OKTOBER 2019
RINGKASAN PETA JALAN
NATIONALLY DETERMINED CONTRIBUTION MITIGASI
PETA JALAN IMPLEMENTASI
NATIONALLY DETERMINED CONTRIBUTION
MITIGASI
2019
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
2019
PETA JALAN IMPLEMENTASI
NATIONALLY DETERMINED CONTRIBUTION
MITIGASI
Ir. Emma Rachmawaty, M.Sc Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Dipublikasikan oleh :
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Gedung Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 12
Jakarta, 10270 Indonesia Telp/Fax +62-21-572 0194 Bekerja sama dengan :
• Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sekretariat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral; Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi; Ditjen Ketenagalistrikan; Ditjen Migas; Ditjen Minerba
• Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat; Ditjen Cipta Karya
• Kementerian Perhubungan
Sekretariat Jenderal Kementerian Perhubungan;
Ditjen Perhubungan Darat; Ditjen Perhubungan Laut;
Ditjen Perhubungan Udara; Ditjen Perkeretaapiaan
• Kementerian Perindustrian
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri; Ditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil; Ditjen Industri Agro; Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika
• Kementerian Pertanian
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian; Ditjen Tanaman Pangan; Ditjen Hortikultura; Ditjen Perkebunan;
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan; Ditjen Prasarana dan Sarana; Badan Ketahanan Pangan; Badan Karantina Pertanian; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian;
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian
ISBN : 978-623-92535-1-6
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang menggunakan isi maupun memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, baik dalam bentuk fotokopinya, cetak, mikrofilm, elektronik maupun bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau non komersial lainnya dengan mencantumkan sumbernya sebagai berikut :
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (2019). Buku Road Map NDC Mitigasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Daftar Istilah
1. Aforestasi : Pembentukan hutan di area yang sebelumnya bukan merupakan hutan
2. Agroforestry : Perpaduan pengelolaan hutan dengan mengkombinasikan tanaman kayu dengan tanaman pertanian
3. Blended cement : Produk atau jenis semen yang menggunakan bahan baku alternatif
4. Conditional : Aksi mitigasi yang akan dilaksanakan apabila ada bantuan internasional (bersyarat)
5. Deforestasi : Perubahan tutupan hutan dari hutan alam menjadi non hutan alam
6. Degradasi : Perubahan tutupan hutan dari hutan primer menjadi hutan sekunder
7. Direct emission : Emisi gas rumah kaca langsung, yaitu emisi yang terjadi di lokasi yang dibahas atau dilaporkan
8. Driver : Faktor pendorong terjadinya deforestasi dan degradasi hutan 9. Enabling condition : Kondisi yang memungkinkan dan mendukung terlaksananya
kegiatan atau tercapainya sasaran dan tujuan, misalnya kebijakan insentif pendanaan aksi mitigasi
10. Fly ash : Abu terbang, produk samping pembakaran batu bara
11. Hutan primer : Hutan yang belum mengalami gangguan atau campur tangan manusia
12. Hutan sekunder : Hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami 13. Independent producer : Produsen listrik selain PLN
terjadi di tempat lain sebagai akibat adanya kegiatan tersebut 15. Limbah B3 : Limbah yang termasuk dalam kategori bahan berbahaya dan
beracun
16. Paludikultur : Budidaya tanaman di lahan basah
17. Planned deforestation : Perubahan terencana pada tutupan lahan dari hutan alam menjadi non hutan alam karena sebab legal, seperti pada konversi hutan alam menjadi hutan tanaman
18. Pohon pionir : Tumbuhan yang disiapkan untuk mempersiapkan tempat tumbuh bagi jenis tumbuhan suksesi
19. Reforestasi : Pembentukan kembali hutan di areal hutan yang pernah gundul
20. Rewetting gambut : Pembasahan kembali lahan gambut dengan membuat sekat kanal
21. Scrap : Besi/baja tua yang tersisa selama proses produksi dan dapat didaur ulang
22. Slag : Produk samping pengolahan bijih logam
23. Sludge : Limbah padat berupa lumpur, dapat berasal dari kegiatan domestik maupun industri
24. Smelter : Fasilitas pengolahan mineral hasil tambang untuk
meningkatkan kandungan logam hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar
25. Ternak ruminansia : Hewan pemamah biak
26. Unconditional : Aksi mitigasi yang akan dilaksanakan dengan menggunakan kemampuan atau sumber daya dalam negeri (tanpa syarat) 27. Unplanned Deforestation : Perubahan tutupan lahan yang tidak terencana dari hutan alam
menjadi non hutan alam karena sebab ilegal
Daftar Singkatan
1. 3R : Reduce, Reuse, Recycle
2. 4T : Terdepan, Terluar, Terdalam, dan Termarginalkan
3. AE : Anode Effect
4. AFOLU : Agriculture, Forestry and Other Land Use 5. AFR : Alternative Fuels and Raw Materials
6. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 7. APHI : Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia 8. APL : Areal Penggunaan Lain
9. ASDP : Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 10. ATCS : Area Traffic Control System
11. Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 12. BAT : Best Available Technology
13. BAU : Business as Usual
14. BBG : Bahan Bakar Gas
15. BBM : Bahan Bakar Minyak 16. BBN : Bahan Bakar Nabati 17. BEF : Biomass Expansion Factor
18. BF : Blast Furnace
19. BKE : Buana Kontenindo Ekspres
22. BOE : Barrel of Oil Equivalent
23. BOF : Basic Oxygen Furnace
24. BPDPKS : Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit 25. BPKH : Balai Pemantapan Kawasan Hutan
26. BPS : Badan Pusat Statistik 27. BRG : Badan Restorasi Gambut
28. BRT : Bus Rapid Transit
29. BUMD : Badan Usaha Milik Daerah 30. BUMN : Badan Usaha Milik Negara 31. BUR : Biennial Update Report 32. BWI : Bumi Wijaya Indorail 33. CCS : Carbon Capture and Storage
34. CCT : Clean Coal Technology
35. CCUS : Carbon Capture Utilization and Storage 36. CDM : Clean Development Mechanism
37. CGE : Computable General Equilibrium
38. CM1 : Counter Measures 1 (aksi mitigasi emisi gas rumah kaca, skenario unconditional)
39. CM2 : Counter Measures 2 (aksi mitigasi emisi gas rumah kaca, skenario conditional)
40. CNG : Compressed Natural Gas
41. COD : Chemical Oxygen Demand
42. COP-21 : Conference of Parties ke-21
43. CPO : Crude Palm Oil
44. CPP : Central Processing Plant 45. CWPB : Center Work Pre-Bake
