tentang membangun sikap yang baik dan realistis agara terciptanya suasana harmoni di alam ini yang dimana dalam mewujudkannya dilakukan oleh manusia. Dimana disebutkan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah:30

الَ الَ مُ لَ عْ لَ عْيْٓ نِّ اِ لَ الَ لَكَۗ لَ مُ نِّ لَ مُ لَ لَ اِ عْ لَ اِ مُ نِّ لَمُ !مُعْ لَ لَ "لَءَۚااۤلَ نِّ مُ %اِ عْ&لَلَ ا'لَ(عْ)اِ مُ اِ%عْ&*مُ !عْلَ ا'لَ(عْ)اِ +مُ,لَ-عْ.لَلَ /عْيْٓمُالَ 01كَۗ%لَ(عْاِ 2لَ 3اِ4عْالَعْ ى)اِ +لٌاِ ا7لَ عْ نِّ 8اِ0اِ9لَ:;اِ<اۤ لَ عْاِ لَ *مُ 4لَ لَ الَ =عْاِ لَ

>لَ/عْمُ لَ ,عْ.لَ

۝٣٠ Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”

Dia berfirman, “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Pada ayat tersebut menafsirkan tentang manusia yang diberi kepercayaan oleh Allah dalam menjaga suatu daerah makai manusia itu wajib menciptakan masyarakat yang memiliki hubungan baik dengan Allah, kehidupan yang harmonis, serta agama dan juga budaya yang terjaga dan juga kata “khalifah”

diartikan sebgai pengganti, disebutkan bahwa penghuni pertama bumi adalah bangsa jin. Mereka menyebabkan kerusakan dan pertumpahan darah di bumi. Maka, iblis yang saat itu bersama malaikat diutus untuk membasmi jin dan menghentikan kerusakan tersebut. Setelah, Adam AS diciptakan untuk menggantikan jin sebagai penghuni bumi.

Dalam QS. Al-A’raf: 58 Allah berfirman tentang perlindungan terhadap tanah, yaitu

>لَعْ Bمُ9مُCعْ&*لَDمٍ/عْلَ اِ Fاِ&<ا<عْ GمُBنِّHلَمُ لَ اِ I<Jلَ كَۗ 1 9اِلَ ا*لَاِ KمُBمُLعْ&لَ الَ Mلَمُ 2لَ NعْIاِ*لَ لَ OPءَۚنِّ 4لَ >اِ=عْااِاِ Oهٗ.مُالَلَ KمُBمُLعْ&لَ Rمُ(نِّS*لَ مُ لَ لَ عْ لَ

>لَ>لَ

۝٥٨

Artinya: “Tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur seizin Tuhannya. Adapun tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami jelaskan berulang kali tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur”.

Ibnu ‘Abbās menjelaskan bahwa ayat ini adalah perumpamaan yang Allah berikan untuk menunjukkan perbedaan antara orang mukmin dan kafir, orang baik dan jahat. Allah mengibaratkan mereka seperti tanah yang subur dan tanah yang tandus, sementara Al-Qur’an diumpamakan seperti hujan yang turun ke bumi. Tanah yang subur, ketika disirami hujan, akan menghasilkan bunga dan buah yang melimpah, sedangkan tanah yang tandus, meski terkena hujan, hanya dapat menumbuhkan sedikit sekali. Begitu pula, jiwa yang baik dan bersih dari kebodohan serta akhlak buruk, ketika mendapatkan cahaya Al-Qur’an, akan menjadi jiwa yang patuh, taat, dan

(5)

memiliki akhlak yang mulia. Firman Allah yang sudah disebutkan tadi menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi (tanah) untuk memberikan manfaat kepada manusia dan makhluk hidup lainnya, manfaat itu sendiri harus disertai dengan ikhtiar juga usaha. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam mewujudkannya adalah dengan mengolah tanah yang tidak terpakai atau dibiarkan begitu saja tanpa memanfaatkan nya.

