Tingkat Kepedulian Masyarakat Terhadap
Efek Samping Pengunaan Obat Rematik/Pegal
linu
Oleh :
Citra Anggreini Sembiring
070100188
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Tingkat Kepedulian Masyarakat Terhadap Efek
Samping Pengunaan Obat Rematik/Pegal linu
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
OLEH:
CITRA ANGGREINI S
070100188
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Tingkat Kepedulian Masyarakat Terhadap Efek Samping Penggunaan Obat Rematik/Pegal Linu
Nama : Citra Anggreini Sembiring NIM : 070100188
Pembimbing Penguji I
(Prof. dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK) (Prof. dr. Haris Hasan, SpPD, SpJP) NIP 19511202 197902 1 001 NIP 19560405 198303 1 004
Penguji II
(Prof. dr. Gontar A Siregar, SpPD-KGEH) NIP 19540220 198011 1 001
Medan, 29 November 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit-penyakit yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan kebanyakan pada masyarakat lansia (lanjut usia) yang memang dekat dengan gangguan rematik yang merupakan salah satu dari penyakit degeneratif. Obat merupakan terapi utama untuk mengurangi efek dari rematik ataupun pegal linu. Obat rematik/pegal linu merupakan penghilang rasa sakit yang secara umum dikategorikan sebagai obat anti-inflamasi non- steroid ( OAINS ), yang sangat mudah didapatkan, bahkan kita dapat dengan mudah mendapatkannya dengan membeli di warung-warung, toko-toko, ataupun apotek-apotek tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Sangat praktis, namun kebanyakan masyarakat tidak mempertimbangkan dan tidak mempedulikan efek sampingnya jika ternyata obat yang dibeli tersebut salah atau malah menimbulkan efek balik (kontra indikasi).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat terhadap efek samping penggunaan obat rematik/pegal linu.
Metode Penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan desain studi
Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 100 orang yang merupakan jumlah
keseluruhan dari populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan kemudian dianalisis dengan program SPSS (statistical product and
service solutions).
Dari 100 responden, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kepedulian responden mengenai efek samping penggunaan obat rematik/pegal linu, mayoritas responden tidak peduli yaitu sebanyak 64 orang (64%), dan responden yang peduli sebanyak 36 orang (36%).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kepedulian para pekerja di pabrik batu kapur CV. Kasih Kabanjahe berada dalam kategori tidak peduli.
ABSTRACT
Rheumatism, stiff, sore muscles and joints, are diseases that are familiar in our daily lives. And mostly in elderly people (elderly) who are close to rheumatic disorder that is one of the degenerative disease. Drugs are the main therapy to reduce the effects of arthritis or stiff. Rheumatic drug / stiff a painkiller that is generally categorized as anti-inflammatory drugs non-steroidal (NSAID), which is very easy to get, even we can easily get it by buying at stalls, shops, or pharmacy without having to consult your doctor first. Very practical, but most people do not consider and do not care about side effects if the drug was purchased was not correct or even cause behind the effect (contra indications).
The purpose of this study was to determine the level of community care for side effects of drug use rheumatism/stiff. Methods The study was a descriptive study with cross sectional study design. The samples were 100 people which is the sum total of the population. The data was collected using a questionnaire and then analyzed using SPSS (statistical product and service solutions). Of the 100 respondents, obtained results which indicate that the level of awareness of respondents about the side effects of rheumatic drug use / stiff, the majority of respondents did not care that as many as 64 people (64%), and respondents who cares as much as 36 people (36%).
From this research we can conclude that the level of concern for workers at the factory limestone CV. Kasih Kabanjahe is in the category do not care.
Keywords: rheumatic drug / stiff, side effects, the level of awareness
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Sebagai salah satu area
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil
penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan
di program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Selama penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari
bahwa karya tulis ilmiah ini masih sangat sederhana dan masih banyak
kekurangannya, oleh sebab itu penulis akan menerima segala kritik maupun
tanggapan dari berbagai pihak guna memperbaiki kesalahan dan kekurangan tersebut
pada masa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran USU Medan.
2. Bapak Prof. dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK selaku dosen pembimbing penulis yang
telah banyak membantu dan memberikan saran-saran selama penulisan Karya
Tulis Ilmiah, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH dan Bapak Prof. Haris
Hasan, Sp. JP selaku penguji dalam seminar proposal dan penguji di seminar
hasil.
4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
6. Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Nawari Sembiring
dan Helmina Sinaga, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan studi saya termasuk dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
7. Terima kasih juga saya sampaikan kepada abang saya, Yoseph Sembiring, dan
ketiga adik saya Handika Sembiring, Moses Sembiring, dan Hogla Sembiring.
8. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang telah mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan
terima kasih atas kerja samanya.
Sebagai akhir kata dari penulis, semoga Karya Tulis Ilmiah ini memiliki
manfaat dan nilai bagi kita semua dimasa yang akan datang dan kiranya dapat
menjadikan rujukan untuk penulisan yang lebih baik lagi.
Medan, November 2010
Penulis
Citra Anggreini Sembiring
DAFTAR ISI
3.2. Definisi Operasional ... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21
4.1. Jenis Penelitian ... 21
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 22
BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 23
5.1. Hasil Penelitian ... 23
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 23
5.2. Hasil Analisa Data ... 27
5.2.1. Tingkat Kepedulian ... 27
5.3. Pembahasan ... 29
BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN ... 32
6.1. Kesimpulan ... 32
6.2. Saran ... 32
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Kriteria American Rheumtism Association (ARA) ... 10
5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur ... 24
5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin ... 24
5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Pekerjaan ... 25
5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ... 26
5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Perkawinan ... 26
5.6 Distribusi Frekuensi Tingkst Kepedulian
Responden ... 27
5.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Atas Pertanyaan
DAFTAR SINGKATAN
APC : antigen presenting cells
ARA : American Rheumtism Association
COX : cyclooxygenase
GM-CSF : granulocyte/macrophage colony stimulating factor
HLA-DR : histokompatibilitas utama kelas II
IL-1 : interleukin 1
IL-2 : interleukin 2
IL-4 : interleukin 4
Lansia : lanjut usia
LED : laju endap darah
OAINS : obat anti inflamasi non-steroid
PG : prostaglandin
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
SPSS : Statistical Product and Service Solution
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup Penulis
2. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
3. Informed Consent (Lembar Persetujuan setelah Penjelasan)
4. Kuesioner Penelitian
5. Data Induk (Master Data)
7. Hasil Analisa Data Distribusi Frekuensi dengan SPSS
8. Surat Ethical Clearance (Persetujuan Komisi Etik)
ABSTRAK
Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit-penyakit yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan kebanyakan pada masyarakat lansia (lanjut usia) yang memang dekat dengan gangguan rematik yang merupakan salah satu dari penyakit degeneratif. Obat merupakan terapi utama untuk mengurangi efek dari rematik ataupun pegal linu. Obat rematik/pegal linu merupakan penghilang rasa sakit yang secara umum dikategorikan sebagai obat anti-inflamasi non- steroid ( OAINS ), yang sangat mudah didapatkan, bahkan kita dapat dengan mudah mendapatkannya dengan membeli di warung-warung, toko-toko, ataupun apotek-apotek tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Sangat praktis, namun kebanyakan masyarakat tidak mempertimbangkan dan tidak mempedulikan efek sampingnya jika ternyata obat yang dibeli tersebut salah atau malah menimbulkan efek balik (kontra indikasi).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat terhadap efek samping penggunaan obat rematik/pegal linu.
