SKRIPSI
OLEH :
JULIA ALISTAWATY PURBA NIM. 111021046
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
JULIA ALISTAWATY PURBA NIM. 111021046
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DALAM BER−KELUARGA BERENCANA PADA
WANITA PASANGAN USIA SUBUR YANG
BEKERJA DI RUMAH SAKIT UMUM
MATERNA MEDAN TAHUN 2013
Nama Mahasiswa : JULIA ALISTAWATY PURBA
No. Induk Mahasiswa : 111021046
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Kesehatan Reproduksi
Tanggal Lulus : 11 Februari 2014
Disahkan Oleh
Komisi Pembimbing
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D
NIP. 19640826 199003 2 002 NIP. 19581110 198403 1 001
Medan, April 2014 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
pemenuhan hak dalam jumlah, jarak anak, dan pemilihan alat kontrasepsi. Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010 dan laporan pendahuluan SDKI 2012 menunjukkan kesenjangan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS yang bekerja di RSU Materna Medan tahun 2013. Desain penelitian adalah cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh wanita PUS dan dijadikan sampel berjumlah 61 orang.
Hasil menunjukkan hanya 28 responden (45,9%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Ada hubungan pengetahuan (p = 0,030), sikap (p = 0,0001), tingkat pendapatan (p = 0,023), dukungan suami (p = 0,013), dukungan sosial (p = 0,001) dengan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB kecuali status wanita dalam keluarga (p = 0,274). Secara bersama-sama variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah variabel sikap (p = 0,017) dan dukungan sosial (p = 0,029).
Diharapkan pegawai wanita PUS yang bekerja si RSU Materna agar meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama suami beserta keluarga agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi.
children, birth interval, and the selection of contraceptive. Indonesian population census in 2010 and the Indonesian Demography Health Survey (IDHS) preliminary report in 2012 indicated the existence of gaps in this fullfillment.
This study aimed to analyze the factors influenced the fullfillment of reproductive rights in family planning among women of reproductive age couples who worked at Materna general hospitals in 2013. The design of the study was cross sectional study. The population of this study were the women of reproductive age couples and samples consisted of 61 people.
The results showed that only 28(45.9%) respondents were fullfilled their reproductive rights in family planning. There were relationship between knowledge (p = 0.030), attitude (p = 0.0001), income level (p = 0.023), husband's support (p = 0.013), social support (p = 0.001) with the fullfillment of reproductive rights in family planning except status of women in the family (p = 0.274). Simultaneously variables that significantly influenced on the fullfillment of women's reproductive rights in family planning were the attitude (p = 0.017) and social support (p = 0.029).
It is expected that the women of reproductive age couples worked at the Materna general hospital should be more increase the concern and the responsibility along with her husband and family in order to implement the reproductive function.
Nama : Julia Alistawaty Purba Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi/26 Juli 1982
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : 4 Bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Danau Mantana Lk. II Tebing Tinggi Riwayat Pendidikan
a. Tahun 1988-1994 : SD Methodist I Tebing Tinggi b. Tahun 1994-1997 : SMP Negeri I Tebing Tinggi c. Tahun 1997-2000 : SMU Negeri I Tebing Tinggi d. Tahun 2000-2003 : Poltekes Depkes Prodi Kebidanan
Pematangsiantar
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-Hak Reproduksi dalam ber-Keluarga Berencana pada Wanita Pasangan Usia Subur yang Bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Tahun 2013”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Surya Utama, M.S selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistika serta selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan saran, masukan, dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Maya Fitria, S.K.M, M.Kes selaku penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf administrasi di Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 8. Bapak dr. Richard Sutanto, Aifk, MHA selaku direktur Rumah Sakit Umum
Materna yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan teman-teman staf pegawai Rumah Sakit Umum Materna yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini.
9. Ibunda yang terkasih Ny. H. J. Purba br Saragih serta abang, kakak, dan adikku tersayang yang telah memberikan dukungan moril dan spirituil kepada penulis.
10.Rekan-rekan sepeminatan di Departemen Kependudukan dan Biostatistika dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkatNya kepada kita semua.
Medan, Januari 2014
ABSTRAK ... ii
ABSTRAC ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Umum ... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Kesehatan Reproduksi ... 10
2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi... 10
2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi ... 11
2.2 Hak Reproduksi Wanita ... 12
2.2.1 Pengertian Hak Reproduksi... 12
2.2.2 Pemenuhan Hak-hak Reproduksi Wanita ... 15
2.3 Pasangan Usia Subur ... 15
2.3.1 Pengertian Pasangan Usia Subur ... 15
2.4 Keluarga Berencana ... 16
2.4.1 Pengertian Keluarga Berencana ... 16
2.4.2 Jarak Kehamilan ... 16
2.4.3 Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan/Kesuburan ... 16
2.4.4 Pemilihan Kontrasepsi ... 17
2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 17
2.5.1 Pengetahuan ... 19
2.5.2 Sikap ... 19
2.7 Kerangka Konsep ... 21
2.8 Hipotesis Penelitian ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 23
3.2.2 Waktu Penelitian ... 23
3.3 Populasi dan Sampel ... 23
3.3.1 Populasi ... 23
3.3.2 Sampel ... 23
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 23
3.4.1 Data Primer ... 23
3.4.2 Data Sekunder ... 24
3.5 Definisi Operasional... 24
3.5.1 Variabel Dependen ... 24
3.5.2 Variabel Independen ... 24
3.6 Alat Pengumpulan Data ... 25
3.7 Aspek Pengukuran ... 25
3.8 Teknik Pengolahan Data ... 28
3.9 Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30
4.1 Gambaran Umum RSU Materna Medan ... 30
4.1.1 Lokasi dan Sejarah Singkat Berdirinya RSU Materna Medan ... 30
4.1.2 Sarana RSU Materna Medan ... 30
4.1.3 Jumlah Karyawan RSU Materna Medan ... 31
4.2 Analisis Univariat ... 31
4.2.1 Karakteristik Responden ... 32
Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 38 4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Wanita dalam Keluarga tentang Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 38 4.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 40 4.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 41 4.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 43 4.3 Analisis Bivariat ... 44 4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 44 4.3.2 Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 45 4.3.3 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS 46 4.3.4 Hubungan Status Wanita dalam Keluarga dengan
