• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Terhadap Kandungan Bahan Kimia Obat Dalam Jamu Pegal Linu Di Kecamatan Kamal Bangkalan - UMG REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Persepsi Masyarakat Terhadap Kandungan Bahan Kimia Obat Dalam Jamu Pegal Linu Di Kecamatan Kamal Bangkalan - UMG REPOSITORY"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Jamu merupakan salah satu obat tradisional warisan nenek moyang Indonesia. Dari tiga jenis obat tradisional yang beredar di Indonesia yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka, jamu merupakan pilihan yang paling sering digunakan. Meskipun sudah terdapat banyak jenis obat modern di pasaran, masih terdapat kecenderungan bagi masyarakat Indonesia untuk kembali ke cara tradisional dengan mengkonsumsi jamu.

Mayoritas masyarakat Indonesia mengkonsumsi jamu melalui kios – kios jamu, penjual jamu gendongan dan juga melalui kemasan langsung yang dapat diseduh sendiri. Beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia gemar untuk mengkonsumsi jamu antara lain yaitu harganya yang relatif terjangkau, dibuat dari bahan – bahan alami, dan memiliki efek samping yang relatif kecil (Parwata, 2016).

Mengkonsumsi jamu sudah merupakan hal turun – temurun yang telah melekat erat di kehidupan masyarakat Indonesia (Saifudin dkk., 2011).

Terdapat berbagai macam jamu yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia salah satunya yaitu jamu pegal linu. Bahan – bahan utama yang terdapat dalam jamu pegal linu berupa jahe, mengkudu, kunyit, adas, merica, asam, temulawak, dan lain sebagaianya. Banyak masyarakat yang mengkonsumsi jamu pegal linu dikarenakan manfaatnya yang dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti pegal linu, kelelahan, dan bahkan untuk menambah stamina (Wijianto dan Yumanda, 2012).

Dengan adanya budaya minum jamu yang masih marak di Indonesia, maka banyak produsen yang membuat jamu dalam kemasan. Hal tersebut didukung dengan banyaknya produsen yang masih menambahkan bahan kimia ke dalam produk jamu baik sengaja ataupun tidak sengaja. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menemukan kandungan BKO semacam parasetamol dan logam berat dalam jamu kemasan (Wijianto dan Yumanda, 2012; Anggraeni dkk., 2015; Husna dkk., 2015). Penambahan bahan kimia obat oleh produsen jamu cenderung dilakukan agar konsumen

(2)

2 dapat segera merasakan efek jamu yang diminum namun tanpa disadari bahwa campuran bahan kimia obat juga dapat membahayakan konsumen.

Bahan – bahan di dalam jamu tidak diperbolehkan dicampur dengan bahan kimia obat. Terdapat dua istilah penambahan bahan kimia pada jamu yaitu bahan kimia yang ditambahkan secara sengaja yang disebut Bahan Kimia Obat (BKO) dan bahan kimia yang ditambahkan secara tidak sengaja yaitu bahan kimia bukan obat contohnya seperti logam berat. Hasil penelitian kandungan BKO semacam parasetamol dan logam berat dalam jamu kemasan (Wijianto dan Yumanda, 2012; Anggraeni dkk., 2015; Husna dkk., 2015) dianggap melebihi ambang batas bahan kimia yang diperbolehkan oleh WHO untuk dimasukkan dalam obat termasuk kedalam jamu. Disamping itu, selama masa pandemi COVID-19, Badan POM menemukan kecenderungan baru temuan BKO pada produk jamu. BKO tersebut adalah efedrin dan pseudoefedrin. Obat tradisional yang mengandung efedrin dan pseudoefedrin berisiko dapat menimbulkan gangguan kesehatan, yaitu pusing, sakit kepala, mual, gugup, tremor, kehilangan nafsu makan, iritasi lambung, reaksi alergi (ruam, gatal), kesulitan bernafas, sesak di dada, pembengkakan (mulut, bibir dan wajah), atau kesulitan buang air kecil (Badan POM, 2021). Konsumsi jamu dengan campuran bahan kimia yang berlebihan dapat berbahaya bagi organ – organ tubuh (Susanti, 2013).

Oleh sebab itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang persepsi masyarakat terhadap kandungan bahan kimia obat yang terdapat dalam jamu pegal linu di kecamatan Kamal. Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang telah dilakukan di 10 kios jamu yang cukup ramai di kecamatan Kamal. Ditemukan kurang lebih 13% konsumen mengkonsumsi jamu pegal linu. Jamu yang terjual paling banyak tiap harinya sekitar 27% adalah jamu pegal linu.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat di kecamatan Kamal terhadap kandungan bahan kimia obat dalam jamu pegal linu.

(3)

3 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat di kecamatan Kamal terhadap kandungan bahan kimia obat dalam jamu pegal linu.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi penulis: menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai persepsi masyarakat di kecamatan Kamal terhadap kandungan bahan kimia obat dalam jamu pegal linu.

2. Manfaat bagi konsumen jamu: memberikan gambaran informasi bagi para konsumen jamu dalam memperhatikan kesehatan dengan lebih teliti dan berhati – hati dalam memilih produk jamu yang dikonsumsi.

3. Manfaat bagi produsen jamu: memberikan informasi kepada produsen jamu akan bahaya bahan kimia dalam jamu sehingga dapat memproduksi produk jamu yang sesuai dengan undang - undang tentang obat tradisional yang berlaku.

4. Manfaat bagi tenaga kesehatan: memberikan informasi bagi tenaga kesehatan terutama apoteker dalam mengembangkan pengetahuan dan keahlian dalam konteks obat tradisional.

5. Manfaat bagi peneliti lain: menjadi referensi/rujukan yang sejenis terkait persepsi masyarakat terhadap kandungan bahan kimia obat dalam jamu.

Referensi

Dokumen terkait

Dari 100 responden, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kepedulian responden mengenai efek samping penggunaan obat rematik/pegal linu, mayoritas responden

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian tingkat pengetahuan efek samping jamu pegal linu pada masyarakat pengguna melalui proses pengumpulan data yang dilakukan dari

Manfaat yang diperoleh dari penetapan kadar air dalam jamu pegal linu adalah agar dapat mengetahui bahwa produk obat trdisional yang beredar di pasaran memenuhi

Dari 100 responden, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kepedulian responden mengenai efek samping penggunaan obat rematik/pegal linu, mayoritas responden

Hasil penelitian menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLT preparative) menunjukan dari 12 sampel jamu pegal linu yang diuji 7 sempel jamu

Dimohon kesediaannya untuk mengisi kuesioner berikut yang berkaitan tentang penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Efek Samping Jamu Pegal Linu pada Masyarakat Pengguna

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa jamu pengel linu seduhan yang dijual di pasar Bandar diduga positif mengandung dexamethason bahan kimia obat kecuali pada

Belum ada data analisis kandungan lempuyang dan temulawak dalam jamu pegal linu yang dideteksi dengan FTIR sehingga penelitian ini dirancang untuk menganalisis kandungan lempuyang dan