Metode Penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan desain studi
Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 100 orang yang merupakan jumlah
keseluruhan dari populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan kemudian dianalisis dengan program SPSS (statistical product and
service solutions).
Dari 100 responden, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kepedulian responden mengenai efek samping penggunaan obat rematik/pegal linu, mayoritas responden tidak peduli yaitu sebanyak 64 orang (64%), dan responden yang peduli sebanyak 36 orang (36%).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kepedulian para pekerja di pabrik batu kapur CV. Kasih Kabanjahe berada dalam kategori tidak peduli.
ABSTRACT
Rheumatism, stiff, sore muscles and joints, are diseases that are familiar in our daily lives. And mostly in elderly people (elderly) who are close to rheumatic disorder that is one of the degenerative disease. Drugs are the main therapy to reduce the effects of arthritis or stiff. Rheumatic drug / stiff a painkiller that is generally categorized as anti-inflammatory drugs non-steroidal (NSAID), which is very easy to get, even we can easily get it by buying at stalls, shops, or pharmacy without having to consult your doctor first. Very practical, but most people do not consider and do not care about side effects if the drug was purchased was not correct or even cause behind the effect (contra indications).
The purpose of this study was to determine the level of community care for side effects of drug use rheumatism/stiff. Methods The study was a descriptive study with cross sectional study design. The samples were 100 people which is the sum total of the population. The data was collected using a questionnaire and then analyzed using SPSS (statistical product and service solutions). Of the 100 respondents, obtained results which indicate that the level of awareness of respondents about the side effects of rheumatic drug use / stiff, the majority of respondents did not care that as many as 64 people (64%), and respondents who cares as much as 36 people (36%).
From this research we can conclude that the level of concern for workers at the factory limestone CV. Kasih Kabanjahe is in the category do not care.
Keywords: rheumatic drug / stiff, side effects, the level of awareness
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit-penyakit yang
tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan kebanyakan pada masyarakat lansia
(lanjut usia) yang memang dekat dengan gangguan rematik yang merupakan salah
satu dari penyakit degeneratif ( FKUI/RSCM, 2009 ).
Obat merupakan terapi utama untuk mengurangi efek dari rematik ataupun pegal
linu. Obat rematik/pegal linu merupakan penghilang rasa sakit yang secara umum
dikategorikan sebagai obat anti-inflamasi non- steroid ( OAINS ).
Dalam kehidupan sehari-hari obat rematik/pegal linu sangat mudah didapatkan,
bahkan kita dapat dengan mudah mendapatkannya dengan membeli di
warung-warung, toko-toko, ataupun apotek-apotek tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter. Sangat praktis, namun kebanyakan masyarakat tidak
mempertimbangkan dan tidak mempedulikan efek sampingnya jika ternyata obat
yang dibeli tersebut salah atau malah menimbulkan efek balik (kontra indikasi).
Banyak pasien yang mungkin karena merasa cocok dengan obat yang pernah
diresepkan oleh dokternya kemudian, ketika sakit lagi, mengulang resep tadi dengan
membeli di toko obat. Padahal, tanpa disadari penggunaan obat rematik yang tidak
tepat bisa menyebabkan efek samping kerusakan lambung atau saluran cerna (
Makmun, 2009 ).
Gejala yang sering timbul akibat efek samping dari obat-obat ini, antara lain
gangguan maag berupa rasa sakit atau tidak nyaman di uluhati, mual, muntah,
perlukaan bahkan tukak di lambung dan usus duabelas jari. Dan bisa mengakibatkan
erosi klinis dilambung sehingga terjadi perdarahan saluran cerna bagian atas yang
Pada penelitian yang dilakukan RSCM (2005) pada 1.192 pasien dengan keluhan
buang air besar hitam, muntah darah, atau keduanya, lebih dari 90 % disebabkan oleh
penggunaan obat rematik.
Dan pada penelitian berikutnya ( 2009 ) resiko terjadinya tukak lambung 1 dari 5
pasien pemakai obat rematik/pegal linu, tukak yang bergejala terjadi pada 1 dari 70
pasien pemakai obat rematik/pegal linu, dan yang mengakibatkan perdarahan saluran
cerna atas pada 1 dari 150 pasien pemakai obat rematik/pegal linu.
Menurut Graham ( 2008 ) dari komite penasihat Food and Drug Administration, “
ketika kita sebagai dokter meresepkan obat pada pasien, kita bukan hanya harus
menjelaskan jenis obat yang kita berikan, tetapi kita juga perlu membahas efek
samping obat dengan baik dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
efek samping tersebut”. Karena menurut Simon ( 2003 ) berdasarkan penelitian yang
dilakukannya menunjukkan bahwa pasien yang memperhatikan efek samping dari
obat hanya sekitar 25 %.
Berdasarkan data diatas, maka penulis merasa perlu dilakukan penelitian tentang
tingkat kepedulian masyarakat terhadap efek samping penggunaan obat rematik/pegal
linu. Karena kemajemukan masyarakat kita maka penulis membatasi penelitian
dengan membandingkan pada masyarakat buruh bangunan ( pekerja kasar ) dan
pegawai dan staf di fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memiliki
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian dari pertanyaan berikut :
Bagaimana perbandingan tingkat kepedulian masyarakat terhadap efek samping
penggunaan obat rematik/pegal linu?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat terhadap efek samping
penggunaan obat rematik/pegal linu.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat berdasarkan status
perkawinan
c. Untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat berdasarkan pekerjaan.
d. Untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat berdasarkan tingkat
pendidikan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh
penulis selama pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
2. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Sebagai bahan referensi kepada peneliti selanjutnya, khususnya mengenai
kepedulian masyarakat terhadap efek samping penggunaan obat rematik/pegal
linu.
3. Bagi masyarakat
Sebagai masukan dan informasi untuk membantu masyarakat tersebut peduli
dan memahami efek samping penggunaan obat rematik/ pegal linu.
4. Bagi petugas kesehatan
Sebagai bahan masukan dan informasi guna perbaikan pelayanan kesehatan
dalam penyampaian/kepedulian terhadap pasien pengguna obat rematik/pegal
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rematik/pegal linu 2.1.1. Definisi
Menurut Isbagio (2004), cakupan pengertian gejala rematik ataupun pegal linu
cukup luas. Nyeri, pembengkakan, kemerahan, gangguan fungsi sendi dan jaringan
sekitarnya termasuk gejala rematik. Semua gangguan pada daerah tulang, sendi, dan
otot disebut rematik yang sebagian besar masyarakat juga menyebutnya pegal linu.
Rematik atau pegal linu juga merupakan penyakit degeneratif yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya,
disertai proliferasi dari tulang dan jaringan lunak di dalam dan sekitar daerah yang
terkena (Priyanto, 2009).
2.1.2. Etiologi
Faktor penyebab dari penyakit ini belumdiketahui dengan pasti. Namun,
faktor genetik seperti produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR)
dan beberapa faktor lingkungan diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini
(Sudoyo, dkk, 2007).
Faktor genetik seperti kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR), dari
beberapa data penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mengemban HLA-DR4
memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini. Rematik/pegal linu pada
pasien kembar lebih sering dijumpai pada kembar monozygotic dibandingkan kembar
dizygotic (Sudoyo, dkk, 2007).