46. DDDT : Daya Dukung dan Daya Tampung 47. DDLH : Daya Dukung Lingkungan Hidup 48. Ditjenbun : Direktorat Jenderal Perkebunan 49. DitjenPlan : Direktorat Jenderal Planologi 50. DKI : Daerah Khusus Ibu Kota 51. DLH : Dinas Lingkungan Hidup
52. DOC : Degradable Organic Component atau Degradable Organic Carbon
DAFTAR SINGKATAN
IX
53. DRI : Direct Reduction Iron 54. EAF : Electric Arc Furnace
55. EBT : Energi Baru dan Terbarukan 56. EEDI : Energy Efficiency Design Index 57. ENR : Enchanced Natural Regeneration
58. EOR : Enhanced Oil Recovery
59. ERP : Electronic Road Pricing
60. ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral
61. EU : European Union
62. FCPF : Forest Carbon Partnership Facility
63. FFB : Fresh Fruit Bunch (tandan buah kelapa sawit segar) 64. GAKUM : Direktorat Jenderal Penegakan Hukum KLHK
65. GCF : Green Climate Fund
66. GDP : Gross Domestic Product
67. Gg : Gigagram
68. GJ : Giga Joule
69. GRK : Gas Rumah Kaca
70. HCS : High Carbon Stock
71. HCV : High Conservation Value
72. HGU : Hak Guna Usaha
73. HHBK : Hasil Hutan Bukan Kayu
74. HK : Hutan Konservasi
75. HKm : Hutan Kemasyarakatan
76. HL : Hutan Lindung
77. HP : Hutan Produksi
78. HPH : Hak Pengusahaan Hutan 79. HPK : Hutan Produksi Konversi 80. HPT : Hutan Produksi Terbatas 81. HTI : Hutan Tanaman Industri 82. HTR : Hutan Tanaman Rakyat
83. IBGF : Indeks Biogeofisik
84. ICT : Information and Communication Technology 85. IEH : Indeks Emisi Historis
86. IGCC : Integrated Gasification Combined Cycle
89. IKE : Indeks Konsumsi Energi
90. INDC : Intended Nationally Determined Contribution 91. IP : Intensitas Penanaman
92. IPAL : Instalasi Pegolahan Air Limbah
93. IPCC : Intergovernmental Panel on Climate Change
94. IPLT : Instalasi Pengolahan Limbah Tinja atau Instalasi Pengolahan Lum- pur Tinja
95. IPPU : Industrial Processes and Product Utilization (Proses Industri dan Penggunaan Produk)
96. IPSDH : Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan 97. IPST : Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu
98. ITF : Intermediate Transfer Facility atau Intermediate Treatment Facility 99. ITH : Indeks Tutupan Hutan
100. ITSP : Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan 101. IUPHH-BK : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan - Bukan Kayu 102. IUPHHK-HA : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Alam 103. IUPHHK-HT : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Tanaman 104. IUPHHK-RE : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Restorasi Ekosistem 105. IUPK-S : Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan - Silvopastural
106. IUPL : Izin Usaha Pemafaatan Jasa Lingkungan 107. JAKSTRADA : Kebijakan dan Strategi Daerah
108. JAKSTRANAS : Kebijakan dan Strategi Nasional 109. JPT : Jatim Petroleum Transport 110. KAI : Kereta Api Indonesia 111. KALOG : Kereta Api Logistik
112. KBL : Kendaraan Bermotor Listrik 113. KBS : Krakatau Bandar Samudera 114. KCI : Kereta Commuter Indonesia 115. Kemendag : Kementerian Perdagangan 116. Kemenhub : Kementerian Perhubungan 117. Kemenhut : Kementerian Kehutanan 118. Kemenperin : Kementerian Perindustrian 119. Kementan : Kementerian Pertanian
DAFTAR SINGKATAN
XI
120. KemenESDM : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 121. KH : Kawasan Hutan
122. KK : Kepala Keluarga
123. KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 124. KPH : Kesatuan Pengelolaan Hutan
125. KPHK : Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi 126. KPHL : Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung 127. KPHP : Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi 128. KRL : Kereta Rel Listrik
129. KSDAE : Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem 130. Ktoe : Kilo-tonne oil equivalent
131. LAPAN : Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional 132. LC : Land Clearing (pembukaan lahan)
133. LCEV : Low Carbon Emission Vehicle 134. LCGC : Low Carbon Green Car 135. LFG : Landfill Gas
136. LHK : Lingkungan Hidup dan Kehutanan 137. LHP : Laporan Hasil Penebangan
138. LNG : Liquified Natural Gas 139. LPG : Liquified Petroleum Gas 140. LRT : Light Rapid Transit
141. LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat 142. LTSHE : Lampu Tenaga Surya Hemat Energi
143. MAI : Mean Annual Increment. Riap rata-rata tahunan 144. MCK : Mandi, Cuci, Kakus
145. Migas : Minyak dan Gas bumi 146. Mitan : Minyak tanah
147. MRT : Mass Rapid Transit
148. MRV : Measurement, Reporting and Verification 149. MSS : Multisistem Silvikultur
150. MW : Mega-watt
151. MWp : Mega-watt peak
152. NDC : Nationally Determined Contribution
153. NFI : National Forest Inventory (Inventarisasi Hutan Nasional)
155. NMT : Non Motorized Transport 156. Non-PS : Non-Party Stakeholder 157. OB : Open Burning
158. ODOL : Over Dimension Over Loading 159. PAD : Pendapatan Asli Daerah 160. PBN : Performance Based Navigation
161. PDASHL : Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
162. PDB : Produk Domestik Bruto 163. Pemda : Pemerintah Daerah 164. Pemkot : Pemerintah Kota 165. Pemprov : Pemerintah Provinsi 166. PFCs : Perfluorocarbons
167. PHPL : Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari 168. PIAPS : Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial
169. PIPPIB : Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru 170. PJU : Penerangan Jalan Umum
171. PJUTS : Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya 172. PKG : Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut
173. PKTL : Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan 174. PLN : Perusahaan Listrik Negara
175. PLT EBT : Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru dan Terbarukan 176. PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air
177. PLTB : Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin) 178. PLTBm : Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
179. PLTBn : Pembangkit Listrik Tenaga Bahan Bakar Nabati 180. PLTD : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
181. PLTG : Pembangkit Listrik Tenaga Gas
182. PLTGU : Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap 183. PLTM : Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro 184. PLTMH : Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro 185. PLTP : Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
DAFTAR SINGKATAN
XIII
186. PLTS : Pembangkit Listrik Tenaga Surya 187. PLTSa : Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 188. PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap 189. POME : Palm Oil Mill Effluent
190. PPI : Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim 191. PS : Party Stakeholder
192. PSKL : Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan 193. PTT : Pengelolaan Tanaman Terpadu
194. PUP : Petak Ukur Permanen 195. Pupuk SP-36 : Pupuk Super Fosfat-36 196. PV : Photovoltaic
197. RBP : Result-Based Payment 198. RDF : Refuse Derived Fuel
199. REDD+ : Reduce Emission from Deforestation and Forest Degradation in Developing Countries, and the Role of Conservation, SFM, and Enhancement of Forest Carbon Stocks
200. RENSTRA : Rencana dan Strategi 201. RFC : Reason for Concern
202. RHL : Rehabilitasi Hutan dan Lahan 203. RIL : Reduce Impact Logging
204. RIPIN : Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 205. RKTN : Rencana Kehutanan Tingkat Nasional
206. RON 88 : Research Octane Number 88
207. RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 208. RUEN : Rencana Umum Energi Nasional
209. RWE : Round Wood Equivalent
210. SBNP : Sarana Bantu Navigasi Pelayaran 211. SC : Super Critical
212. SEEMP : Ship Energy Efficiency Management Plan 213. SILIN : Silvikultur Intensif
214. SKK Migas : Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
215. SP : Statistik Pertanian
216. SPTP : Statistik Pertanian Tanaman Pangan 217. SR1.5 : Special Report on Global Warming of 1,5°C
220. TGHK : Tata Guna Hutan Kesepakatan 221. TNC : Third National Communication
222. TNI AD : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat 223. TNI AL : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut 224. TOE : Ton Oil Equivalent
225. TOW : Total Organics in Wastewater
226. TPA : Tempat Pemrosesan/Pengolahan Akhir 227. TPS : Tempat Penampungan Sementara 228. TPS3R : Tempat Pengolahan Sampah 3R 229. TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu 230. TWh : Tera-watt hour
231. UNFCCC : United Nations Framework Convention on Climate Change 232. UPRG : Unit Pelaksana Restorasi Gambut
233. USC : Ultra Super Critical
234. WPK : Wilayah Penilaian Kinerja 235. ZRF : Zero Routine Flaring
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Maksud dan Tujuan ...4
1.3 Ruang Lingkup ...4
1.4 Dasar Hukum ...4
1.5 Proses Penyusunan Roadmap ...5
2. BASELINE EMISI GRK NASIONAL DAN TARGET PENURUNAN EMISI GRK ...7
3. KEBIJAKAN TERKAIT MITIGASI PERUBAHAN IKLIM ...11
3.1 Sektor Energi ...12
3.2 Sektor IPPU ...13
3.3 Sektor Limbah ...14
3.4 Sektor Pertanian, Lahan dan Kehutanan ...14
4.1.1 Baseline dan Target Penurunan Emisi GRK ... 23
4.1.2 Aksi-aksi Mitigasi ... 31
4.1.3 Kesenjangan (Gap) Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Energi ... 45
4.1.4 Kelembagaan Implementasi, Pemantauan, dan Pelaporan Aksi Mitigasi ... 46
4.1.5 Biaya dan Kebutuhan Investasi ... 58
4.1.6 Dampak Implementasi Aksi-aksi Mitigasi Sektor Energi Terhadap Perkembangan Sektor Energi dan Sosio-ekonominya ... 58
4.1.7 Enabling Condition Pencapaian Target NDC Sektor Energi ... 62
4.2 Sektor IPPU (Proses Industri dan Penggunaan Produk) ...63
4.2.1 Baseline dan Target Penurunan Emisi GRK ... 63
4.2.2 Aksi-aksi Mitigasi ... 67
4.2.3 Kesenjangan (Gap) Capaian Penurunan Emisi GRK IPPU dan Target 2030 ... 79
4.2.4 Kelembagaan Implementasi, Pemantauan dan Pelaporan Aksi Mitigasi Sektor IPPU ... 81
4.2.5 Biaya ... 82
4.2.6 Timeline ... 83
4.2.7 Enabling Condition Pencapaian Target NDC Sektor IPPU ... 83
4.3 Sektor Limbah ...84
4.3.1 Baseline dan Target Penurunan Emisi GRK ... 84
4.3.2 Aksi-aksi Mitigasi ... 90
4.3.3 Kesenjangan (Gap) Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah dan Target 2030 ...102
4.3.4 Kelembagaan Implementasi, Pemantauan dan Pelaporan Aksi Mitigasi Sektor Limbah berikut Strategi Pelaksanaan ...104
4.3.5 Biaya ...105
DAFTAR ISI
XVII
4.3.6 Penentuan Provinsi dan Kota/Kabupaten Prioritas untuk Target NDC Sektor
Limbah ...106
4.3.7 Enabling Condition Pencapaian Target NDC Sektor limbah ...110
4.4 Sektor Pertanian, Lahan dan Kehutanan ...122
4.4.1 Baseline dan Target Penurunan Emisi ...122
4.4.2 Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan ...130
4.4.3 Pencegahan Degradasi Hutan ...148
4.4.4 Pengelolaan Hutan Lestari ...153
4.4.5 Peningkatan Cadangan Karbon ...157
4.4.6 Pengelolaan Lahan Gambut ...171
4.4.7 Penurunan Emisi dari Kegiatan Pertanian ...177
4.4.8 Biaya ...183
4.4.9 Pemantauan dan Pelaporan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan ...188
4.4.10 Pemantauan dan Pelaporan Aksi Mitigasi Sektor Pertanian ...200
5. SISTEM PEMANTAUAN, PELAPORAN, DAN VERIFIKASI PELAKSANAAN AKSI MITIGASI ...205
5.1 Pengaturan Kelembagaan untuk Pemantauan dan Pelaporan ...206
5.2 Estimasi Capaian Penurunan Emisi dan/atau Peningkatan Serapan ...208
5.3 Pengaturan Kelembagaan untuk Verifikasi ...208
5.4 Tahapan Pelaksanaan MRV ...209
6. STRATEGI PENDANAAN PENCAPAIAN TARGET NDC ...211
7. DAFTAR PUSTAKA ...213
LAMPIRAN 2. MODELING PENETAPAN EMISI BASELINE DAN MITIGASI NDC UNTUK SEKTOR
PERTANIAN, KEHUTANAN DAN ALIH GUNA LAHAN (AFOLU) ...237
Latar Belakang ...237
Kondisi sektoral ...238
Pertumbuhan penduduk dan ekonomi ...238
Sumber daya lahan dan kehutanan ...239
Sumber daya pertanian ...246
Opsi implementasi NDC sektor AFOLU ...249
Skenario-skenario ...249
Model, data dan asumsi ...252
Hasil ...259
Tata guna lahan ...259
Tingkat emisi ...261
Produksi dan keseimbangan pangan ...262
Produksi kayu ...269
Daftar Pustaka ...271
DAFTAR TABEL
Tabel 3-1 Kebijakan dan peraturan pelaksanaan kegiatan mitigasi sektor energi ... 12
Tabel 3-2 Instrumen kebijakan dan peraturan pelaksanaan mitigasi perubahan iklim sektor IPPU ... 13
Tabel 3-3 Kebijakan dan regulasi terkait aksi mitigasi sektor limbah ... 14
Tabel 3-4 Instrumen kebijakan dan peraturan pelaksanaan kegiatan mitigasi perubahan iklim sektor pertanian, lahan dan kehutanan ... 15
Tabel 4-1 Rincian target penurunan emisi GRK dari kegiatan aksi mitigasi sektor energi ... 30
Tabel 4-2 Rencana pembangunan PLT Panas bumi ... 34
Tabel 4-3 Rencana pembangunan PLTA, PLTM, PLTMH, pump storage ... 34
Tabel 4-4 Rencana pembangunan PLTS ... 34
Tabel 4-5 Rencana pembangunan PLT Bayu ... 35
Tabel 4-6 Rencana pembangunan PLT Bioenergi (biomassa, biogas, sampah) ... 35
Tabel 4-7 Rencana pembangunan PLT CPO ... 35
Tabel 4-8 Rencana pembangunan infrastruktur EBT (jumlah unit). ... 37
Tabel 4-9 Rencana pembangunan infrastruktur EBT (kapasitas) ... 37
Tabel 4-10 Rencana pembangunan infrastruktur EBT (produksi energi) ... 38
dan pelaksana implementasi... 46 Tabel 4-13 Rincian aksi mitigasi subsektor pembangkit listrik: pendanaan, pemantauan,
pelaporan dan verifikasinya ... 47 Tabel 4-14 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi jenis, penanggung jawab, dan
pelaksana implementasi aksi mitigasi ... 47 Tabel 4-15 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi, termasuk elemen pendanaan,
pemantauan, pelaporan dan verifikasi ... 48 Tabel 4-16 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi, penanggung jawab, dan pelaksana ... 49 Tabel 4-17 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi termasuk elemen pendanaan,
pemantauan, pelaporan dan verifikasi ... 50 Tabel 4-18 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi, penanggung jawab, dan pelaksana ... 51 Tabel 4-19 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi termasuk elemen pendanaan,
pemantauan, pelaporan dan verifikasi ... 51 Tabel 4-20 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi, penanggung jawab, dan pelaksana ... 52 Tabel 4-21 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi termasuk elemen pendanaan,
pemantauan, pelaporan dan verifikasi ... 52 Tabel 4-22 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi, penanggung jawab, dan pelaksana ... 53 Tabel 4-23 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi, pemantauan, pelaporan dan
verifikasi (lanjutan)... 54 Tabel 4-24 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi, penanggung jawab, pelaksana ... 54 Tabel 4-25 Rincian aksi mitigasi subsektor transportasi termasuk elemen pendanaan,
pemantauan, pelaporan dan verifikasi ... 55 Tabel 4-26 Aksi mitigasi, penanggung jawab, pelaksana, pendanaan, pemantauan,
pelaporan dan verifikasi subsektor penggunaan energi ... 55 Tabel 4-27 Aksi mitigasi, penanggung jawab, pelaksana, pendanaan, pemantauan,
pelaporan dan verifikasi subsektor penggunaan energi ... 56 Tabel 4-28 Aksi mitigasi, penanggung jawab, pelaksana, pendanaan, pemantauan,
pelaporan dan verifikasi subsektor penggunaan energi ... 56 Tabel 4-29 Aksi mitigasi, penanggung jawab, pelaksana, pendanaan, pemantauan,
pelaporan dan verifikasi subsektor penggunaan energi ... 57
DAFTAR TABEL
XXI
Tabel 4-30 Daftar kode subsektor pada analisis gross output dari aktivitas sektor energi ... 61 Tabel 4-31 Aksi-aksi mitigasi sektor IPPU ... 66 Tabel 4-32 Strategi pelaksanaan mitigasi sektor IPPU dan sistem kelembagaan ... 81 Tabel 4-33 Pemantauan, pelaporan dan verifikasi aksi mitigasi sektor IPPU ... 82 Tabel 4-34 Perkiraan kebutuhan biaya mitigasi sektor IPPU target unconditional (CM 1) ... 82 Tabel 4-35 Rencana target pencapaian aksi mitigasi sektor IPPU ... 83 Tabel 4-36 Rincian target penurunan emisi GRK sektor Limbah ... 88 Tabel 4-37 Aksi-aksi mitigasi pengolahan limbah padat domestik (sampah) untuk target NDC ... 90 Tabel 4-38 Aksi-aksi mitigasi pengolahan limbah cair domestik untuk target NDC ... 94 Tabel 4-39 Aksi-aksi mitigasi pengolahan limbah cair industri untuk target NDC ...100 Tabel 4-40 Penanggung jawab aksi dan strategi pelaksanaan kegiatan mitigasi sektor limbah ...103 Tabel 4-41 Pemantauan dan pelaporan aksi mitigasi sektor limbah ...104 Tabel 4-42 Perkiraan biaya investasi fasilitas penanganan sampah padat domestik untuk
mencapai target mitigasi CM1 (skenario unconditional) ...106 Tabel 4-43 Jumlah sampah yang diolah dan kapasitas PLTSa/RDF di beberapa provinsi dan kota/
kabupaten di Indonesia ...108 Tabel 4-44 Tingkat aktivitas atau faktor pendorong emisi dan serapan pada skenario
BAU, CM1 dan CM2 ...123 Tabel 4-45 Target peningkatan produktivitas komoditas pertanian pada skenario
BAU, CM1 dan CM2 ...125 Tabel 4-46 Target capaian Indeks Penanaman (IP) pada skenario BAU, CM1 dan CM2 ...127 Tabel 4-47 Target penerapan teknologi rendah emisi pada pertanian ...130 Tabel 4-48 Target capaian pengurangan laju deforestasi lahan mineral dan gambut ...130 Tabel 4-49 Nilai IBGF berdasarkan IEH dan ITH ...131 Tabel 4-50 Total luas hutan alam tahun 2017 pada unit pengelolaan menurut
tingkat risiko emisi ...132 Tabel 4-51 Sebaran luas wilayah masih berhutan alam tahun 2017 menurut kategori
tingkat risiko emisi di tujuh wilayah pembangunan hutan ...133
Tabel 4-53 Area yang masih berhutan alam yang berada dalam Kawasan yang sudah
dibebani izin HGU, HTI dan untuk perhutanan sosial (PIAPS). ...137 Tabel 4-54 Opsi pemanfaatan Kawasan yang masih berhutan alam di dalam Kawasan yang
sudah dibebani izin untuk mencapai target penurunan emisi NDC dari deforestasi ...137 Tabel 4-55 Luas hutan alam di dalam dan di luar Kawasan berizin yang dikonservasi
untuk mencapai target penurunan emisi NDC dari deforestasi ...138 Tabel 4-56 Luas lahan berhutan di areal HGU yang perlu dikonservasi untuk
mencapai target CM1 NDC menurut provinsi ...139 Tabel 4-57 Luas lahan berhutan di areal HTI yang perlu dikonservasi untuk
mencapai target CM1 NDC menurut provinsi ...140 Tabel 4-58 Luas lahan berhutan di areal PIAPS yang perlu dikonservasi untuk
mencapai target CM1 NDC menurut provinsi ...141 Tabel 4-59 Jumlah konsesi menurut kategori luasan konsesi dan persentase tutupan hutan ...142 Tabel 4-60 Total luas berhutan menurut kategori luasan konsesi dan persentase tutupan hutan ...143 Tabel 4-61 Persentase dan luas areal berhutan dalam wilayah konsesi yang dikonservasi
untuk mencapai target NDC ...143 Tabel 4-62 Area berhutan dalam unit pengelolaan dengan tingkat risiko emisi agak
tinggi sampai ekstrem tinggi (IBGF 1,0-2,5) menurut provinsi ...144 Tabel 4-63 Target capaian pengurangan laju degradasi hutan di lahan mineral dan gambut...148 Tabel 4-64 Luas hutan primer tahun 2017 di APL, Konservasi, KPH dan non KPH ...148 Tabel 4-65 Luas hutan alam di HPH yang berdasarkan IJE masuk arahan lindung dan produksi ...149 Tabel 4-66 Opsi konservasi hutan primer pada areal konsesi HPH untuk mencapai target NDC ...150 Tabel 4-67 Luas hutan primer di areal HPH yang perlu dikonservasi (tidak ditebang)
untuk mencapai target CM1 NDC menurut provinsi ...150 Tabel 4-68 Jumlah konsesi menurut kategori luas HPH dan persen tutupan hutan primer ...151 Tabel 4-69 Luas hutan primer dalam konsesi menurut kategori luas HPH dan
persen tutupan hutan primer ...152 Tabel 4-70 Luas hutan primer dan skunder menurut tingkat tutupan tajuk hutan
alam di dalam dan luar kawasan hutan ...154
DAFTAR TABEL
XXIII
Tabel 4-71 Target capaian NDC kegiatan aksi pengelolaan hutan lestari ...154 Tabel 4-72 Luas hutan primer dan sekunder tahun 2017 di dalam wilayah HPH ...155 Tabel 4-73 Potensi pelaksanaan kegiatan RIL dan ENR di luar konsesi ...153 Tabel 4-74 Luas lahan kritis dan sangat kritis di dalam dan luar kawasan hutan
di tanah mineral ...158 Tabel 4-75 Target capaian NDC kegiatan aksi rehabilitasi lahan tanpa rotasi ...158 Tabel 4-76 Luas lahan kritis dan sangat kritis di areal KPHL, Non KPH-HL dan konservasi ...159 Tabel 4-77 Sebaran lahan kritis dan sangat kritis di areal KPHL, Non-KPH HL dan Kawasan hutan
konservasi menurut Provinsi ...160 Tabel 4-78 Target capaian NDC kegiatan aksi rehabilitasi lahan dengan rotasi ...162 Tabel 4-79 Luas lahan kritis dan sangat kritis di areal KPHP, Non KPH-HP, APL dan konsesi ...166 Tabel 4-80 Sebaran lahan kritis dan sangat kritis di areal KPH, Non KPH-HP, APL dan
konsesi menurut Provinsi ...166 Tabel 4-81 Luas menurut jenis tutupan lahan di dalam Kawasan IUPHHK-HT tahun 2017 ...168 Tabel 4-82 Target capaian NDC kegiatan aksi peningkatan pembangunan HTI ...169 Tabel 4-83 Sebaran jenis tutupan lahan areal IUPHHK-HT menurut provinsi ...169 Tabel 4-84 Luas lahan gambut menurut jenis tutupan lahan dan tipe Kawasan ...172 Tabel 4-85 Target capaian NDC kegiatan aksi perbaikan tata air lahan gambut ...172 Tabel 4-86 Luas perkebunan dan hutan tanaman di dalam dan di luar areal konsesi
menurut provinsi ...173 Tabel 4-87 Target capaian NDC kegiatan aksi restorasi gambut ...174 Tabel 4-88 Rencana kegiatan restorasi BRG pada tahun 2018 ...176
Tabel 4-89 Faktor emisi CH4 berbagai varietas padi di Indonesia ...178 Tabel 4-90 Target capaian NDC kegiatan aksi mitigasi penggunaan varietas padi rendah emisi ...179 Tabel 4-91 Target capaian NDC kegiatan aksi mitigasi peningkatan sistem pengairan sawah ...180 Tabel 4-92 Target capaian NDC kegiatan aksi mitigasi pemanfaatan limbah ternak untuk biogas ...180 Tabel 4-93 Populasi beberapa jenis ternak (dalam ribuan ekor) tahun 2014-2018 ...181
Tabel 4-96 Biaya per unit berbagai aksi mitigasi NDC sektor kehutanan ...183 Tabel 4-97 Estimasi kebutuhan biaya investasi pelaksanaan aksi mitigasi NDC ...184 Tabel 4-98 Estimasi kebutuhan biaya daur hidup pelaksanaan aksi mitigasi NDC ...185 Tabel 4-99 Biaya per unit target kegiatan mitigasi sektor pertanian...187 Tabel 4-100 Kebutuhan dana pelaksanaan aksi mitigasi NDC sektor pertanian ...187 Tabel 4-101 Rincian arahan pemanfaatan kawasan hutan, pola pemanfaatan,
penanggung jawab/ pelaksana, pembina dan pengawas, pemantauan
dan pelaporan aksi mitigasi ...189 Tabel 4-102 Rincian implementasi aksi mitigasi, perubahan arahan pemanfaatan kawasan
hutan, pola pemanfaatan, penanggung jawab/ pelaksana aksi mitigasi, pembina
dan pengawas aksi mitigasi ...191 Tabel 4-103 Data yang dikumpulkan dan periode pengumpulan data ...199
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Pola pikir penyusunan peta jalan NDC ...5 Gambar 2-1 Emisi pada tahun dasar, baseline dan target penurunan emisi GRK tahun 2030 ...8 Gambar 2-2 Proyeksi emisi baseline (BAU) dan skenario penurunan emisi GRK dengan
kemampuan sendiri (CM1) dan dengan dukungan internasional (CM2) pada
tahun 2010-2030 ...8 Gambar 4-1 Proyeksi konsumsi energi final menurut jenis bahan bakar ... 25 Gambar 4-2 Proyeksi konsumsi energi final (termasuk listrik) menurut subsektor pengguna ... 25
Gambar 4-3 Proyeksi konsumsi energi primer menurut jenis bahan bakar ... 26 Gambar 4-4 Proyeksi emisi GRK dari masing-masing sumber emisi GRK ... 27 Gambar 4-5 Perbandingan proyeksi dan intensitas emisi GRK skenario baseline dan mitigasi ... 28 Gambar 4-6 Target penurunan emisi GRK skenario CM1 (unconditional) tahun 2030
berdasarkan jenis aktivitas mitigasi ... 29 Gambar 4-7 Rencana pemanfaatan Clean Coal Technology ... 33 Gambar 4-8 Proyeksi produksi energi listrik berdasarkan jenis energi di pembangkit... 36 Gambar 4-9 Proyeksi emisi GRK pembangkit pada berbagai skenario ... 36
Gambar 4-11 Proyeksi konsumsi energi subsektor pengguna (tidak termasuk
subsektor transportasi) untuk skenario baseline dan mitigasi ... 42 Gambar 4-12 Proyeksi konsumsi per jenis energi pada subsektor pengguna energi (tidak
termasuk subsektor transportasi) untuk skenario baseline dan mitigasi ... 42 Gambar 4-13 Proyeksi emisi GRK subsektor pengguna (tidak termasuk subsektor
transportasi) untuk skenario baseline dan mitigasi ... 43 Gambar 4-14 Proyeksi emisi GRK subsektor pengguna energi berdasarkan jenis bahan bakar
(tidak termasuk subsektor transportasi) untuk skenario baseline dan mitigasi ... 43 Gambar 4-15 Proyeksi penggunaan energi final di industri skenario baseline dan mitigasi ... 44 Gambar 4-16 Potensi penurunan emisi subsektor penggunaan energi di Industri tahun 2030 ... 44 Gambar 4-17 Status penurunan emisi GRK sektor energi periode 2010-2016 ... 45 Gambar 4-18 Proyeksi perubahan struktur ekonomi Indonesia... 59 Gambar 4-19 Proyeksi PDB skenario baseline dan mitigasi unconditional (CM1) ... 59 Gambar 4-20 Proyeksi perbandingan penyerapan tenaga kerja skenario baseline dan mitigasi ... 60 Gambar 4-21 Perbandingan rasio output per subsektor (skenario baseline dan mitigasi)
pada tahun 2030 terhadap tahun 2010 ... 60 Gambar 4-22 Perkembangan kapasitas produksi dan konsumsi produk dan proyeksinya ... 63 Gambar 4-23 Proyeksi dan intensitas emisi GRK IPPU skenario baseline dan mitigasi ... 64 Gambar 4-24 Proyeksi tingkat emisi GRK IPPU dan target penurunan emisi GRK ... 65 Gambar 4-25 Alokasi target penurunan emisi GRK sektor IPPU ... 65
Gambar 4-26 Faktor emisi juta ton CO2e/ton produk dan rasio klinker/semen ... 68 Gambar 4-27 Proyeksi emisi GRK IPPU pada skenario baseline dan mitigasi, serta potensi
penurunannya di industri semen ... 68 Gambar 4-28 Potensi penerapan blended cement dan penurunan emisi GRK IPPU ... 69 Gambar 4-29 Intensitas kebutuhan gas alam pada ammonia plant Indonesia ... 71 Gambar 4-30 CO2 recovery dan faktor emisi GRK IPPU baseline dan mitigasi ... 71
DAFTAR GAMBAR
XXVII
Gambar 4-31 Intensitas kebutuhan gas alam oleh ammonia plant dan emisi GRK IPPU ... 72 Gambar 4-32 Profil perkembangan industri pupuk dan tingkat emisi baseline dan mitigasi ... 72 Gambar 4-33 Potensi perbaikan teknologi ammonia plant dan penurunan emisi GRK IPPU ... 73 Gambar 4-34 Profil produksi asam nitrat dan intensitas emisi GRK baseline dan mitigasi ... 74
Gambar 4-35 Profil emisi N2O baseline dan mitigasi industri asam nitrat ... 74 Gambar 4-36 Potensi perbaikan teknologi ammonia plant dan penurunan emisi GRK IPPU ... 75 Gambar 4-37 Profil pengoperasian sistem proses dan produksi crude steel di Indonesia ... 76
Gambar 4-38 Proyeksi produksi crude steel dan tingkat emisi CO2 IPPU industri besi baja ... 76 Gambar 4-39 Potensi penggunaan scrap di industri besi baja dan penurunan emisi IPPU ... 77 Gambar 4-40 Profil produksi dan faktor emisi PFCs di industri aluminium Indonesia ... 78 Gambar 4-41 Emisi PFCs IPPU dan potensi penurunannya di industri aluminium Indonesia ... 78 Gambar 4-42 Potensi penurunan tingkat emisi PFCs dari proyek CDM di industri aluminium
dan kontribusinya dalam mencapai target NDC conditional (CM2) ... 79 Gambar 4-43 Tingkat emisi GRK baseline, skenario mitigasi dan inventarisasi sektor IPPU ... 80 Gambar 4-44 Tingkat emisi, target dan capaian penurunan emisi GRK sektor IPPU ... 80 Gambar 4-45 Sumber-sumber emisi GRK sektor limbah ... 84 Gambar 4-46 Proyeksi tingkat emisi GRK sektor limbah, skenario BAU, CM1, dan CM2 ... 86 Gambar 4-47 Tingkat emisi GRK sektor limbah, proyeksi dan target penurunannya ... 87 Gambar 4-48 Alokasi target penurunan emisi GRK sektor Limbah ... 87 Gambar 4-49 Pengelolaan sampah berdasarkan teknologi pengolahan, skenario baseline ... 91 Gambar 4-50 Proyeksi timbulan sampah dan teknologi pengolahannya, skenario mitigasi ... 91 Gambar 4-51 Emisi GRK pengolahan sampah, skenario baseline dan mitigasi ... 92 Gambar 4-52 Proyeksi emisi GRK berdasarkan aksi mitigasi ... 92 Gambar 4-53 Alokasi target penurunan emisi GRK mitigasi CM1 subsektor sampah dan
roadmap pembangunan fasilitas mitigasi ... 93 Gambar 4-54 Sumber emisi GRK pada pengolahan limbah cair domestik di Indonesia ... 93
Gambar 4-56 Proyeksi perkembangan pengolahan limbah cair domestik menurut jenis
teknologi pengolahan, skenario mitigasi ... 96 Gambar 4-57 Proyeksi emisi GRK subsektor pengolahan limbah cair domestik, skenario
baseline dan mitigasi ... 95 Gambar 4-58 Alokasi target penurunan emisi GRK subsektor pengolahan limbah cair
domestik tahun 2030 ... 96 Gambar 4-59 Proyeksi perkembangan pengolahan limbah padat industri pulp dan
kertas menurut jenis teknologi pengolahan, skenario BAU ... 97 Gambar 4-60 Proyeksi perkembangan pengolahan limbah padat industri pulp dan
kertas menurut jenis teknologi pengolahan, skenario mitigasi ... 97 Gambar 4-61 Proyeksi perkembangan emisi GRK pengolahan limbah padat industri
pulp dan kertas ... 98 Gambar 4-62 Target penurunan emisi GRK CM1 limbah padat industri ... 98 Gambar 4-63 Proyeksi banyaknya limbah cair yang diolah, menurut jenis industri ... 99 Gambar 4-64 Proyeksi emisi GRK pengolahan limbah cair industri skenario baseline
dan skenario mitigasi...100 Gambar 4-65 Target penurunan emisi GRK CM1 limbah cair industri ...101 Gambar 4-66 Capaian penurunan emisi sektor limbah dibandingkan target CM1...102 Gambar 4-67 Capaian penurunan emisi sektor limbah dibandingkan target CM2...102 Gambar 4-68 Persentase sebaran penduduk Indonesia berdasarkan provinsi ...107 Gambar 4-68.a Penjadwalan pembangunan PLTSa ...109 Gambar 4-69 Proyeksi emisi pada skenario baseline (BAU) dan mitigasi (CM1 dan CM2)
2010-2030 sektor pertanian, lahan dan kehutanan ...122 Gambar 4-70 Perubahan luas tutupan lahan 2010-2030 pada skenario BAU, CM1 dan CM2 ...129 Gambar 4-71 Sebaran wilayah unit pengelolaan menurut tingkat risiko emisi ...132 Gambar 4-72 Tingkat risiko emisi berdasarkan Indeks Biogeofisik (IBGF) pada wilayah
masih berhutan di setiap unit pengelolaan ...133
DAFTAR GAMBAR
XXIX
Gambar 4-73 Persentase luasan lahan yang masih berhutan alam di areal konsesi yang
perlu dikonservasi untuk mencapai target CM1 NDC ...139 Gambar 4-74 Proses restorasi gambut ...174 Gambar 4-75 Kelembagaan kegiatan pemantauan dan pelaporan di sektor kehutanan ...199 Gambar 4-76 Alur pelaporan data statistik budidaya tanaman pangan ...201 Gambar 4-77 Alur pengumpulan dan pelaporan data peternakan ...202 Gambar 5-1 Alur pelaporan capaian kegiatan mitigasi dan adaptasi yang dilakukan
oleh kementerian dan lembaga ...207 Gambar 6-1 Alur pendanaan kegiatan pencapaian Target NDC...211 Gambar 6-2 Strategi pendanaan pencapaian target NDC ...212
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pertemuan Negara Pihak Konvensi Perubahan Iklim di Paris tahun 2015 (COP 21 UNFCCC) menyepakati Persetujuan Paris (Paris Agreement) dengan tujuan yang tercantum pada Pasal 2 ayat (a) menahan kenaikan suhu global dari tingkat suhu era pra-industri di bawah 2°C dan terus berupaya untuk membatasi kenaikan suhu sampai 1,5°C.
Pemerintah Indonesia sebagai salah satu negara pihak dari UNFCCC telah meratifikasi Paris Agreement melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016. Untuk menjalankan amanah dari peraturan tersebut, Indonesia telah menyampaikan komitmen nasional untuk berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim melalui the First NDC (Nationally Determined Contribution) pada bulan November 2016. Komitmen tersebut merupakan wujud kepedulian Indonesia terhadap masalah pemanasan global dan perubahan iklim yang akan mengancam keberlanjutan kehidupan manusia.
NDC Indonesia memuat elemen adaptasi, mitigasi, informasi untuk memfasilitasi Clarity, Transparency and Understanding, Kerangka Transparansi dan Kerjasama Internasional. Untuk elemen mitigasi, Pemerintah Indonesia ber- komitmen melaksanakan pembangunan rendah emisi GRK dan berketahanan iklim dengan target penurunan emisi GRK pada tahun 2030 sebesar 29%
melalui upaya-upaya dengan kemampuan sendiri yang digambarkan sebagai skenario unconditional (CM1) dan sampai dengan 41% melalui upaya-upaya dengan dukungan internasional yang digambarkan sebagai skenario conditional (CM2) dibanding emisi baseline yang digambarkan sebagai skenario business as usual (BAU) (KLHK, 2016). Target penurunan emisi GRK tersebut akan dicapai dari sektor kehutanan, energi, limbah, proses industri dan penggunaan produk dan pertanian. Untuk dapat mengimplementasikan NDC elemen mitigasi, berbagai perangkat kebijakan dan peraturan telah diterbitkan oleh pemerintah.
Upaya Kementerian/Lembaga untuk mencapai target penurunan emisi GRK
1
Pada tahun 2018, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menerbitkan hasil kajian ilmiah yang dituangkan dalam dokumen Special Report on Global Warming of 1,5°C (SR1.5), menunjukkan betapa seriusnya permasalahan perubahan iklim ini untuk ditangani bersama. Seluruh masyarakat dunia harus mampu untuk menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sampai pada tingkat keseimbangan antara serapan GRK dan emisi GRK paling lambat pada tiga perempat abad 21. Kondisi ini harus dicapai untuk dapat menghindari kenaikan suhu global dibanding dengan rata-rata era pra-industri tidak melewati 1,5°C.
Dokumen SR1.5 menjelaskan lima implikasi besar yang perlu menjadi perhatian masyarakat dunia akibat dari pemanasan global (Kotak 1). Kegagalan untuk menahan kenaikan suhu di bawah 1,5°C akan mengancam keberlanjutan kehidupan. Dokumen tersebut memperkuat basis ilmiah dalam mendukung pencapaian tujuan Paris Agreement.
3
PENDAHULUAN
KOTAK 1. Lima Implikasi Besar Dampak Kenaikan Suhu Global
Kenaikan suhu global telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Bukti dan fakta ilmiah yang dikumpulkan oleh IPCC dan disampaikan dalam Laporan Khusus Pemanasan Global 1,5°C secara jelas menunjukkan dampak yang ditimbul- kan oleh pemanasan global dan perubahan iklim sudah nyata. Pada saat ini kenaikan suhu global dari suhu rata-rata era pra-industri sudah mencapai 1°C. Kejadian cuaca dan iklim ekstrem semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia dengan intensitas yang lebih kuat dan telah menimbulkan dampak yang sangat besar. Sebagai contoh, data kejadian pemutihan terumbu karang (coral bleaching) akibat kenaikan suhu laut menunjukkan bahwa cakupan wilayah terkena dampak fenomena kenaikan suhu laut berkorelasi nyata dengan tingkat kenaikan suhu global. Fenomena kenaikan suhu laut yang terjadi pada tahun 1980 dimana pada saat itu kenaikan suhu global baru 0,4°C, coral bleaching masih bersifat lokal dan terisolasi. Kejadian yang sama pada tahun 1998 dimana saat itu kenaikan suhu global sudah mencapai 0,6°C, untuk pertama kalinya menimbulkan coral bleaching yang meluas (global). Kemudian tahun 2016-2017 dimana kenaikan suhu global sudah mencapai 1°C, kejadian yang serupa telah menimbulkan coral bleaching yang ke semua kawasan ekosistem. Fenomena lain yaitu punah atau meledaknya spesies tertentu juga sudah ditemukan di beberapa ekosistem darat.
Dalam Laporan Khusus IPCC untuk Pemanasan Global 1,5°C (SR1.5) yang disusun berdasarkan pada data dari ratusan literatur, mengemukakan lima implikasi besar dari kenaikan suhu global di atas 1,5°C. Ke lima implikasi tersebut dinya- takan dalam bentuk diagram tingkat risiko yaitu besarnya tingkat risiko yang akan terjadi akibat kenaikan suhu global melebihi 1,5°C (Gambar K1-1). Ke lima implikasi ini disebut sebagai reason for concern atau RFC, yaitu lima hal kenapa kita harus peduli terhadap masalah pemanasan global ini.
Gambar K1-1. Lima implikasi besar dampak kenaikan suhu global https://www.ipcc.ch/sr15/chapter/summary-for-policy-makers/
• RFC1-Unique/Threatened System: Ancaman terhadap keberadaan ekosistem khusus/endemic atau khas (diantaranya:
terumbu karang, Arktik dan penduduk asli, gletser, dan hotspot keanekaragaman hayati)
• RFC2-Extreme events: Kejadian cuaca ekstrem yang berisiko/berdampak besar terhadap kesehatan manusia, mata pencaharian, aset, dan ekosistem seperti gelombang panas, hujan lebat, kekeringan dan kebakaran hutan terkait, dan banjir pesisir.
• RFC3-Distribution impact: Distribusi dampak yang tidak merata karena adanya perbedaan tingkat keterpaparan, kerentanan dan perubahan karakteristik iklim – semakin besarnya senjang antara negara kaya dan miskin dan ketidak merataan kesejahteraan.
• RFC4-Agregate impact: Dampak agregat global: kerusakan moneter global, degradasi skala global dan hilangnya ekosistem dan keanekaragaman hayati.
• RFC5-Singular events: Peristiwa tunggal berskala besar, perubahan yang besar yang tiba-tiba dan kadang-kadang tidak dapat pulih kembali, seperti disintegrasi Greenland dan lapisan es Antartika.
Gambar K1-1 menunjukkan besar perubahan tingkat risiko terkait dengan ke lima RFC. Dapat dilihat dengan kenaikan suhu di atas 2°C, tingkat ancaman dan besar risiko sudah tinggi dan sangat tinggi untuk hampir semua RFC.
pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha maupun masyarakat dalam upaya pencapaian target NDC melalui penyediaan informasi tentang perencanaan, tata waktu dan penetapan target penurunan emisi GRK secara rinci per subsektor serta identifikasi seluruh aspek yang mendukung pencapaian target.
1.3 Ruang Lingkup
Dokumen Peta Jalan mencakup strategi pelaksanaan mitigasi semua sektor dalam NDC termasuk kegiatan pendukung yang dapat dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk mencapai target NDC.
1.4 Dasar Hukum
Dasar hukum penyusunan dokumen Peta Jalan NDC adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3557);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4);
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim).
Kerangka peraturan untuk pelaksanaan kegiatan mitigasi perubahan iklim yang dikeluarkan pemerintah diantaranya adalah:
1. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;
2. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup.
5
PENDAHULUAN
1.5 Proses Penyusunan Roadmap
Penyusunan Dokumen Peta Jalan NDC dilakukan melalui berbagai tahapan proses yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut, yaitu (i) analisis data dan informasi tingkat nasional, sub-nasional maupun sektoral terkait perubahan iklim, (ii) review terhadap rencana aksi (tindakan dan teknologi) mitigasi yang ada dan potensial dan melakukan tagging terhadap RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), dan (iii) evaluasi rencana aksi-aksi mitigasi dan analisis senjang (gap analysis) terhadap target NDC dan terhadap dampak (emisi dan sosial-ekonomi) dan kebutuhan sumber daya sebagaimana ditunjukan pada Gambar 1-1.
Hasil evaluasi dan analisis yang dilakukan dan diterjemahkan dalam strategi dan rekomendasi pelaksanaan NDC dikonsultasikan kepada berbagai pemangku kepentingan mencakup Kementerian/
Lembaga, pemerintah daerah serta sektor swasta melalui asosiasi industri dan pelaku usaha. Konsultasi juga menjadi sarana menjaring masukan mengenai potensi aksi-aksi mitigasi baru, menyusun aksi- aksi mitigasi prioritas, dan mekanisme pembiayaan dan MRV (Measurement, Reporting and Verification) di masing-masing sektor.
Gambar 1-1
Pola pikir penyusunan peta jalan NDC
Kajian sektor terkait perubahan iklim saat ini
dan masa mendatang
ROAD MAP Implementasi NDC Overview Kondisi Sektor:
• Proyeksi kondisi fisik
• Emisi per sektor dan proyeksinya
• Rencana Aksi Mitigasi dan Target NDC
GAP Analysis:
• Evaluasi implementasi aksi mitigasi dan capaiannya reduksi emisi
• Senjang antara capaian dan target Tagging
(RPJMN)
Review Rencana Aksi-aksi Mitigasi
NDC
Identifikasi Gagasan-gagasan baru aksi Mitigasi
Sumber Daya:
• SDA
• Pendanaan dan mekanismenya
• SDM dan Institutional Arrangement Dampak:
• Reduksi emisi GRK
• Sosial-ekonomi (makro)
Identifikasi Pelaksana Aksi
Mitigasi dan Institutional Arragement Kebutuhan
Regulasi Kebutuhan
Pembiayaan
Baseline Emisi GRK Nasional
dan Target Penurunan Emisi GRK
The First NDC Indonesia merupakan hasil transformasi INDC (Intended Nationally Determined Contribution) yang disampaikan Pemerintah Indonesia kepada UNFCCC pada bulan September 2015, dengan beberapa perubahan untuk lebih merinci rencana aksi mitigasi dan target penurunan emisi GRK dalam memenuhi kaidah kerangka transparansi.
Komitmen Indonesia di dalam menurunkan tingkat emisi GRK pada tahun 2030 dengan kemampuan sendiri sebesar 29% (CM1) dan dengan dukungan interna- sional sampai dengan 41% (CM2) di bawah tingkat emisi baseline (Gambar 2-1).
Tanpa adanya kebijakan mitigasi (skenario baseline), tingkat emisi GRK Indonesia akan meningkat dari 1.334 juta ton CO2epada tahun 2010 menjadi 2.869 juta ton CO2e pada tahun 2030.
Tingkat emisi skenario baseline dan emisi skenario mitigasi CM1 dan CM2 untuk setiap sektor dalam menuju target penurunan emisi GRK 29% dan sampai dengan 41% disajikan pada Gambar 2-2.
2
Emisi (juta ton CO2e)
Lahan dan kehutanan Pertanian Limbah IPPU Energi
2010 2030
500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000
BAU CM1 CM2
Gambar 2-2
Proyeksi emisi baseline (BAU) dan skenario penurunan emisi GRK dengan kemampuan sendiri (CM1) dan dengan dukungan internasional (CM2) pada tahun 2010-2030
0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030
) 2 M C ( l a n o it i d n o C )
1 M C ( l a n o it i d n o c n U U
A B Emisi (juta ton CO2e)
Energi IPPU Limbah Pertanian Lahan & Kehutanan
9
BASELINE EMISI GRK NASIONAL DAN TARGET PENURUNAN EMISI GRK
Prioritisasi mitigasi pada NDC diarahkan kepada kebijakan dan kegiatan-kegiatan potensial yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap penurunan emisi GRK. Merujuk Gambar 2-2, dapat dilihat bahwa upaya-upaya pencapaian target penurunan emisi GRK CM1 dan CM2 akan banyak dilakukan melalui sektor lahan dan kehutanan dan sektor energi, sedangkan sumbangan tiga sektor lainnya relatif kecil. Untuk mencapai target penurunan emisi GRK 29%, sektor lahan dan kehutanan akan menyumbang sebesar 17,2% sedangkan sektor energi sebesar 11% dan sisa target penurunan emisi sebesar 1% dilakukan melalui tiga sektor lainnya, yaitu limbah, IPPU dan pertanian. Secara lebih rinci, emisi baseline dan target penurunan emisi GRK tahunan dalam menuju target tahun 2030 untuk setiap sektor dapat dilihat pada Tabel 2-1.
Tabel 2-1
Tingkat emisi GRK skenario BAU, CM1 dan CM2
Baseline dan Target Penurunan Emisi GRK (juta ton CO2e)
Kumulatif
2020 2022 2024 2026 2028 2030
Emisi BAU-Semua Sektor
(juta ton CO2e) 1.986 2.096 2.265 2.447 2.644 2.869
PE-CM1 (% BAU) 22,3 25,3 27,5 28,8 29,0 29
PE-CM2 (% BAU) 34,8 38,8 40,2 40,7 39,7 38
BAU-Energi (juta ton CO2e) 904 1.031 1.177 1.331 1.490 1.669
PE-CM1 (% BAU) 6,0 7,9 9,7 10,7 10,8 11
PE-CM2 (% BAU) 7,7 10,1 12,5 13,8 13,9 14
BAU-IPPU (juta ton CO2e) 59 61 64 66 68 70
PE-CM1 (% BAU) 0,11 0,12 0,11 0,11 0,10 0,10
PE-CM2 (% BAU) 0,13 0,14 0,13 0,13 0,12 0,11
BAU-Limbah (juta ton CO2e) 143 162 185 213 250 296
PE-CM1 (% BAU) 0,09 0,15 0,21 0,25 0,31 0,38
PE-CM2 (% BAU) 0,09 0,15 0,21 0,42 0,67 1
BAU-Pertanian (juta ton CO2e) 116 116 117 117 119 120
PE-CM1 (% BAU) 0,16 0,19 0,22 0,25 0,29 0,32
PE-CM2 (% BAU)1 0,04 0,03 0,06 0,08 0,11 0,13
BAU-Kehutanan (juta ton CO2e) 764 726 723 720 717 714
PE-CM1 (% BAU)2 16,0 17,0 17,3 17,4 17,5 17,2
PE-CM2 (% BAU) 26,8 28,4 27,3 26,2 25,0 23
Catatan: 1Target penurunan emisi CM2 lebih rendah dari CM1 karena perluasan areal lahan sawah di luar Jawa pada CM2 lebih tinggi dari CM1 sebagai bagian dari upaya menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor beras pada tahun 2030. Dalam CM1, produksi targetnya hanya menjaga swasembada beras. Selain itu, konversi lahan sawah di Jawa juga jauh lebih rendah pada CM2 dibandingkan dengan CM1 dan BAU sehingga luas sawah di CM2 menjadi jauh lebih tinggi dari CM1 (Lihat Lampiran 2). Dengan demikian tingkat emisi CH4 dari budidaya padi pada CM2 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan CM1. Tingkat aksi mitigasi pada CM2 tidak cukup besar untuk mengimbangi peningkatan emisinya sehingga target penurunan emisi CM2 menjadi lebih rendah.
2Persentase penurunan emisi GRK pada tahun 2030 relatif lebih rendah dibandingkan dengan dengan tahun 2026 dan 2028 karena perhitungan persentase emisi GRK berdasarkan persentase penurunan emisi GRK terhadap tingkat emisi baseline di tahun bersangkutan yang besarnya sudah lebih rendah dibandingkan dengan emisi baseline 2026. Emisi baseline sudah mengalami penurunan dari tahun 2020.
3 Kebijakan terkait Mitigasi
PERUBAHAN IKLIM
pelaksanaan aksi mitigasi di sektor energi, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan aksi mitigasi pada penggunaan energi baru dan terbarukan dan konservasi energi. Secara ringkas kebijakan utama tersebut dapat dilihat pada Tabel 3-1.
Tabel 3-1
Kebijakan dan peraturan pelaksanaan kegiatan mitigasi sektor energi
Aksi Mitigasi Instrumen Kebijakan Deskripsi
Penerapan energi baru terbarukan pada bangunan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 49
Tahun 2018 tentang Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Mengatur usaha penerapan PLTS, termasuk dalam skala kecil Peraturan Menteri ESDM Nomor 12
Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan serta Konservasi Energi
Mengatur penyediaan lampu tenaga surya ke masyarakat yang tidak memiliki akses listrik
Penerapan energi baru terbarukan di subsektor transportasi
Peraturan Menteri ESDM Nomor 41 Tahun 2018 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel dalam Kerangka Pembiayaan oleh Badan Pengelolaan Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit
Mengatur penyediaan dan
pemanfaatan biodiesel melalui dana BPDP kelapa sawit
Keputusan Presiden Nomor 66 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2015 tentang Pengumpulan dan Pemanfaatan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
Mengatur pengumpulan dan penggunaan dana di BPDP kelapa sawit, termasuk diantaranya untuk pengembangan biofuel
Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
Mengatur pemanfaatan dan administrasi bahan bakar nabati
Peningkatan penerapan energi baru terbarukan dan konservasi energi
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi
Nasional
Penetapan rencana bauran energi termasuk porsi energi baru terbarukan sebanyak 23% di tahun 2025 dan 31% di tahun 2050 Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2018
tentang Perubahan Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru Terbaru- kan dan Konservasi Energi
Mengatur pelaksanaan pemanfaatan energi baru
terbarukan serta konservasi energi, termasuk pembelian listrik berbasis energi baru terbarukan
Penerapan efisiensi energi
Peraturan Menteri ESDM Nomor 57 Tahun 2017 tentang Standar Kinerja Energi Minimum dan Pencantuman Label Hemat Energi untuk Pendingin Udara
Mengatur standar dan pemberian label pada pendingin udara yang efisien energinya
13
KEBIJAKAN TERKAIT Mitigasi PERUBAHAN IKLIM
3.2 Sektor IPPU
Dalam mendukung dan memfasilitasi aksi mitigasi penurunan emisi GRK di sektor IPPU, pemerintah telah menyusun dan menerbitkan kebijakan yang secara langsung maupun tidak langsung mendorong implementasi aksi-aksi mitigasi. Kebijakan yang diterbitkan dalam bentuk Peraturan Menteri sebagaimana disajikan pada Tabel 3-2.
Tabel 3-2
Instrumen kebijakan dan peraturan pelaksanaan mitigasi perubahan iklim sektor IPPU
Aksi Mitigasi Instrumen Kebijakan Deskripsi Pengembangan
industri hijau di industri semen
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 512 Tahun 2015 tentang Penetapan Standar Industri Hijau untuk Semen Portland
Menjelaskan kriteria industri hijau, metode verifikasi, serta persyaratan umum untuk industri semen terintegrasi
Pengembangan industri hijau di industri pupuk tunggal hara