Dalam pemanfaatan tanah yang tidak digunakan tadi akan menciptkan suatu hasil dari iktiar yang telah dilakukan salah satunya yaitu dapat menjadi tuan tanah tersebut. Keterangan ini sejalan dalam hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yaitu, “Barang siapa yang menghidupkan sebidang tanah yang mati, maka tanah itu menjadi miliknya dan apabila diambil oleh para pencari rezeki, maka itu adalah sedekah baginya”

Pada hadist yang telah disebutkan menjelaskan bahwa Nabi sudah menegaskan bahwa status kepemilikan tanah kosong adalah untuk yang menghidupkannya. Hal ini diperuntukkan untuk mereka yang menghidupkannya dan itu menjadi dorongan bagi diri manusia itu sendiri. Oleh karena itu, apabila ditemukan hukum yang mengatakan: jika mereka melakukan usaha dalam menghidupkan suatu tanah yang sudah mati maka ia akan menjadi pemilik tanah tersebut.

Islam juga miliki anjuran tentang perlindungan terhadap air, air adalah sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia , tumbuhan, dan hewan. Tidak mungkin kehidupan berjalan tanpa adanya air, maka dari itu menjaga air sama hal nya seperti memelihara kehidupan sendiri.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Anbiya: 30

>لَ/عْVمُاِ Wعْ&مُ اYلَ)لَلَ Zكَۗ [لَ "مٍعْ \لَ +*لَJمُ "اِااۤلَ عْ !لَاِ اVلَعْ,لَ7لَلَ اكَۗلَ 'مُV<عْ ]لَ%لَ)لَ ا1 .عْ4لَ ا]لَلَاJلَ 3لَ4عْالَعْ لَ ^اِ/<< *لَ >*لَلَ عْيْٓBمُ%لَJلَ !لَ&عْIاِ*لَ Bلَ&لَ عْ لَ لَ لَ

۝٣٠

Artinya: “Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian kami memisahkan keduanya dan kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?”

Tafsir dari ayat Al-Qur’an diatas menjelaskan bahwa orang-orang kafir tidak berpikir jernih dalam mengamati fenomena alam, padahal peristiwa yang ada di alam ini merupakan bukti adanya Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak. Allah bertanya, “Dan apakah orang-orang kafir, kapan dan di mana saja mereka hidup, tidak memperhatikan secara mendalam bahwa langit dan bumi sebelum terjadi ledakan besar, keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya dengan mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi seperti apa adanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; kehidupan dimulai dari air (laut), makhluk hidup berasal dari cairan sperma dan air bagian yang penting bagi makhluk hidup- maka mengapa mereka, orang-orang kafir itu tidak tergerak hatinya untuk beriman kepada Allah?"

Pada dasarnya air merupakan kekayaan yang penting dan berharga. Namun sayangnya, karena Allah menyediakan air dengan begitu melimpah yang berada di Sungai, laut, ataupun dengan cara lebatnya curah hujan yang Allah berikan mengakibatkan kurangnya rasa peduli manusia dalam menghargai nikmat tersebut (Firdaus, 2022). Dapat dilihat dari banyak nya terjadi pencemaran air yang terus berlanjut, beberapa contoh dari pencemaran tersebut ialah pencemaran limbah industry,

(6)

zat kimia, zat beracun yang berbahaya, dari contoh ini dapat membahayakan keberlangsungan hidup bagi manusia dan makhluk lainnya (Al-Qaradhawi, Islam agama ramah lingkungan)

Penggunaan air secara terus menerus juga tidak diperbolehkan di dalam islam, Ibnu Majah sendiri meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bepergian bersama Sa'ad bin Abi Waqqash. Ketika Sa'ad berwudhu', Nabi berkata, "Jangan menggunakan air berlebihan." Sa'ad bertanya, "Apakah menggunakan air juga bisa berlebihan?" Nabi menjawab, "Ya, sekalipun kamu melakukannya di sungai yang mengalir." (HR. Ibnu Majah dari Saad). Dalam hadist tersebut menjelaskan bahwa dalam memanfaatkan air harus juga mengingat jika suatu saat persediaan air akan menipis dan langka dan dampak dari langka nya persediaan air akan menambah kesulitan bagi makhluk hidup dalam melanjutkan kegiatan atau kebutuhan utamanya dan juga akan mempercepat terjadinya kepunahan pada kehidupan di alam.

Perlindungan terhadap tumbuh-tumbuhan juga penting dan diajarkan di dalam islam sendiri, karena tumbuh-tumbuhan menjadi sumber makanan untuk kehidupan makhluk hidup.

Allah berfirman dalam QS. Abasa: 24-32 yang berisi: "Maka hendaknya manusia itu memperhatikan makanannya. Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit).