Dari berbagai observasi menunjukkan dugaan bahwa hormon seks merupakan salah
satu faktor predisposisi penyakit ini. Hubungan hormon seks dengan rematik/pegal
linu sebagai penyebabnya dapat dilihat dari prevalensi penderitanya yaitu 3 kali lebih
Faktor infeksi sebagai penyebab rematik/pegal linu timbul karena umumnya onset
penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran
inflamasi yang mencolok. Dengan demikian timbul dugaan kuat bahwa penyakit ini
sangat mungkin disebabkan oleh tercetusnya suatu proses autoimun oleh suatu
antigen tunggal atau beberapa antigen tertentu saja. Agen infeksius yang diduga
sebagai penyebabnya adalah bakteri, mycoplasma, atau virus (Sudoyo, dkk, 2007).
2.1.3. Faktor resiko
Menurut Priyatno (2009) beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan
dengan rematik ataupun pegal linu, antara lain;
Usia di atas 40 tahun dan prevalensi pada wanita lebih tinggi
Genetik
Kegemukan dan penyakit metabolik
Cedera sendi yang berulang
Kepadatan tulang berkurang (osteoporosis)
Beban sendi yang terlalu berat (olah raga atau kerja tertentu)
Kelainan pertumbuhan (kelainan sel-sel yang membentuk tulang rawan, seperti kolagen dan proteoglikan).
2.1.4. Patogenesis
Dimulai dengan terdapatnya suatu antigen yang berada pada membran
sinovial. Pada membran sinovial tersebut, antigen tersebut akan diproses oleh antigen
presenting cells (APC) yang terdiri dari beberapa jenis sel seperti synoviocyte A, sel
dendrit atau makrofag dan semuanya mengekspresikan determinan HLA-DR pada
membran selnya. Antigen yang telah diproses oleh APC selanjutnya dilekatkan pada
CD4+, suatu subset sel T sehingga terjadi aktivasi sel tersebut. Untuk memungkinkan
terjadinya aktivasi CD4+, sel tersebut harus mengenali antigen dan determinan
dibantu pleh interleukin-1 (IL-1) yang disekresi oleh monosit atau makrofag. Pada
tahap selanjutnya, antigen, determinan HLA-DR yang terdapat pada permukaan
membran APC dan CD4+ akan membentuk suatu kompleks antigen trimolekular.
Kompleks antigen trimolekular tersebut akan mengekspresi reseptor interleukin-2
(IL-2) pada permukaan CD4+. IL-2 yang disekresi oleh CD4+ akan mengikatkan diri
pada reseptornya dan menyebabkan terjadinya mitosis dan proliferasi sel tersebut.
Proliferasi CD4+ ini akan berlangsung terus selama antigen tetap berada dalam
lingkungan tersebut.
Selain IL-2, CD4+ yang telah teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin
lain seperti A-interferon, tumor necrosis factor ß (TNF- ß), IL-3, IL-4 (B-cell
differentiating factor), granulocyte/macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
serta beberapa mediator lain yang bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan
aktifitas fagositosisnya dan merangsang terjadinya proliferasi serta aktivasi sel B
untuk memproduksi antibodi. Produksi antibodi oleh sel B ini juga dibantu oleh IL-1,
IL-2, IL-4, yang disekresi oleh sel CD4+ yang telah teraktivasi. Setelah berikatan
dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan akan membentuk kompleks
imun yang akan berdifusi secara bebas kedalam ruang sendi. Pengendapan kompleks
imun pada membran sinovial akan menyebabkan aktivasi sistem komplemen dan
membebaskan komplemen C5a. Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang
selain meningkatkan permeabilitas vaskular juga menarik lebih banyak sel PMN yang
memfagositir kompleks imun tersebut sehingga mengakibatkan degranulasi mast cells
dan pembebasan radikal oksigen, leukotriene, enzim lisosomal, prostaglandin,
collagenase, dan stromelysin yang bertanggungjawab atas semua terjadinya inflamasi
2.1.5. Patofisiologi
Akibat peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul
matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen) maka terjadi kerusakan
setempat secara progresif dan memicu terbentuknya tulang baru pada dasar lesi
sehingga terbentuk benjolan yang disebut osteolit. Proteoglikan adalah suatu zat yang
membentuk daya lentur tulang rawan, sedangkan kolagen adalah serabut protein
jaringan ikat. Osteolit yang terbentuk akan mempengaruhi fungsi sendi atau tulang
dan menyebabkan nyeri jika sendi atau tulang tersebut digerakkan (Priyatno, 2009).
2.1.6. Manifestasi klinis
Gejala klinis utama adalah poliartritis yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada rawan sendi dan tulang disekitarnya. Kerusakan ini terutama
mengenai sendi perifer pada tangan dan kaki yang umumnya bersifat simetris
(Sudoyo, dkk, 2007).
Menurut Priyatno (2009) secara umum, manifestasi klinis yang dapat kita lihat, antara
lain;
Nyeri sendi, terutama pada saat bergerak
Pada umumnya terjadi pada sendi penopang beban tubuh, seperti panggul, tulang belakang, dan lutut.
Terjadi kemerahan, inflamasi, nyeri, dan dapat terjadi deformitas (perubahan bentuk)
Yang tidak progresif dapat menyebabkan perubahan cara berjalan
Rasa sakit bertambah hebat terutama pada sendi pinggul, lutut, dan jari-jari
2.1.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan radiologis, dan hasil laboratorium, antara lain;
Nyeri pada sendi yang tempatnya tidak jelas, nyerinya bertambah saat digerakkan dan berkurang saat diistirahatkan.
Terjadi kekakuan sendi pada pagi hari (morning stiffness) atau setelah tidak ada aktivitas.
Sendi mengalami pembengkakan karena hipertropi tulang, kulit, di persendian yang bengkak dan kemerahan, nyeri, dan dapat terjadi deformitas.
Pada pemeriksaan laboratorium umumnya tidak terjadi kelainan, hanya laju endap darah (LED) yang nilainya sedikit meningkat dan terjadi leukositosis
(sel darah putih < 2000/ml)
Pada pemeriksaan radiologis dengan foto rontgen, pada sendi memperlihatkan adanya penyempitan tidak beraturan pada ruang sendi, sklerosis tulang
subkondral dengan atau tanpa pembentukan osteolit.
(Priyatno, 2009).
Diagnosis juga dapat ditegakkan dengan menggunakan Kriteria American
Rheumtism Association (ARA) yaitu pasien dikatakan menderita penyakit ini, jika
Tabel 2.1 Kriteria American Rheumtism Association (ARA)
No. Kriteria Defenisi
1 Kaku pada pagi hari Kekauan pada pagi hari pada persendian dan
sekitarnya, sekurangnya selama 1 jam
sebelum perbaikan maksimal.
2 Artritis pada 3 daerah
persendian atau lebih
Pembengkakan pada jaringan lunak atau
persendian atau lebih efusi (bukan
pertumbuhan tulang) pada
sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang
diobservasi oleh seorang dokter.
3 Artritis pada persendian tangan Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan
satu persendian tangan sperti yang tertera
diatas
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti tertera
pada kriteria kedua diatas) pada kedua belah
sisi.
5 Nodul reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta
artikuler yang diobservasi oleh seorang
dokter.
6 Faktor reumatoid serum positif Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid
serum yang diperiksa dengan cara
memberikan hasil positif kurang dari 5%
kelompok kontrol yang diperiksa.
7 Perubahan gambaran
radiologis
Adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi .
2.1.8. Penatalaksanaan
2.1.8.1.
Menurut Priyatno (2009) konsep pengobatan ditujukan untuk : Konsep pengobatan
Menghilangkan gejala inflamasi aktif baik lokal maupun sistemik
Mencegah terjadinya destruksi jaringan
Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi persendian agar tetap dalam keadaan baik
Mengembalikan keadaan fungsi organ dan persendian yang terlibat agar sedapat mungkin menjadi normal kembali.
