• Tidak ada hasil yang ditemukan

Plagiarism Checker X Originality Report

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Plagiarism Checker X Originality Report"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar SGPT dan aktivitas enzim. Metode screening yang dilakukan adalah kinetik enzimatis, menggunakan fotometer DIRUI DR-7000 D dengan panjang gelombang 1745, dan metode kebiasaan merokok menggunakan kuesioner pada 40 sampel. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan tingkat aktivitas enzim SGPT & SGOT yang dapat merusak hati secara akut dan kronis.

HUBUNGAN TANPA MEROKOK DENGAN TINGKAT AKTIVITAS ENZIM SGPT & SGOT PADA MASYARAKAT DI PT. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan kebiasaan merokok dengan tingkat aktivitas enzim SGPT & SGOT pada masyarakat di wilayah Sijunjung tahun 2020. Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Tingkat Aktivitas Enzim SGPT & SGOT pada Masyarakat di Wilayah Sijunjung di 2020".

Rusaknya organ hati dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah pengaruh gaya hidup yang berdampak negatif terhadap kesehatan yaitu kebiasaan merokok (Tanoeisan, Mewo, Kaligis, 2016). Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak penelitian yang menunjukkan hubungan antara merokok dan peningkatan risiko masalah hati. Azzzalini et al juga menambahkan bahwa kebiasaan merokok juga dapat mempercepat perkembangan penyakit hati berlemak non-alkohol pada tikus yang diberi diet tinggi lemak (Azzalini et al., 2010).

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian .1 Tujuan Umum

Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian .1 Bagi Peneliti

  • Bagi Intitusi
  • Bagi Tenaga Teknik Laboratorium
  • Pengertian Hati
  • Fungsi Hati
  • Pemeriksaan Yang Dilakukan Untuk Mengetahui Gangguan Pada Hati Pemeriksaan fungsi hati bertujuan untuk penyaringan atau deteksi adanya

Hati merupakan organ terbesar yang terletak di rongga perut sisi kanan atas di bawah diafragma (Lukukaningsih, 2014). Vena portal hepatik merupakan pembuluh darah yang membawa darah miskin oksigen, namun kaya akan nutrisi seperti asam amino, monosakarida, vitamin dan mineral yang larut dalam air. Jika seseorang terus-menerus mengonsumsi alkohol, maka enzim pencernaan yang mengoksidasi alkohol akan menjadi jenuh sehingga menyebabkan peningkatan kadar alkohol dalam darah (BAL) secara cepat (Suaniti et al., 2012).

Penyakit hati alkoholik (PHA) adalah disfungsi hati yang disebabkan oleh konsumsi alkohol dalam jumlah tertentu dalam jangka waktu lama. Penyakit hati alkoholik dibagi menjadi perlemakan hati, hepatitis alkoholik dan sirosis (Conreng Waleleng dan Palar, 2014). Paparan asap rokok yang terus menerus biasanya menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit jantung, gangguan pernafasan, dan kanker (Tanoeisan, Mewo, & Kaligis, 2015).

Apabila terjadi kerusakan sel hati maka akan terjadi peningkatan kadar SGPT dan SGOT pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok (Tanoeisan, Mewo, & Kaligis, 2016). Hemokromatosis adalah kelainan metabolisme zat besi yang ditandai dengan pengendapan zat besi berlebihan di jaringan. Menderita kolestasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan kegagalan penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K di usus, serta penumpukan asam empedu, bilirubin dan kolesterol di hati.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk kolestasis dan penyakit kuning antara lain alkaline fosfatase, gamma GT, bilirubin total dan bilirubin langsung (Kahar, 20017). Obat-obatan seperti antibiotik, narkotika, meperidine/demerol, morfin, kodein, antihipertensi, sediaan digitalis, indometasin, salisilat, rifampisin, flurazepam disebut dapat meningkatkan kadar SGPT. Cedera hepatoseluler atau sitolitik ditandai dengan peningkatan kadar aminotransferase serum, yang biasanya terjadi dengan peningkatan bilirubin total dan peningkatan alkali fosfatase.

Penilaian tes fungsi hati sebenarnya komprehensif dan hati-hati karena dapat dipengaruhi oleh banyak faktor individu dan lingkungan, termasuk usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (BMI), konsumsi alkohol, merokok, malnutrisi, dan adanya penyakit ekstrahepatik seperti penyakit ekstrahepatik. penyakit jantung, kondisi sistem muskuloskeletal atau gangguan endokrin, dan status kesehatan hati itu sendiri (Jang et al., 2012). Jenis pemeriksaan fungsi hati dibedakan menjadi tiga jenis utama, yaitu menilai fungsi hati, mengukur aktivitas enzim, dan mencari etiologi penyakit.

Enzim Transaminase

  • Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT)
  • Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)
  • Patofisiologi SGPT & SGOT
  • Kondisi Yang Meningkatkan SGPT
  • Kondisi Yang Meningkatkan SGOT

Kadar SGPT serum mungkin lebih tinggi dibandingkan kadar kelompok transferase lain (transaminase), aspartate aminotransferase (AST & SGOT), pada kasus hepatitis akut dan kerusakan hati akibat penggunaan obat-obatan dan bahan kimia, dengan masing-masing serum mencapai 200-4000. kamu/aku. Dengan meninjau penyakit kuning, kadar SGPT serum yang berasal dari hati, hasilnya lebih tinggi dari 300 unit, hasil dari asal non hati, hasilnya sangat berharga. Jadi, jika terjadi cedera hepatoseluler atau kematian, pelepasan SGPT dari sel hati yang rusak meningkatkan aktivitas SGPT yang diukur dalam serum (Kee, 2014).

Karena kadar SGPT serum meningkat pada keadaan penyakit yang menyebabkan kerusakan hepatoseluler, kadar SGPT serum dapat secara efektif mengidentifikasi proses penyakit hati yang sedang berlangsung. Pada hepatitis virus akut, kadar awal puncak terjadi setelah 5 minggu dan mencapai kadar normal setelah 8 minggu. Kadar SGPT sering dibandingkan dengan SGOT untuk tujuan diagnostik. SGPT lebih sering meningkat dibandingkan SGOT pada kasus nekrosis hati dan hepatitis akut, sedangkan SGOT meningkat lebih sering pada nekrosis miokard (infark miokard akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis, dan kongesti hati (Kee, 2014). Kadar SGPT kembali ke kisaran normal lebih lambat dibandingkan kadar SGOT pada kasus hati (Kee, 2014).

Kadar SGOT serum yang tinggi dapat ditemukan setelah infark miokard akut (MI) dan kerusakan hati. Kadar SGOT serum akan kembali normal 4 sampai 6 hari kemudian jika tidak terjadi infark baru. Namun seiring berkembangnya fibrosis, aktivitas SGPT biasanya menurun dan rasio SGOT terhadap SGPT secara bertahap meningkat. Sama seperti minggu sebelumnya, SGOT seringkali lebih tinggi dibandingkan SGPT.

Pengecualian terhadap dominasi aktivitas SGPT serum pada penyakit hati kronis adalah penyakit hati alkoholik, dimana aktivitas SGOT umumnya lebih tinggi dibandingkan kadar SGPT (Kee, 2014). SGPT & SGOT yang sedikit di atas normal tidak selalu menandakan seseorang sedang sakit. Sebagian besar SGPT dan SGOT ditemukan di hati. Jika terjadi kerusakan pada selaput menstruasi, enzim tersebut akan keluar dan meningkat dalam aliran darah.

Oleh karena itu, tingginya kadar SGPT dan SGOT dalam darah dapat mengindikasikan kerusakan hati (Tello, 2018). Peningkatan SGPT & SGPT >20 kali normal: hepatitis virus akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau bahan kimia).

Rokok

  • Pengertian Rokok Dan Merokok
  • Tipe Perilaku Merokok
  • Kandungan Pada Rokok
  • Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
  • Dampak Merokok Bagi Kesehatan

Relaksasi merupakan salah satu jenis rokok yang hanya menambah kenikmatan yang Anda rasakan sebelumnya, seperti merokok setelah makan atau minum kopi. Tipe perokok yang terkena perasaan negatif, yaitu jenis rokok yang digunakan untuk meredam perasaan negatif yang dimiliki seseorang, seperti ketika seseorang sedang merasa marah, gelisah, cemas, atau merasa sedih. Perilaku merokok tipe adiktif, yaitu tipe perokok yang sudah kecanduan, jumlah rokok yang dikonsumsi akan meningkat setiap kali efek rokok yang dihisapnya hilang.

Perokok aktif adalah orang yang rutin mengonsumsi rokok, sekecil apa pun, meskipun hanya satu batang rokok. Sedangkan perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tetapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam ruangan tertutup bersama orang yang merokok (Ikhsan, 2013). Selain ketiga senyawa tersebut, asap rokok juga mengandung piridin, amonia, karbon dioksida, keton, aldehida, kadmium, nikel, seng, dan oksida nitrat (Nurrahmah, 2014).

Asap rokok bersifat asam (pH 5,5), dan nikotin berbentuk ionik, namun tidak dapat melewati membran dengan cepat sehingga selaput lendir (mukosa) pipi menyerap nikotin dari asap rokok (Nurrahmah, 2014). Perokok pasif adalah seseorang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok, namun terpaksa menghirup asap rokok yang dihembuskan orang lain (Thayyarah, 2013). Menurut Baer dan Corado, orang yang merokok adalah orang yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua kurang memberikan perhatian terhadap anaknya yang permisif, dan pengaruh yang paling kuat adalah jika orang tuanya adalah perokok berat maka kemungkinan besar anaknya akan menirunya. .

Bahan baku rokok seperti tar, nikotin dan karbon monoksida merupakan racun utama yang dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Menurut Kumar, dkk (2013), asap rokok mengandung radikal bebas yang tidak dapat dinetralisir sehingga terjadi reaksi stres oksidatif. Selain itu, karbon monoksida (CO) yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan penurunan kapasitas oksigenasi sel darah merah sehingga menyebabkan hipoksia jaringan (Kumar, 2013).

Orang yang banyak merokok (perokok aktif) dan orang yang banyak menghirup asap rokok (perokok pasif) dapat berakhir di paru-parunya dengan lebih banyak karbon monoksida daripada oksigen, sehingga kadar oksigen dalam darah sekitar 15% dari oksigen normal. tingkat. . Terdapat interaksi multiplikatif antara merokok dan faktor risiko penyakit jantung, yang lebih tinggi pada perokok dengan hipertensi dan kematian akibat PJK juga menurun pada tahun-tahun pertama setelah berhenti merokok (Sudoyo et al., 2014).

Manifestasi Penyakit Akibat Minuman Beralkohol dan Merokok

Jenis Dan Desain Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian

Populasi dan Sampel .1 Populasi .1 Populasi

Teknik Sampling

Sampel

Variabel Penelitian .1 Variabel Independen .1 Variabel Independen

Variabel Dependen

Definisi Operasional 3.1 Tabel Definisi Operasional 3.1 Tabel Definisi Operasional

Bahan dan Alat Penelitian

Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisa Data .1 Pengumpulan Data .1 Pengumpulan Data

Data Primer a ) Kadar SGPT

Data Sekunder

Pengolahan data menggunakan program komputer, hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan tabel silang.

  • Analisis Data
  • Prosedur Penelitian
    • Hubungan Lama Merokok Dengan Aktivitas SGOT
    • Hubungan Lama Merokok dengan aktivitas SGPT
    • Hubungan Lama Merokok Dengan Umur
  • Kesimpulan
  • Saran

Dari tabel diatas terlihat tabel tabel silang yang berisi informasi hubungan antara variabel kadar SGOT dengan variabel lama merokok. Pada baris 1 kolom 1 terdapat angka 21 yang menandakan 21 responden sudah merokok selama 5-10 tahun dengan kadar SGOT normal, sedangkan pada kolom 2 terdapat angka 11 yang menandakan 11 responden sudah lama merokok. waktu. Jadi diterima 0,021 < 0,05 Ha, sehingga ada hubungan antara lama merokok dengan tingkat aktivitas enzim SGOT.

Dari tabel diatas terlihat tabel tabulasi silang yang berisi informasi tentang hubungan antara variabel kadar SGPT dengan variabel lama merokok. Pada baris 2 kolom 1 terdapat angka 10 menunjukkan 10 responden dengan lama merokok 5-10 tahun mengalami peningkatan kadar SGPT dan pada kolom 2 terdapat angka 16 menunjukkan 16 responden dengan durasi merokok > 11 tahun mengalami peningkatan kadar SGPT. Jadi diasumsikan 0,011 < 0,05 Ha, sehingga ada hubungan antara lama merokok dengan tingkat aktivitas enzim SGPT.

Dengan demikian pada tabel uji kedua Ha diterima sehingga lama merokok berpengaruh nyata terhadap tingkat aktivitas enzim SGOT dan SGPT. Pada tabel diatas, tinjauan SGOT/SGPT berdasarkan lama merokok yaitu 52,5% penduduk merokok 5 – 10 tahun dan 47,5% penduduk merokok ≥ 11 tahun. Sedangkan peningkatan aktivitas enzim SGOT rata-rata 2 kali lebih besar dari nilai normal, artinya memang ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan tingkat SGPT & aktivitas enzim.

Dilihat dari tabel 4.1 terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan aktivitas enzim SGOT, dengan hasil SPSS Chi-Sguere menunjukkan nilai signifikansi 0,021 p < 0,05. Secara patofisiologis, peningkatan aktivitas SGOT dapat mengindikasikan kerusakan hati kronis.Penelitian ini membuktikan bahwa merokok dalam waktu lama dapat meningkatkan aktivitas enzim SGOT. Hal ini sesuai dengan penelitian (Elkarim et al. 2012) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara durasi merokok dengan tingkat aktivitas enzim SGOT.

Berdasarkan lamanya seseorang merokok, usia seseorang juga sangat mempengaruhi tingkat aktivitas enzim SGPT & SGOT, karena semakin tua usia seseorang maka semakin rentan tubuhnya terkena penyakit. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan tingkat aktivitas enzim SGPT yang dapat merusak membran sel hati secara akut. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan tingkat aktivitas enzim SGOT yang dapat merusak sel hati secara kronis.

Ada hubungan antara lama merokok dengan tingkat aktivitas enzim SGPT dan SGOT pada masyarakat di wilayah Sijunjung.

Gambar 4.2  Grafik Pemeriksaan Enzim SGPT & SGOT Secara Umum  Distribusi    responden  berdasarkan  hasil  penelitian  dapat  dikelompokkan   berdasarkan persentase  hasil  SGOT  &  SGPT    berdasarkan  lama  merokok,  kadar  SGOT  &  SGPT  dib
Gambar 4.2 Grafik Pemeriksaan Enzim SGPT & SGOT Secara Umum Distribusi responden berdasarkan hasil penelitian dapat dikelompokkan berdasarkan persentase hasil SGOT & SGPT berdasarkan lama merokok, kadar SGOT & SGPT dib

IDENTITAS RESPONDEN

Gambar

Gambar 4.2  Grafik Pemeriksaan Enzim SGPT &amp; SGOT Secara Umum  Distribusi    responden  berdasarkan  hasil  penelitian  dapat  dikelompokkan   berdasarkan persentase  hasil  SGOT  &amp;  SGPT    berdasarkan  lama  merokok,  kadar  SGOT  &amp;  SGPT  dib
Tabel  4.1 Hasil SPSS Hubungan lama Merokok dengan Tingkat Aktivitas  Enzim SGOT
Tabel 4.3  Persentase Hasil Pemerikssaan SGOT &amp; SGPT Berdasarkan lama   merokok
Tabel  4.4  Persentase  Hasil  Pemeriksaan  Aktivitas  Enzim  SGOT  Dibandingkan dengan  Nilai Ambang  Batas
+2

Referensi

Dokumen terkait

V PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Lisdawaty S Nim : 1247041066 Jurusan/Prodi : PGSD UPP Makassar Judul Skripsi : Penerapan Pendekatan