SC & USC
4.2 Sektor IPPU (Proses Industri dan Penggunaan Produk)
4.2.2 Aksi-aksi Mitigasi
4.2.2.1 Mitigasi Utama
67
STRATEGI PELAKSANAAN
Gambar 4-26
Faktor emisi juta ton CO2e/ton produk dan rasio klinker/semen
0,70 0,72 0,74 0,76 0,78 0,80 0,82 0,84 0,86
0,40 0,41 0,42 0,43 0,44 0,45 0,46
2010 2015 2020 2025 2030
rasio ton klinker/ton semen Faktor Emisi GRK Ton
CO2e/Ton semen
Faktor emisi baseline Realisasi faktor emisi Faktor emisi target
Rasio klinker/semen baseline Realisasi rasio klinker/semen Rasio klinker/semen target
Gambar 4-27
Proyeksi emisi GRK IPPU pada skenario baseline dan mitigasi, serta potensi penurunannya di industri semen
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
2010 2015 2020 2025 2030
Tingkat Emisi GRK (Juta ton CO2e) Penurunan Emisi GRK (Ton CO2e)
Realisasi reduksi Potensi reduksi CDM
Proyeksi emisi baseline Proyeksi emisi mitigasi Inventarisasi emisi
69
STRATEGI PELAKSANAAN
Tingkat emisi baseline dan realisasi penurunan emisi yang terjadi di industri semen sampai dengan tahun 2016 menunjukkan rata-rata industri semen telah memenuhi salah satu standar komponen industri hijau karena rerata faktor emisi produksi semen berada pada rentang 0,421 - 0,452 ton CO2/ton cementitious. Mitigasi ‘blended cement’ juga telah dilakukan industri semen melalui mekanisme proyek CDM (clean development mechanism). Proyek CDM tersebut berakhir tahun 2017 sehingga potensi penurunan emisi GRK IPPU tersebut dapat dimasukan ke dalam target NDC di dalam menurunkan emisi GRK IPPU.
Untuk memenuhi target penurunan emisi Sektor IPPU, kontribusi industri semen dengan program blended cement adalah 1,73 juta ton CO2e untuk mitigasi CM1 dan 1,90 juta ton CO2e untuk mitigasi CM2.
Target CM1 sudah dapat dicapai dengan menerapkan blended cement pada 50% kapasitas produksi semen nasional sedangkan target CM2 dapat dicapai dengan menerapkan blended cement pada 55%
kapasitas produksi semen nasional (Gambar 4-28). Hasil inventarisasi emisi GRK menunjukkan bahwa penurunan emisi GRK di tahun 2016 mencapai 1,68 juta ton CO2e (mendekati target unconditional).
Gambar 4-28
Potensi penerapan blended cement dan penurunan emisi GRK IPPU
3,45 Juta Ton CO2e (100 % produksi
semen) 1,73 Juta Ton CO2e (50% produksi
semen)
penurunan
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5
2030
reduksi emisi (Juta Ton CO2e)
Potensi reduksi Reduksi CM1 Reduksi CM2
Perbaikan Teknologi Ammonia Plant
Tingkat emisi CO2 kegiatan IPPU ammonia plant dari seluruh industri pupuk di Indonesia pada tahun 2010 (base year) diperkirakan mencapai 9,15 juta ton CO2e (2nd BUR, KLHK 2018). Emisi CO2 tersebut (inventarisasi maupun proyeksi skenario mitigasi) naik sejalan dengan perkembangan kapasitas produksi amonia dan urea yang bergantung pada emisi CO2 yang terbentuk pada proses produksi amonia dan berapa besar recovery emisi CO2 untuk proses produksi urea. Kenaikan tingkat emisi CO2 tersebut lebih landai dibandingkan kenaikan emisi apabila tidak ada perbaikan teknologi, pengoperasian pabrik baru, perbaikan managemen produksi, dan kebijakan/regulasi yang mengarah kepada penurunan emisi CO2
Proyeksi emisi GRK IPPU ammonia plant di tahun 2030 untuk skenario baseline disusun dengan asumsi tidak ada perbaikan teknologi selama 2010-2030 namun pabrik tua yang akan diganti dengan pabrik baru yang lebih efisien menggunakan gas alam sebagai bahan baku dan bahan bakar di ammonia plant selama periode tersebut tidak dimasukan ke dalam baseline. Skenario mitigasi mempertimbangkan perbaikan teknologi dan pengoperasian pabrik baru yang direncanakan masing-masing perusahaan termasuk mengintegrasikan pabrik amonia stand alone dengan pabrik urea yang mengasorb CO2. Target penurunan emisi GRK IPPU pada proses produksi amonia yang dipertimbangkan dalam NDC Indonesia adalah per- baikan teknologi (new/advance technology) dan pengoperasian pabrik baru.
Data-data tingkat pabrik (Gambar 4-29) menunjukkan bahwa pada tahun 2010 kebutuhan gas alam rata-rata pabrik amonia (tidak termasuk pabrik tua yang phase out digantikan pabrik baru) di Indonesia adalah 45,12 GJ/ton NH3 (intensitas tertinggi) dan 33,62 GJ/ton NH3 (intensitas terendah). Pada tingkat kebutuhan gas alam tersebut, masih terdapat ruang untuk peningkatan teknologi. Pada rentang waktu 2010-2030, cukup banyak perbaikan teknologi yang telah dilakukan dan direncanakan indutri pupuk di Indonesia. Intensitas kebutuhan gas alam rata-rata di Indonesia turun menjadi 39,2 GJ/ton NH3 dimana beberapa pabrik baru telah mencapai intensitas lebih rendah dibandingkan angka default IPCC 2016 Guideline, rata-rata dunia dan Eropa, namun masih di atas rata-rata BAT (best available technology).
Intensitas kebutuhan gas alam rata-rata di tahun 2010 digunakan sebagai basis penghitungan proyeksi emisi baseline sedangkan intensitas konsumsi gas alam rata-rata 2010-2030 digunakan untuk penghitungan proyeksi emisi mitigasi yang penghitungannya juga mempertimbangkan factor recovery CO2 urea plant (Gambar 4-30). Intensitas kebutuhan gas alam rata-rata dan emisi GRK IPPU rata-rata pabrik pupuk di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4-31.
Profil tahunan perkembangan dan proyeksi kapasitas produksi amonia dan urea dari seluruh industri pupuk di Indonesia berikut tingkat emisi GRK IPPU yang dilepaskan sampai dengan 2030 disampaikan pada Gambar 4-32. Pada Gambar 4-32 dapat dilihat bahwa tingkat emisi, hasil inventarisasi emisi GRK IPPU dan proyeksinya sampai dengan 2030 cenderung naik dengan tingkat pertumbuhan lebih rendah dibandingkan emisi yang terjadi jika tidak ada mitigasi perbaikan teknologi di ammonia plant yang menunjukkan adanya penurunan emisi.
71
STRATEGI PELAKSANAAN
Gambar 4-29
Intensitas kebutuhan gas alam pada ammonia plant Indonesia
0 10 20 30 40 50 60
2010 2011 2012 2013 2014 2015
GJ/ton NH3
Intensitas Tertinggi Intensitas Tinggi Baseline
Rata-rata Indonesia World Average EU Average
Intensitas Terendah BAT
Catatan: * Rata-rata Indonesia diolah dari data pabrik
Gambar 4-30
CO2 recovery dan faktor emisi GRK IPPU baseline dan mitigasi
0,75 0,77 0,79 0,81 0,83 0,85 0,87 0,89
2,00 2,10 2,20 2,30 2,40 2,50 2,60
2010 2015 2020 2025 2030
faktorrecoveryCO2 (ton CO2 /ton urea) Faktor Emisi (ton CO2 e/ton amonia)
Faktor emisi Faktor emisi baseline Proyeksi faktor emisi Faktor recovery CO2 Faktor recovery CO2 baseline Proyeksi faktor recovery CO2
Intensitas kebutuhan gas alam oleh ammonia plant dan emisi GRK IPPU
0,0 2,5 5,0 7,5 10,0 12,5 15,0
38,0 38,5 39,0 39,5 40,0 40,5 41,0 41,5 42,0
2010 2015 2020 2025 2030
Emisi GRK IPPU (Juta Ton CO2e) Intensitas Kebutuhan Gas Alam GJ/Ton NH3
Inventarisasi Intensitas Gas Alam Proyeksi Intensitas Gas Alam
Baseline Intensitas Gas Alam Inventarisasi Emisi IPPU
Baseline Emisi IPPU proyeksi Emisi IPPU
Gambar 4-32
Profil perkembangan industri pupuk dan tingkat emisi baseline dan mitigasi
- 2 4 6 8 10 12 14
0 5 10 15 20
2010 2015 2020 2025 2030
Tingkat Emisi GRK (Juta Ton CO2e)
Kapasitas produksi (Juta Ton)
Realisasi produksi urea Proyeksi produksi urea Realisasi produksi amonia Proyeksi produksi amonia Baseline Emisi IPPU Inventarisasi Emisi IPPU Proyeksi Emisi IPPU
73
STRATEGI PELAKSANAAN
Untuk memenuhi target NDC unconditional di tahun 2030, kontribusi pabrik pupuk adalah 1,03 juta ton CO2e (CM1) sedangkan untuk target conditional, kontribusi pabrik pupuk adalah 1,20 juta ton CO2e (CM2).
Target pada CM1 dicapai dengan perbaikan teknologi pada ammonia plant dan recovery urea pada 38,5%
kapasitas produksi. Target conditional (CM2) dicapai dengan perbaikan teknologi pada 45% kapasitas produksi (Gambar 4-33). Dukungan regulasi pemerintah dalam mitigasi emisi GRK terkait industri pupuk dinyatakan dalam Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2018 tentang Penetapan Standar Industri Hijau untuk Industri Pupuk Urea, Pupuk SP-36, dan Pupuk Amonium Sulfat yang menyatakan bahwa emisi CO2e maksimum adalah 1,6 ton CO2e/ton urea (tidak disebutkan standar per ton amonia).
Gambar 4-33
Potensi perbaikan teknologi ammonia plant dan penurunan emisi GRK IPPU
100,0%
38,5% 45,0%
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Potensi Implementasi
Pengurangan emisi IPPU (Juta Ton CO2e )