2.1.8.2.
Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan agar terapi pada rematik/pegal linu
efektif, yaitu;
Terapi non-farmakologi
a. Menganjurkan pasien untuk mengurangi berat badan jika kegemukan.
b. Istirahat yang cukup dan menghindari trauma pada sendi yang berulang.
c. Penggunaan alat bantu sendi dan alat bantu berjalan.
d. Fisioterapi dan olah raga yang tepat (peregangan dan penguatan) untuk
membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya
gerak sendi, dan kekuatan otot.
e. Kompres panas/dingin dan latihan untuk memelihara sendi, mengurangi nyeri,
dan kekakuan.
f. Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin, kondrotin yang
berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan sendi.
2.1.8.3.
Terapi menggunakan obat umumnya bersifat simtomatik, yaitu menggunakan
analgetika dan antiinflamasi. Terapi farmakologi
A. Analgetika
Beberapa obat yang efektif untuk rematik/pegal linu adalah;
1. Asetaminofen (parasetamol)
Merupakan obat yang penting untuk analgetik pada nyeri yang ringan sampai
sedang yang tidak disertai inflamasi. Obat ini bekerja menghambat sintesis
prostaglandin (PG) di sistem saraf pusat melalui penghambatan COX, tetapi tidak
menghambat PG di perifer (Priyatno, 2009).
2. Aspirin
Aspirin mempunyai 3 efek, analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, bahkan
pada dosis rendah juga bermanfaat sebagai antitrombosis. Efek analgetik dan
antiinflamasinya karena dapat menghambat prostaglandin dan juga menghambat
simulasi nyeri pada bagian subkortikal. Dapat menyebabkan iritasi lambung dari
derajat ringan hingga berat. Untuk meminimalisirnya obat ini harus diminum bersama
makan atau minum susu (Priyatno, 2009).
3. Capsaisin
Merupakan ekstrak etanol dari cabe merah yang dapat mengurangi nyeri ketika
dioleskan pada permukaan sendi yang terkena. Obat ini dapat dipakai sendirian atau
dikombinasikan dengan OAINS (Priyatno, 2009).
B. Antiinflamasi
Ada dua jenis antiinflamasi yang dapat dugunakan, yaitu;
1. Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS)
OAINS mempunyai efek analgetika pada dosis rendah dan antiinflamasi pada
dosis yang lebih tinggi. Efek analgetik timbul 1-2 jam setelah pemakaian dan efek
antiinflamasinya timbul pada waktu yang lebih lama. Efek antiinflamasinya timbul
dalam mengkonversi asam arakidonat menjadi prostaglandin, tromboksan, dan
prostasiklin. Mekanisme lain kemungkinan mempengaruhi mediator inflamasi lain
seperti bradikinin, histamin, dan serotonin, serta memodulasi sel T, stabilisasi
membran lisosom, dan menghambat kemotaksis.
Efek antipiretinya dikaitkan dengan menghambat pirogen (IL-1) yang menginduksi
PG di hipotalamus dan resetting pada sistem termoregulator, menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan hilangnya panas (Priyatno, 2009).
2. Glukokortikoid
Glukokortikoid bekerja menghambat konversi fosfolipid menjadi asam
arakidonat dan asam arakidonat menjadi leukotrien melalui kemampuannya mengikat
enzim lipogenase. Leukotrien adalah zat kemotaktik yang akan menyebabkan
fagositosis berlebihan. Namun, penggunaannya tidak dianjurkan karena terbukti tidak
efektif dan pada pemakaian jangka panjang berbahaya(Priyatno, 2009).
2.1.8.4.
OAINS umunya diberikan secara dini dimaksudkan untuk mengatasi
rematik/pegal linu akibat inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum terjadi
proliferasi sinovial yang bermakna. Selain itu, OAINS juga memberikan efek
analgesik yang sangat baik.
OAINS terutama bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenasi
sehingga menekan sintesis prostaglandin. OAINS bekerja dengan cara; Penggunaan OAINS dalam pengobatan
Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal
Menghambat pembebasan dan aktivasi mediator inflamasi (histamin, serotonin, enzim lisosomal, dan enzim lainnya)
Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan
Menghambat proliferasi selular
Menetralisasi radikal oksigen
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan OAINS adalah :
Dapat menyebabkan iritasi lambung dengan gejala mual, dispepsia, anoreksia, dan nyeri
Obat ini tidak menyembuhkan penyakit tetapi hanya bersifat simtomatik
Kombinasi penggunaan OAINS akan meningkatkan toksisitasnya tanpa diikuti peningkatan manfaat
Semua OAINS berpotensi menimbulkan ulcer dan perdarahan saluran cerna karena efek langsung maupun efek sistemiknya dan dapat dikurangi jika
diminum pada perut dalam kondisi terisi (setelah makan)
Efek toksik OAINS akan meningkat pada penderita lanjut usia atau penderita penyakit kardiovaskuler, menggunakan kortikosteroid, antikoagulan, dan
punya riwayat ulcer
Bagi yang rentan terkena efek samping OAINS dapat memilih OAINS yang spesifik, yaitu yang hanya menghambat enzim COX2, yaitu celekosib dan
refecosib
Interaksi serius dapat terjadi jika diberikan bersamaan dengan lithium, warfarin, oral antiglikemik (tolbutamid), methotreksak, ACE-inhibitor,
ß-bloker, dan diuretik.
(Priyatno, 2009).
2.1.8.5.
Semua OAINS secara potensial umumnya bersifat toksik. Toksisitas OAINS
yang umum dijumpai adalah efek sampingnya pada traktus gastrointestinalis,
terutama jika OAINS digunakan bersama obat-obatan lain, alkohol, kebiasaan
merokok, atau dalam keadaan stress. Usia juga merupakan suatu faktor risiko untuk
mendapatkan efek samping gastrointestinal akibat OAINS. Pada pasien sensitif dapat
digunakan preparat OAINS yang berupa suppositoria, pro drugs, enteric coated, slow
release atau non-acidic (Sudoyo, dkk, 2007)
Efek samping lain yang mungkin dijumpai pada pengobatan OAINS antara
lain adalah reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta penekanan
system hematopoetik (Sudoyo, dkk, 2007).
Menurut Katzung (1998), efek samping yang dapat terjadi pada penggunaan
OAINS antara lain;
1. Efek terhadap saluran cerna
Pada dosis yang biasa, efek samping utama adalah gangguan pada lambung
(intoleransi). Efek ini dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok (bersama
makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasid). Gastritis yang timbul pada
aspirin mungkin disebabkan oleh iritasi mukosa lambung oleh tablet yang tidak larut
atau karena penghambatan prostaglandin pelindung.
Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berhubungan dengan penggunaan
OAINS biasanya berkaitan dengan erosi lambung. Peningkatan kehilangan darah
yang sedikit melalui tinja secara rutinPeningkatan kehilangan darah yang sedikit
melalui tinja secara rutin berhubungan dengan konsumsi OAINS; kira-kira 1 mL
darah normal yang hilang dari tinja per hari meningkat sampai kira-kira 4 mL per hari
pada penderita yang minum OAINS dosis biasa dan pada dosis lebih tinggi. Di lain
pihak, dengan terapi yang tepat, ulkusnya sembuh, meskipun OAINS diberikan
bersamaan.