Kemudian kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. Lalu di sana Kami tumbuhkan bijibijian, dan anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) rindang, dan buah- buahan serta rerumputan. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu.”

Dari apa yang sudah dijelaskan oleh Allah SWT, Allah menciptakan tumbuhan yang dapat dijadikan bahan makanan bagi kehidupan makhluk-Nya, tempat berteduh, menjadi sumber kehidupan, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Apa yang telah didapat dari yang Allah ciptakan sudah seharusnya untuk selalu disyukuri dengan cara menjaga nya dengan baik dan tidak merusaknya. Disebutkan dalam hadist Abu Dawud “Barang siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya ke dalam neraka”. Maksud dari kata “mencelupkan” ialah sebuah ancaman ataupun ganjaran yang akan didapat bagi siapapun yang berani menebang pepohonan tanpa alasan (Al-Qaradhawi, 2014).

Terakhir, dalam ajaran islam juga diharuskan dalam melindungi hewan dan spesies lainnya, terdapat pada QS. Al-An’am: 38 Allah berfirman

>لَعْ BمُCلَعْ &مُ عْ 'اِنِّ 4لَ ى<اِ *لَ _مُ "مٍ عْ \لَ !عْاِ Rاِ]<9اِعْ ى)اِ اVلَ`عْB*لَ)لَ الَ عْكَۗ 9مُمُاaلَعْ لَ لٌ لَ مُ ايْٓ*لَاِ Oاِ(عْ[لَاVلَ-لَاِ Bمُ(عْSاِ&*لَ Bمٍ:;اِ`<اۤ الَ لَ 3اِ4عْالَعْ ى)اِ 0مٍ*لَ اۤbلَ !عْاِ الَ لَ

۝٣٨

Artinya: “Tidak ada seekor hewan pun (yang berada) di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam kitab, kemudian kepada Tuhannya mereka dikumpulkan”.

Tafsir dalam firman Allah ini memberitahu kepada umat-Nya bahwa di dalam islam sangat mengutamakan kehidupan yang bersifat alamiah. Kehidupan yang bersifat alami akan menciptakan suasana yang baik, pada kehidupan yang alami memiliki peran antar hubungan dalam

(7)

kelestarian ekosistem. Sebagai contohnya adalah hutan yang stabil terdapat peran mikroorganisme yang menjadi pengurai dalam pembusukan sesuatu yang sudah mati. Ekosistem yang baik ialah bila terjadinya suatu hal yang saling menguntungkan atau disebut dengan hubungan timbal balik.

Hal ini adalah gambaran keseimbangan alam dalam mempertahankan keseimbangan pada kehidupan di alam. Jika pada suatu spesies hewan mengalami kesusahan dalam kebutuhannya, mereka akan berimigrasi ke tempat yang dianggap lebih layak. Imigrasi terjadi bila ekosistem sudah tidak mampu lagi dalam menyediakan bahan makanan bagi makhluk hidup. Allah berfiraman dalam QS. Al-Mulk: 3.

4مٍ/عْSمُ)مُ !عْاِ ىB<.لَ +عْdلَ BلَرَۙHلَلَ عْ fاِ7اِ4عْا)لَ ^مٍكَۗ/مُ%<.لَ !عْاِ !اِ< [عْB*لَ gاِعْ 2لَ عْ )اِ ىB<.لَ الَ اكَۗ1 الَ`اِ ^مٍ/<< hلَ fلَعْhلَ gلَلَ 2لَ NعْIاِ*لَ

۝٣

Artinya: “(Dia juga) yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih ketidakseimbangan sedikit pun. Maka, lihatlah sekali lagi!

Adakah kamu melihat suatu cela?”. Menurut firman Allah ini ialah manusia tidak mempunyai peran dalam mengurangi suatu spesies hewan, karena tiap spesies hewan yang telah Allah ciptakan pasti mempunyai peran tersendiri untuk keseimbangan pada lingkungan dan juga menafsirkan kuasa Allah menciptakan hidup dan mati dikaitkan dengan kuasa-Nya menciptakan alam raya, yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis sangat serasi dan harmonis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang aib atau tidak sempurna, pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih Tuhan yang rahmat-Nya mencakup seluruh wujud, baik pada ciptaan-Nya yang kecil maupun yang besar. Maka lihatlah sekali lagi dan berulang-ulang disertai dengan berpikir yang keras. Islam menciptakan pandangan yang tegas bahwa apa yang Allah ciptakan adalah sebuah karunia untuk semua makhluk hidup dengan cara mengizinkan segala spesies hewan untuk berkembang biak.

