LAPORAN BEST PRACTICE
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) DENGAN BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL
PENULIS
RIANA SUSANTI
(SMPN 4 SIAK HULU KAMPAR)
MAHASISWA PPG DALAM JABATAN TAHAP 2 UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN
Naskah karya tulis bentuk Praktik Terbaik (Best Practice) dengan:
Judul : Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan Berbantuan Media Audiovisual
Penulis : Riana Susanti, S.Pd.
Jabatan : Guru Mapel Bahasa Indonesia
Instansi : UPT SMPN 4 SIAK HULU, KAMPAR
Merupakan karya asli dan bukan merupakan plagiasi. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiasi, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
Pandau Jaya, 24 November 2023
Menyetujui: Penulis,
Muhamad Hujani, S.Pd. Riana Susanti, S.Pd.
NIP.
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN BERBANTUAN
MEDIA AUDIOVISUAL
PENDAHULUAN
Situasi dan Kondisi yang menjadi latar belakang masalah (S)
Latar belakang masalah adalah faktor-faktor yang mendukung kebutuhan atau keberhasilan penerapan suatu best practice (Puspitasari, 2016). Latar belakang suatu masalah bisa diuraikan dengan melihat beberapa kondisi atau faktor yang mendukung kebutuhan (Ahmad, 2019). Dalam konteks peningkatan motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media audiovisual, beberapa kondisi atau keadaan yang dapat menjadi latar belakang masalah diantaranya adalah: 1) Tingkat motivasi belajar peserta didik rendah, 2) Pembelajaran konvensional sudah tidak menarik bagi peserta didik, 3) Belum semua institusi pendidikan dapat memanfaatkan teknologi secara optimal dalam proses pembelajaran, 4) Pentingnya problem based learning, 5) Peserta didik sering kali dihadapkan pada berbagai distraksi, seperti media sosial dan hiburan elektronik lainnya. Dengan memahami latar belakang masalah ini kita perlu melakukan suatu perbaikan dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan motivasi hasil belajar yang maksimal, dan merancang solusi yang lebih terarah dan relevan, serta memahami kebutuhan dan harapan peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajar melalui model pembelajaran PBL dengan bantuan media audiovisual.
Best practice ini, penting untuk dibagi dan diekplorasikan karena banyak rekan guru yang mengalami permasalahan yang sama dalam melaksanakan proses pembelajaran. Membagikan best practice terkait dengan "meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan berbantuan media audiovisual" sangat penting karena berbagai alasan yang dapat memperkaya dan memajukan dunia pendidikan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa best practice ini perlu dibagikan: 1) Untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Terkait dengan hal ini, best practice dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memperkenalkan model pembelajaran inovatif (PBL) dan media audiovisual. Hal ini akan memberikan variasi dalam metode pengajaran dan meningkatkan daya tarik peserta didik terhadap pembelajaran. 2) Untuk meningkatkan motivasi belajar. Dalam hal ini berbagi best practice dapat memberikan solusi konkret untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Model PBL yang berfokus pada pemecahan masalah dan penggunaan media audiovisual dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih menarik dan relevan. 3) Untuk mendorong melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dalam hal ini, berbagi best practice dapat merangsang inovasi dalam dunia pendidikan. Guru dan praktisi pendidikan dapat terinspirasi untuk mencoba pendekatan baru dan mengadaptasi strategi yang telah terbukti efektif, menjadikan pembelajaran lebih dinamis dan responsif. 4) Memperluas wawasan guru dan mahasiswa PPG.
Terkait dengan hal ini, Guru dan mahasiswa dapat memperluas wawasan mereka terhadap praktik
terbaik dalam meningkatkan motivasi belajar. Membagikan pengalaman dan keberhasilan akan membantu mereka untuk lebih memahami konteks penerapan model PBL dan media audiovisual dalam pembelajaran. 5) Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Best practice ini juga dapat membantu guru dan mahasiswa untuk lebih memahami dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi, khususnya media audiovisual, dalam konteks pembelajaran. Ini sangat penting mengingat kemajuan teknologi yang terus berkembang.
