• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan 7 - Penyelesaian Sengketa Bisnis

N/A
N/A
Ahmad Daffa Mudhaffar

Academic year: 2025

Membagikan "Pertemuan 7 - Penyelesaian Sengketa Bisnis"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Bisnis dan Etika Profesi

(2)

Penyelesaian Sengketa Bisnis

OUTLINE

A. Tahapan penyelesaian sengketa melalui pengadilan

B. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan: ADR dan arbitrase C. Pengertian ADR dan arbitrase

D. Macam-macam ADR E. Dasar hukum dan alasan F. Bentuk-bentuk arbitrase

G. Eksekusi putusan arbitrase dalam negeri dan arbitrase asing

(3)

A. Tahapan penyelesaian sengketa melalui pengadilan

Pengadilan Negeri

Pengadilan Tinggi

Mahkamah Agung Gugatan

Banding

Kasasi Peninjauan

Kembali Upaya

Hukum Biasa

Upaya Hukum Luar Biasa

(4)

B. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan: ADR dan arbitrase

Untuk menyelesaikan sengketa (termasuk sengketa bisnis), para pihak dapat memilih jalur non-litigasi (di luar pengadilan)

(5)

C. Pengertian ADR dan arbitrase

Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli

Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yangbersengketa.

(6)

C. Pengertian ADR dan arbitrase

Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.

(7)

C. Pengertian ADR dan arbitrase

Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.

(8)

C. Pengertian ADR dan arbitrase

Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu; lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.

(9)

C. Pengertian ADR dan arbitrase

Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh suatu Lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap sebagai suatu putusan arbitrase internasional.

(10)

D. Jenis Alternative Dispute Resolution

1. Konsultasi: suatu tindakan yang bersifat “personal”

antara suatu pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana pihak konsultan memberikan pendapatnya kepada klien sesuai dengan keperluan dan kebutuhan kliennya.

2. Negosiasi: suatu upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses pengadilan dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis dan kreatif.

(11)

D. Jenis Alternative Dispute Resolution (ADR)

3. Mediasi: cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.

4. Konsiliasi: penengah akan bertindak menjadi konsiliator dengan kesepakatan para pihak dengan mengusahakan solusi yang dapat diterima.

5. Penilaian Ahli: pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang keahliannya.

(12)

D. Jenis Alternative Dispute Resolution (ADR)

alternatif penyelesaian sengketa bukan merupakan bagian dari lembaga litigasi meskipun dalam perkembangannya adapula yang menjadi bagian dari proses litigasi, yaitu mediasi. Sedangkan litigasi itu adalah penyelesaian sengketa antara para pihak yang dilakukan di muka pengadilan.

(13)

E. Dasar Hukum ADR & Latar Belakang

UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(14)

E. Dasar Hukum ADR & Latar Belakang

secara konvensional, penyelesaian sengketa dalam dunia bisnis, seperti dalam perdagangan, perbankan, proyek pertambangan, minyak dan gas, energi, infrastruktur, dan sebagainya dilakukan melalui proses litigasi. Dalam proses litigasi menempatkan para pihak saling berlawanan satu sama lain, selain itu penyelesaian sengketa secara litigasi merupakan sarana akhir (ultimum remidium) setelah alternatif penyelesaian sengketa lain tidak membuahkan hasil.

(15)

E. Dasar Hukum ADR & Latar Belakang

Semua sengketa perdata yang diajukan ke pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap pelaksanaan putusan berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2016.

(16)

E. Dasar Hukum ADR & Latar Belakang

sengketa yang dikecualikan dari kewajiban Mediasi:

1. sengketa yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu penyelesaiannya.

2. sengketa yang pemeriksaannya dilakukan tanpa hadirnya penggugat atau tergugat yang telah dipanggil secara patut;

3. gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara (intervensi);

4. sengketa mengenai pencegahan, penolakan, pembatalan dan pengesahan perkawinan;

5. sengketa yang diajukan ke Pengadilan setelah diupayakan penyelesaian di luar Pengadilan melalui mediasi dengan bantuan mediator

bersertifikat yang terdaftar di Pengadilan setempat tetapi dinyatakan tidak berhasil berdasarkan pernyataan yang ditandatangani oleh para pihak dan mediator bersertifikat.

(17)

E. Dasar Hukum ADR & Latar Belakang

1. sengketa yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu penyelesaiannya, antara lain:

a) sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga;

b) sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Hubungan Industrial;

c) keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha;

d) keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen;

e) permohonan pembatalan putusan arbitrase;

f) keberatan atas putusan Komisi Informasi;

g) penyelesaian perselisihan partai politik;

h) sengketa yang diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana; dan i) sengketa lain yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan

tenggang waktu penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;

(18)

F. Bentuk Arbitrase

1. Arbitrase institusional atau yang disebut arbitrase tetap diselesaikan melalui lembaga permanen yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa secara nasional maupun internasional.

a. Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)

b. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) c. Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI)

d. Court of Arbitration of International Chamber of Commerce (ICC International Court Arbitration)

e. The International Center for Settlement of Investment Disputes (ICSID).

(19)

2. Arbitrase Ad Hoc atau Voluntary Arbitration

adalah arbitrase yang dibentuk setelah terjadi sengketa dengan penyelesaian dalam kurun waktu tertentu. Jika sengketa tersebut sudah diselesaikan, maka kesepakatannya berakhir. Arbitrase jenis ini biasanya digunakan oleh masyarakat hukum adat, sengketa perburuhan, dan ganti rugi.

F. Bentuk Arbitrase

(20)

3. Arbitrase Internasional

Dalam pelaksanaannya, arbitrase internasional mirip dengan litigasi pengadilan domestik, namun diselesaikan di hadapan para juri pribadi yang dikenal sebagai arbiter. Ini adalah sebuah konsensual, netral, mengikat, pribadi dan dapat ditegakkan cara penyelesaian sengketa internasional, yang biasanya lebih cepat dan lebih murah dari proses pengadilan domestik. Arbitrase internasional dapat diberlakukan di hampir semua negara di dunia.

F. Bentuk Arbitrase

(21)

❑ Permohonan pendaftaran putusan arbitrase atau sering disebut deponir harus diajukan kepada panitera pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi domisili pemohon. Pendaftaran putusan arbitrase ini telah diatur dalam Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999.

G. Eksekusi putusan arbitrase dalam negeri dan arbitrase asing Eksekusi Putusan Arbitrase dalam Negeri

(22)

❑ Dalam pendaftaran tersebut panitera bersama-sama dengan arbiter atau kuasanya harus membuat dan menandatangani akta pendaftaran putusan arbitrase. Sebenarnya bentuk akta pendaftaran ini bukan merupakan akta yang terpisah, melainkan hanya berupa pencatatan dan penandatangan pada bagian akhir atau pinggir halaman putusan sehingga putusan tersebut menjadi autentik, dan dapat dijalankan sebagaimana menjalankan putusan perdata pengadilan negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

G. Eksekusi putusan arbitrase dalam negeri dan arbitrase asing Eksekusi Putusan Arbitrase dalam Negeri

(23)

Pada dasarnya, suatu putusan pengadilan merupakan cerminan dari kedaulatan suatu negara. Oleh karena itu, putusan yang dikeluarkan oleh satu negara hanya dapat dilaksanakan pada negara tersebut dan tidak dapat dilaksanakan di negara lain. Hal ini termuat dalam Pasal 436 R.V (Reglement op de Rechtsvordering) yang menjelaskan bahwa suatu putusan pengadilan asing tidak dapat dilaksanakan di Indonesia dikarenakan tidak mempunyai kekuatan eksekutorial.

G. Eksekusi putusan arbitrase dalam negeri dan arbitrase asing Eksekusi Putusan Pengadilan Asing

(24)

Apabila para pihak yang terikat dalam sebuah perjanjian yang pihaknya berasal dari dua atau lebih negara berbeda, menyetujui bahwa penyelesaian sengketa yang timbul akan diselesaikan melalui pengadilan asing dan akan dijalankan oleh para pihak, tetap saja putusan asing yang timbul atas perjanjian tersebut hanya akan dihormati dan akan dijadikan sebagai suatu ”fakta”

berupa putusan yang sifatnya tidak mengikuti hakim di Indonesia. Kemudian, untuk dieksekusi, putusan harus diperiksa ulang kembali dari proses awal hingga pada akhirnya keluar putusan yang sah

G. Eksekusi putusan arbitrase dalam negeri dan arbitrase asing Eksekusi Putusan Pengadilan Asing

(25)

Berbeda dengan eksekusi terhadap putusan pengadilan asing, putusan arbitrase asing justru dapat langsung didaftarkan permohonan eksekusi, sebagaimana tertuang dalam Pasal 67 ayat (1) UU 30/1999 atau UU Arbitrase dan Pasal 5 ayat (1) PERMA 1/1990. Hal ini dikarenakan Indonesia telah meratifikasi Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards yang telah ditandatangani di New York pada tanggal 10 Juni 1958,dan keterangan mengenai ratifikasi tersebut tercantum dalam Keppres 34/1981.

G. Eksekusi putusan arbitrase dalam negeri dan arbitrase asing Eksekusi Putusan Arbitrase Asing

(26)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Alternatif penyelesaian sengketa atau Alternative Dispute Resolution(ADR) dapat diartikan sebagai penyelesaian sengketa yang dilaksanakan baik oleh pihak ketiga, di luar

Pengertian mediasi dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di

Lembaga arbitrase sendiri adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat memberikan

• Arbitrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dimana para pihak menyerahkan kewenangan kepada kepada pihak yang netral, yang disebut arbiter, untuk

30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, bahwa yang dimaksud dengan arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar

Secara yuridis, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Alternatif

30 Tahun 1999 disebutkan bahwa “Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak

Pengertian Arbitrase Dalam Kamus Hukum, membedakan antara Alternatif Penyelesaian Sengketa dengan ADR sebagai berikut: Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah “Suatu pilihan