Muntah juga dapat terjadi sebagai akibat rangsangan susunan saraf pusat setelah
absorbsi dosis besar OAINS.
2. Efek susunan saraf pusat
Dengan dosis yang lebih tinggi, penderita bisa mengalami ”salisilisme”-tinitus,
penurunan pendengaran, dan vertigo-yang reversibel dengan pengurangan dosis.
Dosis salisilat yang lebih besar lain dapat menyebabkan hiperpnea melalui efek
langsung terhadap medula oblongata. Pada kadar salisilat toksik yang rendah, bisa
timbul respirasi alkalosis sebagai akibat peningkatan ventilasi. Kemudian asidosis
akibat pengumpulan turunan asam salisilat dan depresi pusat pernapasan.
Dalam dosis harian 2 g atau lebih kecil, biasanya meningkatkan kadar asam urat
serum.
Dapat menimbulkan hepatitis ringan yang biasanya asimtomatik, terutama pada
penderita dengan kelainan yang mendasarinya seperti lupus eritematosus sistemik
serta artritis rematoid juvenilis dan dewasa.
Dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus yang reversibel pada
penderita dengan dasar penyakit ginjal, tetapi dapat pula (meskipun jarang) tejadi
pada ginjal normal.
Pada dosis biasa mempunyai efek yang dapat diabaikan terhadap toleransi
glukosa. Sejumlah dosis toksik akan mempengaruhi sistem kardiovaskular secara
langsung serta dapat menekan fungsi jantung dan melebarkan pembuluh darah
perifer. Dosis besar akan mempengaruhi otot polos secara langsung.
Reaksi hipersensitifitas bisa timbul setelah konsumsi pada penderita asma dan polip
hidung serta bisa disertai dengan bronkokonstruksi dan syok.
Dikontrainsikasikan pada penderita hemofilia. Juga tidak dianjurkan bagi wanita
hamil dan anak-anak.
Selama 20 tahun terakhir ini, berbagai jenis OAINS baru dari berbagai
golongan dan cara penggunaan telah dapat diperoleh dipasaran. Dalam memilih suatu
OAINS untuk digunakan pada seorang pasien, seorang dokter umunya harus
mempertimbangkan beberapa hal seperti :
Khasiat antiinflamasi
Efek samping obat
Kenyamanan/kepatuhan pasien
Biaya
Karena faktor seperti khasiat inflamasi, efek analgesik, beratnya efek samping atau
biaya dari berbagai jenis OAINS saat ini umumnya tidak jauh berbeda, sejak
beberapa tahun terakhir ini pilihan OAINS lebih banyak bergantung pada faktor
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3. 1. Kerangka Konsep Tingkat Kepedulian Masyarakat Terhadap Efek
Samping Obat Rematik/Pegal Linu. Rematik/pegal linu
Obat
Dengan resep dokter
Dibeli bebas
Efek samping Buruh/pegawai pabrik batu
3.2. Definisi operasional
Dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam
menginterpretasi masing-masing variabel penelitian. Adapun defenisi operasional
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Para Pekerja/Buruh
Para pekerja/Buruh adalah semua pekerja yang jenis aktifitas utama atau
pekerjaannya berada di lingkungan pabrik batu kapur, yang dikategorikan dengan
skala nominal, yaitu :
Umur adalah usia responden (para pekerja/buruh) yang dihitung berdasarkan ulang
tahun terakhir saat dilakukan penelitian, yang dikategorikan dengan skala ratio,yaitu :
1. 20-29 tahun
2. 30-39 tahun
3. 40-49 tahun
4. > 50 tahun
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah identitas responden (para pekerja/buruh) yang dikategorikan
dengan skala nominal, yaitu :
1. Pria
d. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan adalah jenjang studi atau sekolah yang telah dilalui oleh
responden ( para pekerja/buruh) yang dikategorikan dengan skala nominal, yaitu :
1.Tidak Sekolah
e. Tingkat kepedulian terhadap efek samping
Tingkat kepedulian merupakan sikap, atau keinginan untuk tahu, ataupun rasa
peduli seseorang terhadap efek samping yang mungkin dialami pada penggunaan
obat rematik/pegal linu. Tingkat kepedulian dinilai melalui jawaban responden atas
pertanyaan dalam kuisioner yang diajukan. Dalam kuisioner tersebut diajukan 13
pertanyaan.
Pengukuran tingkat kepedulian dilakukan dengan cara ukur berupa
wawancara. Sedangkan alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang dibuat
dalam pertanyaan tertutup dengan jumlah sebanyak 15 pertanyaan. Sistem bobot nilai
sikap dapat dilihat di tabel 3.1.
Hasil ukur didapat berdasarkan total nilai yang diperoleh dari 15 pertanyaan,
masing-masing pertanyaan diberi bobot jawaban, yaitu bobot 2 untuk jawaban iya,
bobot 0 untuk jawaban tidak, bobot 1 untuk jika responden memberikan jawaban
(alasan), maka jumlah total nilai maksimal adalah 18 nilai. Sedangkan untuk tingkat
kepedulian responden terhadap efek samping penggunaan obat rematik/pegal linu
menurut Pratomo (1986), maka data dikategorikan menjadi dua kategori berdasarkan
jumlah nilai yang diperoleh, yaitu peduli dan tidak peduli dengan perincian nilai
Kategori peduli : apabila nilai yang diperoleh responden > 75 % sampai 100 % atau total nilai 14 – 18.
Kategori tidak peduli : apabila nilai yang diperoleh responden
≤ 25 % atau total nilai ≤ 14.
Skala pengukuran dengan menggunakan skala kategorikal berupa skala ordinal.
Tabel 3.1. Tabel Bobot Nilai Kuesioner tingkat kepedulian pada responden :
No. Pertanyaan Nilai Jawaban Ya
Nilai Jawaban Tidak
1. 2 0
2. 0 1
3. 2 0
4. 0 1
5. 2 0
6. 0 1
7. 0 2
8. 0 1
9. 2 0
10. 0 2
11. 0 1
12. 0 2
13. 0 1
14. 2 0
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskritif dengan desain studi Cross
Sectional. Karena penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan melakukan
deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, yang berupa tingkat kepedulian dan
peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu (Alatas
dikutip dalam Sastroamoro, 2008). Penelitian ini dilakukan untuk menilai tingkat
kepedulian para pekerja/buruh di pabrik batu kapur terhadap efek samping
penggunaa obat rematik/pegal linun. Penelitian ini dilakukan dengan metode
observasi kuantitatif yang menggunakan kuesioner.
4.2. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pabrik batu kapur CV. Kasih di kabanjahe.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2010 s/d Agustus 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh buruk pabrik batu kapur CV. Sample
yang dimasukkan kedalam penelitian adalah total sampling yang berarti sampel atau
responden merupakan keseluruhan dari populasi yang ada di tempat dilakukannya
penelitian (Sastroamoro, 2008).
4.4. Teknik pengumpulan data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan pemberian kuisioner
kepada responden. Responden pada penelitian ini adalah buruh pabrik. Buruh pabrik
mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan tingkat kepedulian terhadap efek
samping penggunaan obat rematik/pegal linu.
4.5. Pengolahan dan analisa data
Dalam penelitian ini, data penelitian yang diperoleh dari hasil kuesioner berupa
jawaban dari responden diubah menjadi data kuantitatif dalam bentuk skor nilai.
Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dilakukan pengolahan.