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam jabatan, atau yang biasa disebut dengan PPG Daljab, memiliki peran dan tanggung jawab tertentu bagi mahasiswa yang mengikuti program tersebut (Kemendikbudristek, 2023). Beberapa peran dan tanggung jawab mahasiswa PPG Daljab dalam konteks peningkatan motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran PBL dan media audiovisual adalah: 1) Mahasiswa PPG Daljab perlu menjadi agen pembelajaran yang aktif. Mereka harus terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran PBL, baik sebagai peserta maupun sebagai fasilitator, untuk dapat memahami secara mendalam potensi dan tantangan yang muncul dalam konteks pembelajaran, 2) Mahasiswa PPG Daljab harus dapat memahami dan mampu mengintegrasikan media audiovisual secara efektif dalam proses pembelajaran. 3) Mahasiswa PPG Daljab perlu memiliki keterampilan dalam menggunakan teknologi dan media audiovisual sehingga dapat meningkatkan daya tarik pembelajaran dan motivasi peserta didik. 4) Menjadi observan yang cermat terhadap tingkat motivasi belajar peserta didik. 5) Mahasiswa PPG Daljab diharapkan mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, baik secara langsung maupun melalui pengamatan dalam konteks pembelajaran.
Tantangan (T)
Meskipun menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media audiovisual dapat membawa banyak manfaat, namun ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam penerapannya. Beberapa tantangan tersebut antara lain: 1) Kesiapan Infrastruktur:
Ini merupakan tantangan pertama yang dihadapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Tantangan ini berupa kesiapan infrastruktur teknologi dan aksesibilitas media audiovisual. Tidak semua sekolah atau lembaga pendidikan memiliki perangkat keras dan lunak yang memadai, serta koneksi internet yang stabil. 2) Pelatihan dan Keterampilan Guru: Dalam menerapkan PBL dengan bantuan media audiovisual diperlukan keterampilan khusus dari para guru. Tantangan di sini adalah memastikan bahwa guru memiliki pelatihan yang cukup dan keterampilan teknologi yang memadai untuk memanfaatkan media tersebut secara efektif. 3) Ketersediaan Konten Edukatif yang Berkualitas: Untuk mendapatkan atau menghasilkan konten edukatif yang berkualitas dapat menjadi tantangan. Konten tersebut harus relevan dengan materi pembelajaran, memotivasi peserta didik, dan dapat diakses dengan mudah. 4) Waktu yang Diperlukan untuk Persiapan: Untuk Implementasikan PBL memerlukan waktu persiapan yang lebih lama daripada metode pengajaran konvensional. Tantangan di sini adalah memastikan guru memiliki waktu yang cukup untuk merancang dan merencanakan pembelajaran yang berbasis masalah. 5) Penyesuaian Kurikulum:
Tantangan lain adalah melakukan penyesuaian pada kurikulum sekolah atau lembaga pendidikan untuk mengintegrasikan model PBL. Hal ini, sangat memerlukan dukungan dan persetujuan dari pihak-pihak terkait. 6) Evaluasi Kinerja dan Kemajuan Belajar: Model PBL sering kali melibatkan cara penilaian yang berbeda. Tantangan di sini adalah mengembangkan metode evaluasi yang sesuai untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam konteks pembelajaran yang berbasis masalah. 7) Keterlibatan Siswa yang bermacam-macam: Keterlibatan siswa dapat bervariasi, dan beberapa siswa mungkin membutuhkan dorongan ekstra untuk aktif berpartisipasi dalam proses PBL. Guru perlu mengidentifikasi dan mengatasi hambatan yang mungkin muncul. 8) Dukungan dari Stakeholder: Penerapan PBL dengan media audiovisual mungkin memerlukan dukungan penuh dari stakeholder, termasuk orang tua, kepala sekolah, dan mungkin pihak-pihak terkait lainnya. Tantangan di sini adalah memastikan bahwa semua pihak terlibat mendukung perubahan ini.
Dengan demikian, Melalui pengidentifikasian dan penanganan tantangan-tantangan ini, penerapan best practice dalam meningkatkan motivasi belajar dapat dijalankan secara lebih efektif dan berkelanjutan. Tantangan-tantangan ini juga memerlukan kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, dan pihak terkait lainnya.
Implementasi best practice dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media audiovisual melibatkan berbagai pihak. Berikut adalah beberapa pihak yang terlibat dalam proses ini: 1) Guru: Guru adalah pemain kunci dalam implementasi best practice. Mereka perlu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran berbasis PBL dengan dukungan media audiovisual. Guru juga bertanggung jawab untuk membimbing dan memberikan dukungan kepada peserta didik selama proses pembelajaran. 2) Mahasiswa PPG Daljab: Mahasiswa PPG Daljab memiliki peran penting dalam menerapkan best practice ini. Mereka akan menjadi fasilitator pembelajaran, merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis PBL, serta menggunakan media audiovisual dengan efektif. Peran mereka mencakup memberikan contoh positif terkait motivasi belajar kepada peserta didik. 3) Peserta Didik: Peserta didik atau siswa adalah subjek utama dalam konteks ini. Mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran PBL dan diharapkan menjadi peserta aktif yang terlibat dalam pemecahan masalah, diskusi kelompok, dan pemanfaatan media audiovisual. 4) Orang Tua atau Wali Murid: Orang tua atau wali murid memiliki peran penting dalam memberikan dukungan kepada anak-anak mereka. Mereka mungkin perlu diberi pemahaman tentang pendekatan pembelajaran yang diadopsi dan cara mereka dapat mendukung motivasi belajar anak-anak mereka di rumah. 5) Kepala Sekolah: Kepala sekolah memiliki peran dalam memberikan dukungan, sumber daya, dan lingkungan yang mendukung implementasi best practice ini di sekolah. Mereka juga dapat memastikan bahwa staf pendidikan memiliki pelatihan yang cukup untuk mengimplementasikan PBL dengan bantuan media audiovisual. 6) Pengawas atau Supervisor Pendidikan: Pengawas atau supervisor pendidikan dapat memberikan bimbingan dan evaluasi terkait penerapan best practice ini. Mereka dapat membantu guru dan mahasiswa PPG Daljab untuk mengatasi tantangan dan memastikan kesesuaian dengan
kebijakan pendidikan yang berlaku. 7) Spesialis Teknologi Pendidikan: Ahli teknologi pendidikan atau spesialis media pembelajaran dapat memberikan dukungan teknis dan pedagogis dalam pemanfaatan media audiovisual. Mereka membantu guru dan mahasiswa PPG Daljab untuk memilih, membuat, dan mengintegrasikan konten multimedia yang relevan dan efektif. 8) Pihak- pihak Terkait dalam Pemerintah Daerah: Pihak-pihak terkait dalam pemerintah daerah, seperti Dinas Pendidikan, dapat memberikan dukungan kebijakan, anggaran, dan sumber daya lainnya yang mendukung implementasi best practice ini di tingkat daerah. 9) Peneliti Pendidikan: Peneliti pendidikan dapat terlibat dalam mengumpulkan data, menganalisis hasil, dan menyediakan temuan penelitian terkait dengan efektivitas penerapan best practice ini. Hal ini dapat memberikan pemahaman lebih mendalam tentang dampaknya terhadap motivasi belajar.
Melibatkan berbagai pihak ini merupakan kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang holistik dan mendukung, di mana seluruh komponen sistem pendidikan berkontribusi pada meningkatkan motivasi belajar peserta didik melalui model pembelajaran PBL dan media audiovisual.
PEMBAHASAN Aksi (A)
Kata Aksi disejajarkan dengan kata tindakan (KBBI, 2016). Aksi adalah kegiatan, tindakan, perilaku, perbuatan yang mempunyai tujuan atau maksud tertentu (Enciklopedi Dunia, 2023). Aksi atau tindakan dalam best practice ini merupakan poin pembahasan yang menjadi hal penting. Menghadapi tantangan dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media audiovisual memerlukan pendekatan yang terencana dan kolaboratif.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi tantangan tersebut: 1) Evaluasi Kesiapan Infrastruktur: Identifikasi kebutuhan infrastruktur teknologi seperti perangkat keras, perangkat lunak, dan akses internet. Upayakan untuk meningkatkan atau memperbaiki infrastruktur yang diperlukan. Dukungan dari pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, dapat membantu dalam penyediaan sumber daya. 2) Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan Guru: Sediakan pelatihan intensif untuk guru terkait penggunaan model PBL dan media audiovisual. Pelatihan ini harus mencakup penggunaan alat dan teknologi terkini serta strategi pengajaran yang efektif. Dukungan terus-menerus dan pertukaran pengalaman antar guru juga dapat meningkatkan keterampilan mereka. 3) Pengembangan Konten Edukatif yang Berkualitas:
Kolaborasi dengan tim guru dan ahli konten untuk mengembangkan konten edukatif yang berkualitas dan relevan. Pemanfaatan sumber daya pendukung seperti lembaga pendidikan tinggi, perpustakaan, dan organisasi pendidikan dapat memperkaya konten pembelajaran. 4) Pendukung untuk Persiapan Waktu Guru: Pihak sekolah dapat memberikan dukungan, baik dalam bentuk waktu tambahan untuk persiapan pembelajaran maupun pembagian beban kerja yang sesuai. Ini memungkinkan guru untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran PBL dengan lebih efektif. 5) Revisi Kurikulum: Lakukan revisi pada kurikulum sekolah atau lembaga pendidikan
untuk mengakomodasi model pembelajaran PBL. Kolaborasi dengan tim kurikulum dan pihak berwenang dapat membantu menyusun kurikulum yang sesuai dengan prinsip-prinsip PBL. 6) Pemilihan Metode Evaluasi yang Sesuai: Identifikasi dan kembangkan metode evaluasi yang sesuai dengan pendekatan PBL. Ini dapat mencakup penilaian formatif, proyek berbasis keterampilan, dan penggunaan portofolio. Dukungan dari spesialis evaluasi pendidikan dapat membantu dalam merancang instrumen penilaian yang efektif. 7) Pendukung Keterlibatan Siswa:
Gunakan strategi untuk meningkatkan keterlibatan siswa, seperti pemberian tugas yang menantang, pembelajaran berbasis tim, dan penggunaan media yang menarik. Berikan dukungan tambahan bagi siswa yang mungkin memerlukan bantuan ekstra. 8) Komunikasi Efektif dengan Orang Tua atau Wali Murid: Sampaikan informasi secara terbuka kepada orang tua atau wali murid tentang pendekatan pembelajaran yang diadopsi. Libatkan mereka dalam mendukung motivasi belajar anak-anak di rumah, dan berikan informasi tentang cara mereka dapat berkontribusi pada pembelajaran anak-anak di lingkungan rumah. 9) Dukungan Kepala Sekolah: Kepala sekolah dapat memberikan dukungan penuh kepada guru dengan menyediakan sumber daya, ruang belajar yang sesuai, dan mendukung inisiatif pembelajaran inovatif. Kolaborasi antara kepala sekolah dan guru sangat penting dalam kesuksesan implementasi. 10) Pengawasan dan Evaluasi yang Berkelanjutan: Lakukan pengawasan dan evaluasi yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan model pembelajaran. Pengawas pendidikan dapat memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu dalam mengatasi hambatan yang mungkin muncul selama proses implementasi. 11) Keterlibatan Ahli Teknologi Pendidikan: Kolaborasi dengan ahli teknologi pendidikan atau spesialis media pembelajaran untuk memastikan penggunaan media audiovisual yang efektif.
Mereka dapat memberikan pelatihan tambahan, mendukung dalam pemilihan alat dan konten multimedia yang sesuai, serta membantu dalam pemecahan masalah teknis. 12) Partisipasi Pemerintah Daerah: Dukungan dari pemerintah daerah sangat penting. Berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait di tingkat daerah untuk mendapatkan dukungan kebijakan, alokasi anggaran, dan sumber daya lainnya yang diperlukan untuk implementasi best practice.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan tantangan dalam menerapkan model pembelajaran PBL dengan bantuan media audiovisual dapat diatasi dengan lebih efektif, sehingga tujuan meningkatkan motivasi belajar peserta didik dapat tercapai secara optimal.
Berikut adalah beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mendukung implementasi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media audiovisual dan mengatasi tantangan yang muncul: 1) Pelatihan dan Pengembangan Profesional, 2) Kerjasama dan Kolaborasi Antar Disiplin, 3) Penggunaan Platform Pembelajaran Digital, 4) Pemanfaatan Sumber Daya Pembelajaran Terbuka, 5) Kegiatan Pembelajaran yang Berbasis Proyek, 6) Pemberian Tugas yang Terkait dengan Kehidupan Nyata, 7) Pemberian Umpan Balik yang Konstruktif, 7) Membangun Komunitas Pembelajaran.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, institusi pendidikan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung, inspiratif, dan relevan dengan kebutuhan peserta didik, serta mengatasi berbagai tantangan yang mungkin muncul dalam mengimplementasikan model pembelajaran PBL dengan bantuan media audiovisual.
Implementasi strategi-strategi untuk model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media audiovisual memerlukan sejumlah sumber daya dan materi untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Berikut adalah beberapa sumber daya dan materi yang diperlukan: 1) Perangkat Keras, 2) Perangkat Lunak, 3) : Konten Pembelajaran, 4) Bahan-bahan Ajar, 5) Pelatihan dan Pengembangan Profesional, 6) Model Pembelajaran Hibrida, 7) Alat Evaluasi dan Umpan Balik:
Dengan memastikan ketersediaan sumber daya ini, institusi pendidikan dapat lebih efektif dalam menerapkan strategi-strategi PBL dengan bantuan media audiovisual, meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang inovatif dan berkualitas.
Refleksi Hasil ( R )
Refleksi terhadap hasil aksi langkah-langkah yang telah dilakukan dalam implementasi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media audiovisual adalah langkah krusial untuk mengevaluasi dampak dan memahami keberhasilan serta area yang perlu ditingkatkan. Berikut adalah beberapa pertimbangan yang muncul dalam merinci dampak dari langkah-langkah tersebut:
1. Peningkatan Keterlibatan Siswa: Apakah terjadi peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran? Dapatkah mereka lebih aktif terlibat dalam diskusi, pemecahan masalah, dan proyek-proyek PBL? Jika ya, ini dapat dianggap sebagai dampak positif dari implementasi.
2. Peningkatan Motivasi Belajar: Apakah ada perubahan dalam tingkat motivasi belajar siswa? Dapatkah mereka menunjukkan minat yang lebih besar terhadap pembelajaran dan proyek-proyek yang mereka kerjakan? Jika ada peningkatan, ini dapat dianggap sebagai hasil positif.
3. Perkembangan Keterampilan Abad ke-21: Apakah siswa mengalami perkembangan dalam keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas, kritis, dan berkolaborasi? Dapatkah mereka menerapkan keterampilan ini dalam proyek-proyek PBL dan tugas-tugas yang diberikan?
Jika ya, ini menunjukkan dampak positif terhadap perkembangan keterampilan.
4. Perubahan dalam Pendekatan Pembelajaran Guru: Apakah ada perubahan dalam pendekatan pembelajaran guru? Dapatkah guru lebih efektif memfasilitasi pembelajaran, menggunakan media audiovisual, dan menerapkan PBL? Jika ada perubahan positif, ini dapat dianggap sebagai hasil dari pelatihan dan dukungan yang diberikan.
5. Partisipasi Orang Tua: Apakah orang tua atau wali murid lebih terlibat dalam mendukung pembelajaran anak-anak mereka? Dapatkah mereka memahami pendekatan PBL dan berkontribusi pada motivasi belajar siswa di rumah? Jika ada peningkatan partisipasi, ini bisa dianggap sebagai dampak positif.
6. Pemanfaatan Media Audiovisual: Bagaimana pemanfaatan media audiovisual dalam proses pembelajaran? Apakah guru dan siswa dapat menggunakan media tersebut secara efektif untuk meningkatkan pemahaman dan daya tarik? Jika media audiovisual digunakan dengan baik, ini dapat dianggap sebagai dampak positif.
7. Perubahan dalam Budaya Pembelajaran: Apakah ada perubahan dalam budaya pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan? Dapatkah model PBL dan pemanfaatan media audiovisual merubah cara siswa dan guru memandang pembelajaran? Jika ada perubahan positif, ini bisa dianggap sebagai dampak positif terhadap budaya pembelajaran.
8. Peningkatan Keterampilan Teknologi: Apakah implementasi PBL dengan media audiovisual membantu dalam meningkatkan keterampilan teknologi siswa dan guru?
Dapatkah mereka lebih mandiri dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran? Jika ada peningkatan keterampilan teknologi, ini dapat dianggap sebagai dampak positif.
9. Perubahan dalam Hasil Pembelajaran: Bagaimana perubahan dalam hasil pembelajaran siswa? Apakah ada peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata? Jika ada peningkatan, ini bisa dianggap sebagai dampak positif.
10. Tanggapan Stakeholder: Apakah ada tanggapan positif dari stakeholder seperti orang tua, kepala sekolah, atau pengawas pendidikan terkait dengan implementasi model PBL? Jika mendapatkan dukungan dan apresiasi, ini dapat dianggap sebagai dampak positif.
11. Ketahanan Terhadap Tantangan: Bagaimana institusi pendidikan menanggapi tantangan yang mungkin muncul? Apakah ada ketahanan dan adaptasi terhadap perubahan atau hambatan? Jika ada kemampuan untuk mengatasi tantangan, ini bisa dianggap sebagai dampak positif terhadap kapasitas adaptasi.
12. Kontinuitas Peningkatan: Apakah perubahan positif tersebut berlanjut dan berkembang seiring waktu? Kontinuitas peningkatan adalah tanda keberhasilan jangka panjang dari strategi dan langkah-langkah yang diambil.
Melalui refleksi ini, dapat diperoleh pemahaman mendalam tentang sejauh mana model PBL dengan bantuan media audiovisual memberikan dampak positif terhadap motivasi belajar dan pengalaman pembelajaran peserta didik serta sejauh mana aspek-aspek tertentu mungkin memerlukan peningkatan atau penyesuaian lebih lanjut
Respon peserta didik yang muncul terhadap strategi yang dilakukan adalah:
1. Peningkatan Motivasi Belajar: Peserta didik menunjukkan peningkatan motivasi belajar karena model PBL memberikan konteks pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Keterlibatan dalam proyek-proyek berbasis masalah dan penggunaan media audiovisual dapat meningkatkan daya tarik pembelajaran.
2. Partisipasi yang Aktif: Peserta didik yang merespons positif dapat terlibat secara aktif dalam diskusi, kerja kelompok, dan presentasi proyek. Model PBL memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkontribusi dalam pemecahan masalah dan berkolaborasi dengan sesama.
3. Keingintahuan dan Pemahaman yang Mendalam: Peserta didik menunjukkan tingkat keingintahuan yang tinggi dan pemahaman yang mendalam terhadap materi pembelajaran karena mereka terlibat dalam penyelidikan dan pemecahan masalah yang lebih kontekstual.
4. Penerimaan terhadap Media Audiovisual: Jika media audiovisual digunakan secara efektif, peserta didik merespons positif terhadap penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
Visualisasi dan presentasi multimedia dapat membantu mereka memahami konsep dengan lebih baik.
5. Rasa Tanggung Jawab terhadap Pembelajaran Sendiri: Model PBL mendorong peserta didik untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Respon positif dapat tercermin dalam kemauan mereka untuk menginvestigasi lebih lanjut, mencari sumber daya, dan mengajukan pertanyaan.
6. Rasa Pencapaian dan Kepuasan: Peserta didik yang berhasil menyelesaikan proyek-proyek PBL merasa pencapaian dan kepuasan atas kerja keras mereka. Ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar mereka.
7. Tantangan dan Ketidaknyamanan Positif: Beberapa peserta didik mengalami tantangan atau ketidaknyamanan awal karena pendekatan pembelajaran yang berbeda. Namun, respons ini dapat menjadi positif karena mereka diperkenalkan dengan pengalaman pembelajaran baru.
8. Keterlibatan dalam Proses Evaluasi: Jika model PBL melibatkan proses evaluasi yang berkelanjutan, peserta didik dapat merespons positif terhadap umpan balik dan kesempatan untuk memperbaiki kinerja mereka.
9. Kemampuan untuk Menghubungkan Pembelajaran dengan Konteks Nyata: Peserta didik yang merespons positif dapat dengan jelas melihat keterkaitan antara pembelajaran dengan kehidupan nyata. Ini dapat meningkatkan relevansi dan pemahaman konsep.
10. Respon terhadap Tantangan dan Kegagalan: Respons terhadap tantangan dan kegagalan beragam. Beberapa peserta didik melihatnya sebagai peluang untuk belajar lebih lanjut, sementara yang lain memerlukan dukungan tambahan untuk mengatasi hambatan.
Keberhasilan implementasi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media audiovisual dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebaliknya, kegagalan dalam implementasi ini juga dapat diakibatkan oleh sejumlah faktor tertentu. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan:
Faktor Keberhasilan:
1. Kesiapan Infrastruktur: Ketersediaan dan kesiapan infrastruktur teknologi, termasuk perangkat keras, perangkat lunak, dan akses internet, dapat memberikan dasar yang kokoh untuk implementasi PBL dengan media audiovisual.
2. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan: Pelatihan dan pengembangan keterampilan guru dalam menggunakan PBL dan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas implementasi. Guru yang terampil akan lebih efektif dalam merancang dan mengelola pembelajaran.
3. Ketersediaan Sumber Daya Pembelajaran: Ketersediaan sumber daya pembelajaran yang berkualitas, termasuk materi ajar, konten multimedia, dan perangkat pembelajaran interaktif, dapat meningkatkan daya tarik dan efektivitas pembelajaran.
4. Partisipasi Aktif Peserta Didik: Keterlibatan dan partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran PBL menjadi kunci keberhasilan. Motivasi belajar dan keterlibatan siswa dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis.
5. Dukungan Kepala Sekolah: Dukungan dan komitmen dari kepala sekolah dalam menyediakan sumber daya, waktu, dan dukungan untuk guru dapat meningkatkan peluang keberhasilan implementasi.
6. Keterlibatan Orang Tua atau Wali Murid: Keterlibatan orang tua atau wali murid dalam mendukung pembelajaran di rumah dapat menciptakan sinergi antara lingkungan sekolah dan rumah, meningkatkan motivasi belajar siswa.
7. Evaluasi dan Umpan Balik Berkala: Sistem evaluasi yang berkelanjutan dan umpan balik kepada guru dan peserta didik dapat membantu dalam mengidentifikasi area perbaikan dan memastikan peningkatan berkelanjutan.
8. Fleksibilitas dan Adaptabilitas: Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan memperbaiki pendekatan pembelajaran berdasarkan umpan balik dan hasil evaluasi adalah faktor penting dalam keberhasilan implementasi PBL.
9. Ketersediaan Ahli Teknologi Pendidikan: Dukungan dari ahli teknologi pendidikan atau spesialis media pembelajaran dapat meningkatkan efektivitas penggunaan media audiovisual dan teknologi dalam pembelajaran.
Faktor Ketidakberhasilan:
1. Kurangnya Kesiapan Infrastruktur: Kurangnya akses atau ketersediaan infrastruktur teknologi seperti perangkat keras yang memadai dan koneksi internet yang stabil dapat menjadi hambatan serius.
2. Kurangnya Pelatihan Guru: Jika guru tidak memahami atau tidak terlatih dengan baik dalam metode PBL dan penggunaan media audiovisual, implementasi dapat menjadi tidak efektif.
3. Kurangnya Sumber Daya Pembelajaran: Keterbatasan akses terhadap sumber daya pembelajaran yang relevan dan berkualitas dapat membatasi efektivitas pembelajaran.
4. Tidak Ada Dukungan dari Kepala Sekolah: Jika kepala sekolah tidak memberikan dukungan atau tidak memprioritaskan implementasi PBL, hal ini dapat menghambat motivasi dan upaya guru.
5. Tidak Ada Keterlibatan Orang Tua atau Wali Murid: Tidak ada partisipasi atau dukungan dari orang tua atau wali murid dapat mengurangi efektivitas implementasi karena kurangnya dukungan di rumah.
6. Tidak Ada Evaluasi dan Umpan Balik yang Efektif: Jika tidak ada mekanisme evaluasi yang baik atau umpan balik yang disampaikan secara konsisten, sulit untuk mengidentifikasi area perbaikan dan mengoptimalkan pembelajaran.
7. Ketidakmampuan Beradaptasi: Jika guru atau staf pendidikan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan atau menanggapi umpan balik dengan baik, implementasi dapat terhambat.
8. Kurangnya Keterlibatan Aktif Peserta Didik: Jika peserta didik tidak terlibat secara aktif atau kurang termotivasi, hal ini dapat membatasi keberhasilan model PBL.
9. Kurangnya Dukungan Ahli Teknologi Pendidikan: Tanpa dukungan dari ahli teknologi pendidikan atau kurangnya sumber daya teknis, implementasi media audiovisual dapat menjadi kurang efektif.
Melibatkan semua stakeholder, menyediakan pelatihan yang memadai, dan memastikan ketersediaan sumber daya yang diperlukan dapat membantu mengatasi beberapa dari faktor-faktor ketidakberhasilan tersebut dan meningkatkan peluang keberhasilan implementasi PBL dengan media audiovisual.
SIMPULAN
Simpulan dari best practice ini adalah bahwa implementasi model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media audiovisual dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Keberhasilan tergantung pada kesiapan infrastruktur, pelatihan guru, keterlibatan peserta didik, dukungan kepala sekolah, partisipasi orang tua, evaluasi berkala, dan adaptabilitas. Faktor-faktor ini berkontribusi pada pencapaian tujuan pembelajaran, pengembangan keterampilan abad ke-21, dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang inspiratif dan relevan. Pentingnya dukungan dari semua stakeholder, termasuk orang tua dan ahli teknologi pendidikan, juga diakui sebagai kunci kesuksesan.
Daftar Pustaka
Ahmad. (2019). Rasio Profitabilitas: Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Jenis. Gramedia.Com.
https://www.gramedia.com/literasi/rasio-profitabilitas/
Ensiklopedia Dunia (2023). Teori Aksi. Dipetik: 23-11-2023, From:
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Teori_Aksi
Kemendikbud RI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dipetik: 24-11-2023, From:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/10/kamus-besar-bahasa-indonesia-edisi- kelima-tersedia-secara-daring
Kemendikbud Ristek RI. (2023). Panduan PPG Dalam Jabatan. Jakarta: Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan.
Mulyasa, E. (2015). "Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Puspitasari, R. (2016). Latar Belakang Permasalahan dalam Penelitian. Dipetik: 23-11-2023, From:
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_2TIPS7290450.pdf Susanty, M., Yulianto, B., & Kurniawan, I. S. (2017). Inovasi Pendidikan: Upaya Meningkatkan
Kualitas Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syah, M. (2017). Inovasi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.