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
pada Wanita PUS ... 46 4.3.5 Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi Dalam Ber-KB Pada Wanita PUS ... 47 4.3.6 Hubungan Dukungan Sosial dengan Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita
PUS ... 48 4.4 Analisis Multivariat ... 48
BAB V PEMBAHASAN ... 52
5.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemenuhan Hak-hak
5.4 Pengaruh Status Wanita dalam Keluarga terhadap Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada
Wanita PUS ... 54
5.5 Pengaruh Dukungan Suami terhadap Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 55
5.6 Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
6.1 Kesimpulan... 59
6.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 62
Lampiran 2. Master Data... 66
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Statistik ... 72
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 94
Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 95
Lampiran 6. Data Dasar Rumah Sakit Se-Kota Medan Tahun 2013 ... 96
Materna Medan ... 32 Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 34 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita
PUS... 35 Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Sikap Responden tentang Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 36 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 37 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita
PUS... 38 Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Status Wanita dalam Keluarga Responden
tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada
Wanita PUS ... 38 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Status Wanita dalam
Keluarga tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam
ber-KB pada Wanita PUS ... 39 Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Dukungan Suami Responden tentang
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita
PUS... 40 Tabel 4.11 Distribusi Dukungan Suami Responden tentang Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 41 Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Dukungan Sosial Responden tentang
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita
PUS... 41 Tabel 4.13 Distribusi Dukungan Sosial Responden tentang Pemenuhan
Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita ... 42 Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam
ber-KB pada Wanita PUS ... 43 Tabel 4.15 Distribusi Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
pada Wanita PUS ... 44 Tabel 4.16 Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi
dalam ber-KB pada Wanita PUS ... 44 Tabel 4.17 Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam
Tabel 4.20 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB Pada Wanita PUS ... 47 Tabel 4.21 Hubungan Dukungan Sosial dengan Pemenuhan Hak-hak
Reproduksi dalam ber-KB Pada Wanita PUS ... 48 Tabel 4.22 Hasil Uji Analisis Bivariat ... 49 Tabel 4.23 Hasil Uji Analisis Multivariat dengan Regresi Logistik Berganda .... 50 Tabel 4.24 Probabilitas Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS yang Bekerja di Rumah Sakit Umum
pemenuhan hak dalam jumlah, jarak anak, dan pemilihan alat kontrasepsi. Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010 dan laporan pendahuluan SDKI 2012 menunjukkan kesenjangan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS yang bekerja di RSU Materna Medan tahun 2013. Desain penelitian adalah cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh wanita PUS dan dijadikan sampel berjumlah 61 orang.
Hasil menunjukkan hanya 28 responden (45,9%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Ada hubungan pengetahuan (p = 0,030), sikap (p = 0,0001), tingkat pendapatan (p = 0,023), dukungan suami (p = 0,013), dukungan sosial (p = 0,001) dengan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB kecuali status wanita dalam keluarga (p = 0,274). Secara bersama-sama variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah variabel sikap (p = 0,017) dan dukungan sosial (p = 0,029).
Diharapkan pegawai wanita PUS yang bekerja si RSU Materna agar meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama suami beserta keluarga agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi.
children, birth interval, and the selection of contraceptive. Indonesian population census in 2010 and the Indonesian Demography Health Survey (IDHS) preliminary report in 2012 indicated the existence of gaps in this fullfillment.
This study aimed to analyze the factors influenced the fullfillment of reproductive rights in family planning among women of reproductive age couples who worked at Materna general hospitals in 2013. The design of the study was cross sectional study. The population of this study were the women of reproductive age couples and samples consisted of 61 people.
The results showed that only 28(45.9%) respondents were fullfilled their reproductive rights in family planning. There were relationship between knowledge (p = 0.030), attitude (p = 0.0001), income level (p = 0.023), husband's support (p = 0.013), social support (p = 0.001) with the fullfillment of reproductive rights in family planning except status of women in the family (p = 0.274). Simultaneously variables that significantly influenced on the fullfillment of women's reproductive rights in family planning were the attitude (p = 0.017) and social support (p = 0.029).
It is expected that the women of reproductive age couples worked at the Materna general hospital should be more increase the concern and the responsibility along with her husband and family in order to implement the reproductive function.
1.1 Latar Belakang
Saat ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak dibahas dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference of Population and Development, ICPD) di Kairo, Mesir pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi (Hanim, 2013).
Upaya pengendalian penduduk perlu mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan sepanjang siklus hidup dan hak reproduksi mendapat perhatian khusus. Hak reproduksi didasarkan pada pengakuan akan hak-hak azasi manusia yang diakui di dunia internasional. Hak reproduksi perorangan dapat diartikan bahwa setiap orang baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama) mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab mengenai jumlah anak, jarak antar anak, untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan (Pinem, 2009).
Sebagaimana disampaikan dalam Undang-undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pada pasal 17 bahwa perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan guna menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Selain itu pemerintah juga melaksanakan upaya promosi dan pemenuhan hak reproduksi yang tertuang dalam Kebijakan Teknis Program Perlindungan Hak-hak Reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas dengan meningkatkan kesadaran, pemahaman, perlindungan, dan dukungan untuk pemenuhan hak-hak reproduksi bagi semua individu dan keluarga (BKKBN, 2001).