Langkah-langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah langkah untuk meneliti apakah isian kuisioner sudah lengkap atau
belum sehingga apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Coding adalah suatu usaha memeberikan kode/menandai jawaban-jawaban
responden atas pertanyaan yang ada pada kuisioner yang nantinya akan memudahkan
proses dengan komputer.
c. Entry data
Memasukkan data melalui pengolahan komputer dengan menggunakan program
SPSS (Statistic Package for Social Science) versi 17.0.
d. Cleaning
Adalah pembersihan data. Kegiatan meneliti kembali data yang sudah ada, apakah
ada kesalahan atau tidak.
e. Saving
Penyimpanan data untuk siap di analisis. (Wahyuni, 2007)
Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif untuk
mengetahui tingkat kepedulian masyarakat terhadap efek samping penggunaan obat
remati/pegal linu. Hasil dari analisa data tersebut akan disajikan dalam bentuk narasi
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pabrik Batu Kapur CV. Kasih Kabanjahe
Pabrik Batu kapur CV. Kasih merupakan pabrik penggilingan batu kapur yang
terletak di pinggir kota Kabanjahe Kabupaten Tanah Karo. Pabrik batu kapur CV.
Kasih terletak di atas tanah seluas 18 340 m², dengan luas bangunan 2300 m², yang
terdiri dari bangunan pabrik dan pemukiman pekerja serta dua buah gudang
penyimpanan.
Pabrik batu kapur merupakan pabrik pengolahan batu kapur menjadi tepung
kalsium karbonat sebagai bahan pengental cat, sabun colek, dan PVC (polovinil
kloroda untuk pipa keramik), dan juga bisa digunakan sebagai bahan dasar pembuat
semen. Pabrik ini mempekerjakan kurang lebih 70 pekerja yang tinggal di
pemukiman sekitar pabrik. Yang terdiri atas berbagai orang dengan suku, umur,
pekerjaan, tingkat pendidikan, dan status yang berbeda.
5.1.2 Karakteristik Para Pekerja/Buruh
Penelitian ini dilakukan pada 100 orang responden yang merupakan para
pekerja/buruh di pabrik batu kapur CV. Kasih kabanjahe pada tahun 2010.
Karakteristik yang diamati terhadap responden adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan,
dan tingkat pendidikan.
a. Umur
Berdasarkan karakteristik kelompok umur, hasil penelitian ini memperoleh kelompok
responden paling banyak berada pada kelompok umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 35
orang (35%). Sedangkan kelompok responden paling sedikit berada pada kelompok
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur : Umur (tahun) Frekuensi Persentase
20-30 35 35%
30-40 30 30%
40-50 16 16%
>50 19 19
Total 100 100%
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden dikategorikan menjadi dua jenis yaitu pria dan wanita. Hasil
penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak menurut jenis kelamin adalah
pria yaitu sebanyak 76 orang (76 %) seperti yang terlihat pada tabel 5.2. Sedangkan
kelompok responden paling sedikit berdasarkan jenis kelamin yaitu wanita hanya 24
orang (24 %).
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin :
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Pria 76 76%
Wanita 24 24%
Total 100 100%
c. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan responden terdistribusi menjadi enam kelompok yaitu pegawai,
wiraswasta, ibu rumah tangga, buruh, supir, satpam. Hasil penelitian memperoleh
kelompok responden terbanyak menurut pekerjaan adalah buruh yaitu 27 orang
(27%) seperti yang terlihat pada tabel 5.3. Sedangkan kelompok responden paling
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan :
Pekerjaan Frekuensi
(orang)
Persentase (%)
Pegawai 4 4
Wiraswasta 21 21
Ibu rumah tangga 22 22
Buruh 27 27
Supir 18 18
Satpam 8 8
Jumlah 100 100
d. Tingkat Pendidikan
Pendidikan responden terdistribusi menjadi enam kelompok yaitu tidak sekolah, SD,
SLTP, SMA, diploma, dan Perguruan Tinggi. Hasil penelitian memperoleh kelompok
responden terbanyak menurut tingkat pendidikan adalah SMA yaitu sebanyak 53
orang (53%) seperti yang terlihat pada tabel 5.4. Sedangkan kelompok responden
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan :
Tingkat Pendidikan Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Tidak sekolah 0 0%
SD 14 14%
SLTP 31 31%
SMA 53 53%
Diploma 0 0%
Universitas 2 2%
Jumlah 100 100
e. Status Perkawinan
Jenis kelamin responden dikategorikan menjadi dua jenis yaitu menikah dan belum
menikah. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak menurut status
perkawinan adalah menikah yaitu sebanyak 79 orang (79 %) seperti yang terlihat
pada tabel 5.5. Sedangkan kelompok responden paling sedikit berdasarkan jenis
kelamin yaitu wanita hanya 21 orang (21 %).
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan :
Status Perkawinan Frekuensi Persentase
Menikah 79 79%
Belum menikah 21 21%
5.2 Hasil Analisa Data
5.2.1 Gambaran Tingkat Kepedulian Responden
Tingkat kepedulian masyarakat terhadap efek samping penggunaan obat
rematik/pegal linu diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi sepuluh (15)
pertanyaan. Selanjutnya, gambaran pengetahuan diklasifikasikan menjadi dua
kategori yaitu peduli dan tidak peduli.
Dari hasil penelitian ini diperoleh kelompok responden tertinggi memiliki
tingkat kepedulian dengan kategori tidak peduli yaitu sebanyak 64 orang (64%) dan
kelompok responden terendah memiliki tingkat kepedulian dengan kategori peduli
yaitu 36 orang (36%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepedulian Responden : Gambaran Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase %
Peduli 36 36%
Tidak peduli 64 64%
Jumlah 100 100
Distribusi jawaban responden untuk setiap pertanyaan mengenai tingkat
kepedulian masyarakat terhadap efek samping penggunaan obat rematik/pegal linu
dapat dilihat pada tabel 5.7. Sebagian besar responden mengetahui dan menjawab
dengan bobot jawaban 2 yaitu pertanyaan pertama mengenai apabila mengalami
keluhan rematik/pegal linu dan berobat kedokter yaitu sebanyak 47 orang (47%).
Begitu juga dengan pertanyaan ketiga mengenai apakah membeli obat rematik/pegal
linu sesuai dengan yang diresepkan, jumlah responden yang menjawab benar dengan
bobot 2 sebanyak 52 orang (52%). Dan ada juga jumlah responden yang menjawab
benar dengan bobot 2 yaitu pertanyaan kesembilan mengenai mengenai jenis obat
Responden paling banyak menjawab salah dengan bobot jawaban 0 mengenai
pertanyaan ketigabelas tentang mengapa tetap melanjutkan konsumsi obat setelah
mengalami efek samping yaitu sebanyak 69 orang (69%)
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Jawaban atas Pertanyaan Tingkat Kepedulian Responden :
Pertanyaan
Pengetahuan
Bobot Jawaban
Peduli Tidak peduli
n % n %
1. 47 47 53 53
2. 48 48 52 52
3. 52 52 48 48
4. 41 41 59 59
5. 47 47 53 53
6. 46 46 54 54
7. 45 45 55 55
8. 38 38 42 42
9. 35 35 65 65
10. 55 55 45 45
11. 36 36 64 64
12. 37 37 63 63
13. 31 31 69 69
14. 74 74 26 26
5.3 Pembahasan
Distribusi jawaban responden untuk setiap pernyataan mengenai tingkat
kepedulian masyarakat terhadap efek samping penggunaan obat rematik/pegal linu
dapat dilihat pada tabel 5.7.