Allah berfirman dalam QS. Luqman:10.

مٍ &عْBاِJلَ Kمٍعْ iلَ +نِّJمُ !عْاِ ا'لَ(عْ)اِ اVلَ]عْلَ عْنْۢالَ)لَ "1ااۤلَ "اِااۤلَ *لَ !لَاِ اVلَعْkلَعْ لَ لَ 0مٍكَۗ*لَ اۤbلَ +نِّJمُ !عْاِ ا'لَ(عْ)اِ M*لَلَ لَ عْ 9مُاِ لَ (عْاِ .لَ >عْلَ لَ hاِ لَ 4لَ 3اِ4عْالَعْ ى)اِ ى< عْلَ لَ ا'لَلَ عْ Bلَ.لَ مٍ لَ لَ Bاِ(عْlلَاِ ^اِ/<< *لَ gلَلَ 2لَ

۝١٠

Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang (seperti) yang kamu lihat dan meletakkan di bumi gunung-gunung (yang kukuh) agar ia tidak mengguncangkanmu serta menyebarkan padanya (bumi) segala jenis makhluk bergerak. Kami (juga) menurunkan air hujan dari langit, lalu kami menumbuhkan padanya segala pasangan yang baik”. Tafsir dari ayat tersebut menjelaskan bahwa Di antara tanda-tanda keesaan dan kekuasan Allah adalah bahwa Dia menciptakan langit tanpa tiang penyangga sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia juga meletakkan gunung-gunung di permukaan bumi sebagai pasak agar ia tidak menggoyangkan kamu sehingga kamu dapat tinggal di bumi dengan tenang; dan Dia memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi, baik yang hidup di darat, laut, maupun udara. Dan Kami turunkan air hujan dari langit ke bumi, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik, sedap dipandang, dan bermanfaat.

Manusia memiliki tanggung jawab dalam memelihara keberlangsungan makhluk hidup lainnya dan ini yang mendasari Nabi Muhammad untuk membuat cadangan suatu lahan pada

(8)

kawasan yang dilindungi atau tidak boleh digarap. Dengan tujuan untuk memelihara ekosistem pada suatu lingkungan agar terciptanya kelestarian alamnya (Fachruddin, 2005).

Nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk tidak menyakiti atau membunuh binatang dengan cara melukai dan menganiaya seperti tidak membiarkan untuk hidup sesuai habitatnya (mengurung) baik dalam keadaan hidup atau mati. Nabi juga mengajarkan dalam menyembelih hewan haruslah dengan pisau yang tidak tumpul melainkan tajam supaya tidak menyakiti atau menyiksa hewan itu (Sonny Keraf, 2010).

Terkait dengan firman Allah SWT dan juga hadist-hadist Rasulullah SAW yang telah dibahas, ialah segala makhluk hidup termasuk hewan pun memiliki hak azasinya untuk dijaga atau dilindungi.

Dalam kitab Qawaid Al-Ahkam yang ditulis oleh Izz Al-Din Ibn Abd Al-Salam hewan yang perlu dilindungi oleh manusia adalah:

a. Menyediakan makanan untuk mereka;

b. Membebani hewan lewat dari kemampuannya;

c. Tidak menempatkan hewan pada tempat yang berbahaya baginya;

d. Menyembeling dengan aturan yang sudah dibuat;

e. Memberikan kenyamanan bagi hewan;

f. Tidak boleh membuang hewan sembarangan dan menjadi sasaran buruan;

g. Tidak boleh memburu dengan menembak yang menyebabkan tulangnya patah yang mengakibatkan haram untuk dikonsumsi.

METODOLOGI

Metodologi penulisan artikel ini didasarkan pada studi analitik dan kutipan dari beberapa sumber tertentu yang relevan dengan topik perlindungan keanekaragaman hayati berdasarkan syariah. Dengan fokus pemilihan sumber dari data dan informasi melalui jurnal online, artikel ilmiah, dan referensi lainnya yang membahas topik “perlindungan keanekaragaman hayati berdasarkan syariah islam”. Sumber tersebut dipilih berdasarkan kualitas, keakuratan, dan reverensi dengan judul artikel. Analisis literatur data dari sumber terpilih juga dianalisis untuk mengidentifikasi tema dan pesan utama yang berkaitan dengan perlindungan keanekaragaman hayati berdasarkan syariah. Penyusunan artikel berdasarkan temuan dari literatur dan disusun dengan menguraikan pandangan Al-Qur’an mengenai judul yang telah ditentukan. Data tersebut bersumber dari jurnal yang digunakan untuk mendukung argumen dan pandangan yang disajikan.

Selain itu referensi berbagai sumber yang relevan termasuk literatur Al-Qur’an dan teks islam akan digunakan sebagai dasar penelitian ini. Dengan metodologi ini, penulisan artikel diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang perlindungan keanekaragaman hayati berdasarkan islam, yang dapat menjadi pedoman dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Sejak dahulu kala, manusia telah hidup berdampingan dengan alam. Alam menyediakan segala kebutuhan manusia, mulai dari makanan, air, hingga tempat tinggal. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan eksploitasi berlebihan, kelestarian lingkungan kini tercemar. Islam hadir

(9)

dengan ajaran tentang pelestarian lingkungan, memandang alam sebagai ciptaan Allah SWT yang patut disyukuri dan dijaga (keraf, 2010). Agama islam, oleh para pengikutnya menyakini bahwa agama islam sebagai ajaran agama yang komprehensif dan universal. Komprehensif bermakna bahwa ajaran islam memberikan tuntunan dalam semua aspek kehidupan. Universal bermakna bahwa ajaran islam dapat berlaku pada setiap waktu hingga akhir zaman. Kebersihan dan kelestarian alam merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT (muhammad, 2016)

Islam merupakan agama yang banyak membicarakan alam dan seluruh isinya. Membahas cara pemanfaatannya dan pentingnya menjaga kesehatan dan larangan segala tindakan yang merugikan dan pencemarannya (Rahman, 2023). Dalam Al-Qur’an terdapat 750 ayat yang membahas fenomena alam seperti binatang, tumbuhan, tanah, air, dan udara. Hal ini didukung oleh ratusan hadits shahih dan ijtihad dari para sahabat dan tabiin. Ajaran islam memiliki dasar yang kuat dalam menjaga keseimbangan alam dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan yang semakin relevan ketika menghadapi tantangan lingkungan modern salah satunya hilangnya keanekaragaman hayati. Sebagai khalifah dibumi, manusia ditugaskan untuk menjaga dan merawat alam. Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman agama islam yang membahas fenomena alam mengingatkan umat islam bahwa setiap elemen alam memiliki peran dan fungsi penting dalam ekosistem, yang harus dilindungi dan dipertahankan. Ajaran islam tentang lingkungan yang menyangkut pautkan keanekaragaman hayatinya dapat membantu orang diseluruh dunia mengembangkan kesadaran akan tindakan untuk melestarikan bumi (Al- Qaradhawi, 2014). Dengan memasukkan prinsip-prinsip kedalam kebijakan publik dan praktik sehari-hari, umat islam berperan penting dalam mengatasi krisis lingkungan dalam keanekaragaman hayatinya yang semakin mendesak (Tanjung, 2016)

Fikih lingkungan adalah konsep yang membahas hubungan antara fikih (hukum islam) dengan lingkungan (ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan alam).

Konsep ini melibatkan penerapan dan pemahaman ajaran islam dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Fikih lingkungan dalam bahasa arab disebut fikih bi’ah. (Ya’qub et al.,2005) menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009, Istilah fikih adalah ilmu pengetahuan tentang hukum syara’ yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil terperinci (tafshili). Sedangkan bi’ah memiliki arti lingkungan hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang sangat penting terhadap alam itu sendiri, keberlangsungan kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Fikih lingkungan ini melibatkan pemahaman mengenai islam melihat pentingnya menjaga dan melestarikan alam.

Fikih lingkungan menjadi konsep mengaitkan ajaran agama dengan pemahaman tentang lingkunga. Fikih lingkungan ialah salah satu cara untuk menyalurkan ajaran agama dalam konteks lingkungan. Konsep ini menciptakan acuan mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup dan menghadapi peristiwa lingkungan yang ada (Rahman, 2023).

Fikih lingkungan adalah konsep yang mempelajari tentang upaya melindungi lingkungan, sebab dan akibat dari kerusakan lingkungan, serta pemahaman islam terhadap lingkungan. Hal ini merupakan tujuan baru dalam mengetahui masalah kelestarian dan hukum lingkungan serta munculnya konsep hukum lingkungan. Fikih lingkungan bertujuan untuk membawa tindak-tanduk manusia yang menyebar di tengah masyarakat dalam melindungi lingkungan hidup. Selain itu,

(10)

fikih lingkungan menegaskan bahwasannya menjaga lingkungan dari substansi agama, aqidah, dan ubudiyah itu sangat penting. Dalam konsep fikih lingkungan islam diturunkan sebagai rahmat ajaran dalam agama islam. (Umami, 2014).

Konservasi adalah cara untuk melindungi, melestarikan dan menerima perubahan perkembangan. Perubahan yang dimaksud dalam situasi ini merupakan perubahan alam terpilih yang bertujuan untuk melindungi sumber daya lingkungan dan menciptakan prospek pemenuhan kebutuhan modernitas dan kualitas hidup yang lebih baik (Kamila, 2024). Oleh karena itu, pelestarian merupakan salah satu cara melakukan perubahan untuk terus lebih melestarikan nilai- nilai budaya dan warisan. Dengan kata lain konsepnya adalah pembaharuan, penggunaan kembali, pengurangan, daur ulang dan penggantian (Rachman, 2019).

Melindungi keanekaragaman hayati merupakan upaya yang harus dilakukan oleh setiap masyarakat, baik dari sudut pandang lingkungan hidup maupun konservasi. Upaya ini harus dilakukan untuk mencegah kepunahan ekosistem sekitar dan ekosistem lainnya (Dewanti, 2021).

Keanekaragaman hayati mencakup bebrbagai jenis organisme yang ditemukan di darat, lautan, dan tempat lain di bumi, termasuk hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan seluruh gen yang terkandungnya, serta ekosistem yang dibentuknya (Muhammad, 2016). Keanekaragaman hayati Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia karena iklim tropisnya. Indonesia adalah rumah bagi 25.000 spesies tumbuhan, mencakup lebih dari 10% flora dunia, termasuk sekitar 35.000 spesies lumut dan alga. Sebanyak 40% dari spesies ini merupakan endemik atau hanya terdapat di Indonesia dan tidak ditempat lain. Sebagai masyarakat Indonesia kita harus bangga dengan kekayaan atau keanekaragaman hayati yang kita miliki, karena negara kita mempunyai flora dan fauna yang sangat bagus, namun negara lain tidak (Kuspriyanto, 2015).

Agama islam sudah menjalankan pelestarian pada awal perkembangannya, saat konsep pelestarian dan cara menjaga lingkungan dikenal luas oleh dunia. Penerapan pada hal pelestarian alam masih mencari bentuk, walaupun konservasi sudah mulai sejak abad ke-17. Konsep konservasi dalam islam sejak nabi, khulafa ar-Rasyiddin, hingga saat ini di beberapa negara Timur Tengah dan Afrika adalah diantaranya sebagai berikut.

a. Zona yang menggambarkan kota, properti atau bangunan yang diperlukan untuk kehidupan kolektif. Tujuan utama Harim adalah melindungi udara.

b. Kebangkitan kembali tanah mati, tanah tak bertuan yang tidak membawa manfaat bagi daerah sekitarnya.

c. Hak untuk menentukan batas-batas properti dan akses serta cara menggunakan layananya.

d. Tepat di jalan umum.

e. Hindari merusak bangunan orang lain yang berdekatan.

f. wajib bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan (M.Mangunjaya, 2007).

Oleh karna itu, islam mengajarkan lingkungan hidup, Dimana keanekaragaman hayati memegang peran penting, hal ini terlihat dari keputusan fikih islam internasional mengenai lingkungan hidup. Dalam keputusan nomor 185 mengenai lingkungan dan penjagaanya dalam tujuan islam berikut ini (Al-Qaradhawi, 2014):

(11)

a. Limbah berbahaya yang diciptakan dibuat pada setiap tahapan kehidupan tidak dianjurkan, dan negara yang memproduksinya harus mendistribusikannya ke seluruh negeri dengan cara yang tidak membahayakan lingkungan. Setiap tahap kehidupan tidak dianjurkan, dan negara yang memproduksinya harus mendistribusikannya ke seluruh negeri dengan cara yang tidak merugikan lingkungan. Oleh karena itu, setiap umat islam wajib untuk taat dalam mengikuti prosedur pembuangan limbah.

b. Perlakuan buruk yang merugikan lingkungan sekitar merupakan perlakuan yang mengeksploitasi lingkungan atau sumber dayanya. Hal ini untuk menggambarkan hukum syariah yang mewajibkan semya perbuatan merugikan.

c. Semua negara menuntut penghacuran senjata skala besar yang menyerap gas, berkontribusi pada perluasan lubang di lapisan ozon dan menyebabkan pencemaran lingkungan berdasarkan aturan khusus untuk pelanggaran yan merugikan.

Dari point nomer. 2 tersebut menjelaskan bahwa pemeliharaan hayati ialah salah satu aspek terpenting dalam ajaran islam. Hal ini erat kaitannya dengan keanekaragaman hayati karena menjadi salah satu factor yang utaman dalam menentukan keseimbangan ekosistem alam.

KESIMPULAN

Fikih lingkungan hidup merupakan suatu konsep yang menjelaskan kelestarian lingkungan hidup dan dampak kerusakan lingkungan hidup. Upaya ini untuk mengatasi masalah lingkungan dan kelestarian serta pengembangan konsep hukum lingkungan, dan persoalan lingkungan juga pengembangan konsep hukum lingkungan. Di dalam fikih lingkungan, permasalahan dapat diwujudkan dengan cara menciptkan keseimbangan ekosistem dan juga memastikan ketentraman dalam waktu yang Panjang untuk seluruh makhluk hidup.

Islam mengajarkan tentang melestarikan lingkungan dengan dilandasi pengetahuan dan pengalaman yang kuat bagi umat muslim dan Muslimah yang memiliki peran aktif untuk menjaga lingkungan dan kelestarian alam. Islam juga menegaskan tentang betapa pentingnya utuk menjalankan tanggung jawab dalam menjaga lingkungan dan menciptakan sumber daya alam dengan baik melalui konsep perlindungan pada air, tanah, tumbuhan, juga pada spesies hewan.

Ayat Al-Qur’an dan hadist memberikan pengerahan terhadap umat islam dalam melindungi ekosistem yang ada. Artikel ini diciptakan bertujuan dalam memberikan pengetahuan yang lebih dalam tentang menjaga keanekaragaman hayati menurut islam.

Kesimpulan yang didapat dari penjelasan tersebut yaitu, konservasi keanekaragaman hayati menurut islam ialah suatu hal yang utama bagi seluruh umat. Islam adalah agama yang mendukung upaya konservasi yang terdapat di dalam beberapa ayat Al-Qur’an supaya manusia dapat menjaga lingkungan sekitar. Sebagai umat muslim yang dipercaya menjadi seorang khalifah harus bisa bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan sekitar dan menciptakan ekosistem alam yang lebih baik lagi agar pada masa depan nanti dapat diambil semua manfaatnya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

(13)

Alifia, d. (2023). Etika Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Dalam Aquran. Jurnal edukasi islam, 1.

Al-Qaradhawi, Y. (2014). Kaidah Utama Fikih Muamalat.

Al-Qaradhawi, Y. (n.d.). Islam agama ramah lingkungan.

Amalia, d. (2021, Juni). PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM UNTUK MENCIPTAKAN HUMAN WELFARE. Jurnal ekonomi syariah, 1, 12-26.

Amdar, S. (2016). Pengaruh Jumlah Penduduk Muslim, Pembiayaan, dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Nominal Tabungan Nasabah Pada Bank Syariah di Indonesia. E-Journal Unsrat, 2, 249-259.

Dewanti, d. (2021). Konservasi Keanekaragaman Hayati Tanaman Obat Dalam Pandangan Islam. PISCES: Proceeding of Integrative Science Eduvation Seminar, 307-313.

Efendi. (2011). PERLINDUNGAN SUMBERDAYA ALAM DALAM ISLAM, 19.

Erwin, M. (2008). Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup, 1.

Fachruddin, M. (2005). Konservasi alam dalam islam, 37.

Firdaus, S. (2022). Al-Qur’an dan Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan di Indonesia. jurnal penelitian hukum ekonomi islam, 7.

Kamila, H. H. (2024). Konservasi Keanekaragaman Hayati dalam Islam. jurnal sains dan teknologi integrasi islam, 2, 160-166.

keraf, S. (2010). pemanfaatan SDA dalam islam. Etika Lingkungan Hidup, 47.

Kuspriyanto. (2015). Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati Dikawasan Lindung Di Indonesia. Mmetafora, 2, 134-142.

M.Mangunjaya, F. (2007). Menanam Sebelum Kiamat; Islam, Ekologi dan Gerakan Lingkungan Hidup.

muhammad, s. (2016). Perlindungan Keanekaragaman Hayati Dalam Hukum. jurnal hukum dan peradilan, 1, 73-90.

Muhammad, S. G. (2016). PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM ISLAM. jurnal hukum dan peradilan, 5, 73-90.

Nanda Prasmeti, A. K. (2020). KONSEP PENCIPTAAN ALAM SEMESTA MENURUT PANDANGAN IBNURUSYD DAN STEPHEN HAWKING DAN KAITANNYA TERHADAP KOSMOLOGI. Jurnal pemikiran islam, 6.

Rachman, M. (2019). Konservasi Nilai Dan Warisan Budaya. Indonesian Journal of Conservation, 1, 30-39.

(14)

Rahman, W. b. (2023). Fikih Ekologi; Upaya Merawat Lingkungan Hidup Berbasis Konsep Maqashid Syariah. 1.

Ridhwan, M. (2012, Oktober). TINGKAT KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PEMANFAATAN DI INDONESIA. JURNAL EDUKASI BIOLOGI, 1.

ROBBI, M. D. (n.d.). PENDIDIKAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP.

setiawan, A. (2022). Keanekaragaman Hayati Indonesia: Masalah dan Upaya Konservasinya.

Jurnal konservasi, 11, 13-21.

Siboro, T. D. (2019). Manfaat Keanekaragaman Hayati Terhadap Lingkungan. Jurnal ilmiah Simantek, 1, 1-4.

soerjani, m. (2008). (U. PRESS, Ed.) , Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan, 239.

Sofyan, A. (n.d.). Pengelolaan Lingkungan Yang Terpadu Menurut Ajaran Islam,.

Sonny keraf. (2010). Etika Lingkungan Hidup, 47.

subagyo, J. (2002). Hukum Lingkungan, Masalah dan penanggulangannya, 4.

Sutoyo. (2010). Pengaruh Jumlah Penduduk Muslim, Pembiayaan, dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Nominal Tabungan Nasabah Pada Bank Syariah di Indonesi. Buana Sains, 10, 101-106.

Syaira, d. (2024). PERAN MUSLIM DALAM DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN:

AJARAN DAN PRAKTIK. Jurnal Mahasiswa FIAI-UII, at-Thullab,, 6.

Tanjung, E. H. (2016). KONSTRUKSI PENDIDIKAN KESEHATANLINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM.

Umami, I. (2014). Hakekat Penciptaan Manusia Dan Pengembangan Dimensi Kemanusian Serta Urgensinya Terhadap Pengembangan Dan Kelestarian Lingkungan Dalam perspektif Al- Qur’an. Akademika: Jurnal Pemikiran Islam, 19, 344-360.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengeksplorasi bagaimana kebijakan Pemerintah Indonesia dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati, khususnya dalam

Tujuan penulisan artikel adalah menjelaskan bahwa dalam keanekaragaman hayati yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal terdapat jejak sejarah interaksi antara masyarakat Banjar

Lebih lanjut Soemarwoto (1992) dalam bukunya “Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global” menggambarkan potensi manfaat keanekaragaman hayati, bahwa dari 5000 tumbuhan yang

Konsep kampus konservasi dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati di luar kawasan perlindungan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan kebijakan

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan dilakukan dalam menganalisis keanekaragaman hayati pada wilayah penyebaran

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN YANG DIKELOLA SECARA EFEKTIF DAPAT MELINDUNGI HABITAT SEBAGIAN BESAR BIOTA LAUT, MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT, MEMBERIKAN PERLINDUNGAN

UU 32 tahun 2009 memasukkan keanekaragaman hayati menjadi salah satu asas untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; salah satu aspek kajian dalam Kajian Lingkungan

Teks tersebut membahas tentang pentingnya penjelasan ayat-ayat Al-Quran melalui ayat-ayat lain dan hadis-hadis Nabi Muhammad