Banyak penelitian tentang pemenuhan hak-hak reproduksi wanita pada masyarakat umum terkhusus ibu rumah tangga tetapi belum ada yang meneliti pada wanita yang bekerja di unit pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit maupun Puskesmas, padahal para wanita ini diharapkan mampu untuk menerapkan hak-hak reproduksinya sendiri sebelum mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada orang lain terkhusus kesehatan reproduksi. Karena aspek yang dianggap penting tentang kesehatan perempuan adalah kesehatan reproduksinya yang didalamnya terkandung hak reproduksi antara lain : hak semua pasangan dan individu untuk memutuskan dan bertanggungjawab terhadap jumlah, jarak serta hak akan pelayanan kesehatan reproduksi agar perempuan dapat mempunyai pengalaman kehidupan seksual yang sehat, terbebas dari penyakit, dari tindak kekerasan, dari ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau dari kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitasnya (Sadli, 2002).
kesehatan reproduksinya yang berkaitan dengan lima indikator kesehatan wanita yaitu kesehatan ibu (kehamilan, persalinan dan nifas), kesehatan reproduksi remaja (usia pernikahan pertama), keluarga berencana (jumlah dan jarak anak), indikator penghasilan, dan indikator pendidikan (Widyastuti dkk, 2009).
Dilihat dari indikator keluarga berencana, Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang tingkat kelahiran tetap tinggi dan hanya beberapa pasangan membatasi jumlah keluarga. Ini karena anak-anak dilihat sebagai sesuatu yang berharga di dalam masyarakat, dimana langkah kesejahteraan sosial terbatas. Padahal keluarga berencana membantu perorangan atau pasangan untuk memilih apakah ingin mempunyai anak atau menentukan jumlah anak yang mereka inginkan (pembatasan keluarga). Pilihan itu tergantung pada pengaruh sosial, budaya, dan psikologis yang rumit (Jones, 2005). Laporan pendahuluan SDKI 2012 menyatakan ada sebanyak 62% wanita kawin usia 15-49 tahun menggunakan alat cara KB, 58% diantaranya menggunakan metode kontrasepsi modern dan hanya 2% yang menggunakan kondom dan metode operatif pria.
bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel, sekolah/universitas dan rumah sakit dan lain sebagainya.
Khusus rumah sakit di kota Medan sudah ada sekitar 77 rumah sakit, baik yang dikelola pemerintah, maupun swasta (Dinkes Medan, 2013), termasuk salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Materna Medan dengan status lulus akreditasi pada tahun 2012 yang terletak di pusat kota sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah, selain sebagai pegawai rumah sakit yang mementingkan pelayanan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi dan pemahaman akan pentingnya hak reproduksi wanita dalam penentuan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi maka diharapkan implementasinya apakah sesuai dikehidupan rumah tangga masing-masing, sebagaimana acuan dari definisi kesehatan reproduksi itu sendiri.
Sakit Umum Materna dipilih sebagai sarana pelayanan kesehatan selain pertanggungan biaya (jamsostek), pihak Rumah Sakit juga masih menanggung kelahiran anak lebih dari 2 orang karena alasan kekeluargaan. Sehingga walaupun pegawai wanita awalnya merencanakan jumlah anak 2 orang akan tetapi karena fasilitas mendukung maka hal tersebut tidak terlaksana.
Beberapa hal ini lah yang mendorong untuk dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan terutama dalam hal menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi sebagai pencerminan salah satu misi Program Keluarga Berencana Nasional di dalam upaya perlindungan hak-hak reproduksi untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas sejak dimulainya proses pembuahan dalam kandungan (BKKBN, 2001).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : faktor-faktor apakah yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksidalam ber-KB pada wanitapasangan usia subur .
b. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanitapasangan usia subur .
c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendapatan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
d. Untuk mengetahui pengaruh status wanita dalam keluarga terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
e. Untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
f. Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pegawai Rumah Sakit Umum Materna Medan yang sekaligus sebagai tenaga kesehatan untuk meningkatkan promosi tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita terutama tentang menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi.
pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
2.1.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Sedangkan menurut Depkes RI (2000), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap cara keluarga berencana yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat diterima yang menjadi pilihan mereka, serta metode lain yang mereka pilih untuk pengaturan fertilitas yang tidak melawan hokum, dan hak untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan yang tepat, yang akan memungkinkan para wanita dengan selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan yang terbaik kepada pasangan-pasangan untuk memiliki bayi yang sehat.
2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi : 1. Kesehatan bayi dan anak.
2. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi, termasuk PMS-HIV/AIDS.
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi. 4. Kesehatan reproduksi remaja.
5. Pencegahan dan penanganan infertilitas. 6. Kanker pada usia lanjut dan osteopororosis.
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, fistula, dan lain-lain.
Selain itu seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertulari penyakit infeksi menular seksual yang bias berpengaruh pada fungsi reproduksi. Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi masalah pokok di Indonesia yang disebut paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yaitu :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir. 2. Keluarga berencana.
3. Kesehatan reproduksi remaja.
4. Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV/AIDS. Sedangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK) terdiri dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi pada usia lanjut (Widyastuti dkk, 2009).
2.2 Hak Reproduksi Wanita
2.2.1 Pengertian Hak Reproduksi Wanita
Menurut Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Sedangkan menurut UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pada bagian keenam tentang Kesehatan Reproduksi dinyatakan bahwa setiap orang berhak:
b. menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi, paksaan, dan/atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak merendahkan martabat manusia sesuai dengan norma agama.
c. menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.
d. memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pada International Conference on Population and Development (ICPD) Kairo 1994, hak reproduksi dinyatakan sebagai berikut : “ Hak-hak reproduksi berlandaskan pada pengakuan terhadap hak asasi pasangan atau individu untuk secara bebas dan bertanggung jawab menetapkan jumlah, jarak dan waktu kelahiran anaknya dan hak untuk memperoleh informasi serta cara untuk melakukan hal tersebut, dan hak untuk mencapai standar kesehatan reproduksi dan seksual yang setinggi mungkin.” Sedangkan menurut BkkbN (2011) hak-hak reproduksi adalah hak setiap individu dan pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak dan jarak anak yang dilahirkan serta memilih upaya untuk mewujudkan hak-hak tersebut (pemakaian kontrasepsi).
kesehatan yang memadai sehingga para wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak secara aman, serta memberikan kesempatan bagi para pasangan untuk memiliki bayi yang sehat (Kusmiran, 2012).
Hak reproduksi wanita secara umum diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu dalam hal ini perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya. Hak-hak reproduksi wanita merupakan hak asasi manusia. Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dalam International Conference on Population and Development (ICPD) 1994 di Kairo bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi :
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi. 2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi. 3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi. 4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual. 8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.
11.Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
12.Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
2.2.2 Pemenuhan Hak-hak Reproduksi Wanita
Berdasarkan UU No. 7/1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan dokumen Kairo dapat disimpulkan hak reproduksi (dan implikasinya pada kesehatan reproduksi) selalu menyangkut dua komponen dasar. Komponen pertama, kebebasan dalam menentukan jumlah anak dan waktu/jarak kelahiran. Arti “kebebasan” ini tidak dapat
dilepaskan dari dokumen-dokumen hak asasi manusia lainnya dan bersifat mutlak. Ia harus berdasarkan rasa tanggungjawab, baik terhadap kehidupannya, anaknya maupun masyarakatnya. Tanggung jawab seperti ini hanya akan bisa terwujud kalau perempuan menempati posisi yang kuat, posisi dimana ia dapat bernegosiasi dengan lingkungannya (keluarga, suami serta masyarakat) dan pemerintah. Komponen berikutnya adalah entitlement yang menyangkut erat masalah memperoleh informasi serta pelayanan keluarga berencana. Entitlement merupakan manifestasi dari rasa tanggung jawab masyarakat dan negara, terhadap kehidupan reproduksi perempuan dan memiliki nilai sosial (Adrina dkk, 1998).
2.3 Pasangan Usia Subur (PUS)
2.3.1 Pengertian Pasangan Usia Subur
telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tetapi belum menopause (BkkbN, 2011).
2.4 Keluarga Berencana
2.4.1 Pengertian Keluarga Berencana
Adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BkkbN, 2011).
2.4.2 Jarak Kehamilan
Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 30 tahun hanya sekitar 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi. Sedangkan kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan berumur 28 hari. Menurut Manuaba (1998) untuk mendorong kesehatan reproduksi yang optimal ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Kehamilan sebaiknya dengan interval lebih dari 2 tahun. 2. Jangan hamil sebelum berumur 20 tahun atau setelah 35 tahun.
3. Jumlah kehamilan, kelahiran 2 sampai 3 orang mempunyai optimalisasi kesehatan.
2.4.3 Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan/Kesuburan
Usia istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah memiliki 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan adalah :
1. Karena alasan medis dan alasan lainnya, ibu di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak lagi.
3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai resiko kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.
2.4.4 Pemilihan Metode Kontrasepsi
Tidak ada satupun metode yang aman dan efektif bagi semua klien. Oleh karena itu berbagai faktor harus dipertimbangkan, seperti status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan dan kehamilan yang tidak diinginkan, rencana besarnya jumlah keluarga, persetujuan pasangan, norma budaya dan lingkungan (Pinem, 2009).
2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-Hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Memiliki anak merupakan salah satu cara untuk memenuhi kewajiban dalam budaya reproduksi. Menanamkan konsep pada kaum perempuan bahwa mengandung dan melahirkan anak adalah kewajiban, tanpa diimbangi dengan hak dan juga pilihan lainnya. Di banyak negara berkembang, bahkan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi pun bukan merupakan keputusan perempuan, meskipun pada akhirnya yang menggunakan adalah perempuan itu sendiri (Mohamad, 1998). Hal ini berkaitan dengan kesehatan seorang wanita yang tergambar dari perilaku hidup sehat yang diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor-faktor yang membedakan tersebut disebut dengan determinan perilaku yang dibedakan menjadi dua, yaitu : faktor internal (tingkat kecerdasan/pengetahuan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya) dan faktor eksternal (lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, masyarakat dan sebagainya). Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan. Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan mempelajari perilaku adalah sangat penting, karena pendidikan kesehatan berfungsi sebagai media atau sarana untuk merubah perilaku individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat (Notoatmodjo, 2003).
Lawrence Green (1980) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) menyatakan, terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku pasien yaitu presdiposing, enabling, dan reinforcing. Faktor predisposing meliputi pengetahuan dan sikap pasien yang merupakan kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru. Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, sistem nilai, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian informasi. Faktor reinforcing meliputi dukungan keluarga, lingkungan dan perilaku petugas kesehatan.
reinforcing yaitu dukungan suami, dan dukungan sosial, sedangkan untuk faktor enabling tidak termasuk karena responden adalah pekerja di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) itu sendiri.
2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2.5.2 Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2.5.3 Tingkat Pendapatan
pelayanan kesehatan, yang pada akhirnya dapat berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian (Pinem, 2009).
2.5.4 Status Wanita dalam Keluarga
Pada zaman sekarang status wanita juga masih dianggap rendah, tidak setinggi nilai laki-laki dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat (Widyastuti dkk, 2009). Makin rendah kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, makin rendah kemungkinan terpenuhinya hak reproduksi. Kedudukan tersebut ditentukan oleh banyak hal seperti budaya dan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat mereka tinggal, keadaan sosial ekonomi dan lain-lain (Pinem, 2009).
2.5.5 Dukungan Suami
Bentuk peran dan tanggung jawab bersama antara suami dan istri dalam KB dan kesehatan reproduksi akan terwujud karena alasan berikut ini:
- Suami-istri merupakan pasangan dalam proses reproduksi
- Suami-istri bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam keluarga
- Suami-istri sama-sama mempunyai hak-hak reproduksi yang merupakan bagian dari hak azasi manusia yang bersifat universal
- KB dan Kesehatan Reproduksi memerlukan peran dan tanggung jawab bersama suami-istri bukan suami atau istri saja
2.5.6 Dukungan sosial
Menurut Gottlieb (1984) yang dikutip oleh Lubis dan Hasnida (2009) dukungan sosial adalah informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan nyata atau tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
2.7 Kerangka Konsep
[image:38.612.129.518.275.422.2]Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS yang
Bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2013.
2.8 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanitapasangan usia subur .
2. Ada pengaruh sikap terhadap pemenuhan hak-hak reproduksidalam ber-KB pada wanitapasangan usia subur.
3. Ada pengaruh tingkat pendapatan terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi Dalam Ber-KB Pada Wanita Pasangan Usia Subur 1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tingkat Pendapatan 4. Status Wanita Dalam
4. Ada pengaruh status wanita dalam keluarga terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
5. Ada pengaruh dukungan suami terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
6. Ada pengaruh dukungan sosial terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Materna Medan, terletak di Jln. Teuku Umar no. 9-11 Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Februari 2014.
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh pegawai wanita pasangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan sebanyak 61 orang.
3.3.2 Sampel
Seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 61 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Materna Medan berkaitan dengan jumlah tenaga kesehatan dan gambaran umum dari Rumah Sakit Umum Materna Medan.
3.5 Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Dependen
Pemenuhan hak-hak reproduksi wanita pasangan usia subur adalah keterlibatan/persetujuan wanita dalam menentukan jumlah 2 orang anak, jarak anak ≥ 2 tahun dan pemilihan alat kontrasepsi yang disepakati bersama dengan suami.
3.5.2 Variabel Independen
Pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai dengan fokus penelitian, digunakan defenisi operasional variabel independen yang dikembangkan dalam uraian di bawah ini :
1. Pengetahuan adalah merupakan segala hal yang diketahui oleh wanita PUS tentang pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB (menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi).
2. Sikap adalah pernyataan atau pendapat responden sendiri terhadap pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB (menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi).
3. Tingkat pendapatan adalah total seluruh penghasilan yang diperoleh pasangan suami dan istri berdasarkan UMR.
sebagai istri dalam penentuan jumlah anak dan jarak kelahiran, dan pemilihan alat kontrasepsi.
5. Dukungan suami adalah pernyataan responden tentang suami yang mendukung pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB (menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi) pada wanita PUS.
6. Dukungan sosial adalah pernyataan responden tentang lingkungan kerja/keluarga/teman yang mendukung pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB (menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan pemilihan alat kontrasepsi) pada wanita PUS.
3.6 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 (dua) bagian, yang pertama yaitu data umum responden sedangkan yang kedua adalah kuesioner untuk menilai tingkat pendapatan, pengetahuan, sikap, nilai, dukungan suami, dan dukungan sosial.
3.7 Aspek Pengukuran
1. Pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS
1 = Tidak terpenuhi, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0 − 2) 2. Pengetahuan
Variabel pengetahuan terdiri dari 5 pertanyaan, jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, pengetahuan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
0 = Baik, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 3 − 5) 1 = Tidak baik, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0 – 2) 3. Sikap
Variabel sikap terdiri dari 5 pernyataan, untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut :
- Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar : 5x5 = 25
Skor terkecil : 5x1 = 5 - Menentukan nilai rentang
Rentang = nilai terbesar – nilai terkecil = 25 – 5 = 20
- Menentukan nilai panjang kelas
Panjang kelas = rentang : banyaknya kelas = 20 : 2 = 10
0 = Baik, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 17 − 25) 1 = Tidak baik, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 5 − 16) 4. Tingkat Pendapatan
Total pendapatan suami dan istri, perhitungan dengan mempertimbangkan Upah Minimum Regional Kota Medan sebesar Rp. 1.650.000,- sehinggadikategorikan menjadi :
0 = Baik, jika total pendapatan suami dan istri ≥ Rp 3.300.000,- 1 = Kurang, jika total pendapatan suami dan istri < Rp 3.300.000,- 5. Status Wanita Dalam Keluarga
Variabel status wanita dalam keluarga terdiri dari 5 pertanyaan, jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, status wanita dalam keluarga dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
0 = Baik, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 3 − 5) 1 = Tidak baik, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0 − 2) 6. Dukungan suami
Variabel dukungan suami terdiri dari 5 pertanyaan, jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, dukungan suami dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
7. Dukungan sosial
Variabel dukungan sosial terdiri dari 5 pertanyaan, jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, dukungan sosial dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :
0 = Mendukung, jika skor jawaban ≥ 60% dari skor total (skor 3 − 5) 1 = Tidak mendukung, jika skor jawaban < 60% dari skor total (skor 0 − 2)
3.8 Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori. Entry data yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer.
3.9 Analisis Data
1. Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi yang menggambarkan secara tunggal faktor-faktor yang memengaruhi pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna .
dependen yaitu pemenuhan hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Bila hasil analsis bivariat mempunyai nilai p < 0.25, maka variabel tersebut dapat masuk kedalam analisis multivariat.
Rumah Sakit Umum Materna Medan adalah rumah sakit yang berada dikota Medan, tepatnya di Jalan Teuku Umar No.11, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, dekat pusat perbelanjaan, pujasera, pertokoan, perhotelan dan perbankan yang dapat diakses dengan jalan kaki dengan keamanan lingkungan yang sangat kondusif. Rumah Sakit Umum Materna mulai berdiri sejak tahun 1983 dan merupakan Rumah Sakit Swasta Kelas Madya yang setara dengan Rumah Sakit Kelas C. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat terhadap pelayanan medis yang cepat, tepat, bermutu, terpadu dan lebih ekonomis maka sesuai dengan visi dan misinya Rumah Sakit Umum Materna selalu terbuka melayani masyarakat umum dari berbagai kalangan.
4.1.2 Sarana RSU Materna Medan
a. Ruang rawat berjumlah 12 (dua belas) terdiri dari : 1. Kelas III Kebidanan 4 tempat tidur 2. Ruang Anak 4 tempat tidur
3. VIP A 4 tempat tidur
4. ICU 5 tempat tidur
5. Kelas III 12 tempat tidur
6. Kelas II 9 tempat tidur
7. Kelas I 5 tempat tidur
9. Chrysant (VIP A) 7 tempat tidur 10.Catelia (Super VIP) 2 tempat tidur 11.Clover (Suite Room) 2 tempat tidur 12.Materna Suite 1 tempat tidur b. Unit Gawat Darurat dan Unit Rawat Jalan c. Unit Perawatan Intensif
d. Unit Kamar Bedah e. Unit Farmasi f. Unit Laboratorium g. Unit Radiologi
4.1.3 Jumlah Karyawan RSU Materna Medan
Jumlah karyawan atau tenaga kerja yang terlibat di dalam pengelolaan RSU Materna Medan berjumlah 164 orang, dengan rincian sebagai berikut :
a. Pimpinan 1 orang
b. Tenaga Dokter 8 orang
c. Tenaga Medis Perawatan 93 orang d. Tenaga Medis Non Perawatan 18 orang
e. Tenaga Non Medis 44 orang
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
[image:49.612.115.526.197.696.2]Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, suku, agama, jumlah anak, alat kontrasepsi yang digunakan, pendidikan terakhir responden, pendidikan terakhir suami, dan daerah asal responden, dapat dilihat pada Tabel 4.1 :
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden yang Bekerja di RSU Materna Medan
No Karakteristik Responden f %
1 Umur
20 – 34 tahun 24 39,3
≥ 35 tahun 37 60,7
2 Suku
Batak 47 77,0
Tionghoa 5 8,2
Jawa 6 9,8
Aceh 1 1,6
Melayu 1 1,6
Padang 1 1,6
3 Agama
Islam 20 67,2
Protestan 32 52,5
Katolik 5 8,2
Budha 4 6,6
4 Jumlah anak
≤ 2 orang 41 67,2
> 2 orang 20 32,8
5 Alat kontrasepsi yang digunakan
Pil 1 1,6
Suntik 20 32,8
Implant 1 1,6
IUD 21 34,4
Kondom 1 1,6
Metode Operatif Wanita 11 18,0
Tidak Ada 5 8,2
KB Kalender 1 1,6
6 Pendidikan Responden
SMP 1 1,6
SMU 17 27,9
Perguruan Tinggi 43 70,5
7 Pendidikan Suami
SMU 22 36,1
Perguruan Tinggi 39 63,9
8 Daerah Asal Responden Sebelum Menikah
Medan 26 42,6
4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Pernyataan Pengetahuan
Jawaban
Total
Ya Tidak
n % n % n %
1 Seorang istri mempunyai hak untuk
menentukan kehamilannya 32 52,5 29 47,5 61 100,0 2 Jumlah anak ideal adalah 2 orang 35 57,5 26 42,6 61 100,0 3 Jarak anak ideal adalah ≥ 2 tahun 48 78,7 13 21,3 61 100,0 4 Yang berhak menentukan jumlah
anak dalam keluarga adalah suami-istri
35 57,4 26 42,6 61 100,0 5 Seorang istri dapat memilih alat
kontrasepsi yang akan digunakannya
33 54,1 28 45,9 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
mempunyai hak untuk menentukan kehamilannya sebanyak 32 orang (52,5%) dan
menjawab tidak mempunyai hak untuk menentukan kehamilannya sebanyak 29 orang
(47,5%), berdasarkan jumlah anak yang ideal responden yang menjawab dengan benar
sebanyak 35 orang (57,5%) dan yang menjawab tidak benar sebanyak 26 orang (42,6%),
berdasarkan jarak kelahiran anak yang ideal responden yang menjawab dengan benar
sebanyak 48 orang (78,7%) dan yang menjawab tidak benar sebanyak 13 orang (21,3%),
berdasarkan yang berhak menentukan jumlah anak dalam keluarga adalah suami-istri
responden yang menjawab dengan benar sebanyak 35 orang (57,4%) dan yang menjawab
tidak benar sebanyak 26 orang (42,6%), berdasarkan istri dapat memilih alat kontrasepsi
yang digunakan responden yang menjawab dengan benar sebanyak 33 orang (54,1%) dan
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada
Wanita PUS
No Pengetahuan f %
1 Baik 30 49,2
2 Tidak baik 31 50,8
Jumlah 61 100,0
4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Sikap Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Pernyataan Sikap
Jawaban
Total Sangat
setuju
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
n % n % n % n % n % n % 1 Suami dan istri
mempunyai hak yang sama dalam mengatur dan menentukan kehamilannya
41 67,2 17 27,9 2 3,3 0 0,0 1 1,6 61 100,0
2 Suami dan mertua yang berhak
menentukan jumlah anak
14 23,0 0 0,0 1 1,6 22 36,1 24 39,3 61 100,0
3 Jarak kehamilan sebaiknya ditentukan suami dan istri agar ibu dan anak sehat
35 57,4 21 34,4 5 8,2 0 0,0 0 0,0 61 100,0
4 Pemilihan alat kontrasepsi pada pasangan suami istri dapat menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran yang
direncanakan
22 36,1 30 49,2 7 11,5 1 1,6 1 1,6 61 100,0
5 Dalam
pemilihan alat kontrasepsi, sepenuhnya adalah urusan wanita
10 16,4 14 23,0 2 3,3 20 32,7 15 24,6 61 100,0
dengan sangat setuju sebanyak 41 orang (67,2%), setuju sebanyak 17 orang (27,9%), ragu-ragu sebanyak 2 orang (3,3%), sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1,6%). Berdasarkan pernyataan suami dan mertua yang berhak menentukan jumlah anak responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 14 orang (23,0%), ragu-ragu sebanyak 1 orang (1,6%), tidak setuju sebanyak 22 orang (36,1%), sangat tidak setuju sebanyak 24 orang (39,3%). Berdasarkan pernyataan jarak kehamilan sebaiknya ditentukan suami dan istri agar ibu dan anak sehat yang menyatakan sangat setuju sebanyak 35 orang (57,4%), setuju sebanyak 21 orang (34,4%), ragu-ragu sebanyak 5 orang (8,2%). Berdasarkan pernyataan pemilihan alat kontrasepsi pada pasangan suami istri dapat menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran yang direncanakan yang menyatakan sangat setuju sebanyak 22 orang (36,1%), setuju sebanyak 30 orang (49,2%), ragu-ragu sebanyak 7 orang (11,5%), tidak setuju sebanyak 1 orang (1,6%), sangat tidak setuju sebanyak 1 orang (1,6%). Berdasarkan pernyataan dalam pemilihan alat kontrasepsi, sepenuhnya adalah urusan wanita yang menyatakan sangat setuju sebanyak 10 orang (16,4%), setuju sebanyak 14 orang (23,0%), ragu-ragu sebanyak 2 orang (3,3%), tidak setuju sebanyak 20 orang (32,8%), sangat tidak setuju sebanyak 15 orang (24,6%).
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Sikap f %
1 Baik 46 75,4
2 Tidak baik 15 24,6
Jumlah 61 100,0
reproduksi dalam ber-KB adalah baik yaitu sebesar 46 orang (75,4%) dan yang tidak baik sebesar 15 orang (24,6%).
[image:55.612.117.526.210.269.2]4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan pada Wanita PUS
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan pada Wanita PUS
No Tingkat Pendapatan f %
1 Baik 49 80,3
2 Kurang 12 19,7
Jumlah 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 mayoritas tingkat pendapatan responden adalah baik yaitu sebesar 49 orang (80,3%) dan yang kurang sebesar 12 orang (19,7%).
4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Wanita dalam Keluarga tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Status Wanita dalam Keluarga tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
No Pernyataan Status Wanita dalam Keluarga
Jawaban
Total
Ya Tidak
n % n % n %
1 Anda adalah orang yang paling berperan dalam menentukan jumlah anak dalam keluarga anda sendiri
56 91,8 5 8,4 61 100,0
2 Ada komentar/kritik dari pihak orangtua atau mertua anda tentang jumlah anak dalam keluarga anda
56 91,8 5 8,4 61 100,0
3 Dalam menentukan jarak anak anda memiliki pendapat yang berbeda dengan orangtua atau mertua anda
58 95,1 3 4,9 61 100,0
4 Tidak ada satu jenis alat kontrasepsi yang menjadi keharusan di dalam keluarga yang wajib diikuti walaupun anda sudah mengutarakan pilihan sendiri
61 100,0 0 0,0 61 100,0
5 Keputusan dalam penggunaan alat kontrasepsi adalah mutlak dari anda dan suami tanpa dipengaruhi oleh anggota keluarga yang lain
[image:55.612.130.526.432.702.2]Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden adalah orang yang paling berperan dalam menentukan jumlah anak dalam keluarga anda sendiri dengan baik sebanyak 56 orang (91,8%) dan tidak baik sebanyak 5 orang (8,2%), berdasarkan pernyataan komentar/kritik dari pihak orangtua atau mertua anda tentang jumlah anak dalam keluarga responden yang menyatakan ada sebanyak 58 orang (95,1%) dan tidak ada sebanyak 3 orang (4,9%), berdasarkan pernyataan dalam menentukan jarak anak responden memiliki pendapat yang berbeda dengan orangtua atau mertua yang menjawab benar sebanyak 61 orang (100%), berdasarkan pernyataan keputusan dalam penggunaan alat kontrasepsi adalah mutlak dari responden dan suami tanpa dipengaruhi oleh anggota keluarga yang lain yang menyatakan benar sebanyak 59 orang (96,7%) dan tidak benar sebanyak 2 orang (3,3%).
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Status Wanita dalam Keluarga tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi
dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Status Wanita dalam Keluarga f %
1 Baik 60 98,4
2 Tidak baik 1 1,6
Jumlah 61 100,0
4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Dukungan Suami Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada
Wanita PUS
No Pernyataan Dukungan Suami
Jawaban
Total
Ya Tidak
n % n % n %
1 Pengambilan keputusan dalam jumlah anak adalah atas kesepakatan bersama (suami dan istri)
61 100,0 0 0,0 61 100,0 2 Dalam menentukan jarak
kelahiran anak, suami mempertimbangkan pendapat anda
53 86,9 8 13,1 61 100,0 3 Suami anda mengikutsertakan
anda dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan
57 93,4 4 6,6 61 100,0 4 Suami anda setuju dengan alat
kontrasepsi yang digunakan sekarang
47 77,0 23 23,0 61 100,0 5 Ada keluhan suami terhadap alat
kontrasepsi yang digunakan sekarang dengan baik sebanyak 47 orang (77,0%) dan yang tidak sebanyak 14 orang (23,0%), berdasarkan pernyataan ada keluhan suami terhadap alat kontrasepsi yang digunakan dengan baik sebanyak 47 orang (77,0%) dan yang tidak sebanyak 14 orang (23,0%).
Tabel 4.10 Distribusi Dukungan Suami Responden tentang Pemenuhan Hak- hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Dukungan Suami f %
1 Mendukung 51 83,6
2 Tidak mendukung 10 16,4
Jumlah 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.10 mayoritas dukungan suami responden tentang pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB adalah mendukung yaitu sebesar 51 orang (83,6%) dan tidak mendukung sebesar 10 orang (16,4%).
4.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Dukungan Sosial Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada
Wanita PUS
No Pernyataan Dukungan Sosial
Jawaban
Total Ya Tidak
n % n % n %
1 Mertua ikut menentukan jumlah anak
dalam keluarga anda 59 96,7 2 3,3 61 100,0 2 Pihak keluarga mengharapkan jenis
kelamin tertentu dalam keluarga anda 41 67,2 20 32,8 61 100,0 3 Ada peraturan jumlah anak yang
ditanggung biaya persalinannya di lingkungan pekerjaan anda
49 80,3 12 19,7 61 100,0
4 Anda menerima informasi dari teman sekerja atau pihak keluarga tentang pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan
43 70,5 18 29,5 61 100,0
5 Ada jenis alat kontrasepsi tertentu yang dianjurkan oleh pihak keluarga kepada anda
[image:58.612.125.528.469.704.2]Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan mertua ikut menentukan jumlah anak dalam keluarga responden yang mendukung sebanyak 59 orang (96,7%) dan yang tidak mendukung sebanyak 2 orang (3,3%), berdasarkan pihak keluarga mengharapkan jenis kelamin tertentu dalam keluarga responden yang mendukung sebanyak 41 orang (67,2%) dan yang tidak mendukung sebanyak 20 orang (32,8%), berdasarkan peraturan jumlah anak yang ditanggung biaya persalinannya di lingkungan pekerjaan responden yang mendukung sebanyak 49 orang (80,3%) dan yang tidak mendukung sebanyak 12 orang (19,7%), berdasarkan menerima informasi dari teman sekerja atau pihak keluarga tentang pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan responden yang mendukung sebanyak 43 orang (70,5%) dan yang tidak mendukung sebanyak 18 orang (29,5%), berdasarkan jenis alat kontrasepsi tertentu yang dianjurkan oleh pihak keluarga kepada responden sebanyak 43 orang (70,5%) dan yang tidak mendukung sebanyak 18 orang (29,5%).
Tabel 4.12 Distribusi Dukungan Sosial Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Dukungan Sosial f %
1 Mendukung 47 77,0
2 Tidak mendukung 14 23,0
Jumlah 61 100,0
4.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden tentang Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No
Pernyataan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
Jawaban
Total
Ya Tidak
n % n % n %
1 Ibu merencanakan jumlah anak
yang diinginkan 26 42,6 35 57,4 61 100,0
2 Ibu ikut menentukan jarak
kelahiran anak 58 95,1 3 4,9 61 100,0
3 Ibu ikut dalam pengambilan keputusan dalam pemilihan kontrasepsi
60 98,4 1 1,6 61 100,0 4 Suami anda menyerahkan
sepenuhnya pemilihan alat kontrasepsi pada anda
28 45,9 33 54,1 61 100,0 5 Wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi saat sekarang 28 45,9 33 54,1 61 100,0
sekarang yang terpenuhi sebanyak 28 orang (45,9%) dan yang tidak terpenuhi sebanyak 33 orang (54,1%).
Tabel 4.14 Distribusi Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
No Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB
f %
1 Terpenuhi 28 45,9
2 Tidak terpenuhi 33 54,1
Jumlah 61 100,0
Berdasarkan Tabel 4.14 mayoritas pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS adalah tidak terpenuhi yaitu sebesar 33 orang (54,1%) dan yang tidak terpenuhi sebanyak 33 orang (54,1%).
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen (pengetahuan, sikap, tingkat pendapatan, status wanita dalam keluarga, dukungan suami, dukungan sosial) dengan variabel dependen yaitu pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita pasangan usia subur yang bekerja di RSU Materna Medan.
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.15 Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Pengetahuan
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi
dalam ber-KB pada Wanita PUS Jumlah
p Terpenuhi Tidak Terpenuhi
f % f % f %
Baik 18 60,0 12 40,0 30 100,0
0,030
Berdasarkan Tabel 4.15 terlihat bahwa dari 30 orang responden yang berpengetahuan baik sebanyak 12 orang (40,0%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 18 orang (60,0%) pemenuhan hak-hak reproduksi
dalam ber-KB terpenuhi. Sedangkan dari 31 orang responden yang berpengetahuan tidak
baik sebanyak 21 orang (67,7%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak
terpenuhi dan sebanyak 10 orang (32,3%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB
terpenuhi. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,030 < 0,05, artinya ada
hubungan antara variable pengetahuan dengan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam
ber-KB pada wanita PUS yang bekerja di RSU Materna Medan.
[image:62.612.113.529.410.495.2]4.3.2 Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.16 Hubungan Sikap dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Sikap
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
p
Terpenuhi Tidak Terpenuhi Jumlah
f % f % f %
Baik 27 58,7 19 41,3 46 100,0
0,0001
Tidak baik 1 6,7 14 93,3 15 100,0
Berdasarkan Tabel 4.16 terlihat bahwa dari 46 orang responden yang bersikap baik sebanyak 19 orang (41,3%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 27 orang (58,7%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB
terpenuhi. Sedangkan dari 15 orang responden yang bersikap tidak baik sebanyak 14
orang (93,3%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan
sebanyak 1 orang (6,7%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Hasil
variabel pengetahuan dengan pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita
PUS yang bekerja di RSU Materna Medan.
[image:63.612.111.528.205.305.2]4.3.3 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.17 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tingkat Pendapatan
Pemenuhan Hak-hak Reproduksi
dalam ber-KB pada Wanita PUS Jumlah
p Terpenuhi Tidak Terpenuhi
f % f % f %
Baik 26 53,1 23 46,9 49 100,0
0,023
Kurang 2 16,7 10 83,3 12 100,0
Berdasarkan Tabel 4.17 terlihat bahwa dari 49 orang responden yang mempunyai tingkat pendapatan baik sebanyak 23 orang (46,9%) pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 26 orang (53,1%) pemenuhan
hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Sedangkan dari 12 orang responden yang
mempunyai tingkat pendapatan tidak baik sebanyak 10 orang (83,3%) pemenuhan
hak-hak reproduksi dalam ber-KB tidak terpenuhi dan sebanyak 2 orang (16,7%) pemenuhan
hak-hak reproduksi dalam ber-KB terpenuhi. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai
p=0,023 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel tingkat pendapatan dengan
pemenuhan hak-hak reproduksi dalam ber-KB pada wanita PUS yang bekerja di RSU
4.3.4 Hubungan Status Wanita dalam Keluarga dengan Pemenuhan Hak-hak Reproduksi dalam ber-KB pada Wanita PUS
Tabel 4.18 Hubungan Status Wanita dalam Keluarga dengan Pemenuhan