Responden yang memberikan pernyataan ya dengan bobot jawaban 2 yaitu
pernyataan pertama tentang apabila mengalami keluhan rematik/pegal linu yang
berobat kedokter yaitu sebanyak 47 orang (47%) dan yang mengalami keluhan
rematik/pegal linu yang tidak berobat kedokter yaitu sebanyak 53 orang (53%).
Pada pertanyaan kedua merupakan lanjutan dari pertanyaan pertama, yang
mengalami keluhan rematik/pegal linu yang tidak berobat kedokter dan melakukan
pengobatan lainnya antara lain dipijat atau menggunakan pengobatan tradisional,
mengkonsumsi obat berdasarkan saran keluarga, berdasarkan inisiatif sendiri, dll
yang memilih jawaban diatas yaitu sebanyak 52 orang (52%).
Pada pertanyaan ketiga responden yang membeli obat rematik/pegal linu
sesuai dengan resep dokter yaitu sebanyak 52 orang (52 %), sedangkan responden
yang tidak membeli obat rematik/pegal linu sesuai resep dokter sebanyak 48 orang
(48%).
Pertanyaan keempat merupakan lanjutan dari pertanyaan ketiga, yang tidak
membeli obat rematik/pegal linu sesuai dengan resep dokter dengan alasan yang
berbeda-beda antara lain mahal, dicoba terlebih dahulu, dicicil jumlah pembeliannya,
dll. Yang memilih jawaban diatas yaitu sebanyak 59 orang (59%).
Pada pertanyaan kelima responden yang mengkonsumsi obat rematik/pegal
linu sesuai dengan aturan pakai pada resep yaitu sebanyak 47 orang (47%),
sedangkan responden yang tidak mengkonsumsi obat rematik/pegal linu sesuai
dengan aturan pakai pada resep yaitu sebanyak 53 orang (53 %).
Pertanyaan keenam merupakan lanjutan dari pertanyaan kelima, yang tidak
mengkonsumsi obat rematik/pegal linu sesuai dengan aturan pakai pada resep dengan
enak atau susah untuk ditelan, ataupun timbulnya efek samping. Yang memilih
jawaban diatas sebanyak yaitu 54 orang (54 %).
Pada pertanyaan ketujuh responden yang pernah mengkonsumsi obat
rematik/pegal linu tanpa resep dokter yaitu sebanyak 55 (55%) orang. Sedangkan
responden yang tidak pernah mengkonsumsi obat rematik/pegal linu tanpa resep
dokter yaitu sebanyak 45 orang (45%).
Pertanyaan kedelapan merupakan lanjutan dari pertanyaan ketujuh, yang
pernah mengkonsumsi obat rematik/pegal linu tanpa resep dokter dan mengkonsumsi
obat atas saran keluarga, teman, apoteker, iklan televisi atau radio, ataupun
berdasarkan pengalaman sendiri yaitu sebanyak 62 orang (62%).
Pada pertanyaan kesembilan, responden yang mengetahui dan bias
menyebutkan nama obat rematik/pegal linu yang dikonsumsinya yaitu sebanyak 35
orang (35%). Sedangkan responden yang tidak mengetahui dan bias menyebutkan
nama obat rematik/pegal linu yang dikonsumsinya yaitu sebanyak 65 orang (65%).
Pada pertanyaan kesepuluh, responden yang menyatakan obat rematik/pegal
linu bebas dari efek samping yaitu sebanyak 45 orang (45%). Sedangkan responden
yang menyatakan bahwa obat rematik/pegal linu tidak bebas dari efek samping
(memiliki efek samping) yaitu sebanyak 55 orang (55 %).
Pertanyaan kesebelas merupakan lanjutan dari pertanyaan kesepuluh,
responden yang menyatakan bahwa obat rematik/pegal linu tidak bebas dari efek
samping (memiliki efek samping), antara lain nyeri ulu hati, mual, muntah, dll yaitu
sebanyak 64 orang (64%).
Pada pertanyaan keduabelas, responden yang tetap melanjutkan penggunaan
obat rematik/pegal linu jika mengalami efek samping yaitu sebanyak 63 orang (63%).
Sedangkan responden yang menghentikan penggunaan obat rematik/pegal linu jika
mengalami efek samping yaitu sebanyak 37 orang (37%).
Pertanyaan tigabelas merupakan lanjutan dari pertanyaan keduabelas,
responden yang tetap melanjutkan penggunaan obat rematik/pegal linu jika
Pada pertanyaan empatbelas, responden yang pada saat berobat kedokter
mendapat penjelasan mengenai efek samping dari obat rematik/pegal linu yang
diresepkan dokter yaitu sebanyak 74 orang (74%). Sedangkan responden yang pada
saat berobat kedokter tidak mendapat penjelasan mengenai efek samping dari obat
rematik/pegal linu yang diresepkan dokter yaitu sebanyak 26 orang (26%).
Pertanyaan limabelas merupakan lanjutan dari pertanyaan empatbelas,
responden yang mengerti akan penjelasan mengenai efek samping dari obat
rematik/pegal linu yang diresepkan dokter yaitu sebanyak 76 orang (76%).
Sedangkan responden yang tidak mengerti akan penjelasan mengenai efek samping
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari analisa data deskriptif frekuensi dengan mengolah 100 sampel dalam SPSS,
diperoleh bahwa tingkat kepedulian para pekerja di CV. Kasih tentang efek samping
penggunaan obat rematik/pegal linu sebagai berikut yaitu :
Tingkat kepedulian dengan hasil:
• Peduli : 36%
• Tidak Peduli : 64%
Selain itu, dari penelitian ini juga dapat digambarkan karakteristik para pekerja di
pabrik batu kapur CV. Kasih yaitu :
1. umur para pekerja yang paling banyak adalah umur 20-30 tahun.
2. jenis kelamin yang terbanyak yaitu laki-laki.
3. jenis pekerjaan yang terbanyak yaitu buruh.
4. tingkat pendidikan yang paling terbanyak yaitu SMA.
6.2 Saran
1. Diharapkan ini dapat menjadi masukkan bagi instansi pemerintah dalam
membuat kebijakan mengenai penyuluhan tentang efek samping dari
penggunaan obat rematik/pegal linu.
2. Diharapkan kepada para pekerja pabrik batu kapur agar bisa memanfaatkan
hasil penelitian ini dan makin menambah wawasan dan pengetahuan tentang
efek samping penggunaan obat rematik/pegal linu.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapakan agar lebih baik dalam menyusun
parameter penilaian terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan responden serta
lebih dijadikan penelitian analitik sehingga dapat memberikan hasil yang
lebih bermakna untuk dijadikan acuan dalam penyuluhan tentang efek
DAFTAR PUSTAKA
Fahrial, 2008. Informasi Obat Rematik atau Obat Encok. Diunduh dari:
[Diakses 7 Maret 2010].
Gunawan, Sulistia. 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid.
Dalam: Gunawan, Sulistia, Editor. Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Edisi 5. Jakarta. Gaya Baru, 230-246.
Graham, 2008. Mengenal Efek Samping Obat Rematik. Diunduh dari: http: //cetak.
infobanknews.com/artikel/artikel_cetak.php?aid=10873. [Diakses 14 Maret 2010].
Info gizi, 2001. Melawan Rematik dengan Jalan Kaki. Diunduh dari:
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1081314811,29214
Makmun, 2009. Obat Rematik Merusak Lambung. Diunduh dari:
. [Diakses 7
Maret 2010].
