HALAMAN JUDUL
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN DARI PERSPEKTIF ETIKA ISLAM
(Studi pada Perguruan Tinggi Islam) SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh : Aulia Nur Aziza NIM :11170820000069
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1443 H/2022
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN DARI PERSPEKTIF ETIKA ISLAM
(Studi pada Perguruan Tinggi Islam) SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh Aulia Nur Aziza NIM. 11170820000069
Di Bawah Bimbingan
Rahmawati, S.E., M.M., Ph.D NIP. 197708142006042003 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1444 H / 2022 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 22 Juli 2021 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Aulia Nur Aziza NIM : 11170820000069 Jurusan : Akuntansi
Judul Skripsi : Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Profesi Akuntan dari Perspektif Etika Islam (Studi pada Perguruan Tinggi Islam) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juli 2021
1. Dr. Khayatun Nufus, M.Si., S.E (______________________)
NIDN. 0320046901 Penguji I
2. Masrul Huda, M.Si. (______________________)
NIP. 196305062014111001 Penguji II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aulia Nur Aziza NIM : 11170820000069 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta,2 November 2022
Aulia Nur Aziza
ABSTRACT
This study aims to determine the perceptions of accounting students towards the accounting profession from the perspective of Islamic ethics. This research is done. in several Islamic universities in Indonesia. The research method used. is a quantitative descriptive. The data collection method uses a questionnaire with a Likert scale measuring instrument. Determination of the sample using the convenience sampling method considering the population of accounting students in Islamic tertiary institutions is very large and the sample obtained is 139. Data processing uses the SPSS 25 application tool. The results of this study indicate that accounting students, both women and men in Islamic tertiary institutions, accept and supports the perceived object with a tabulated average (mean) of 4.6 which is on the scale, interval 4.24-5.04 and is included in the very positive interval.
Keyword : Perception, Professional Accountant Ethics, Islamic Ethics, International Sharia Accounting Standards Organization.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi akuntan dari perspektif etika islam. Penelitian ini dilakukan di beberapa perguruan tinggi islam di indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan alat ukur skala likert. Penentuan sampel menggunakan metode convenience sampling mengingat populasi mahasiswa akuntansi perguruan tinggi islam sangat banyak dan sampel yang didapat berjumlah 139. Pengolahan data menggunakan alat aplikasi SPSS 25. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi baik perempuan maupun laki-laki di perguruan tinggi islam menerima dan mendukung objek yang dipersepsikan dengan hasil tabulasi rata-rata (mean) 4,6 yang berada pada skala interval 4,24–5,04 dan termasuk dalam interval sangat positif.
Kata Kunci : Persepsi, Etika Profesi Akuntan, Etika Islam, Organisasi Standar Akuntansi Syariah Internasional.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirobbila’lamin bersyukur pada Allah Swt, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini yang berjudul :
“Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Profesi Akuntan dari Perspektif Etika Islam (Studi pada Perguruan Tinggi Islam)”. Bersyukur pada perantara agama islam yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti sekarang ini, dan menjadi suri tauladan yang baik bagi kita semua.
Penulisan proposal skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini banyak tantangan dan hambatan yang menyertai sampai akhirnya proposal skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karenanya penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, yang selalu memberi motivasi pada penulis, disertai dengan doa mustajabnya.
2. Pak Suami, yang selalu menjadi support system terbaik dalam memberikan dukungan penyelesaian skripsi ini, dengan banyak sabarnya sehingga dapat terselesaikan.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Rahmawati S.E.,M.M selaku Dosen Pembimbing Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama perkuliahan, semoga menjadi ladang pahala dari ilmu yang bermanfaat tersebut.
8. Sahabat-sahabat kucay ku, Nurul, Febri, Naeli, dan Salsa yang membuat motivasi untuk menyusul wisuda.
9. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, seperti responden, teman yang membantu penyebaran kuesioner yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga seluruh bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi bahasa, tata tulis maupun isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 2 November 2022
Aulia Nur Aziza
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Tinjauan Literatur ... 8
B. Penelitian Terdahulu ... 42
C. Kerangka Pemikiran ... 47
BAB III METODE PENELITIAN ... 48
A. Populasi Dan Sampel ... 48
B. Data Dan Sumber Data ... 49
C. Uji Kualitas Data ... 51
D. Metode Pengumpulan Data ... 53
E. Metode Pengolahan Data ... 53
F. Metode Analisis Data ... 54
G. Metode Pengukuran Persepsi... 55
H. Definisi Operasional Variabel ... 57
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 70
B. Temuan Hasil Penelitian ... 76
C. Pembahasan ... 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 111
A. Kesimpulan ... 111
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 113
LAMPIRAN ... 118
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ... 42
Tabel 3. 1 Pengukuran Sampel... 49
Tabel 3. 2 Scoring skala likert... 57
Tabel 3. 3 Operasionalisasi Variabel ... 66
Tabel 4. 1 Data Sampel Penelitian ... 70
Tabel 4. 2 Karakteristik Profil Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 71
Tabel 4. 3 Karakteristik Profil Responden berdasarkan Umur ... 72
Tabel 4. 4 Karakteristik Profil Responden berdasarkan Semester ... 72
Tabel 4. 5 Karakteristik Profil Responden berdasarkan Jurusan ... 73
Tabel 4. 6 Karakteristik Profil Responden berdasarkan Perguruan tinggi ... 74
Tabel 4. 7 Hasil Uji Validitas Tingkat Integritas ... 76
Tabel 4. 8 Hasil Uji Validitas Tingkat Kekhalifahan ... 77
Tabel 4. 9 Hasil Uji Validitas Tingkat Keikhlasan ... 77
Tabel 4. 10 Hasil Uji Validitas Tingkat Ketaqwaan ... 77
Tabel 4. 11 Hasil Uji Validitas Tingkat Kebenaran ... 78
Tabel 4. 12 Hasil Uji Validitas Tingkat Takut Kepada Allah ... 78
Tabel 4. 13 Hasil Uji Validitas Tingkat Pertanggungjawaban Dihadapan Allah ... 78
Tabel 4. 14 Hasil Uji Validitas Tingkat Dapat Dipercaya ... 79
Tabel 4. 15 Hasil Uji Validitas Tingkat Keadilan ... 79
Tabel 4. 16 Hasil Uji Validitas Tingkat Kompetensi Profesional dan Rajin .. 80
Tabel 4. 17 Hasil Uji Validitas Tingkat Perilaku yang Didorong Keimanan . 80 Tabel 4. 18 Hasil Uji Validitas Tingkat Legitimasi ... 80
Tabel 4. 19 Hasil Uji Validitas Tingkat Perilaku Profesional dan Standar Profesional ... 81
Tabel 4. 20 Hasil Uji Reliabilitas ... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Landscape Keuangan Syariah Indonesia ...1 Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ...47
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Skor Rata-Rata (mean) Tiap Variabel ... 94 Grafik 4. 2 Skor Rata-Rata (mean) Tiap Variabel ... 109
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner ... 118
Lampiran 2 Data Responden ... 119
Lampiran 3 Kuesioner ... 120
Lampiran 4 Data Responden ... 125
Lampiran 5 Perhitungan Persepsi Keseluruhan Responden ... 136
Lampiran 6Teknik persepsi menurut jenis kelamin (gender) ... 143
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim yang besar berdasarkan World Population Review 2022 penduduk muslim indonesia mencapai 240 juta jiwa atau 87% dari total penduduk indonesia. Hal ini menjadi salah satu faktor pesatnya perkembangan bisnis syariah di indonesia. Dilihat dari laporan tahunan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa aset keuangan syariah indonesia semakin menunjukkan angka yang positif. Hal ini berdasarkan dengan rincian data lebih lengkapnya dapat dilihat dari gambar 1.1 berikut ini:
Gambar 1. 1
Landscape Keuangan Syariah Indonesia
Sumber: OJK, 2021
Dalam kacamata internasional Perbankan dan Keuangan Syariah Indonesia juga menunjukkan kemajuan dengan meraih peringkat pertama Islamic Finance Country Index (IFCI) pada Global Islamic
Finance Report 2021 (BI, 2021). Namun perkembangan dan pencapaian bisnis syariah ini dinilai masih memiliki pangsa pasar (market share) yang rendah dibandingkan dengan konvensional. OJK mengungkapkan, salah satu faktor rendahnya market share saat ini karena masyarakat muslim Indonesia belum sepenuhnya percaya dengan kesyariahan dalam pemenuhan etika bisnisnya (OJK, 2021).
Mengingat isu etis yang pernah terjadi di tubuh entitas syariah salah satunya pada sektor perbankan syariah yakni Bank Mega Syariah cabang Jawa Tengah, yang tersandung kasus money game berkedok investasi emas Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) dan Gold Bullion Indonesia (GBI), yang menyeret Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam pusaran kasus investasi bodong (Fatimah, 2019). Kasus lain pada Bank Syariah Mandiri (BSM) yaitu penyimpangan (Internal Fraud) oleh pihak internal (Kepala Cabang BSM Bogor, Kepala Cabang Pembantu, dan Account Officer) dengan membobol uang BSM lewat kredit fiktif kepada 197 nasabah (Riza, 2013).
Kejahatan dan pelanggaran yang terjadi ini berhubungan dengan pelanggaran kepercayaan yang dilakukan oleh seorang profesional.
Dimana menurut Nurhayati dan Farida (2018) bahwa ketika terjadi pelanggaran kepercayaan maka disitu juga terjadi pelanggaran etika. Oleh karena itu peran akuntan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat menjadi sangat dibutuhkan. Diketahui bahwa profesi akuntan berperan dalam memberikan jaminan kepada pemangku kepentingan (stakeholders)
atas keandalan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan terkait transaksi keuangan syariah. Estutik dan Firmansyah (2019) menjelaskan juga bahwa akuntan syariah diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas keuangan dalam perekonomian syariah sesuai dengan prinsip–prinsip akuntansi syariah.
Peran akuntan akan melahirkan kepercayaan yang menjadi pondasi jalannya suatu lembaga (Nurhayati dan Farida, 2018). Ludigdo dan Machfoedz (1999) menjelaskan bahwa akuntan dalam menjalankan perannya harus berpegang teguh pada pemahaman dan penerapan etika profesi yang berlaku. Meirini dan Pravitasari (2017) menambahkan bahwa jika seorang akuntan berperilaku sesuai dengan norma etika profesi, maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa layanan yang diberikan profesi akuntan syariah akan tinggi.
Standar profesi akuntan berupa seperangkat prinsip moral dan perilaku profesional yang disebut dengan kode etik (Hayati dan Farida, 2018). Kode etik menurut pandangan islam harus didasari oleh beberapa teori yaitu keadilan, kebenaran, kejujuran, dapat dipercaya, dan bertanggungjawab (Pravitasari, 2017). Teori ini terdapat dalam standar kode etik yang disusun oleh Accounting and Auditing for Islamic Financial Institution (AAOIFI). Salah satu standar utama yang dikeluarkan AAOIFI adalah standar etika yang menitikberatkan pada kode etik akuntan syariah, auditor syariah, dan setiap karyawan yang bekerja di Islamic Financial Institution (IFI) (AAOIFI, 2014).
Dimana kode etik islam ini menjadi ciri pembeda dari kode etik yang lain yang dianggap dapat mengembangkan kesadaran etis akuntan agar sejalan dengan prinsip syariah (Alani dan Alani, 2012). Klasifikasi dari prinsip etika ini didasarkan pada etika islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadist, (Sari, 2015). Dibagi atas etika yang berlaku umum seperti dapat dipercaya, objektif, kompetensi profesional dan rajin. Klasifikasi dari landasan syariah seperti legitimasi, perilaku yang didorong keimanan, serta klasifikasi yang didasari pada profesionalisme seperti perilaku profesional dan standar profesional.
Komponen etika tersebut, perlu kemauan dalam penerapannya baik oleh para akuntan saat ini maupun para calon akuntan masa depan. Studi pada pendidikan akuntansi ditemukan bahwa dunia pendidikan akuntansi memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku etika dari akuntan (Sudibyo dalam Khomsiah dan Indriantoro, 1998). Hal ini karena manusia selalu mengatur tingkah lakunya (termasuk pilihan-pilihannya) di dalam kehidupan sesuai dengan pemahaman (persepsi) yang dimilikinya (Kariyoto, 2013). Koerniawan (2013) menghasilkan rumusan bahwa perguruan tinggi harus berperan secara aktif, profesional, dan memadai agar lulusannya dapat lebih kompeten dan memiliki dasar-dasar etika profesi sebagai seorang akuntan. Terlebih perguruan tinggi juga menjalankan peran sebagai pemuka pendapat (opini leader) seperti pemberian wawasan, petunjuk, dan pendampingan kepada anak terkait
konsumsi informasi dan bagaimana mereka menyikapinya (Tambunan, 2018).
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di lingkup perguruan tinggi islam, untuk melihat indikasi kemauan mahasiswa akuntansi untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku sesuai dengan etika profesi akuntan dari pespektif etika islam.
Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut karena perguruan tinggi islam dinilai memiliki lingkungan yang lebih kental atas nilai-nilai islam (Masome University, 2020). Terlebih juga perguruan tinggi islam menawarkan pendidikan syariah dengan membuka jurusan basis syariah serta terdapat mata kuliah akuntansi syariah.
Menurut Triyuwono (2013) bahwa, akuntansi syariah menjadi pelebur dinding sekulerisme dan mengembalikan kesadaran pada Tuhan.
Akuntansi syariah juga dianggap memiliki ruh yang menghasilkan etika pada lulusannya agar memiliki sikap tanggung jawab yang merefleksikan bahwa manusia sebagai bagian yang dipantau oleh Tuhan sebagai stakeholders tertinggi (Sepytan dan Julianto, 2017). Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul: “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Profesi Akuntan Dari Perspektif Etika Islam (Studi pada Perguruan Tinggi Islam)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti hendak merumuskan masalah, sebagai berikut:
Bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi islam terhadap etika profesi akuntan dari perspektif etika islam?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, peneliti memiliki tujuan, sebagai berikut:
Untuk menganalisis persepsi mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi islam terhadap etika profesi akuntan dari perspektif etika islam.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, peneliti ingin mencapai manfaat penelitian ini, sebagai berikut:
a. Bagi perguruan tinggi islam, dapat memberikan gambaran persepsi para mahasiswa akuntansi tentang etika islam bagi profesi akuntan.
Sehingga dapat diketahui sejak dini kecenderungan mahasiswa untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku sesuai etika profesi akuntan dari sudut perspektif etika islam sebagai calon akuntan profesional.
b. Bagi peneliti berikutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan referensi dan data tambahan, mengenai persepsi mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi islam.
c. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan teori etika profesi dari sudut pandang islam kedalam gambaran umum dan nyata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur
1. Etika (Ethics) a. Etika Islam
Menurut bahasa (etimologi) etika berasal dari kata ethos dari bahasa Yunani yang berarti kebiasaan atau adat, perasaan batin atau kecenderungan batin yang mendorong perilaku manusia dalam perilakunya (Abdullah, 2006). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etika diartikan sebagai ilmu tentang baik dan buruknya perilaku dan hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak, serta nilai mengenai benar atau salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut masyarakat. Menurut Bertens (2013) bahwa, etika merupakan nilai atau norma yang menjadi landasan bertindaknya seseorang. Tujuan utama etika yaitu untuk menemukan, menentukan, membatasi, dan membenarkan kewajiban, hak, cita-cita moral dari individu dan masyarakat (Robani, 2019).
Pemakaian istilah etika dalam agama islam disamakan dengan dengan akhlak yang berasal dari khuluq yang artinya adab, tabiat, atau watak (Badroen, 2006). Adapun persamaannya terletak pada objeknya, yaitu keduanya sama-
sama membahas baik buruknya tingkah laku manusia. Namun segi perbedaannya etika merupakan teori dari perbuatan baik dan buruk dengan tolok ukur akal pikiran, sedangkan akhlak merupakan praktik dari perbuatan baik dan buruk dengan tolok ukur sumber etika islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadist (Salam, 2000).
Etika Islam adalah sebuah nilai atau norma yang berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam (Alma, 2003). Fungsi dari etika islam sendiri sebagai pedoman bagaimana berbuat baik untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dan jika berbuat sebaliknya akan ada ancaman laknat dan siksa.
(Abdullah, 2006). Ajaran etika islam menyangkut seluruh sisi kehidupan manusia, yaitu beretika dengan sesama manusia, alam, dan kepada Allah, oleh sebab itu dalam etika islam tidak lepas dari dasar Al-Quran dan Al-Hadist (Hashi, 2011). Sesuai dengan Surat Al-Ahzab: 21 berikut ini:
َرَكَذ َو َر ِخٰ ْلْا َم ْوَيْلا َو َ هاللّٰ اوُج ْرَي َناَك ْنَمِِّل ٌةَنَسَح ٌة َوْسُا ِ هاللّٰ ِل ْوُس َر ْيِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل رْيِثَك َ هاللّٰ
Artinya: “ Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.
Dan dari Hadist Malik dan Baihaqi Nabi bersabda:
ِهِل ْوُس َر َةَّنُس َو ِالله َباَتِك : اَمِهِب ْمُتْكَّسَمَت اَم ا ْوُّل ِضَت ْنَل ِنْي َرْمَأ ْمُكْيِف ُتْك َرَت Artinya: “Telah kutinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah RasulNya”.
Dari beberapa penjelasan diatas maka, dapat disimpulkan ciri atau karakteristik dari etika islam menurut (Hardiono, 2020) yaitu:
1) Mengajarkan dan menuntun tingkah laku manusia kearah yang baik dan menjauhkan dari tingkah laku yang buruk.
2) Merupakan sumber moral yang didasarkan pada Al- Quran dan Al-Hadist.
3) Mengatur dan mengarahkan fitrah manusia yaitu perbuatan baik (amal lil).
4) Bersifat abadi karena berkaitan dengan mengesakan Allah (tauhid) serta bersifat komperhensif yaitu dapat diterima oleh umat manusia.
Beberapa teori etika diatas dapat disimpulkan bahwa etika islam merupakan bentuk nilai-nilai dari akhlak yang didasarkan pada sumber ajaran agama islam yaitu Al- Quran dan Al-Hadist, yang bersifat abadi untuk menuntun perilaku manusia kearah yang lebih baik.
b. Etika Profesi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu (kejuruan, keterampilan dan sebagainya). Jadi sebuah profesi hanya dilakoni oleh mereka yang ahli pada bidangnya.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya seorang profesi memiliki etika tersendiri yang disebut kode etik.
Dimana kode etik adalah norma dan asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan dalam bertingkah laku yang tujuannya untuk mencapai mutu, kualitas, dan tindak tanduk seorang profesional (KBBI). Jadi, etika profesi ini merupakan kode etik yang menjadi acuan bertindaknya seorang yang memiliki profesi tertentu.
Kode etik dari Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) yang merupakan organisasi internasional islam yang menyusun standar etika khusus bagi akuntan untuk lembaga keuangan islam dianggap memiliki keselarasan dengan etika islam. Sari (2019) menyatakan bahwa standar etika yang dibuat AAOIFI disesuaikan dengan etika islam dalam Al-Quran dan Al- Hadist. Terlebih lagi menurut Nurhidayati dan Witjaksono (2016) bahwa, standar etika AAOIFI dapat digunakan sebagai bahan untuk menjelaskan dan mengenalkan mahasiswa
akuntansi pada kesadaran etis dari perspektif islam, yang perlu diketahui sebelum memulai terjun ke dunia kerja dan dipraktikkan saat menjalaninya.
Struktur kode etik akuntan dari AAOIFI terdiri dari tiga struktur, yaitu Landasan Kode Etik, Prinsip Etika, dan Aturan Perilaku Etika (berisi prosedur dan aturan pelaksanaan kode etik yang diturunkan dari prinsip-prinsip umum dan prinsip- prinsip etika akuntan) (IAI, 2020). Penjabarannya dapat dilihat berikut ini:
1) Landasan Kode Etik (Berisi dasar-dasar hukum dari kode etik itu sendiri)
a) Integritas (‘Adala, Justice)
Akuntan dituntut memiliki kepribadian yang dilandasi oleh sikap jujur. Dalam etika islam akuntan dituntut untuk jujur pada Allah, jujur pada diri sendiri, dan jujur pada publik.
Keutamaannya sifat yang mulia ini antara lain:
terbimbing menetapi kebaikan (Rowahu Muslim), mendapat pengampunan allah, ketanangan dalam jiwa (QS. Al-Ahzab: 70-71), dan dalam usaha atau pekerjaannya akan mendapatkan keuntungan dan kebarokahan (Rowahu Bukhori). Dengan sifat ini manusia akan selalu disegani, dihormati, dan dipercaya,
baik dalam hubungan dengan Allah SWT (keimanan), maupun dengan sesama manusia (pergaulan).
Jadi, hakekat sikap integritas yakni mengutamakan kejujuran sehingga melahirkan kepercayaan. Menurut Sari (2019), sikap integritas mahasiswa dapat dilihat dari etika berikut ini:
(1) Etika pergaulan, dimana sikap tolong menolong.
ِنا َوْدُعْلا َو ِمْثِ ْلْا ىَلَع ا ْوُن َواَعَت َلْ َو ۖى ٰوْقَّتلا َو ِِّرِبْلا ىَلَع ا ْوُن َواَعَت َو Artinya: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.
(2) Etika bekerja yaitu jujur dan juga tidak dapat menerima kecurangan yang ada. Sesuai QS An- Nisa:58
... اَهِلْهَا ىٰٰٓلِا ِتٰن ٰمَ ْلْا اوُّدَؤُت ْنَا ْمُكُرُمْأَي َ هاللّٰ َّنِا Artinya: “sungguh, Allah memerintah kepada kalian
untuk mendatangkan (menyampaikan) amanah- amanah pada ahlinya (orang yang berhak menerima amanah)”.
(3) Etika komunikasi yaitu dengan berbicara yang baik (jujur) dan sopan (tata krama). Sesuai HR. Muslim
تُمْصَيِل ْوَأ ا رْيَخ ْلُقَيلَف ِر ِخلآْا ِم ْوَيْلا َو ِ َّللَّاِب ُنِم ْؤُي َناَك ْنَم Artinya: “barang siapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam.
b) Prinsip Kekhalifahan (Vicegerency)
Akuntan dianggap sebagai khalifah (wakil allah) dalam menjaga perannya sebagai pengawas publik.
Peran ini merujuk pada bentuk akuntabilitas atau pertanggungjawaban kepada Allah SWT. Akuntabilitas didefinisikan sebagai fakta atau kondisi yang dapat dipertanggungjawabkan, karena pemegang kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT (Alani & Alani, 2012).
Seperti dalam HR. Bukhori: “Setiap kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya”.
Berdasarkan hadis diatas bahwa apapun yang menjadi tanggung jawab seorang akuntan, maka harus memperhatikan perintah dan larangan Allah, karena akuntan telah yang dipercayai sebagai pemimpin sumber daya atas penggunaan dan pengelolaan kekayaan dimana dia bekerja.
Jadi, prinsip kekhalifahan ini berkaitan dengan kontrol terhadap diri sendiri terhadap apa yang berkaitan dengan
tanggungjawabnya dengan tetap mengikuti perintah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Oleh karena itu, sikap kekhalifahan mahasiswa dapat dilihat dari etika berikut ini:
(1) Pekerjaan produktif, yaitu mampu memanajer pekerjaan dengan waktu yang ditentukan. Seperi dalam HR. Bukhori, Tirmidzi dan Ibnu Majah:
ُغا َرَفلا َو ُةَّحِّ ِصلا : ِساَّنلا َن ِم ٌرْيِثَك اَمِهْيِف ٌن ْوُبْغَم ِناَتَمْعِن Artinya: “dua nikmat yang banyak manusia tertipu
di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”.
(2) Selalu mengevaluasi dan memperbaiki kinerja dalam pekerjaannya, dalam artian dengan menggalakkan introspeksi terhadap diri untuk tujuan meningkatkan kretivitas dan produktivitas amal sholih diri. Seperti dalam hadist nabi:
ا ْوُبَساَحُت نَا َلْبَقا ْوُبِساَح Artinya : “evaluasilah dirimu sebelum kamu dievaluasi”
c) Keikhlasan (Sincerity)
Prinsip keikhlasan ini mensyaratkan akuntan untuk melakukan segala sesuatu mengenai tugas profesional
dengan tulus hanya karena Allah SWT. Dimana dalam melaksanakan tugas profesional tidak munafik, tidak mencari ketenaran, dan tidak pamer namun, dikonversikan menjadi tugas ibadah atau diniati sebagai ibadah. Seperti dalam Surat Al-Dzariyat: 56 yaitu:
ِن ْوُدُبْعَيِل َّلِْا َسْنِ ْلْا َو َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَم َو Artinya: “tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk (beribadah) kepadaku”.
Oleh karena itu akuntan dituntut untuk bisa meniatkan kegiatan bekerja untuk kelancaran ibadah. Seperti hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar Radiallahu’anhu:
ا دَغ ُت ْوُمَت َكَّنَأَك َكِت َر ِخ ِلآ ْلَمْعا َو ،ا دَبأ ُشيِعَت كَّنأَك َكاَيْنُدِل ْلَمْعا Artinya: “bekerjalah untuk duniamu sekan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi”.
Jadi, sikap etika keikhlasan mahasiswa menurut penelitian Chizanah dan Hadjam (2009) dapat dilihat dari empat aspek:
(1) Motif Transendental, merupakan keyakinan yang meyakini bahwa segala sesuatu yang ada diciptakan oleh Allah berada di luar lingkup logika. Dalam dunia kerja di aplikasian dalam bentuk individu melakukan aktivitas kerja untuk menjalankan
perintah Tuhan seperti dalam Al-Quran Surat An- Naba’ ayat 11:
اَنْلَعَج َّو َراَهَّنلا ا شاَعَم
Artinya: “kami telah membuat waktu siang untuk
mengusahakan kehidupan (bekerja).
(2) Pengendalian Emosi, yaitu lebih kepada kemampuan individu mengatur dan mengekspresikan emosi dan perasaannya tanpa merugikan atau menyinggung orang lain. Sesuai dengan HR. Ibnu Hibban
لْو اشحاف نكي مل ،اقلخ سانلا نسحأ ناك يزجي لْو ،قاوسلأا يف اباخس لْو ،اشحفتم حفصيو وفعي نكلو ،ةئيسلا ةئيسلاب Artinya: "adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Beliau seorang yang pemaaf dan mendamaikan”.
(3) Tidak adanya Superiority Feeling, perasaan superior adalah suatu perasaan yang dimiliki oleh individu yang menganggap dirinya lebih hebat dari individu lain. Keikhlasan yang sesungguhnya meniadakan perasaan superior, karena perasaan itu
akan merusak esensi dari rasa ikhlas tersebut. Sesuai dalam QS. Al-Baqarah:216
ىٰٰٓسَع َو ْمُكَّل ٌرْيَخ َوُه َّو أًـْيَش ا ْوُه َرْكَت ْنَا ى ٰٰٓسَع َو َلْ ْمُتْنَا َو ُمَلْعَي ُ هاللّٰ َو ۗ ْمُكَّل ٌّرَش َوُه َّو أًـْيَش ا ْوُّب ِحُت ْنَا َن ْوُمَلْعَت Artinya: “tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi
sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
(4) Konsepsi Sebagai Hamba Tuhan, berarti mengakui kelemahan diri sendiri, menyadari bahwa manusia adalah ciptan Tuhan yang tidak sepatutnya menyombongkan diri, hendaknya memiliki sikap lemah lembut, tidak membangkang, dan tidak merasa lebih dari yang lain. Sesuai dengan HR.
Tirmidzi: “orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat ialah orang yang besar mulut dan banyak bicara dan memenuhi mulutnya dengan pembicaraan penuh kesombongan untuk menunjukkan kelebihan dan kehebatan dirinya”
d) Ketaqwaan (Piety)
Taqwa adalah sikap mental yang positif terhadap-Nya berupa waspada dan mawas diri sehingga dapat
melaksanakan segenap perintah dan larangannya. Hal ini dinilai sebagai salah satu cara untuk melindungi diri dari perilaku yang bertentangan dengan syariah. Jadi, sikap ketaqwaan mahasiswa dapat dilihat dari poin penelitian Asfahani (1917) bahwa takwa berarti harus selalu mematuhi semua perintah dan menjauhi larangan Allah SWT:
(1) Memelihara diri dari hal-hal yang akan membawa pada kemudharatan (kerugian atau bahaya).
لَلاَح ْنِمَأ ، َلاَمْلا َذَخَأ اَمِب ُء ْرَمْلا ىِلاَبُي َلْ ٌناَم َز ِساَّنلا ىَلَع َّنَيِتْأَيَل ما َرَح ْنِم ْمَأ
Artinya: “akan datang suatu zaman di mana
manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau haram”.
(2) Memelihara diri dari hal- hal yang berbau kedzoliman (memposisikan sesuatu bukan pada tempatnya). Sesuai HR. Bukhori:
َّمُث يِب ىَطْعَأ ٌلُج َر ِةَماَيِقْلا َم ْوَي ْمُهُمْصَخ اَنَأ ٌةَث َلاَث ىَلاَعَت ُ َّاللّٰ َلاَق ا ري ِجَأ َرَجْأَتْسا ٌلُج َر َو ُهَنَمَث َلَكَأَف ا ًّرُح َعاَب ٌلُج َر َو َرَدَغ ُه َرْجَأ ِهِطْعُي ْمَل َو ُهْنِم ىَف ْوَتْساَف Artinya: “ada tiga jenis orang yang aku berperang melawan mereka pada hari kiamat, seseorang yang bersumpah atas namaku lalu mengingkarinya,
seseorang yang berjualan orang merdeka lalu memakan (uang dari) harganya dan seseorang yang mempekerjakan pekerja kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya namun tidak dibayar upahnya”.
e) Kebenaran (Haqq, Righteousness)
Akuntan dituntut untuk bisa melakukan semua beban pekerjaan profesinya dengan sebaik-baiknya dengan output yang berkualitas, benar dan tepat sesuai dengan aturan dan prinsip syariah. Dari hadist HR.
Tirmidzi juga menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Allah senang dengan orang-orang yang mencoba untuk melakukan pekerjaan mereka dengan cara yang (sempurna)”.
Jadi, sikap kebenaran mahasiswa dapat dilihat dari poin menurut Muntoha (2016) dapat dilihat dari etika berikut:
(1) Komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan secara itqan (bekerja secara sempurna). Sesuai dengan HR.
At-Thabrani: “Allah mencintai seseorang yang belajar secara tepat bagaimana melakukan
pekerjaannya dan melakukannya dengan itqan (benar/sempura)”.
(2) Meningkatkan kualitas pekerjaan sebelumnya dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu, dan sumber daya lainnya. Sesuai dengan HR.
Bukhori: “apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya”.
f) Takut Kepada Allah (Allah-Fearing)
Seorang akuntan harus meyakini bahwa Allah selalu melihat dan menyaksikan semua tingkah laku hambaNya. Sehingga dia selalu menyadari serta mempertimbangkan setiap tingkah laku yang tidak disukai Allah. Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra’d: 33
ٌمِئاَق َوُه ْنَمَفَأ ْتَبَسَك اَمِب سْفَن ِِّلُك ٰىَلَع
Artinya: “maka Dia-lah yang mengawasi setiap jiwa atas
apa yang diperbuatnya (sama dengan tuhan yang tidak demikian)?”.
Jadi, sikap takut kepada allah mahasiswa dapat dilihat dari sikap harus dapat mempertimbangkan segala tindakan yang akan diperbuat, dalam artian sebenarnya cobaan akuntan bisa melakukan korupsi namun dia
enggan melakukannya karena menyadari bahwa allah selalu mengawasi. Sesuai dengan Dan HR. At-Thabrani ْمُهلاتْبا ا موق ُالله َّبَحأ اذإ Artinya: “jika Allah mencintai suatu kaum maka,
mereka akan diuji. Dan surat An-Nisa ayat: 1
بْيِق َر ْمُكْيَلَع َناَك َ هاللّٰ َّنِا Artinya: “sesunggguhnya Allah adalah atas kamu, maha melihat”.
g) Pertanggungjawaban Dihadapan Allah (Accountability to Allah)
Akuntan harus meyakini bahwa setiap tindakan di dunia akan dipertanggungjawabkan kepada Allah. Oleh karena itu, akuntan harus berupaya untuk selalu menghindari pekerjaan yang tidak disukai oleh Allah SWT. Jadi, sikap pertanggungjawaban dihadapan Allah mahasiswa dapat dilihat dari kesadaran tanggungjawab seorang akuntan tidak hanya kepada sesama manusia, namun juga bertanggung jawab kepada Tuhan atas dirinya sendiri, karena dia adalah hamba dan wali Tuhan dalam segala situasi (AAOIFI, 2010). Sesuai Surat Al- Muddassir: 38: “setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya”.
2) Prinsip Etika (Berisi prinsip etika yang berlaku umum diambil dari dasar syariat dan kode etik profesional yang berlaku)
a) Dapat Dipercaya (Trustworthiness)
Dapat dipercaya mencakup bahwa akuntan harus memiliki tingkat integritas (kejujuran yang tinggi), serta menghormati kerahasiaan informasi yang diketahuinya selama pelaksanaan tugas.
Prinsip ini memiliki persamaan arti dengan istilah Amanah dalam etika islam. Berarti bisa dipercaya dan menjaga kepercayaan itu, menyampaikan hak kepada yang berhak menerima, tidak berkhianat (merusak kepercayaan). Seperti yang ada dalam Al-Quran Surat Al-Anfal: 27
َن ْوُمَلْعَت ْمُتْنَا َو ْمُكِتٰن ٰمَا ا ْٰٓوُن ْوُخَت َو َل ْوُس َّرلا َو َ هاللّٰ اوُن ْوُخَت َلْ ا ْوُنَمٰا َنْيِذَّلا اَهُّيَآٰٰي
Artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.
Jadi, hakekat sikap dapat dipercaya ini adalah menjunjung kejujuran yang tinggi untuk menjaga kepercayaan. Oleh karena itu, sikap dapat dipercaya mahasiswa sebagai calon akuntan profesional di institusi
syariah dapat dilihat dari struktur kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku Etika antara lain:
(1) Menyajikan dan menyampaikan segala informasi baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan dan menyampaikan pertimbangan profesi secara benar dan dengan menerapkan transparan.
(2) Menjaga diri dari pengungkapan informasi rahasia yang diperoleh selama melaksanakan tugas dan jasa profesi kepada siapapun yang tidak berhak terkecuali diwajibkan oleh peraturan atau sesuai standar akuntansi dan auditing untuk institusi syariah.
(3) Menjaga diri dari menggunakan informasi rahasia yang diperoleh selama melaksanakan tugas untuk kepentingan pribadi atau kepenting pihak ketiga.
(4) Menjaga diri dari perilaku yang dilakukan secara aktif atau pasif yang akan membahayakan pencapaian tujuan etis dan agama lembaga atau organisasi.
b) Keadilan (Objectivity)
Akuntan harus bertindak adil, tidak memihak, bebas dari konflik kepentingan dan bebas dalam kenyataan
maupun dalam penampilan. Sesuai dengan QS.Surat An- Nisa: 135 yaitu,
ِوَأ ْمُكِسُفْنَأ ٰىَلَع ِ َّ ِللَّ َءاَدَهُش ِطْسِقْلاِب َنيِما َّوَق اوُنوُك اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي َنيِب َرْقَ ْلأا َو ِنْيَدِلا َوْلا Artinya: “wahai orang-orang yang beriman, jadilah
kamu penegak keadilan dan saksi karena Allah, walaupun kesaksian itu memberatkan dirimu sendiri, ibu bapakmu, atau kerabatmu”.
Jadi, sikap objektivitas mahasiswa sebagai calon akuntan profesional di institusi syariah dapat dilihat dari struktur kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku Etika antara lain Dalam struktur kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku Etika, akuntan bertanggungjawab untuk:
(1) Menolak semua jenis pemberian untuk kepentingan material atau kebaikan yang dapat mengancam objektivitas pertimbangan profesinya.
(2) Menghindari konflik yang dapat mengancam objektivitas pertimbangan profesinya.
(3) Menghindari situasi yang dapat merusak independensi profesinya baik dalam kenyataan maupun dalam penampilan seperti: memiliki sejumlah saham dalam perusahaan yang diaudit atau
memiliki kepentingan keuangan dengan langganan atau lembaga lain yang berhubungan dengan langganan.
(4) Menghindari diri dari penugasan jasa professional lain sewaktu mengaudit suatu langganan untuk menghindari kehilangan objektivitas dalam melaksanakan audit laporan keuangan.
(5) Meghindari contigen fees (fee yang tergantung pada hasil pemeriksaan misalnya fee dihitung sekian persen dari laba usaha). Hal ini akan dapat merusak independensi dan objektivitas akuntan sewaktu melakukan tugas atau jasa profesi.
c) Kompetensi Profesional dan Rajin (Professional Competence and Diligence)
Akuntan harus memiliki kecerdasan serta kompetensi profesional dengan pengetahuan yang cukup tentang hukum syariah terkait dengan transaksi keuangan, sehingga akuntan mampu menahan diri dari menyetujui untuk melakukan tugas profesional jika mereka tidak memiliki pengetahuan yang memadai atau tidak kompeten bisa melakuannya.
Seperti hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Baihaqi : “sesungguhnya Allah senang jika salah
seorang di antara kamu mengerjakan sesuatu pekerjaan yang dilakukan secara profesional.” (HR. Baihaqi)
Jadi, sikap kompetensi profesional dan rajin mahasiswa sebagai calon akuntan profesional di institusi syariah dapat dilihat dari struktur kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku Etika antara lain Dalam struktur kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku Etika, akuntan bertanggungjawab untuk:
(1) Memilik tingkat pengetahuan yang cukup dan kemampuan profesi, pemahaman syariah yang berkaitan dengan dengan transaksi keuangan dan selalu menjaga kemampuannya melalui pengembangan keahlian terus menerus dalam bidang profesi teruatama mengikuti standar akuntansi dan auditing yang baru.
(2) Menjaga diri dari menerima penugasan profesional terkecuali dia memiliki kompetensi atau staf atau sistem sehingga dapat melaksanakan tugas dan jasa itu.
(3) Melakukan pekerjaan profesional dengan kualitas tinggi sesuai prinsip syariah dan aturan syariah.
Mengembangkan rencana yang terpadu untuk melaksanakan kewajiban dan tugas dan mengikuti
program yang didesain untuk meyakinkan terjaminnya kontrol kualitas terhadap system dan bawahan dalam melaksanakan tugas profesinya.
(4) Meyakinkan bahwa laporan yang disajikan oleh akuntan intern lengkap, jelas, yang didukung oleh analisa dan informasi yang relevan dan terpercaya.
d) Perilaku yang Didorong Keimanan (Faith-Driven Conduct)
Perilaku akuntan dituntut harus konsisten dengan nilai-nilai agama yang berasal dari aturan dan prinsip syariah. Nilai agama yang dimaksud yakni berusaha untuk berbudi pekerti yang baik, diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Amr secara marfu’: “sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian ialah orang yang paling baik akhlaknya”. Konsep ini meletakkan bahwa perilaku yang baik akan menjadikan niat ibadah (bekerja) berlandaskan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jadi, sikap perilaku yang didorong keimanan mahasiswa sebagai calon akuntan profesional di institusi syariah dapat dilihat dari struktur kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku Etika antara lain Dalam struktur
kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku Etika, akuntan bertanggungjawab untuk:
(1) Secara tetap menyadari pengawasan dari Allah SWT. Secara tetap menyadari tanggung jawab di depan Allah SWT di hari akhirat nanti. Ikhlas dalam melaksanakan tugas dan jasa profesi dan menyadari keridhaan Allah SWT dan bukan untu mengabdikan kepada pihak selain Allah SWT.
(2) Melaksanakan dan menghargai semua perjanjian.
Bekerjasama dengan pihak lain sehingga semua tugas dan jasa profesi dilaksanakan secara baik, lancar, dan efisien.
Dasar: Surat an Nahl ayat 91: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu sesudah meneguhkannya”.
(3) Menunjukkan kasih sayang dan persaudaraan demi keridhaan Allah dan memperluas kerjasama dan kepercayaan antara dia dan pihak yang berhubungan. Berlaku pemurah dan baik dalam berhubungan dengan pihak lain dan sabar dalam menangani semua masalah yang terjadi dalam praktek.
Dasar: Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi”.
(4) Tunjukkan keteladanan bagi staf dan bawahan.
Peraturan perilaku yang didasarkan atas prinsip professional dan standar teknis.
Dasar: Dari Ma’mun, beliau mengatakan,
لاوقلأاب ظعون نأ نم جوحأ لامعلأاب ظعون نأ ىلإ نحن Artinya: “kami lebih butuh nasihat dengan (contoh) amal perbuatan daripada nasihat dengan kata-kata”.
e) Legitimasi (Legitimacy)
Akuntan harus memastikan keabsahan segala sesuatu yang terkait dengan tugas atau layanan profesionalnya sesuai dengan aturan dan prinsip syariah.
Dalam legitimacy ethics atau pengakuan etika akuntan harus dapat menunjukkan perilaku yang baik sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari instansi, organisasi profesi maupun kepercayaan publik.
Jadi, sikap legitimasi mahasiswa sebagai calon akuntan profesional di institusi syariah dapat dilihat dari struktur kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku
Etika antara lain Dalam struktur kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku Etika, akuntan bertanggungjawab untuk:
(1) Akuntan bertanggungjawab untuk selalu memperhatikan ketentuan dan prinsip syariah yang berkaitan dengan transaksi keuangan.
(2) Akuntan bertanggungjawab untuk memeriksa legitimasi agama dari semua kejadian yang dicatat atau diperiksa dengan memperhatikan prinsip dan hukum syariah yang ditetapkan oleh Alqur’an maupun Dewan Pengawas Syariah (DPS) perusahaan.
(3) Akuntan bertanggungjawab untuk memenuhi prinsip dan peraturan syariah sebagaimana yang ditentukan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang memperhtikan landasan formal dan kerangka hukum syariah ketika memastikan bahwa semu transaksi, tindakan, dan perilaku secara umum selama pelaksanaan tugas dan jasa profesinya.
f) Perilaku Profesional dan Standar Profesional (Professional Conduct and Technical Standards)
Akuntan harus mematuhi aturan perilaku etis untuk akuntan, dan mematuhi standar akuntansi dan audit
untuk institusi syariah. Seperti dalam hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda:“Allah SWT merahmati seseorang yang ramah (berbudi pekerti baik) dan toleran dalam berbisnis.” (HR. Tirmidzi dan Bukhari).
Dari hadist tersebut dapat menjelaskan bahwa seorang akuntan selain menjaga perilakunya sesuai aturan standar etika juga harus menjalankan aturan organisasi dalam lingkup bisnisnya.
Jadi, sikap perilaku profesional dan standar profesional mahasiswa sebagai calon akuntan profesional di institusi syariah dapat dilihat dari struktur kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku Etika antara lain Dalam struktur kode etik yang ketiga yaitu Aturan Perilaku Etika, akuntan bertanggungjawab untuk:
(1) Mematuhi standar akuntansi dan auditing untuk institusi syariah yang berlaku.
(2) Melakukan tugas dan jasa profesi dengan rajin.
(3) Menjaga diri dari penugasan atau kegiatan yang akan membahayakan integritas, objektivitas, atau independensi dalam melaksanakan tugas dan jasa profesi yang akan mendekreditkan profesi dan mengancam kredibilitasnya. Hal ini mencakup:
(a) Menjaga diri dari tindakan memasarkan diri dan keahliannya dengan cara yang tidak dibenarkan oleh profesi atau bersifat memalukan.
(b) Menjauhkan diri dari melakukan klam berlebihan tentang jasa profesi yang dapat dilakukannya.
(c) Menjaga diri dari tindakan melecehkan pekerjaan akuntan lain.
(d) Menjaga diri dari memberikan komisi untuk mendapatkan penugasan dari langganan.
(e) Ketika diminta untuk menggantikan akuntan lain, akuntan baru harus memastikan alasan- alasan penggantian.
Dari sumber Al-Quran dan Hadist diatas, maka akhlak atau etika islam untuk etika profesi akuntan bertujuan untuk menemukan, menentukan, membatasi, dan membenarkan kewajiban dan hak (Robani, 2019). Alani dan Alani (2012) menjelaskan bahwa penerapan standar etika yang baik diniatkan bukan karena takut karena regulator akan mengendus setiap tindakan non-etis, tetapi karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan meminta pertanggungjawaban kita di akhirat nanti.
2. Profesi Akuntan Institusi Syariah
Menurut Undang-Undang No.34 Tahun 1954 akuntan adalah mereka yang telah lulus dari pendidikan program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar profesi akuntan melalui pendidikan profesi akuntansi. Seseorang yang berprofesi sebagai akuntan biasanya memiliki keahlian dalam disiplin ilmu akuntansi biaya, pengauditan, sistem akuntansi, akuntansi keuangan, teori akuntansi, perpajakan, yang kemudian terpecah dalam jenis profesi akuntan, seperti akuntan internal, akuntan publik, akuntan pemerintah, akuntan pendidik, akuntan pajak, serta ada akuntan syariah.
Akuntan syariah adalah profesi akuntan yang melayani perkembangan di institusi syariah dalam hal penerapan akuntansi keuangan syariah dan pelaporan keuangan syariah dengan tetap memperhatikan prinsip syariah yang berlaku (IAI, 2020).
Mengutip dari Akuntansia (2011) bahwa, profesi seorang akuntan dianggap sebagai sebagai profesi yang fardhu kifayah atau kewajiban kolektif guna memberikan jasa layanan pencatatan akuntansi, secara luas artinya adalah melaksankan pengukuran, dan pengalokasian hak kepada semua pihak secara adil.
Konsep adil yang dimaksud adalah adil dalam sistem akuntansi yang disebut dalam prinsip“freedom from bias” atau bebas dari bias guna menciptakan keadilan ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an An-Nisa: 58 yang artinya: “Allah telah memerintahkan kamu untuk mengembalikan amanah kepada orang yang memberikan penugasan kepada kamu dan ketika kamu mengadili diantara manusia maka berlaku adil-lah”. Oleh karena itu para akuntan mempunyai kode etik tersendiri (khusus) untuk para akuntan dan auditor di instutitusi syariah, sehingga diharapkan mampu menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya dengan baik (Meirini dan Pravitasari, 2017).
3. Persepsi (Perception)
Persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indoesia V (KBBI V) adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya (Kemendikbud, 2016). Proses penerimaan oleh pancaindra ini disebut juga proses sensoris, proses sensoris ini berfungsi mengatur dan mengartikan informasi untuk diberi pola-pola makna. Schiffman dan Kanuk (2004), "Perception is the process by which an individual selects, organizes, and interprets stimuli into a meaningful". Pemahaman dari definisi tersebut, bahwa persepsi adalah suatu proses yang membuat seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan rangsangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti.
Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi merupakan penafsiran yang unik
terhadap situasi, bukan pencatatan yang benar terhadap situasi (Ridwan, 2016:89). Jadi, dari pengertian diatas maka persepsi adalah respons seseorang secara langsung melalui pancaindranya mengenai suatu informasi yang dalam penelitian ini berfokus pada konsep standar etika islam bagi profesi akuntan yang diserap atau ditangkap atas dasar pengetahuan dan pemahamannya.
Dikarenakan persepsi itu bersifat individual (Rogers, 1965 dalam Bimo Walgito 2004 :89). Menurut Irwanto dalam (Marbun, 2019:25) hasil dari persepsi mahasiswa tersebut dapat dilihat dalam 2 persepsi yaitu:
a. Persepsi positif, merupakan persepsi yang menggambarkan bahwa individu menerima dan mendukung objek yang dipersepsikan. Jadi, tanggapan yang diberikan mahasiswa tersebut, akan diteruskan pada sebuah bentuk perilaku yang akan dilakukan.
b. Persepsi negatif, yaitu menggambarkan bahwa individu menolak dan menentang terhadap objek yang di persepsikan.
Jadi, segala tanggapan yang yang diberikan mahasiswa akuntansi tersebut, akan diteruskan dengan kepasifan atau tidak diteruskan menjadi sebuah perilaku
4. Teori Perilaku yang Direncanakan (Theory of Planned Behavior)
Teori Perilaku yang Direncanakan atau Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan teori dari Beck dan Ajzen (1975). TPB ini merumuskan tiga faktor penentu intensi atau niat berperilaku, yaitu sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan persepsi kontrol diri dianggap menentukan dalam membentuk niat. Niat berperilaku dapat diartikan seseorang untuk mencoba atau melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 2005).
Setyawan dan Ihwan (2004) memberikan beberapa pengertian niat antara lain:
1. Niat dianggap sebagai sebuah ‘perangkap’ atau perantara antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku.
2. Niat juga mengindikasikan seberapa jauh seorang mempunyai kemauan untuk mencoba.
3. Niat menunjukkan pengukuran kehendak seseorang.
4. Niat berhubungan dengan perilaku yang terus menerus.
Mengacu dari hal tersebut maka, perilaku mahasiswa dalam memahami dan mengenali standar etika profesi akuntan dari perspektif islam dapat diprediksi melalui niat atau intensinya.
Fishbein dan Ajzen (1975:369) mengatakan bahwa cara yang paling efektif untuk mengetahui apakah individu akan menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku adalah dengan menanyakan atau mengetahui niat individu tersebut untuk
melakukan suatu perilaku. Dengan kata lain, niat merupakan maksud yang dapat digunakan untuk memprediksikan suatu perilaku tertentu. Stimulus dalam mengetahui niat tersebut akan diseleksi, diorganisir, dan diinterpretasikan oleh setiap mahasiswa dengan caranya masing-masing, yang akan dilihat dari faktor penentunya, yaitu:
a. Sikap terhadap perilaku (Attitude Toward Behavior)
Ajzen (2005) mengemukakan bahwa niat ditentukan oleh keyakinan (belief) yang disebut keyakinan berperilaku (behavior belief). Diasumsikan sebagai kepercayaan atas penilaian subjektif dan konsekuensi yakni ada konsekuensi yang diperoleh saat akan melakukan suatu perilaku. Apabila individu memiliki keyakinan atas penilaian yang dimilikinya bahwa perilaku yang dilakukannya memiliki dampak positif, maka akan menumbuhkan niatnya untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Sejalan dengan HR. Bukhari dan Muslim berikut ini:
ى َوَن اَم ئ ِرْما ِِّلُكِل اَمَّنِإ َو ِةَّيِِّنلاِب ُلاَمْعَ ْلأا اَمَّنِإ Artinya: "Sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya".
Disini akan individu akan berfikir sebelum mengambil sebuah keputusan, dengan mempertimbangkan konsekuensinya apakah memberi manfaat atau malah kerugian. Jadi, sikap terhadap perilaku ini dapat menggambarkan niat mahasiswa dalam menilai suatu perilaku bisa positif maupun negatif sesuai dengan keyakinannya.
b. Norma subjektif (Subjective Norms).
Norma subyektif merupakan fungsi yang didasarkan oleh keyakinan (belief) yang disebut sebagai keyakinan norma (normative belief). Didefinisikan sebagai kepercayaan terkait tekanan sosial yang dirasakannya untuk tidak melakukan atau melakukan suatu perilaku. Seseorang mempunyai keyakinan setelah mempertimbangkan suatu perilaku berdasarkan norma yang berlaku dan rujukan ataupun saran dari orang-orang penting disekelilingnya. Hal ini mempengaruhi niat melakukan suatu perilaku (Ajzen, 2005).
Norma-norma etika dan kode moral yang diambil dari ayat- ayat Al-Qur'an dan ajaran Nabi SAW sangat menekankan ketaatan pada standar etika dan moral dalam perilaku manusia.
Allah berfirman dalam QS. Surah Al-Imran: 110.
ْمُتنُك َرْيَخ ةَّمُأ ْتَج ِرْخُأ ِساَّنلِل َنو ُرُمْأَت ِبٱ ِفو ُرْعَمْل َن ْوَهْنَت َو
ِنَع ِرَكنُمْلٱ َنوُنِم ْؤُت َو
ِبٱ َِّللَّ
ْوَل َوۗ َنَماَء ُلْهَأ ِبَٰتِكْلٱ َناَكَل ا رْيَخ مُهَّل ُمُهْنِِّم َنوُن ِم ْؤُمْلٱ ُمُه ُرَثْكَأ َو
ٱ َنوُقِسَٰفْل
Artinya: “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Dapat diartikan bahwa subjective norm merupakan pikiran individu tentang suatu hal yang akan dilakukan terkait dengan norma atau rujukan, sehingga dapat menggambarkan niat mahasiswa dalam menilai suatu perilaku sesuai dengan keyakinan norma yang dipegang.
c. Persepsi kontrol diri (Perceived Behavioral Control)
Ajzen (2006) memaparkan perceived behavioral control sebagai fungsi yang didasarkan oleh keyakinan (belief) yang disebut keyakinan mengendalikan (control belief). Dimana individu akan menemui kemudahan dan kesulitan untuk melakukan suatu perilaku yang didasarkan pada pengalaman terdahulu, informasi yang dimiliki, pengetahuan yang dimiliki.
Atau dapat diartikan sebagai persepsi individu mengenai tentang suatu hal bahwa segala sesuatu itu bisa menjadi mudah dan bisa jadi sulit. Sejalan dengan HR. Bukhari dan Muslim berikut ini:
ى َوَن اَم ئ ِرْما ِِّلُكِل اَمَّنِإ َو ِةَّيِِّنلاِب ُلاَمْعَ ْلأا اَمَّنِإ
Artinya: "Sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya".
Dapat diartikan bahwa semakin kuat niat untuk melakukan suatu perilaku, maka akan semakin mudah menjalankannya.
Jadi, intensi dari persepsi kontrol diri ini dapat menggambarkan niat mahasiswa dalam menilai suatu perilaku dengan mengandalkan informasi yang dimiliki individu, pengalaman terdahulu, pengetahuan yang dimiliki, sehingga memiliki keyakinan mengendalikan perilaku tersebut.
B. Penelitian Terdahulu
Berikut akan dipaparkan mengenai penelitian terdahulu, yang bertujuan untuk mendapatkan referensi mengenai konsep, landasan teori, maupun metode penelitian, dan akan dibandingkan dengan penelitian ini sehingga menghindarkan dari anggapan kesamaan. Dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No. Judul Peneliti
(Tahun)
Metodologi Hasil Penelitian 1. Analisis Persepsi
Mahasiswa Ekonomi Syariah IAIN Tulungagung Terhadap Kode Etik
Akuntan Islam dan Etika Bisnis Islam
Dianita Meirini dan Dyah Pravitasari (2017)
• Konsep etika: AAOIFI dan Islamic Work Ethics (IWE).
• Responden: Mahasiswa jurusan ekonomi syariah IAIN Tulungagung.
• Metode penelitian:
Deskriptif Kuantitatif
Mahasiswa jurusan ekonomi syariah IAIN Tulungagung baik laki- laki maupun
perempuan, baik dari segi semester akhir atau semester awal memiliki pemahaman yang sama terhadap kode etik islam, yaitu memiliki persepsi yang positif.
2. Etika Profesi Dalam Problematika Di Era
Koenta Adji
Koerniawan (2013) • Konsep etika:
American Institute of
Matrik etika profesi:
Competitif Menurut Sisi
Pandang Akuntan Publik Certified Public
Accountants (AICPA), Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dan AAOIFI.
• Metode penelitian:
Critical Review
-AICPA tidak memenuhi 1 aspek yaitu kepatuhan pada nilai-nilai agama dan keadilan,
-IAPI tidak memenuhi 2 aspek, yaitu
kepatuhan pada nilai- nilai moral agama dan keadilan serta aspek kepatuhan pada aturan norma moral yang berlaku di masyarakat -AAOIFI mencakup semua prinsip.
3. Pengaruh Etika profesi Akuntan Terhadap Perilaku Tidak Etis Di Lembaga Keuangan Syariah
Dian Kusumaningtyas dan Mar’atus Solikah (2016)
• Konsep etika:
menggunakan AAOIFI
• Responden: Akuntan kota kediri
• Metode penelitian:
Analisis Jalur
Variabel kode etik AAOIFI (ikhlas, integritas, varibel khalifah, pengawasan Allah, dan taqwa) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku yang tidak etis. Sedangkan akuntabilitas terhadap
Allah dan kebenaran tidak signifikan.
4. Pemahaman Kode Etik
Akuntan Islam di Indonesia Dyah Pravitasari
(2015) • Konsep etika:
menggunakan AAOIFI
• Metode penelitian:
Literature Review
Kode Etik profesi dari para akuntan islam meliputi:
1. Aspek syariah 2. Prinsip etika
3. Aturan perilaku etika 5. Kode Etik Akuntan
Berdasarkan Perspektif Islam
Lina Puspita Sari
(2019) • Konsep etika:
menggunakan AAOIFI
• Informan: Masyarakat dan Ulama MUI daerah Kabupaten Sumenep serta Akuntan dan mahasiswa lulusan sarjana akuntansi.
• Metode penelitian:
Kualitatif Interpretatif
Kode etik akuntan islam di indonesia dari IAI sebagian besar telah mengadopsi dengan kode etik AAOIFI, namun tetap ada pembenahan terkait sanksi jika terjadi pelanggaran etika.
6. A Holistic Model For Islamic Accountants and its Value Added
Sherif El-Halaby and Khaled Hussainey (2015)
• Konsep etika:
menggunakan AAOIFI
• Metode penelitian:
Critical Review
Akuntan islam harus mencakup kualifikasi profesional, disamping fitur etika seperti amanah, objektivitas.
AAOIFI menghadirkan kerangka kerja yang
mengandung
multidimensi peran.
7. Akuntan Syariah Di Era Modern, Urgent Kah Di Indonesia?
Uun Dwi Al-
Muddatstsir dan Early Ridho Kismawadi (2017)
• Konsep etika:
menggunakan AAOIFI
• Metode penelitian:
Literature Review
Peran akuntan syariah menjadi sangat urgent untuk negara yang mayoritas muslim seperti indonesia. Demi terciptanya bentuk keadilan dan kejujuran seperti yang di ajarkan oleh islam.
8. Ethics In Accounting Education: Contribution of The Islamic Principle of Maela I Ah
Abdul Rahim Abdul
Rahman (2003) • Konsep eksplorasi etika: menggunakan AAOIFI
• Metode penelitian:
Critical Review
Dari perspektif etika islam, untuk memenuhi harapan publik, akuntan perlu memahami
pedoman yang etis dimulai pada nilai-nilai dan tanggungjawab.
9. The Role of Islamic Ethics in Accounting
EnDvironment
Dr. Farooq Salman Alani dan Dr. Haris Kareem Alani (2012)
• Konsep etika:
menggunakan International Federation of
Accountants (IFAC) dan AAOIFI
Akuntan diharuskan mengikuti kode etik yang diberlakukan oleh IFAC (Perusahaan non- islam) dan AAOIFI (terutama untuk IFI).
• Metode penelitian:
Literature Review 10. A Comparative Analysis of
Conventional Ethical Code and Islamic Ethical Code in Accounting Profession
Md. Kamal Hosaain, Mohammed Shamsul Karim, and
Serajul Islam (2008)
• Konsep eksplorasi etika: menggunakan American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), American Accounting Association (AAA), Confederation of Asian and Pacific
Accountants (CAPA), Institute of
Management
Accountants (IMA), Association of Chartered Certified Accountants (ACCA), IFAC, AAOIFI.
• Metode penelitian:
Literature Review
Kode etik akuntan islam dianggap lebih komperhensif yang berorientasi pada manusia, dan setiap orang yang memiliki kepercayaan (iman) dan rasa akuntabilitas, maka dapat dipandu oleh kode etik akuntan islam sekalipun itu non- Muslim pun karena agama islam adalah agama yang general dan sumber hukum islam dapat diterapkan diseluruh dunia.
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu diatas, maka penelitian ini akan menggunakan konsep etika dari AAOIFI, dengan responden Mahasiswa Akuntansi di lingkup Perguruan Tinggi Islam, menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran