LOGIKA HUKUM
ABDUL KADIR USMAN, SH., MH
LOGIKA
Perkataan Logika berasal dari bahasa Latin Yunani, yaitu “Logos”
yang berarti perkataan atau sabda. Logos berarti pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran.
Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah “Mantiq”, kata arab yang diambil dari kata kerja “Nataqa” yang berarti berkata atau berucap.
Dalam buku “Logic and Language of Education”, mantiq disebut sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berfikir benar”.
Sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai “Hukum yang
memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berfikir”.
Menurut Aristoteles, “Logika adalah ajaran tentang berfikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum- hukum yang menguasai pikiran”.
Prof. Thaib A. Mu’in membatasi dengan “Ilmu untuk menggerakan pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran”.
Sedangkan menurut Irving M.Copi, “Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah”.
Yang menjadi pembahasan utama dalam logika adalah mengenai
adanya asas dan kaidah dalam berfikir sistematis sehingga
diperoleh kesimpulan yang sah.
Objek Logika
Berpikir adalah objek material logika. Yang dimaksud berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia.
Dengan berfikir manusia mengolah dan mengerjakan pengetahuan dan mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan mengolah dan mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya.
Dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan dan
ketepatannya. Oleh karena itu, berpikir lurus dan tepat
merupakan objek formal logika
LOGIKA ADALAH ILMU (SCIENCE)
Ilmu dan Pengetahuan mempunyai pengertian yang berbeda secara Mendasar.
• Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil dari aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya.
• Ilmu (Science) menghendaki lebih lanjut dari sekedar apa
yang dituntut oleh pengetahuan (knowledge).
PRINSIP DASAR LOGIKA
1. Prinsip Identitas (Principium Identitas)
Prinsip identitas merupakan dasar dari semua pemikiran. Artinya pengakuan bahwa benda ini adalah benda ini, bukan benda lain.
Disimbolkan dengan A=A.
2. Prinsip Kontradiksi (Principium Contradictoris)
Prinsip ini merupakan rumusan negatif dari prinsip identitas. Yaitu suatu pernyataan tidak mungkin mempuyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama. Disimbolkan dengan A#-A.
3. Prinsip Penolakan Kemungkinan Ketiga (Principium Exclusi Terti)
Prinsip ini merupakan penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak
adanya kemungkinan ketiga. Disimbolkan dengan A#A dan –A.
Kegunaan Logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berfikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berfikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir secara tajam dan mandiri.
4. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan meningkatkan dan menghindari kesalahan-kesalahan berfikir, kekeliruan,serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik.
8. Apabila sudah mampu berfikir rasional, kritis lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra seseorang.
Manfaat Logika
Dari segi kemanfaatan teoritis, logika sebagai ilmu banyak menyajikan dalil- dalil, hukum berfikir logis, dengan demikian logika mengajarkan tentang berfikir yang seharusnya.
Dari segi kemanfaatan praktis, akal semakin tajam dan tinggi kemampuannya (kritis) dalam hal imajinasi logis. Imajinasi logis adalah kemampuan akal untuk menggambarkan kemungkinan terjadinya sesuatu sebagai suatu keputusan akal yang benar dan runtut.
Tujuan Belajar Logika
Belajar logika agar dapat berfikir dengan lurus dalam usaha mencapai kebenaran menghindarkan kesalahan dan kesesatan. Sebab logika menunjukan kriteria-kriteria untuk membedakan pemikiran yang lurus dan benar dari yang tidak menentu dan sesat, serta utuk menguji kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dan kepastian yang dicapai. Untuk mencapai kebenaran dan menghindarkan kesesatan, maka harus menaati hukum-hukum berfikir.
Unsur-unsur Logika
Logika menghendaki bentuk pemikiran yang tepat. Untuk menentukan aturan- aturan bentuk pemikiran yang tepat, logika menganalisis unsur-unsur pemikiran manusia.
Ada 3 unsur-unsur pokok pemikiran manusia, ialah: pengertian, keputusan, dan kesimpulan. Unsur pengertian dinyatakan dengan term, unsur keputusan dinyatakan dengan kalimat, unsur kesimpulan dinyatakan dengan pembuktian.
Saya tidak dapat membeli mobil itu karena mahal.
1. Pertama, menangkap arti kata-kata: mobil, membeli dan sebagainya.
Pekerjaan pikiran yang pertama adalah mengerti kenyataan. Misalnya apa yang disebut mobil, membeli, dan sebagainya serta membentuk pengertian- pengertian ata dasar pengetahuan keinderaan, yang dinyatakan dengan kata- kata.
2. Kedua, melihat hubungan antara harga mobil tersebut dengan keadaan keuanganku, yang hubungannya disebut mahal. Pekerjaan pikiran yang kedua adalah menyatakan hubungan yang ada antara pengertian-pengertian yang telah ditangkap itu mengatakan “mobil itu mahal” atau “mobil itu tidak murah”. Pernyataan yang demikian itu dalam logika disebut keputusan dan biasanya dinyatakan dalam bentuk kalimat berita.
3. Ketiga, atas dasar pengertian dan keputusan di atas, maka dapat menghubungkan berbagai hal yang diketahui itu sedemikian rupa sehingga dapat sampai pada kesimpulan. Misalnya berkesimpulan bahwa mobil (yang sangat ku butuhkan) tidak dapat saya beli. Kesimpulan dinyatakan dalam bentuk pemikiran.
Hubungan logika dengan ilmu lainnya Logika dan Psikologi
Psikologi membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif dalam jiwa. Psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berfikir. Logika sebagai cabang ilmu filsafat bertujuan membimbing akal untuk berfikir (bagaimana seharusnya). Untuk dapat berfikir bagaimana seharusnya, kita terlebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia itu berfikir. Disinilah letak hubungan antara psikologi dan logika.
Logika dan Ilmu Bahasa
Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika menyajikan tata cara dan kaidah berfikir secara lurus dan benar. Oleh karena itu, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berfikir logis.