Katzung, B.G., 2002. Obat-Obat Antiinflamasi Nonsteroid, Obat-Obat Reumatik
Pemodifikasi-Penyakit, Analgesik Nonopioid dan Obat-obat untuk Pirai. Dalam:
Katzung, B.G., Editor. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 2. Edisi 8. Jakarta:
Salemba Medika, 451-486.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Priyatno. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jabar: LESKONFI.
Sastroasmoro, Sudigdo., dan Ismael, Sofyan., 2008. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.
Simon, 2003. Obat Rematik Berlebihan Merusak Lambung. Diunduh dari:
Sudoyo, Aru. 2007. Rheumatologi. Dalam: Sudoyo, Aru, Editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. Buku 2. Edisi 4. Jakarta: FKUI,
1073-1331
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Citra Anggreini Sembiring
Tempat/Tgl. Lahir : Sibolga, 31 Maret 1988
Agama : Kristen
Alamat : Jalan Bunga Cempaka No. 39 psr 3 pdg bulan
Jumlah Bersaudara : 2 orang
Nomor Telepon : 081263372900
Orang Tua : Nawari Sembiring
Riwayat Pendidikan :
1. TK Swasta Tri Ratna Sibolga 1992-1994
2. SD Swasta Tri Ratna Sibolga 1994-1999
3. SD Swasta RK No. 1 Sibolga 1999-2000
4. SMP Swasta Fatima Sibolga 2000-2002
5. SMP Swasta Methodist Kabanjahe 2002-2003
6. SMA Negeri 1 Kabanjahe 2003-2006
Lampiran 2
Lembar Penjelasan Penelitian
”Tingkat Kepedulian Masyarakat Terhadap Efek Samping Penggunaan Obat Rematik/Pegal Linu”
Saya, Citra Anggreini Sembiring, mahasiswi tingkat III Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara sedang melakukan penelitian dengan judul Tingkat
Kepedulian Masyarakat Terhadap Efek Samping Penggunaan Obat Rematik/Pegal
Linu pada buruh pabrik batu kapur CV. Kasih.
Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mohon kesediaan Anda
menjawab pertanyaan kuisioner ini dengan benar dan sejujur-jujurnya, tanpa
bekerjasama dengan orang lain. Setiap data yang terdapat dalam kuisioner ini bersifat
rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian ini saja. Seandainya anda
menolak untuk barpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak mendapat sanksi
apapun.
Setelah memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, saya mengharapkan
Anda dapat mengisi lembar persetujuaj berpartisipasi dalam penelitian ini.
Medan,...2010
(Citra Anggreini Sembiring)
Lampiran 3
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN DALAM PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Alamat :
Pekerjaan :
Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat
penelitian yang berjudul ”Tingkat Kepedulian Masyarakat Terhadap Efek Samping
Penggunaan Obat Rematik/Pegal Linu”.
Saya mengerti bahwa akan diminta untuk menjawab kuisioner melalui wawancara
yang memerlukan waktu sekitar 10-15 menit dan saya bersedia berpartisipasi menjadi
responden dalam penelitian tersebut.
Medan,...2010
Responden,
(...)
KUISIONER
TINGKAT KEPEDULIAN MASYARAKAT TERHADAP EFEK SAMPING PENGGUNAAN OBAT REMATIK/PEGAL LINU
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Status :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Telp :
1. Jika anda mengalami keluhan rematik/pegal linu apakah anda berobat kedokter?
Ya ( ke pertanyaan nomor 3)
Tidak
2. Jika tidak, apa yang anda lakukan?
Dipijat ataupun menggunakan pengobatan tradisional
Mengkonsumsi obat berdasarkan saran keluarga,teman
Mengkonsumsi obat atas inisiatif sendiri
Lain-lain...
3. Apakah anda membeli obat rematik/pegal linu sesuai dengan jumlah yang
diresepkan oleh dokter?
Ya ( ke pertanyaan nomor 5)
4. Jika tidak, mengapa anda tidak membelinya sesuai dengan jumlah yang diresepkan
oleh dokter?
Mahal
Untuk dicoba dahulu
Dicicil jumlah pembeliannya
Lain-lain...
5. Apakah anda mengkonsumsi obat rematik/pegal linu sesuai dengan aturan pakai
pada resep yang diberikan dokter?
Ya
Tidak
6. Jika tidak, mengapa anda tidak mengkonsumsi obat sesuai dengan aturan pakai
pada resep?
Sudah mulai merasa sembuh
Rasanya tidak enak, susah ditelan
Timbul efek samping
Lain-lain...
7. Apakah anda pernah membeli dan mengkonsumsi obat rematik tanpa resep dokter?
Ya
Tidak
8. Jika Ya, darimana anda mengetahui obat tersebut berkhasiat sebagai obat
rematik/pegal linu?
Keluarga,teman,apoteker.
Iklan televisi, radio, dll
Berdasarkan pengalaman sendiri
9. Apakah nama obat rematik yang pernah anda konsumsi?
Ya (jika Ya, sebutkan nama obatnya)
10. Apakah menurut anda obat rematik/pegal linu bebas dari efek samping?
Ya
tidak
11. Jika tidak, sebutkan efek samping yang mungkin terjadi dari penggunaan obat
rematik/pegal linu yang anda ketahui?
Nyeri ulu hati
Mual
Muntah
Lain-lain...
12. Jika anda mengalami efek samping obat rematik/pegal linu tersebut, apakah anda
tetap melanjutkan penggunaan obat tersebut?
Ya
Tidak
13. Jika Ya, mengapa anda tetap melanjutkan penggunaan obat rematik/pegal linu
tersebut?
...
14. Pada saat anda berobat kedokter apakah anda diberi penjelasan mengenai efek
samping dari obat rematik/pegal linu yang diresepkan dokter?
Ya
Tidak
15. Apakah anda mengerti akan penjelasan yang diberikan dokter tersebut?
Ya
Tidak
Lampiran 6
Hasil Analisa Data Distribusi Frekuensi dengan SPSS
Frequencies
[DataSet1] F:\spsscitra.sav
Statistics
Umur Responden
N Valid 100
Missing 0
Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20-30 35 35.0 35.0 35.0
30-40 30 30.0 30.0 65.0
40-50 16 16.0 16.0 81.0
>50 19 19.0 19.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Frequencies
[DataSet1] F:\spsscitra.sav
Statistics
Jenis Kelamin Responden
N Valid 100
Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Pendidikan Terakhir Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 14 14.0 14.0 14.0
SMP 31 31.0 31.0 45.0
SMA 53 53.0 53.0 98.0
Universitas 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Frequencies
[DataSet1] F:\spsscitra.sav
Statistics
Pekerjaan Responden
N Valid 100
Pekerjaan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pegawai Swasta 4 4.0 4.0 4.0
wiraswasta 21 21.0 21.0 25.0
IRT 22 22.0 22.0 47.0
buruh 27 27.0 27.0 74.0
Supir 18 18.0 18.0 92.0
satpam 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Frequencies
[DataSet1] F:\spsscitra.sav
Statistics
Pertanyaan 1
N Valid 100
Missing 0
Pertanyaan 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 53 53.0 53.0 53.0
Ya 47 47.0 47.0 100.0
Frequencies
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 48 48.0 48.0 48.0
2 52 52.0 52.0 100.0
Frequencies
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 53 53.0 53.0 53.0
2 47 47.0 47.0 100.0
Frequencies
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 55 55.0 55.0 55.0
2 45 45.0 45.0 100.0
Frequencies
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 65 65.0 65.0 65.0
2 35 35.0 35.0 100.0
Frequencies
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 36 36.0 36.0 36.0
1 64 64.0 64.0 100.0
Frequencies
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent