iii Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Bidang Perpustakaan dan Informasi Islam pada
Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Oleh:
RAMADAN NIM: 80100215020
PASCASARJANA
UIN ALAUDDINMAKASSAR
2021
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ramadan
NIM : 80100215020
Tempat/Tgl Lahir : Bima 27 November 1993
Prodi : Perpustakaan dan Informasi Islam Fakultas/Program : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Alamat : JL. Adipura. Perumahan Muhajirin No. 50 Kota Bima Judul : Perpustakaan Sebagai Media Peningkatan Minat Baca Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Yukartuni Makassar.
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa tesis ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka tesis dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, 22 Februari 2021 Penyusun
Ramadan
NIM 80100215020
KATA PENGANTAR
بَىِسُفْوَأ ِر ْوُرُش ْهِم ِللهبِب ُذ ْىُعَو َو ،ُيُرِفْغَتْسَو َو ًُُىْيِعَتْسَو َو ُيُدَمْحَو ِ ّ ِلِل َدْمَحْلا ّنِإ ِتبَئِّيَس َو
َل ْنَأ ُدَهُشَأ ،اًدِش ْرُم بًّيِل َو ًَُل َد ِجَت ْهَلَف ًُْلِلْضُي ْهَم َو ًَُل َّل ِضُم َلََف ُالله ِيِدْهَي ْهَم ،بَىِلبَمْعَأ يَدْعَب َّيِبَو َل ًُُل ْىُسَر َو ُيُدْبَع اًدّمَحُم ّنَأ ُدَهْشَأ َو ًَُل َكْي ِرَش َل ُيَدْح َو ُالله َّلِإ ًََلِإ
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan limpahan rahmat, karunia dan kekuatan sehingga tesis ini dapat selesai dengan baik.
Salam dan salawat senantiasa saya haturkan kepada Rasulullah Muhammad sallallahu
‗alaihi wa sallam sebagai Nabi yang berhasil menyelamatkan umatnya dari tebing- tebing kehancuran menuju puncak-puncak kejayaan.
Tesis ini terwujud berkat bimbingan Dr. Iskandar, S.Sos., M.M. dan Prof. Dr.
Muhammad Yaumi. M.Hum., M.A. serta uluran tangan dari insan-insan yang telah digerakkan hatinya oleh Allah swt untuk memberikan dukungan, bantuan dan bimbingannya. Oleh karena itu, terima kasih yang tak terhingga, atas segala bantuan moril dan materil yang diberikan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, saya sampaikan kepada:
1. Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M.A, Ph. D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Prof. Dr. Mardan, M.Ag. Dr.Wahyuddin, M.Hum. Prof. Dr.
Darussalam, M.Ag. Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag. masing-masing sebagai Wakil Rektor I, II, III, dan VI serta seluruh jajarannya.
2. Prof. Dr. H. M. Ghalib M, M.A., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Dr. H. Andi Aderus, Lc., M.A.
serta seluruh jajarannya.
3. Dr. Iskandar, S.Sos., M.M, dan Prof. Dr. Muhammad Yaumi. M.Hum., M.A, sebagai Promotor dan Kopromotor atas segala saran dan masukannya serta bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
4. Dr. A. Ibrahim, S. Ag. SS., M. Pd dan Dr. Muh. Quraisy Mathar. S.Sos., M.Hum, sebagai penguji yang selalu memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
5. Hildawati Almah, S.Ag., SS., M.A, selaku kepala perpustakaan pusat UIN Alauddin Makassar beserta seluruh stafnya.
6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Ahmad Usman dan ibunda Siti Nurbaya yang telah mendidik dan membesarkan saya dengan sebaik-baiknya.
Semoga Allah swt, tidak menyia-nyiakan kebaikan mereka.
7. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu yang juga membantu serta menyumbangkan pikiran tidak lupa disampaikan terima kasih.
Akhirnya, semoga bantuan yang diberikan bernilai ibadah dan pahala di sisi Allah swt, dan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin yaa Rabbal alamiin
Makassar , 22 Februari 2021 Penulis
Ramadan
NIM 80100215020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah... ... 1
B. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian……… ... 6
C. Rumusan Masalah……… ... 9
D. Kajian Pustaka………... ... 10
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……… ... 13
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Perpustakaan Sekolah... ... 15
B. Perpustakaan Sekolah Luar Biasa... ... 28
C. Strategi Pembinaan Minat Baca………. ... 35
D. Tinjauan Anak Tunanetra……….. ... 56
E. Kerangka Konseptual……… ... 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi penelitian……… ... 65
B. Pendekatan Penelitian……….... ... 66
C. Sumber Data Penelitian………..…… ... 67
D. Metode Pengumpulan Data………...…. ... 69
E. Istrumen Penelitian………... ... 70
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... ... 72
G. Pengecekan Keabsahan Data………..……….... . 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….69
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….69
B. Peran Pustakawan dalam Meningkatan Minat Baca Tunanetra di SLB Yukartuni Makassar ... ………74 C. Strategi Pustakawan dalam Meningkatkan Minat baca Tunanetra di SLB Yukartuni Makassar ... ………84 D. Pemanfaatan Media Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca Tunanetra………..……….………….99 BAB V PENUTUP ... ………...99
A. Kesimpulan……….
B. Implikasi Penelitian………
DAFTAR PUSTAKA………...………101
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkanب
Ba b Beت
Ta t Teث
s\a s\ es (dengan titik di atas)ج
Jim j Jeح
h}a h} ha (dengan titik di bawah)ر
Kha kh ka dan haد
Dal d Deذ
z\al z\ zet (dengan titik di atas)ز
Ra r Erش
Zai z Zetض
Sin s Esش
syin sy es dan yeص
s}ad s} es (dengan titik di bawah)ض
d}ad d} de (dengan titik di bawah)ط
t}a t} te (dengan titik di bawah)ظ
z}a z} zet (dengan titik di bawah)ع
‘ain ‘ apostrof terbalikغ
gain g Geف
Fa f Efق
Qaf q Qiك
Kaf k Kaل
Lam l Elو
Mim m Emٌ
Nun n Enو
Wau w Weـه
Ha h Haء
hamzah ’ Apostrofي
Ya y YeHamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Contoh:
ََفـْيـَك
: kaifaََلَ ْىـَه
: haula3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Nama Huruf Latin Nama
Tanda
fath}ah a a
َا
kasrah i iِا
d}ammah u uُا
Nama Huruf Latin Nama
Tanda
fath}ah dan ya>’ ai a dan i
ًََْـ
fath}ah dan wau au a dan u
َْىَـ
Nama Harakat dan
Huruf
Huruf dan Tanda
Nama
fath}ah dan alif atau ya>’
يَََ...َ|َاَََ...
d}ammah dan wau
ىــُـ
a>
u>
a dan garis di atas kasrah dan ya>’ i> i dan garis di atas u dan garis di atas
ًــــِـ
Contoh:
ََتاَـي
: ma>taًـَي َز
: rama>ََمـْيـِل
: qi>laَُت ْىُـًـَي
: yamu>tu 4. Ta>’ marbu>t}ahTransliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t].
Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’
marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
َِلاَفْطَلأاََُةـَض ْو َز
: raud}ah al-at}fa>lََهــ ِضاَـفـْنَاََُةـَُـْيِدـًَـْنَا
َُة
: al-madi>nah al-fa>d}ilahــًَـْكـ ِذْـنَا
َُة
: al-h}ikmah5. Syaddah (Tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d (َـّـَ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
ََاُـَـّب َز
: rabbana>ََاُــْيَـّجـََ
: najjaina>ـَذـْـنَا
َ ك
: al-h}aqqََىـِـّعَُ
: nu‚imaَ وُدـَع
: ‘aduwwunJika huruf ي ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (ًَّـِــــ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.
Contoh:
َ ًـِهـَع
: ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)َ ًـِـب َسـَع
: ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf
َلا
(alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis men- datar (-).Contoh:
َُطـًْـَّشنَا
: al-syamsu (bukan asy-syamsu)ـَـن َصـْـن َّصنَا
َُة
: al-zalzalah (az-zalzalah)ََفـَسْهـَفـْـنَا
َُة
: al-falsafahَُدَلاـِــبـْـنَا
: al-bila>du 7. HamzahAturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
ٌََ ْو ُسـُيْأَـج
: ta’muru>naَُع ْىـَُّــنَا
: al-nau‘َ ءْيـَش
: syai’unَُت ْسـِيُأ
: umirtu8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata- kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransli- terasi secara utuh. Contoh:
Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
Al-Sunnah qabl al-tadwi>n 9. Lafz} al-Jala>lah (
الله
)Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh:
َِاللهٍَُْـيِد
di>nulla>hَِللاِب
billa>hAdapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
َِاللهَِةًَـْــد َزَْيِفَْىـُه
hum fi> rah}matilla>h 10. Huruf KapitalWalau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).
Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:
Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l
Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n
Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>
Abu>> Nas}r al-Fara>bi>
Al-Gaza>li>
Al-Munqiz\ min al-D}ala>l
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:
B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
swt. = subhanahu wa ta‘ala saw. = s}allallahu ‘alaihi wa sallam
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>
saw = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-sala>m
QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imra>n/3: 4
PBA = Pendidikan Bahasa Arab.
Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)
Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)
ABSTRAK Nama Penyusun : Ramadan
Nim : 80100215020
Judul Tesis :Perpustakaan Sebagai Media Peningkatan Minat Baca Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Yukartuni Makassar.
Tesis ini membahas tentang perpustakaan sebagai media peningkatan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1). Peran pustakawan dalam meningkatan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar, 2). Untuk mengetahui bagaimana strategi pustakawan dalam meningkatan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar, 3). Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan media perpustakaan dalam meningkatkan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar.
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, psikologi dan komunikatif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber data primer yang terdiri dari kepala sekolah, guru, pustakawan dan peserta didik, dan sumber data sekunder yang diperoleh dari referensi, baik berupa majalah, jurnal, artikel dan berbagai hasil penelitian yang relevan. Instrumen penelitian ini menggunakan panduan pedoman wawancara dan check list dokumen. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Adapun teknik pengolahan dan analisis data melalui beberapa tahap yaitu, kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran pustakawan dalam meningkatkan minat baca tunanetra, menyediakan sumber belajar dan referensi bagi peserta didik tunanetra, menyediakan ruangan khusus yang bersih dan nyaman, mengadakan program secara berjadwal dan bekerja sama dengan guru dalam menggunakan sumber informasi yang ada di perpustakaan. Strategi pustakawan yang diterapkan dalam meningkatkan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar yaitu: Promosi perpustakaan, berkerja sama dengan guru, mengadakan kegiatan perlombaan, seperti lomba membaca puisi, cerpen atau karangan lainnya, program membaca Al Qur‘an braille. Pemanfaatan media perpustakan dalam meningkatkan minat baca tunanetra di perpustakaan sekolah luar biasa Yukartuni Makassar di pengaruhi oleh motivasi peserta didik, ketersediaan fasilitas dan relevansi koleksi bahan pustaka. Selain itu dalam pelaksanaannya juga terdapat hambatan dalam pemanfaatan perpustakaan yaitu, letak perpustakaan yang kurang strategis, peserta didik yang belum tertarik dan mudah bosan dan pustakawan yang tidak sesuai dengan background keilmuannya.
Implikasi dari penelitian ini adalah: 1). Diharapkan untuk terus mendukung dan mensukseskan setiap program dan kegiatan di perpustakaan. Pihak sekolah
diharapkan menerapkan sistem jam wajib berkunjung ke perpustakaan bagi para peserta didik. Selain itu juga menyediakan alokasi dana untuk pemenuhan kebutuhan pengelolaan perpustakaan, hal tersebut guna membuat perpustakaan dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga akan meningkatkan kualitas perpustakaan.2). Bagi pustakawan, diharapkan untuk terus memperbaiki kinerja di perpustakaan. Baik dari segi penyediaan, pengelolaan, dan perawatan bahan pustaka, serta pelayanan bagi peserta didik tunanetra. Pustakawan juga diharapkan dapat terus berinovasi dalam menciptakan strategi guna memotivasi peserta didik agar gemar membaca dan meningkatkan minat belajarnya.3). Diharapkan untuk memberikan semangat bagi peserta didik atau memotivasi mereka untuk lebih meningkatkan minat baca. Misalnya dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai manfaat membaca, kemudian guru juga harus menciptakan metode pembelajaran yang dapat merangsang minat baca peserta didik, misalnya dengan mengajak peserta didik tunanetra untuk memanfaatkan media perpustakaan.
Kata Kunci: Sekolah luar Biasa, Minat Baca, Tunanetra
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pada era informasi dan komunikasi ini, manusia berada di bawah kendali peradaban global. Peradaban global ini membawa manusia kepada kompetisi, terjadi pertarungan keunggulan secara alami, terseleksi secara alamiah siapa yang unggul maka individu tersebut yang akan bertahan hidup. Agar dapat bertahan hidup maka setiap individu memerlukan pendidikan dalam kehidupannya. Sarana dan prasarana dalam pendidikan menjadi perhatian serius salah satunya adalah kehadiran perpustakaan.1
Pada lembaga pendidikan kehadiran perpustakaan merupakan salah satu langkah untuk menangkis tantangan globalisasi dan ketiadaan kualitas sumber daya manusia.Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yaitu
―mencerdaskan kehidupan bangsa‖. Tekad dan landasan teori yang mendasari ini memberi petunjuk bagi kita dalam mewujudkan profil manusia Indonesia sebagai bangsa yang mempunyai hak hidup dengan mutu yang cerdas, maka peningkatan kemampuan membaca dan menyikapi berbagai informasi yang ada dalam masyarakat.2
1 Nurussakinah Daulay, ―Penerapan Ilmu Psikologi Pada Perpustakaan‖, Jurnal Iqra‘ 09, no.
01 (2015): h. 27.
2 Muhammad Azwar, Information Literacy Skills : Strategi Penulusuran Informasi (Makassar:
Alauddin University Press, 2013). h. 9.
Setiap warga negara tanpa terkecuali mempunyai kedudukan dan hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Jadi, tidak ada alasan untuk mengenyampingkan warga negara yang berkebutuhan khusus (Diffabel) untuk memperoleh pendidikan, seperti yang tercantum dalam QS. An-Nur/24: 61.
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
)
…( ١٦
Terjemahnya:
Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, Makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara-saudaramu.3
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa anak berkebutuhan khusus sudah selayaknya mendapat hak yang sama dengan anak normal untuk mengenyam bangku pendidikan meskipun dengan cara yang berbeda. Penegasan atas hak bagi anak yang berkebutuhan khusus (Difabel) untuk memperoleh pendidikan khusus/luar biasa tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2 yang berbunyi: ― Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus‖.4
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab VI bagian kesebelas pasal 32 butir 1 mengenai pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus yang menyatakan bahwa ‖pendidikan khusus merupakan pendidikan
3Kementerian Agama RI, Al-Qur‘an dan Terjemahan, (Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2016). h. 358.
4 Undang-Undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 pasal 5.
bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.5
Kita ketahui bahwa perpustakaan sekolah tidak hanya melayani peserta didik yang normal saja akan tetapi perpustakaan juga melayani peserta didik yang mempunyai kebutuhan khususkarena mengingat hal ini bahwasannya keberadaan perpustakaan sekolah sebagai upaya meningkatkan mutu belajar dan untuk memperluas kesempatan belajar khusus bagi peserta didik tunanetra agar melek huruf dan melek informasi. Yang dimaksud melek huruf disini yaitu peserta didik mempunyai kemampuan untuk dapat mengenal tulisan dan semua informasi yang semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Sedangkan yang dimaksud dengan melek informasi yaitu peserta didik mempunyai kemampuan untuk mengenal dan memahami informasi yang dicari.
Perpustakaan sekolah memegang peranan penting, seperti yang tertuang dalam Undang-undang Perpustakaan No. 43 tahun 2007 pasal 23 ayat 1 yang berbunyi: ―setiap sekolah/madrasah wajib menyelenggarakan perpustakaan yang memiliki Standar Nasional Pendidikan.6
Perpustakaan harus menyediakan koleksi dan fasilitas yang memadai guna untuk mempermudah pemustaka untuk memperoleh dan menggunakan informasi
5 Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Bagian Kesebelas pasal 32 butir 1
6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor, 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI). h. 75.
yang dibutuhkan. Istilah melek informasi saat ini sering juga disebut dengan istilah literasi informasi.
Peran pustakawan dalam meningkatkan kemampuan membaca bagi pemustaka berkebutuhan khusus di perpustakaan yang paling penting adalah mendidik para pemustaka untuk menggunakan informasi secara efektif baik melalui media cetak maupun elektronik. 7 Dalam hal ini pustakawan dituntut untuk mempunyai kompetensi atau kemampuan dalam literasi informasi dan pustakawan juga sebagai pengelola informasi dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuannya agar dapat menemukan informasi secara cepat, tepat, efisien sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh pemustaka khususnya pemustaka tunanetra.
Perpustakaan Sekolah Luar Biasa Yukartuni Makassar, merupakan jenis perpustakaan yang memiliki tujuan utama memberikan layanan kepada pemustaka di lingkungan sekolah, yaitu guru dan peserta didik . Pustakawan yang berperan penting dalam memberikan layanan yang merupakan bagian penting di perpustakaan sebagai ujung tombak jasa perpustakaan yang berhubungan langsung antara perpustakaan dan pemustaka, harus memperhatikan kebutuhan informasi, fasilitas, layanan dan koleksi yang dibutuhkan bagi anak penyandang cacat yang berperan sebagai pemustaka.
Apabila anak Tunanetra tidak dibimbing dan diajarkan oleh guru yang mempunyai latar belakang sarjana luar biasa (PLB) maka peserta didik tidak dapat memahami informasi yang mereka inginkan. Karena seorang guru yang mempunyai latar
7 Tri Septiyantono, Literasi Informasi (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015). h. 3.1.
belakang pendidikan luar biasa (PLB) sangat mengethui karakteristik anak difabel dan peserta didikakan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Fenomena yang terjadi di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar dalam upaya meningkatkan minat baca peserta didik tunanetra, pihak perpustakaan memiliki cara tersendiri dalam memberikan layanan bagi setiap pemustaka yang berkunjung di perpustakaan. Selain didukung oleh adanya fasilitas yang memudahkan pustakawan untuk berkomunikasi dan melayani pemustaka, pihak perpustakaan juga sering mendapatkan kendala dalam memberikan layanan kepada pemustaka berkebutuhan khusus, baik yang memiliki kelainan fisik, mental, maupun kelainan prilaku yang mencakup kriteria dan karakter anak tunanetra, tunarungu, tunagrashita dan tunalaras mereka berhak mendapatkan pengayoman dan layanan informasi secara khusus di perpustakaan. Untuk pemenuhan kebutuhan dan penyediaan layanan informasi ini, tentunya diperlukan seperangkat pengetahuan bagi setiap pustakawan untuk dapat memahami kriteria dan karakter pemustaka penyandang cacat tersebut.
Fakta empiris tersebut memberikan petunjuk kepada peneliti bahwa proses peningkatan minat baca dapat berhasil dengan baik, apabila peserta didik diajak untuk menerima dan memanfaatkan perpustakaan secara baik dalam meningkatkan minat baca. Berbagai permasalahan yang dihadapi merupakan tantangan yang akan selalu dihadapi oleh setiap perpustakaan. Tantangan inilah yang menjadikan perpustakaan harus melakukan berbagai hal demi kemajuan dalam menunjang perpustakaan sekolah. Semua pihak harus terlibat dalam menyelesaikan permasalahan ini sehingga
perpustakaan dapat mewujudkan tujuannya dan menjalankan fungsinya dalam dunia pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peran Pustakawan dalam Meningkatan Minat Baca Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Yukartuni Makassar?
2. Bagaimana Strategi Pustakawan dalam Meningkatan Minat Baca Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Yukartuni Makassar?
3. Bagaimana Pemanfaatan Media Perpustakaan dalam meningkatkan Minat Baca Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Yukartuni Makassar?
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian
Untuk lebih memperjelas pemahaman terhadap hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini, maka peneliti memfokuskan penelitian pada persoalan peran pustakawan dan strategi pustakawan dalam meningkatkan minat baca serta mengkaji tentang bagaimana peman faatan media perpustakaan oleh peserta didik tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar.
a. Peran adalah suatu sikap atau prilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Penggunaan kata peran yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah tindakan yang dilakukan pustakawan dalam proses pembinaan dan pengembangan minat baca di perpustakaan sekolah luar biasa Yukartuni Makassar.
b. Strategi didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala upaya atau rencana cermat yang akan dilakukan oleh pustakawan dalam meningkatkan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar, dengan adanya tiga unsur strategi yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pencapaian hasil.
c. Pemanfaatan merupakan aktivitas proses atau cara dalam memanfaatkan sesuatu yang berguna . Sedangkan perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan pustaka, baik berupa buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemustaka.8 Jadi, pemanfaatan perpustakaan adalah suatu proses atau cara dalam memanfaatkan sumber informasi yang berada di perpustakaan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
d. Minat Baca
Minat Baca berasal dari dua kata yaitu minat dan baca. Minat sering disebut orang ―interest‖, minat dapat dikelompokkan sebagai sifat yang memiliki kecenderungan atau tendensi tertentu. Minat dapat mengungkapkan tindakan- tindakan, minat tidak bisa dikelompokkan sebagai pembawa tetapi sifatnya bisa usulkan, dipelajari dan dikembangkan. ―Minat baca‖ adalah kekuatan yang
8 Ibraim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h.
mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri.9
Minat baca adalah suatu kecenderungan, keinginan, kemauan dan motivasi yang tinggi untuk senantiasa melakukan kegiatan membaca, baik yang muncul dari minat baca spontan atau minat baca terpola.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa definisi operasional yang dimaksud perpustakaan sebagai media peningkatan minat baca tunanetra adalah upaya perpustakaan menciptakan ketertarikan dan kesadaran membaca peserta didik tunanetra dengan menyediakan fasilitas berupa bahan cetak dan non cetak secara terus menerus dan berkesinambungan.
2. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan pada fokus penelitian, dapat dipahami bahwa perpustakaan sebagai media peningkatan minat baca tunanetra di sekolah Yukartuni Makassar.
Oleh karena itu, agar masalah penelitian ini lebih jelas peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yang dipaparkan dalam bentuk matriks sebagai berikut
Fokus dan Deskripsi Fokus
No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus
1. Peran Pustakawan Istilah peran di sini adalah kedudukan, posisi, dan tempat perpustakaan beroperasional. peran yang
9 Undang Sudarsana, Pembinaan Minat Baca (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010). h. 4. 27.
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan pustakawan dalam proses pembinaan dan peningkatan minat baca Tunanetra 2. Strategi Pustakawan Strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai tujuan. pada penelitian ini mengkaji tentang bagaimana strategi pembinaan dan peningkatan Minat baca bagi Peserta didik Tunanetra
3 Pemanfaatan Perpustakaan Pemanfaatan adalah kegunaan, cara atau proses untuk memanfaatkan sesuatu, pada penelitian ini mengkaji tentang bagaimana pemanfaatan perpustakaan dalam meningkatkan minat baca peserta didik tunanetra
D. Kajian Pustaka
Dari hasil penelusuran yang penulis lakukan, ada beberapa penelitian yang terkait dengan judul ―Perpustakaan sebagai media peningkatan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar‖, diantaranya adalah:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Donna Sitta Ariyanti, dengan judul
―Perilaku pencarian informasi pemustaka tunanetra pada perpustakaan sekolah luar biasa (SLB-A) Pembina tingkat Nasional Jakarta‖. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan kebutuhan informasi pemustaka ialah buku pelajaran braille, buku cerita braille, atlas tactual dan Al-Qur‘an braille. Proses pencarian informasi yang dilakukan pada tiap pemustaka berbeda-beda, pada umumnya mereka melakukan tahapan starting (pemustaka memulai pencarian), chaining (pemustaka menghubungkan sumber yang dicari dengan informasi yang dibutuhkan), browsing (mencari pada lebih dari satu sumber), differentiating (pemustaka membedakan informasi yang didapat), extracting (pemustaka mencatat informasi yang dianggap penting), presentation (pemustaka dengan informasi yang didapat sehingga informasi tersebut dapat digunakan dan dipresentasikan) dan ending (pemustaka mengakhiri pencarian informasi).10
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh, Dian Nurbaiti Rachma, dengan judul
―Peranan perpustakaan sekolah luar biasa dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra (SLB-A) Panti Rehabilitasi Penyandang Cacat Netra (PRPCN) Palembang‖. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peranan perpustakaan dalam menumbuhkan literasi informasi harus memiliki ruangan khusus yang bersih dan nyaman, mengatur seting duduk sebaik mungkin, dilengkapi dengan komputer dan alat audio,
10 Donna Sitta Ariyanti, ―Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta‖, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).
mengadakan program secara berjadwal, bekerja sama dengan guru dalam menggunakan sumber yang ada di perpustakaan sekolah.11
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh, Abdul Rahman Shaleh, dengan judul
―Peranan Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Kegemaran Membaca dan Menulis Masyarakat‖. Memaparkan bahwa minat dan kegemaran membaca adalah syarat untuk menjadi bangsa yang maju. Oleh karena itu jika kita ingin menaikkan peringkat indeks pembangunan manusia (human development indekx) tidak ada jalan lain selain melakukan upaya agar minat dan kegemaran membaca masyarakat, khusus nya anak dan remaja, bisa meningkat. Pada gilirannya, jika kegemaran membaca ini sudah tinggi, maka kegemaran menulispun akan meningkat pula. Namun demikian kita harus juga berupaya untuk mendorong agar minat dan kegemaran menulis dapat dilakukan. Semua upaya tersebut dilakukan untuk menciptakan apa yang disebut dengan masyarakat yang gemar membaca (reading society) dan masyarakat yang gemar belajar (learning society).12
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh M. Dahlan dengan judul ―Motivasi Minat Baca‖. Minat baca harus dimotivasi karena minat baca itu bukanlah suatu bakat bawaan sejak manusia dilahirkan, tetapi minat baca itu ada karena adanya suatu dorongan baik dorongan dari diri sendiri atau dari luar. Pengaruh dari luar sangat besar terutama dari lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat.
11 Dian Nurbaiti Rachma, ‗'Peranan Perpustakaan Sekolah Luar Biasa dalam Menumbuhkan Kemampuan Literasi Informasi Bagi Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra (SLB- A) Panti Rehabilitasi Penyandag Cacat Netra (PRPCN) Palembang‘ (UIN Raden Fatah Palembang, 2016).
12 Abdul Rahman Saleh, ‗Peranan Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Kegemaran Membaca dan Menulis Masyarakat‘, Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 6 no 1 (2005).
Adapun pengaruh dari dalam disebabkan kebutuhan oleh setiap individu, oleh karena itu faktor individu ini dimotivasi oleh keadaan yang menyebabkan mereka harus melakukannya untuk mencapai suatu tujuan. Perpustakaan sebagai sebuah lembaga informasi dan dokumentasi juga sangat berperan dan berjasa dalam memotivasi minat baca dalam rangka upaya mencerdaskan umat manusia, karena itu perpustakaan salah satu lembaga penunjang dalam dunia pendidikan sudah barang tentu memotivasi minat baca merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukannya.13
Kelima, Penelitian yang dilakukan oleh, Hari Santoso, dengan judul ―Teknik dan Strategi dalam Membangun Minat Baca‖. Memaparkan bahwa kegiatan membaca mempunyai arti yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia.
Dengan kegiatan membaca manusia dapat bertambah dan paham akan ilmu pengetahuan yang berguna untuk mencapai tujuan hidup yang sejahtera. Bagi para Pendidik perlu menyiapkan kondisi yang kondusif sehingga Peserta didik dapat meningkatkan dan mengembangkan minat bacanya kearah kegemaran membaca.14
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, setelah dianalisis belum ada secara spesifik meneliti tentang perpustakaan sebagai media peningkatan minat baca bagi tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar, terlebih lagi jika menunjuk obyek penelitian pada anak tunanetra.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
13 M. Dahlan, ‗Motivasi Minat Baca‘, Jurnal Iqra’, Vol. 09 no 1(2008).
14 Hari Santoso, ―Teknik dan Startegi dalam membangun Minat baca‖(UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang, 2015)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dalam bentuk suatu karya ilmiah mengenai perpustakaan sebagai media peningkatan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan-permasalahan sebagaimana yang telah dirumuskan, yaitu:
a. Untuk mengetahui bagaimana peran pustakawan dalam meningkatkan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar.
b. Untuk mengetahui bagaimana strategi pustakawan dalam meningkatkan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar.
c. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan media perpustakaan dalam meningkatkan minat baca tunanetra di sekolah luar biasa Yukartuni Makassar.
2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah
Diharapkan atas hasil penelitian ini terwujudnya suatu karya ilmiah yang dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi, khususnya yang berkaitan dengan minat baca tunanetra.
b. Kegunaan praktis yaitu :
1) Dapat menambah wawasan dan menjadi pengalaman berharga bagi peneliti.
2) Bagi pustakawan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pencerahan positif bagi profesi dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pemustaka.
3) Penelitian ini secara khusus diharapkan sebagai masukan positif pada perpustakaan yang menjadi obyek penelitian ini.
15 BAB II
TINJAUAN TEORETIS A. Perpustakaan Sekolah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan yaitu manusia yang cerdas, terampil , dan penuh ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dan Allah membedakan derajat antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al- Mujadalah/58:11.
َِا َوَ ْْۚىُكَنَُ هاللَِّٰخَسْفَيَا ْىُذَسْفاَفَ ِطِه ٰجًَْناًَِفَا ْىُذَّسَفَجَْىُكَنََمْيِلَاَذِاَا ْٰٓىَُُيٰاَ ٍَْيِرَّناَاَه يَآٰٰي
َاَذ
َٰاَ ٍَْيِرَّناَُ هاللَِّٰعَف ْسَيَا ْوُصُشَْاَفَا ْوُصُشَْاَ َمْيِل
َ ٍۗ ث ٰج َزَدَ َىْهِعْناَاىُج ْوُاَ ٍَْيِرَّنا َوَ ْْۙىُكُِْيَا ْىَُُي
َ سْيِبَخٌََ ْىُهًَْعَجَاًَِبَُ هاللّٰ َو –
َ ٦٦
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ―Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,‖ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ―Berdirilah kamu,‖ maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.15
Ayat di atas menjelaskan bahwa betapa pentingnya menuntut ilmu bahkan tidak ada batas usia bagi seseorang untuk melakukannya, Allah swt. juga akan mengangkat derajat orang berilmu lebih tinggi dari pada orang yang tidak berilmu.
15 Kementerian Agama RI, Al-Qur‘an dan Terjemahan, (Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2016). h. 543.
dan salah satu cara untuk memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan adalah dengan membaca.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab1 pasal 1ayat 23 disebutkan ―Sumber dari pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga pendidikan, masyarakat, dana, sarana dan prasarana.‖
Perpustakaan sekolah memegang peranan penting, seperti yang tertuang dalam Undang-undang Perpustakaan No. 43 tahun 2007 pasal 23 ayat 1 yang berbunyi: ―setiap sekolah/madrasah wajib menyelenggarakan perpustakaan yang memiliki Standar Nasional Pendidikan.16
Pengertian perpustakaan pun berkembang dari waktu ke waktu. Pada abad ke- 19 perpustakaan didefinisikan sebagai suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yang dipelihara dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu. Kemudian ALA (The American Library Association) menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu perpustakaan sebagai pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumentasi dan pusat rujukan.17
Menurut Standar Nasional Indonesia untuk Perpustakaan Sekolah (SNI 7329- 2009), pengertian perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di
16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor, 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI). h. 75.
17Riyanto, Manajemen Perpustakaan Sekolah Berbasis Komputer:Step by Step Membuat Aplikasi Perpustakaan Sekolah Dengan Ms. Exel (Bandung: Fokusmedia, 2012). h 1.
lingkungan pendidikan dasar pada satuan pendidikan formal dan menengah yang merupakan bagian integral atau satu kesatuan dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.18 Sehingga perpustakaan sekolah menjadi tempat yang paling utama di lingkungan sekolah.
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada satuan pendidikan formal di lingkngan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapaiannya tujuan pendidikan di sekolah yang bersangkutan.19
Perpustakaan sekolah ialah perpustakaan yang ada dalam lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah lanjutan, baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan. Oleh guru telah ditanamkan dasar kepandaian membaca pada para siswa.
Semenjak dari sekolah dasar kepandaian yang diperoleh siswa ini akan didorong, bila diperkenalkan buku-buku yang baik sesuai dengan umur, kecerdasan dan perhatiannya. Melalui perpustakaan sekolah, kepandaian membaca ini dimanfaatkan dan dikembangkan. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengetahuan siswanya,
18 Perpustakaan Nasional RI, Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Perpustakaan (Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2011). h. 2.
19Lasa Hs, Manajemen Perpustakaan (Yogyakarta: Ombak, 2013). h. 20.
menyuburkan daya kritik dan membantu mengembangkan bakat serta kegemaran si anak.20
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah, dan tujuan utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus dan tujuan pendidikan pada umumnya.21 Sementara itu, tujuan khususnya adalah membantu sekolah amencapai tujuan sesuai dengan kebijakan sekolah tempat perpustakaan tersebut bernaung. Sulistyo Basuki mengungkapkan bahwa perpustakaan taman kanak-kanak, perpustakaan sekolah dasar, perpustakaan sekolah lanjutan tingkat pertama, dan perpustakaan sekolah lanjutan tingkat atas adalah termasuk dalam bagian perpustakaan sekolah.22
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang ada dalam lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah lanjutan, baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan. Salah satu sarana dan fasilitas penunjang, terutama bagi anak sekolah, sehingga setiap sekolah memiliki perpustakaan yang memadai untuk anak-anak sekolahan yang gemar membaca, rasa ingin tahu, dan mengindentifikasi masalah yang ia pelajari di sekolah, dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah.
20Rusina Sjahrial Pamuntjak, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan (Jakarta: Djambatan, 2000). h. 4.
21Karmidi Martoatmojo, Pelayanan Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009). h. 1- 2.
22Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991).
h. 51.
1. Peranan Perpustakaan
Istilah peran di sini adalah kedudukan, posisi, dan tempat perpustakaan beroperasional. Apakah penting, strategis, sangat menentukan,mberpengaruh, atau hanya sebagai pelengkap saja. Jika memperhatikan konsep dasarnya sebagai pusat informasi, tentu perpustakaan mendapatkan peran yang cukup strategis di tengah- tengah masyarakat.23
Perpustakaan sekolah memiliki peran penting dalam memenuhi keperluan pendidikan terutama sebagai sarana mengembangkan kecerdasan intelektual setiap peserta didik. Oleh karena itu, mengabaikan keberadaan perpustakaan berarti mengurangi kesempatan bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki mereka.24
Perpustakaan memiliki peranan yang signifikan untuk mendukung gemar membaca dan meningkatkan literasi informasi, juga untuk mengembangkan siswa supaya dapat belajar secara independen. Salah satu hasil penelitian literasi di tingkat internasional menyimpulkan dalam sebuah kalimat: menemukan cara untuk mengajak siswa membaca merupakan suatu jalan yang sangat efektif untuk perubahan sosial.25
Dari kacamata yang lebih luas, peran perpustakaan dapat dianggap sebagai agen perubahan, pembangunan, serta agen budaya dan pengembangan ilmu pegetahuan dan teknologi. Perubahan selalu terjadi dari waktu ke waktu sesuai
23Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2009). h. 40.
24Komarudin, ‗Rencana Strategis Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Praktis‘, Pustakaloka, 4 (2012), 20–31.
25Suherman, Perpustakaan Sebagai Jantung Sekolah (Bandung: MQS Publishing, 2009). H.
14.
dengan perubahan zaman, dan juga seiring dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu, eksplorer, dan berbudaya.26
Peranan tersebut berhubungan dengan keberadaan, tugas dan fungsi perpustakaan. Peranan yang dapat dijalankan oleh perpustakaan antara lain adalah:
a. Secara umum perpustakaan merupakan sumber informasi, pendidikan, penelitian, preservasi dan pelestari khasanah budaya bangsa serta tempat rekreasi yang sehat, murah dan bermanfaat.
b. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang berfungsi menghubungkan antar sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemustaka.
c. Perpustakaan mempunyai peranan sebagai sarana untuk menjalin dan mengembangkan komunkasi antara sesama pemustaka, dan antara penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat yang dilayani.
d. Perpustakaan dapat pula berperan sebagai lebaga untuk mengembangkan minat baca, kegemaran membaca, kebiasaan membaca, dan budaya baca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
e. Perpustakaan dapat berperan aktif sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
26 Suwarno. h. 40.
f. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan, dan agen kebudayaan umat manusia. Sebab berbagai penemuan, sejarah, pemikiran, dan ilmu pengetahuan yang telah ditemukan pada masa yang lalu, yang direkam dalam bentuk tulisan atau bentuk tertentu yang disimpan di perpustakaan.
g. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi anggota masyarakat dan pengunjung perpustakaan. Mereka dapat belajar secara mandiri, melakukan penelitian, menggali, memanfaatkan, dan mengembangkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan.
h. Pustakawan dapat berperan sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada pemustaka atau melakukan pendidikan pemakai (users education), dan pembinaan serta menanamkan pemahaman tentang pentingnya perpustakaan bagi orang banyak.
i. Perpustakaan berperan dalam menghimpun dan melestarikan koleksi bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik semua hasil karya umat manusia yang tak ternilai harganya.
j. Secara tidak langsung, perpustakaan yang berfungsi dan telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dapat ikut berperan dalam mengurangi dan mencegah kenakalan remaja seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan tindak indisipliner.
Perpustakaan dapat berperan aktif dalam mencari atau menelusur, membina dan mengembangkan serta menyalurkan hobi atau kegemaran, minat, dan bakat yang dimiliki oleh masyarakat melalui berbagai kegiatan yang dapat diselenggarakan oleh
perpustakaan. Kegiatan- kegiatan yang dimaksud antara lain melalui penelusuran bakat, minat, dan kemampuan yang dilakukan dengan mengadakan berbagai lomba, seperti melukis, baca puisi, mengarang, kuis dan lain-lain sehingga para peserta dapat menyalurkan, mengimplementasikan dan mengembangkan bakat dan kreativitasnya dengan baik yang kelak dapat dijadikan salah satu pegangan dalam kehidupannya.27 Berdasarkan peran di atas, sudah jelas bahwa perpustakaan ikut berperan dalam membantu meningkatkan minat baca dan mendidik para pemustaka menggunakan informasi secara efektif, baik melalui media cetak maupun elektronik, mencari atau menelusuri informasi yang dibutuhkan, membina dan mengembangkan serta menyalurkan hobi atau kegemaran, minat dan bakat yang dimiliki oleh masyarakat melalui berbagai kegiatan yang dapat diselenggarakan oleh perpustakaan.
2. Fungsi Perpustakaan Sekolah
Fungsi sebuah perpustakaan merupakan penjabaran lebih lanjut dari semua tugas perpustakaan. Fungsi perpustakaan tersebut, antara lain, adalah pendidikan dan pembelajaran, informasi, penelitian, rekreasi, dan preservasi. Fungsi-fungsi itu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan perpustakaan.28
Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai pusat sumber pembelajaran, perpustakaan juga berfungsi membantu program pendidikan pada umumnya, yang sesuai dengan tujuan kurikulum masing-masing instansi sekolah, untuk mengembangkan kemampuan anak menggunakan sumber informasi, untuk kebutuhan
27Sutarno NS, Perpustakaan Dan Masyarakat (Jakarta: Sagung Seto, 2006). h. 68.
28Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2009), h. 42.
peserta didik dan pemakai perpustakaan sekolah. Salah satu fungsi dari perpustakaan sekolah adalah untuk mengajar peserta didik media dan keterampilan literasi untuk mengidentifikasi, memilih, mengatur, dan mengevaluasi informasi.29
Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai sarana yang menyediakan bahan- bahan pustaka yang mengandung unsur hiburan yang sehat dan bermanfaat.30Keberadaan perpustakaan sekolah diharapkan berfungsi sebagai media pendidikan, tempat belajar, penelitian sederhana, pemanfaatan teknologi informasi, kelas alternatif, dan sumber informasi.31
Selain itu, ada beberapa fungsi perpustakaan sekolah , yaitu:
a. Membantu para siswa melaksanakan penelitian dan membantu menemukan keterangan-keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang didapatnya di dalam kelas.
b. Memupuk daya kritis siswa.
c. Membantu memperkembangkan kegemaran dan hobi siswa.
d. Tempat untuk melestarikan kebudayaan. Adanya koleksi-koleksi karya sastra dan budaya dari masa ke masa, siswa dapat mempelajari dari perpustakaan.
e. Sebagaipusat penerangan. Berbagaiinformasi-informasi perkembangan zaman sebagai penerangan bagi siswa untuk berpijak pada zamannya.
29Marlene Asselin, ‗School Library Education in Thirteen Countries in Sub-Saharan Africa‘, Proquest, 2 (2012), 85.
30Dian Sinaga, Mengelola Perpustakaan Sekolah (Bandung: Bejana, 2009). h. 26.
31Lasa Hs, Manajemen Perpustakaan Sekolah, 3rd edn (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2009). h. 13.
f. Menjadi pusat dokumentasi. Berbagai dokumen-dokumen sekolah baik dari hasil karya siswa ataupun dokumen lainnya yang berharga untuk dikenang dan diketahui para siswa tahun-tahun berikutnya bahkan bisa menjadi pendorong untuk maju.
g. Sebagai tempat rekreasi. Bacaan-bacaan ringan, cerita-cerita fiksi yang tersedia di perpustakaan dapat menjadi pelepas ketegangan setelah sekian jam menggeluti ilmu di dalam kelas. Masuk perpustakaan dan membaca bacaan segar merupakan rekreasi yang sehat dan tetap mendidik.32
Salah satu fungsi dari perpustakaan sekolah untuk mengajar peserta didik media dan keterampilan literasi informasi untuk mengidentifikasi, memilih, mengatur, dan mengevaluasi informasi.
Menurut Darmono, perpustakaan mengemban beberapa fungsi umum sebagai berikut:
1. Fungsi Pendidikan
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak, terekam maupun koleksi lainnya sebagai sarana untuk menerapkan tujuan pendidikan.
2. Fungsi informasi
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak, terekam maupun koleksi lainnya agar pemustaka dapat mengambil berbagai ide dari buku yang ditulis oleh para ahli dari berbagai bidang ilmu. Menumbuhkan rasa
32Larasati Milburga, Membina Perpustakaan Sekolah (Yogyakarta: Kanisius, 2001). h. 61.
percaya diri dalam menyerap informasi dalam berbagai bidang serta mempunyai kesempatan untuk dapat memilih informasi yang layak sesuai dengan kebutuhan.
3. Fungsi penelitian
Sebagai fungsi penelitian perpustakaan menyediakan berbagai informasi untuk menunjang kegiatan penelitian. Informasi yang disajikan meliputi berbagai jenis dan bentuk informasi, sesuai dengan kebutuhan lembaga.
4. Fungsi rekreasi
Perpustakaan menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak, terekam maupun koleksi lainnya untuk:
a). Menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani
b).Mengembangkan minat rekreasi pemustaka melalui berbagai bacaan dan pemanfaatan waktu luang.
c).Menunjang berbagai kegiatan kreatif serta hiburan yang positif.
5. Fungsi Deposit
Sebagai fungsi deposit perpustakaan berkewajiban menyimpan dan melestarikan semua karya cetak dan karya rekam yang diterbitkan.33Berdasarkan uraian-uraian tentang tugas dan fungsi perpustakaan sekolah dapat disimpulkan bahwa tugas perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang dapat menyediakan koleksi yang sesuai dengan kurikulum yang ada di sekolah tersebut sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan fungsi perpustakaan sekolah adalah
33Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Manajemen Dan Tata Kerja (Jakarta:
Grasindo, 2007). h. 3.
terciptanya keseluruhan memanfaatkan informasi sesuai dengan kebutuhan pemustaka yang ada dilingkungan sekolah.
3. Tujuan Perpustakaan Sekolah
Tujuan didirikan perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhannya, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah harus dapat menunjang proses pembelajaran, maka dalam pengadaan bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta selera para pemustaka yang dalam hal ini adalah peserta didik. Dengan pengadaan bahan pustaka yang menunjang kurikulum, diharapkan peserta didik mendapat kesempatan untuk mempertinggi daya serap dan penalaran dalam proses pendidikan.
Menurut Pawit M. Yusuf, tujuan diselenggarakan perpustakaan sekolah ialah untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat dilingkungan sekolah yang bersangkutan, khususnya para pendidik dan peserta didik sebagai media dan sarana untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran di tingkat sekolah. 34Pendidik diharapkan dapat memperluas cakrawala pengetahuannya dalam kegiatan belajar- mengajar. Akhirnya secara singkat dapat dikatakan bahwa perpustakaan sekolah bertujuan untuk mempertinggi kualitas dan kemampuan keilmuan para peserta didik
34Pawit M. Yusup, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Yogyakarta: Kencana, 2007). h. 2.
dalam proses pembelajaran serta membantu memperluas cakrawala berpikir para peserta didik dalam lingkungan sekolah tersebut.
Menurut C. Larasati Milburga perpustakaan sekolah bertujuan untuk mempertinggi daya serap dan kemampuan peserta didik dalam proses pendidikan serta bantuan memperluas cakrawala pengetahuan pendidik atau atau staf kependidikan dalam lingkungan sekolah.35
Ibrahim Bafadal menyatakan bahwa tujuan dengan adanya perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu peserta didik dan pendidik menyelesaikan tugas-tugas dalam proses pembelajaran.36
Berdasarkan kedua pendapat di atas, terlihat bahwa perpustakaan memegang peranan penting dalam sebuah institusi pendidikan, terutama sekolah. Tujuan perpustakaan adalah untuk menyediakan fasilitas belajar dan memperkaya sumber informasi bagi seluruh civitas sekolah, tidak hanya untuk para pelajar tetapi juga untuk seluruh staf pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan adanya perpustakaan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan cakrawala berpikir mereka.
Selebihnya, perlu juga dipahami bawa perpustakaan sekolah sebagai bagian integral dari sekolah, komponen utama pendidikan di sekolah, diharapkan mampu menunjang terhadap pencapaian tujuan di sekolah. Secara khusus tujuan perpustakaan Sekolah adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca;
35Larasati Milburga, Membina Perpustakaan Sekolah (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 57
36Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Bumi Askara, 2011). h. 5.
b. Mendayagunakan budaya tulisan;
c. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, dan memanfaatkan informasi;
d. Mendidik siswa agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka;
e. Meletakkan dasar-dasar kearah belajar mandiri;
f. Memupuk minat dan bakat pemustaka;
g. Menumbuhkan penghargaan(apresiasi) terhadap pengalaman imajinatif; dan h. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri.37
Untuk mencapai tujuan perpustakaan, perpustakaan perlu dikelola oleh pustakawan dengan tanggung jawab yang tinggi terhadap layanan. Pustakawan harus mempunyai jiwa sabar, serta dituntut untuk memahami apa arti pendidikan sesungguhnya. Pustakawan hendaknya menciptakan suasana yang sesuai untuk hiburan dan pembelajaran yang bersifat menarik, ramah serta terbuka bagi siapa saja tanpa rasa takut dan curiga. Semua orang yang bekerja di perpustakaan harus memiliki reputasi yang baik dalam kaitannya dengan anak dan orang dewasa.
B. Perpustakaan Sekolah Luar Biasa
Perpustakaan sekolah biasa ataupun sekolah luar biasa (SLB) pada hakikatnya memiliki definisi yang sama, yaitu perpustakaan yang tergabung dalam sebuah sekolah dan dikelolah sebelumnya oleh sekolah yang bersangkutan. Kedua perpustakaan sekolah biasa dan sekolah luar biasa secara umum mempunyai tujuan
37Rachman Hermawan, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Profesi Dan Kode Etik Pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006). h. 37.
untuk membuat pemustaka menjadi manusia yang berkualitas, menjadi anak-anak kritis, dan mempunyai kemampuan untuk literasi informasi dengan baik. Pada perpustakaan sekolah luar biasa, pemustaka, jenis koleksi, dan fasilitas serta model layanan informasi tentunya berbeda dengan pemustaka biasa. Misalnya, koleksi padaanak tunanetra sebagian besar berhuruf braile. Sementara buku yang berhuruf biasa relatif sedikit jumlahnya.38
Umumnya, sekolah luar biasa tidak memiliki ruang perpustakaan secara khusus, apalagi sistem layanan yang khusus juga belum tampak. Namun, keberadaan perpustakaan lebih diprioritaskan manakala sekolah sudah atau akan melakukan akreditasi lembaga. Beberapa Sekolah Luar Biasa yang memiliki area yang luas serta pendanaan yang cukup, biasanya memiliki perpustakaan yang memadai dan terkelola dengan baik sehingga perpustakaan memiliki kegiatan menyebarkan informasi dan sirkulasi yang teratur. Bagi sekolah yang memiliki keterbatasan area dan ruangan, bukan berarti mewujudkan perpustakaan sekolah menjadi hal yang mustahil. Hal tersebut masih memungkinkan. Akan tetapi, idealnya pada sekolah umum atau khusus idealnya perpustakaan berada dalam ruangan khusus.
Perpustakaan sekolah luar biasa sebagai tempat menyimpan dan melayankan koleksi yang dikelola menurut sistem tertentu untuk digunakan dalam menunjang kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Keberadaan perpustakaan di sekolah tentunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki
38Safrudin Aziz, Perpustakaan Ramah Difabel: Mengelola Layanan Informasi Bagi Pemustaka Difabel (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014). h. 25.
rasa percaya diri, bersikap dan berperilaku inovatif dan kreatif sehingga mampu mewujudkan manusia yang mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Artinya, perpustakaan sekolah selain berfungsi edukatif juga berfungsi sebagai pusat informasi, penelitian, dan rekreasi.
Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama disetiap perpustakaan. Layanan tersebut merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan pemustaka dan sekaligus merupakan indikator keberhasilan penyelenggara perpustakaan.Selain pemberian layanan informasi terhadap seluruh pemustaka perpustakaan juga dituntut untuk dapat memperhatikan akan kebutuhan bahan pustaka yang diperlukan oleh pengguna perpustakaan itu sendiri, sehingga dapat dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran dan penambahan ilmu pengetahuan bagi pemustaka dan perpustakaan akan berperan sebagaimana mestinya apabila dilengkapi dengan prasarana yang memadai.
Layanan bagi pemustaka tunanetra akan berjalan lancar manakala didukung oleh ketersediaan fasilitas yang memadai. Fasilitas tersebut berkaitan dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing jenis disabilitasnya. Kesesuaian fasilitas dengan karakteristik pemustaka difabel akan mendorong iklim belajar di perpustakaan yang kondusif sehingga mereka akan belajar secara nyaman dan maksimal.39
39Safrudin Azis, Perpustakaan Ramah Difabel: Mengelola Layanan Informasi Bagi Pemustaka Difabel (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 103.